Anda di halaman 1dari 175

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM

KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :

TIM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
JL.GANESHA 1 PURWOSARI KUDUS TELP.0291-437218

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Buku
Panduan Laboratorium Keperawatan Anak. Buku Panduan Laboratorium ini merupakan salah
satu bagian dari panduan pembelajaran sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi
lulusan S-1 Keperawatan.
Mata Kuliah Keperawatan Anak I membahas tentang konsep dasar keperawatan anak
maupun perspektif keperawatan anak, pertumbuhan dan perkembangan anak. Mata ajaran ini
juga membahas mengenai penerapan proses keperawatan dalam memenuhi kesehatan anak /
bayi dalam kondisi sehat, sakit dan resiko tinggi dengan penekanan pada pengkajian,
pemeliharaan kesehatan dan pemulihan kesehatan.
Kami berharap pedoman pembelajaran ini dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan
dengan sebaik baiknya. Kami juga merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
pedoman pembelajaran ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
peningkatan kualitas pedoman pembelajaran ini sangat kami harapkan. Semoga Buku
Panduan Laboratorium ini dapat mengantarkan mahasiwa mencapai tujuan sebagai perawat
profesional.

Kudus, November 2019


Tim Penyusun

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 2


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................................3 - 4
BAB I : PENDAHULUAN
a. Visi Misi STIKES Muhammadiyah.......................................................... 5
b. Visi Misi S1 Keperawatan........................................................................ 6
c. Profil Lulusan ........................................................................................... 6
BAB II : RANCANGAN PEMBELAJARAN
1. Deskripsi Mata Kuliah ............................................................................ 7
2. Evaluasi ................................................................................................... 7
BAB III : MATERI PEMBELAJARAN
1. Pemberiksaan Neonatus Esensial...................................................... 8 - 14
2. Vit K dan Saleb Mata...................................................................... 15 - 18
3. Pemeriksaan Fisik Anak.................................................................. 19 - 25
4. Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( KPSP ) ...................................... 26 - 31
5. Deteksi Dini Tumbuh Kembang ( DDST )...................................... 32 - 38
6. Pengukuran Antropometri............................................................... 39 - 43
7. Terapi Bermain................................................................................ 44 - 52
8. Nutrisi/Cairan Oral, Modisco.......................................................... 53 - 58
9. Managemen Laktasi ........................................................................ 59 - 68
10. Nutrisi / cairan parenteral ( Pemasangan Infus Umbilikal )............ 69 - 76
11. Teknik Imunisasi........................................................................... 77 - 95
12. MTBS ......................................................................................... 96 - 102
13. Photo Therapy.............................................................................. 103 - 105
14. Kangaroo Mother Care ( KMC )................................................. 106 - 109
15. Persiapan Transfusi Tukar ( Change Transfution )...................... 111 - 115
16. Restrain........................................................................................ 116 - 120
17. Persiapan Lumbal Puntie............................................................. 121 - 124
18. Persiapan Bone Morro Puntie...................................................... 125 - 129
19. Teknik penurunan suhu tubuh
( Kompres Hangat, Tepid Water Sponge ).................................. 130 - 134
20. Pertolongan Bayi Tersedak…...................................................... 135 - 137
21. Titrasi ( Perhitungan Dosis Obat )............................................... 138 - 144
22. Mantoex Test............................................................................... 145- 149
Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 3
23. Perawatan Inkubator ................................................................... 150 - 154
24. Pemeriksaan Rumpleed Test ....................................................... 155 - 157
25. Penanganan Kejang .................................................................... 158- 160
26. Mandi Minyak ............................................................................ 161 - 163
27. Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Anak ......................... 164 - 175

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. VISI DAN MISI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


VISI
Menjadi sekolah tinggi kesehatan yang unggul, menghasilkan lulusan dengan
penguasaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Keterampilan dan Seni (IPTEKS), di
tingkat regional dan nasional berlandaskan nilai nilai luhur bangsa dan keislaman pada
tahun 2020.
MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan cara mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan secara berkesinambungan,
terpadu, dan mampu memenuhi kebutuhan serta tuntutan ketenagaan kesehatan
pada tingkat regional dan nasional.
2. Mengembangkan kegiatan yang mendorong terwujudnya pendidikan berbasis
research bagi pendidikan melalui pelatihan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat
3. Merealisasikan pendidikan dengan menerapkan nilai-nilai Keislaman untuk
menghasilkan lulusan kesehatan yang islami dengan keteladanan
Kemuhammadiyahan dan berwawasan kebangsaan
4. Mengembangkan organisasi sekolah tinggi yang sesuai dengan perkembangan
zaman dan meningkatkan manajemen yang transparan, berkualitas serta
bertanggungjawab
5. Menjalin kerjasama secara sinergi dan berkelanjutan dengan stakeholders, instansi
pemerintah maupun swasta.
B. VISI DAN MISI PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
1. VISI
Menjadi program studi S-1 Keperawatan yang menghasilkan sarjana keperawatan
yang unggul, humanis, berwawasan global dengan penguasaan IPTEKS,
berlandaskan nilai-nilai islami dan berperan aktif pada pengembangan kesehatan
pada tahun 2020.
2. MISI
1. Menyelenggarakan proses pendidikan yang berkualitas bertaraf nasional,
berwawasan global dan berahlakul karimah

