Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh
dirinya tetapi dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt
yang telah memberikannya. Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu
bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat berbuat sesuai bimbingan Allah swt
atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang dibimbing oleh syari’ah akan
melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan
Rasul Nya.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk
beribadah kepada sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya.
Dalam ibadah, kita harus memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah
1. Apa pengertian ibadah dan hakikat ibadah ?
2. Apa saja macam-macam dariIbadah ?
3. Apakah Hikmah dari Ibadah itu ?
4. Apa dan bagaimana Ibadah sosial itu ?

C. Tujuan Makalah
Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah
1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan hakikat ibadah
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam ibadah
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui hikmah dari ibadah
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ibadah sosial

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Hakikat Ibadah
· Pengertian Ibadah
Menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah, mengabdi dan
menghinakan diri.
Sebagaimana dalam firmannya :
َ‫اس ا ْعبُد ُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم َوالَّذِينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
“ Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu agar kamu bertakwa “ ( TQS. Al-Baqarah: 21)

a. Ibadah menurut beberapa ulama :


1) Menurut Abu A’la Maududi
Ibadah berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus bersikap
sebagaimana halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat kepada tuhannya
tanpa membantah. Beliau juga menambahkan pula bahwa ada 3 hal yang harus
dimiliki sebagai hamba yang baik yaitu:
1. Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan
berkewajiban untuk merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya, menunjang
hidupnya, pelindung dan penjaganya dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada
seorang pun selain tuannya yang layak mendapat kesetiaannya
2. Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat dan
tidak mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang bernada
menentang kehendaknya tuannya
3. Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah
ditentukan oleh tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya

2
2) Menurut H. Endang Syaifudin Anshori
Ibadah secara garis besar ada 2 (dua )arti :
a. Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung
mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara dan
upacara (ritual) telah ditentukan secara terperinci daam Al- Qur’an dan As- Sunnah
yang biasanya berkisar pada masalah Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.
b. Ibadah dalam arti luas, yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan yang
mempunyai 3 Tanda :
· Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya
· Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya
· Amal Sholeh sebagai Garis Amanah
3) Menurut Muhammad Qutb
Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditujukan kepada Allah, mengambil
petunjuk hanya darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan kemudian
mengadakan hubungan yang terus-menerus dengan Allah tentang semua itu.
Jadi, Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat
singkat yang diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan
hidup dan seluruh aspek kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk,
pikiran dan perasaan semata-mata untuk Allah, yang dibangun dengan suatu sistem
yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas terjadi.

· Hakikat Ibadah
a. Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah
pada Ku” (QS. Az Zariyat: 56)
b. Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:
“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
selbi mereka, dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu ?” Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan

3
kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat
kamu tidak mengatakan,”sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al A’raf:72)
c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana
firman Allah swt:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang
yang beriman sangat cinta kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat
zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan
itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya
mereka akan menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165)
Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka
akan menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat
nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu Mas’ud.
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw
menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang
menciptakan kamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

B. Macam-Macam Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya
1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah
ditetpkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang
termasuk mahdhah, adalah :
· Wudhu, · Shiyam ( Puasa )
· Tayammum · Haji
· Mandi hadats · Umrah
· Shalat

4
Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah,


baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak
boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan
ibadah ini selama tidak ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw.
Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

‫وماارسلنا من رسول اال ليطاع باذن هللا … النسآء‬

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin
Allah…(QS. 64)

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal)


artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal,
melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya
yang disebuthikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah
mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak,
melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas
dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”,
yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan
atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan
untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.

[Rumus Ibadah Mahdhah adalah = “KA + SS” (Karena Allah + Sesuai Syariat)]

2. Ibadah Ghairu Mahdah

5
Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh
Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong
menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.

Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan
ibadah ini.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul,

karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada
yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya
disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah
dhalalah.

c. Bersifat rasional,

ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya,


dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk,
merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”,

selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

[Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah = “BB + KA” (Berbuat Baik + Karena Allah)]

C. Hikmah dari Ibadah


1. Tidak Syirik
ْ ‫ َوا ْس ُجد ُْوا ِهللِ الَّذ‬.dan melainkan bersujudlah kepada Allah,
, َ‫ِى َخلَقَ ُه َّن ا ِْن ُك ْنت ُ ْم اِيَّاهُ ت َ ْعبُد ُْون‬
yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya kamu

6
menyembah (beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah
berketapan hati untuk senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus
meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang
dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala yang ada, sehingga tidak ada wujud lain
yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan tempat bernaung.

2. Memiliki ketakwaan,
َ‫ِى َخلَقَ ُك ْم َو الَّ ِذيْنَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْون‬
ْ ‫اس ا ْعبُد ُْوا َربَّ ُك ُم الَّذ‬
ُ َّ‫ ياَيُّ َها الن‬.Hai manusia, sembahlah
Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya
kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi
bertakwa, yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta
timbul karena ibadah yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan
keindahan Allah SWT. Setelah manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya
munculah dorongan untuk beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang
dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan ibadah dianggap sebagai
suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia menjalankan ibadah
sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa dan
ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.

3. Terhindar dari kemaksiatan,


...‫ان الصلوة تنهى عن الفحشاء والمنكر‬.Sesungguhnya shalat mencegah orang dari
kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah memiliki daya
pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan,
tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas.
Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.

4. Berjiwa sosial,
ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah

7
yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan
rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga
mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.

5. Tidak kikir,
َّ ‫ َوات َى ْال َما َل َعلى ُح ِبِّه ذَ ِوى ْالقُ ْربى َو ْال َيتمى َو ْال َمس ِكيْنَ َواب ِْن ال‬dan
‫س ِب ْي ِل ِِال َوالسَّا ِئ ِليْنَ َو ِفى الِّ ِرقَا ِبج‬
karena cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-
anak yatim, dan orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta
sedekah dan untuk memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki
manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya
diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang
begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya.
Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah
bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata
sebagai bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk
keperluan umat.

6. Merasakan keberadaan Allah SWT,


ِ ‫ اَلَّذِى يَ َراكَ ِحيْنَ تَقُ ْو ُم َوتَقَلُّ َبكَ فِى الس‬.Yang Dia melihatmu sewaktu kamu berdiri
َ‫َّاج ِديْن‬
(shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah, Allah SWT
benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat
kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang
memperhatikannya.

7. Meraih martabat liqa Illah,


.....‫ يَدُ هللاِ فَ ْوقَ ا َ ْي ِد ِه ْمج‬.Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath 48:11].
Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT,
menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru

8
yang dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan
Tuhan yaitu ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata
kepalanya sendiri. Sehingga segala inderanya memiliki kemampuan batin yang
sangat kuat memancarkan daya tarik kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah
SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia melihat, menjadi lidahnya yang
dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan itu ia memegang,
menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang dengan
itu ia melangkah.

8. Terkabul Doa-doanya,
ُ ‫ ا ُ ِجيْبُ دَع َْوة َ الدَّاعِ اِذَا دَ َعانِال فَ ْل َي ْست َِج ْيب ُْوا ِلى َو ْاليُؤْ ِمنُ ْوا ِبى لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر‬Aku mengabulkan doa
َ‫شد ُْون‬
orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka hendaklah mereka
menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan
yang benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya
hanyalah mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru
kepada Nya.

9. Banyak saudara,
‫طبِ ْر َعلَ ْي َهاط‬
َ ‫ص‬ َّ ‫ َواْ ُم ْر ا َ ْهلَكَ بِال‬..... Ibadah selayaknya dikerjakan secara
ْ ‫صلوةِ َوا‬
berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah
yang dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai
seginya terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak
hanya untuk individu tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus
asa untuk mengajak orang lain untuk beribadah, karena ia sedang memperluas
lingkungan ibadah dan memperpanjang masanya.

10. Memiliki kejujuran,


‫صلواة ََِ فَاذْ ُك ُر ْوا هللاَ قِ َي ًما َّوقُعُ ْودًا َّو َعلى ُجنُ ْو ِب ُك ْمج‬
َّ ‫ض ِْيت ُ ُم ال‬
َ َ‫فَِ اَذا ق‬
ِ ... Dan apabila kamu telah
selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil

9
duduk dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti
berdzikir (ingat) kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia
selalu ingat Allah SWT dan merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya
sehingga tidak ada kesempatan untuk berbohong. ‫ى‬ ْ ‫الصدْقَ يَ ْهدِى اِلَى اْل ِب َّر َوا َِّن اْل ِب َّر يَ ْه ِد‬
ِّ ِ ‫ا َِّن‬
‫اِ َلى اْل َجنَّ ِة‬... Kejujuran mengantarkan orang kepada kebaikan dan kebaikan
mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim]

11. Berhati ikhlas,


ِ ‫و َما ا ُ ِم ُر ْوا ِاالَّ ِل َي ْعبُد ُْوا هللاَ ُم ْخ ِل‬....Dan
‫صيْنَ لَهُ ا ِلدِّ ْينَال ُحنَفَا َء‬ َ mereka tidak diperintahkan
melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan
kepada Nya dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai amal ibadah
hambanya dari apa yang diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas.
ِّ ِ ‫َهلََِ كَ ْال ُمتَن‬
Jangan berlebihan karena Allah SWT tidak menyukainya. ‫ َقا َل ثَالَثًا‬, َ‫َطعُ ْون‬
Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah, beliau ulang hingga tiga kali.
[HR.Muslim]

12. Memiliki kedisiplinan,


Ibadah harus dilakukan dengan ‫ دائمون‬dawam (rutin dan teratur), ‫ خاشعون‬khusyu
(sempurna), ‫ يحافظون‬terjaga dan semangat.

13. Sehat jasmani dan rohani,


hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai senamnya, puasa
menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi
kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah
dikaruniakan kesehatan.

D. Ibadah Sosial

10
Di dalam Islam, ibadah sosial lebih dikenal dengan istilah muamalah atau
hubungan antara seorang muslim dengan lingkungan sekitarnya. Seorang muslim yang
baik, dalam melakukan hubungan muamalah juga tetap mengacu kepada ketentuan
syari’ah agamanya. Perbedaannya hanyalah kepada objek ia melakukan ibadah. Ibadah
sosial menyangkut hubungan antara manusia dengan manusia dalam rangka mencari
keridhaan dari Allah SWT. Melalui interaksi hubungan antara sesama manusia
tersebut, seorang hamba berharap bisa mendapatkan pahala dari amal ibadah sosial
yang telah dilakukannya.

Ada beberapa jenis ibadah sosial yang bisa secara mudah dilakukan oleh seorang
muslim, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sedekah
merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara hubungan
seorang manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan memberikan nilai
kemanfaatan bagi orang yang mendapatkan sedekah.

Sedangkan pelaku sedekah tersebut, berharap mencari pahala dari Allah SWT
sebagai nilai dari ibadah yang sudah dilakukannya. Ibadah sosial ini bisa mencakup
sumbangan orang per orang terhadap pihak yang tidak mampu, sumbangan bencana
sosial dan lain sebagainya yang dilakukan secara ikhlas tanpa pamrih maka akan
dinilai sebagai ibadah sosial yang mendapatkan pahala di sisi Allah SWT.

2. Zakat
Zakat juga menjadi salah satu bentuk ibadah sosial. Zakat hampir sama dengan
sedekah, bedanya hanya pada hukum pelaksanaanya serta ukuran-ukuran yang
ditetapkan berdasarkan jenis benda yang dizakatkan.Zakat hukumnya wajib,
sedangkan sedekah sunnah. Jika kita menunaikan ibadah zakat, maka harus
dijelaskan dikeluarkan oleh siapa dan berapa jumlahnya. Berbeda dengan sedekah.
Sedekah yang sembunyi-sembunyi lebih baik dibanding dengan sedekah yang
dipublikasikan, terlebih nama si pemberi sedekah dengan jelas dan diketahui banyak
orang.

11
Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah sosial yang mampu mengentaskan
kemiskinan ummat. Bukan hanya ummat Islam, apabila semua orang mau
menunaikan zakat, maka ummat manusia akan makmur, meskipun mereka bukan
muslim. Inilah yang sudah ditunjukkan di masa kegemilangan Khalifah Ummar bin
Abdul Azis, dimana pada saat itu ummat Islam tidak lagi memiliki objek zakat,
semua orang sudah makmur karena pelaksanaan

Permasalahan sosial kemiskinan yang ada saat ini salah satunya adalah karena
tidak berjalannya ibadah sosial zakat tersebut di tengah masyarakat khususnya
ummat Islam. Zakat mal merupakan salah satu zakat yang sangat efektif untuk
menyelesaikan berbagai persoalan kemiskinan negara-negara Islam.Di samping dua
jenis ibadah sosial di atas, membangun hubungan yang baik dengan tetangga dan
masyarakat merupakan bentuk-bentuk lain dari ibadah sosial. Segala macam bentuk
interaksi sosial yang diniatkan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT,
maka hal tersebut bisa bernilai ibadah. Ibadah sosial menjadi bukti bahwa Islam
adalah agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibadah merupakan suatu uasaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah dalam islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai
dengan penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah
Hikmah ibadah diantarannya:

· Tidak syirik · Terkabul Doa-doanya


· Memiliki ketakwaan · Banyak saudara
· Terhindar dari kemaksiatan · Memiliki kejujuran
· Berjiwa social · Berhati ikhlas
· Tidak kikir · Sehat jasmani dan rohani
· Merasakan keberadaan Allah SWT · Memiliki kedisiplinan

B. Saran

Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita,
yaitu untuk beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik
dalam ibadah mahdah (khusus) maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan
niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha Allah.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999).


http://islamireligius.blogspot.co.id/2009/08/hikmah-ibadah.html
https://noviaanjani1593.wordpress.com/2012/06/07/hikmah-ibadah-dan-amal-saleh/
http://renunganislami.net/ibadah-sosial-dalam-agama-islam/
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.

14

Anda mungkin juga menyukai