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 5


2. Menyelenggarakan penelitian yang menghasilkan pengembangan IPTEKS
3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan evidence
based practice keperawatan
4. Mengembangkan tatakelola program studi berbasis penjaminan mutu dan TIK
5. Mengembangkan jejaring dan kemitraan dengan institusi
pemerintah/swasta/lembaga swadaya masyarakat/profesi kesehatan dan
perguruan tinggi tingkat ASEAN

C. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


1. Care Provider (perawat pelaksana)
2. Marketing Pelayanan kesehatan
3. Comunity Leader
4. Manager
5. Peneliti

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 6


BAB II
RANCANGAN PEMBELAJARAN

Materi kuliah : KEPERAWATAN ANAK


Kode Mata Kuliah :
SKS :
Penempatan : Semester I
PenanggungJawab :
Koordinator :

A. DESKRIPSI MATA KULIAH


Mata Kuliah Keperawatan Anak I menguraikan konsep dasar keperawatan anak maupun
perspektif keperawatan anak, pertumbuhan dan perkembangan anak. Proses pembelajaran
menekankan pada dicapainya pemahaman mahasiswa tentang masalah kesehatan yang
lazim terjadi pada anak dan bayi dalam kondisi sehat, sakit dan resiko tinggi dan
hubungannya dengan kesehatan keluarga.
Mata ajaran ini juga membahas mengenai penerapan proses keperawatan dalam
memenuhi kesehatan anak dengan penekanan pada pengkajian, pemeliharaan kesehatan
dan pemulihan kesehatan.

B. EVALUASI
Praktik
a. Ujian kompetensi = 70 %
b. Nilai observasi/project/partisifasi perkuliahan = 30 %

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 7


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIKSAAN NEONATUS ESENSIAL

IKP.PNE UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemeriksaan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Neonatus Esensial
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Neonatus Esensial No. Dokumen:

Berlaku:

1) DEFINISI
Pemeriksaan fisik Neonatus adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat
kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan setelah di lakukan pembersihan jalan
nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat ) dan akan pulang dari
rumah sakit.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 8


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Neonatus No. Dokumen:
Esensial
Berlaku:

2) TUJUAN
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

3) INDIKASI
Bayi lahir di fasilitas kesehatan Bayi lahir di rumah
Baru lahir, setelah IMD, pemberian Baru lahir, setelah IMD, pemberian vitamin
vitamin K1dan salep/tetes mata K1 dan salep/tetes mata
antibiotika antibiotika
Usia 6-12 jam Sebelum bidan meninggalkan bayi
Dalam 1 minggu pascalahir, dianjurkan Dalam 1 minggu pascalahir, dianjurkan
dalam 2-3 hari dalam 2-3 hari
Selanjutnya mengikuti Buku KIA

4) PERSIAPAN ALAT
Alat yang digunakan untuk memeriksa : Air bersih, sabun dan handuk kering,
Sarung tangan bersih, Kain bersih, Stetoskop, Jam dengan jarum detik, Termometer,
Timbangan bayi, Pengukur panjang bayi, Pengukur lingkar kepala.Tempat : Pemeriksaan
dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering, hangat dan terang
5) PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
1) Melakukan pengecekan riwayat pasien dan buku catatan pengobatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga.
2) Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan pelaksanaan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 9


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Neonatus No. Dokumen:
Esensial
Berlaku:

4) Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.


5) Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
6) Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
7) Mencuci tangan
6) INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisis. Catat seluruh hasil
pemeriksaan.
2. Lakukan rujukan jika ditemukan abnormalitas.
3. Anamnesis:
a) Tanyakan pada ibu dan atau keluarga :
(a) Keluhan tentang bayinya
(b) Masalah kesehatan pada ibu yang mungkin berdampak pada bayi
(TBC, demam saat persalinan, KPD > 18 jam, hepatitis B atau C,
siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat).
(c) Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi
jika ada.
(d) Warna air ketuban
(e) Riwayat bayi buang air kecil dan besar
(f) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 10


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Neonatus No. Dokumen:
Esensial
Berlaku:

b) Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Fisis Yang Dilakukan
Keadaan Normal
1 Lihat postur, tonus dan aktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi.
Bayi sehat akan bergerak aktif.
2 Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus
berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau
bisul.
3 Hitung pernapasan dan lihat tarikan -60 kali per menit.
dinding dada bawah ketika bayi
sedang tidak menangis. Dalam
4 Hitung denyut jantung dengan -160
meletakkan stetoskop di dada kiri kali per menit.
setinggi apeks kordis.
5 Lakukan pengukuran suhu ketiak o Suhu normal adalah 36,5 - 37,5º C
dengan termometer.
6 Lihat dan raba bagian kepala o Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya
hilang dalam 48 jam.
o Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat
sedikit membonjol saat bayi menangis.
7 Lihat mata o Tidak ada kotoran/sekret
8 Lihat bagian dalam mulut. o Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian
Masukkan satu jari yang yang terbelah.
o Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat
menggunakan sarung tangan ke
jari pemeriksa.
dalam mulut, raba langit-langit.
9 Lihat dan raba perut. Perut bayi datar, teraba lemas.
Lihat tali pusat perdarahan, pembengkakan, nanah, bau
yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar
tali pusat
10 Lihat punggung dan raba tulang o Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
belakang. benjolan pada tulang belakang
11 Lihat lubang anus. o Terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium
Hindari memasukkan alat atau sudah keluar.
o Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah
jari dalam memeriksa anus
lahir.
Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar.
12 Lihat dan raba alat kelamin luar. o Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
Tanyakan pada ibu apakah bayi berwarna putih atau kemerahan.
o Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung
sudah buang air kecil
penis. Teraba testis di skrotum.
o Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam
setelah lahir.
13 Timbang bayi. o Berat lahir 2,5-4 kg.
Timbang bayi dengan o Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 11


menggunakan selimut, dahulu baru kemudian naik kembali.
hasil dikurangi selimut
14 Mengukur panjang dan lingkar o Panjang lahir normal 48-52 cm.
kepala bayi o Lingkar kepala normal 33-37 cm.
15 Menilai cara menyusui, minta ibu o Kepala dan badan dalam garis lurus; wajah bayi
untuk menyusui bayinya menghadap payudara; ibu mendekatkan bayi ke
tubuhnya
o Bibir bawah melengkung keluar, sebagian besar
areola berada di dalam mulut bayi
o Menghisap dalam dan pelan kadang disertai berhenti
sesaat
b. Fase Terminasi
1) Rapikan alat dan Evaluasi tindakan
2) Rencana tindak lanjut
3) Berpamitan dan Dokumentasi
6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir ada beberapa hal yang
perlu di perhatikan, antara lain :
1) Bayi sebaiknya dalam keadaan telanjang di bawah lampu terang sehingga bayi tidak
mudah kehilangan panas atau lepaskan pakaian hanya pada daerah yang di periksa.
2) Lakukan prosedur secara berurutan dari kepala ke kaki atau lakukan prosedur yang
memerlukan observasi ketat lebih dahulu, seperti paru, jantung dan abdomen.
Tabel Penilaian Apgar Score

TANDA 0 1 2

Warna Kulit / Seluruh tubuh biru / Tubuh Kemerahan,


Seluruh tubuh kemerahan
appearane pucat Ekstermitas Biru

Frekuensi jantung
Tidak ada / tidak teraba ≤100x / mnt ≥100x / mnt
/ pulse

Tidak bereaksi / tidak


Refleks / grimace Gerakan sedikit Menangis
ada

Tonus otot / Ekstermitas fleksi


Lumpuh Gerakan Aktif
activity sedikit/fleksi lemah

Usaha bernafas / Lemah, merintih,


Tidak ada Menangis kuat
respiratory lambat

Keterangan :
1) Adaptasi baik / normal / vigorour baby : skor 7-10
2) Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
3) Asfiksia berat : skor 0-3

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 12


Pemeriksaan
Cara Pengukuran Kondisi Normal Kondisi Patologis
Refleks Bayi
Berkedip (corneal) Sorotkan cahaya ke mata Dijumpai pada tahun pertama Jika tidak di jumpai menunjukkan
bayi. kebutaan.
Tanda babinski Gores telapak kaki Jari kaki mengembang dan ibu jari kaki dorsofleksi, di Bila pengembangan jari kaki dorsofleksi
sepanjang tepi luar, di jumpai sampai umur 2 tahun. setelah umur 2 tahun adanya tanda lesi
ulai dari tumit ekstrapiramidal.
Moro’s Ubah posisi dengan tiba- Lengan Ekstensi, jari-jari mengembang kepala Refleks yang menetap lebih 4 bulan
tiba atau pukul terlempar ke belakang, tungkai sedikit ekstensi, lengan adanya kerusakan otak, respon tidak
meja/tempat tidur. kembali ke tengah dengan tangan menggenggam simetris adanya hemiparesis, fraktur
tulang belakang dan ekstermitas bawah ekstens. Lebih klavikula, atau cidera fleksus brachialis.
kuat selama 2 bulan menghilang pada umur 3-4 bulan. Tidak ada respons ekstermitas bawah
adanya dislokasi pinggul atau cidera
medulla spinalis.
Mengenggam Letakkan jari di telapak Jari-jari bayi melengkung di sekitar jari yang di Fleksi yang tidak simetris menunjukkan
(palmar grap’s) tangan bayi dari sisi letakkan di telapak tangan bayi dari sisi ulnar, refleks adanya paralysis, refleks menggenggam
ulnar, jika refleks lemah ini menghilang dari umur 3-4 bulan. yang menetap menunjukkan gangguan
atau tidak ada berikan serebral
bayi botol atau dot,
karena mengjisap akan
mengeluarkan refleks.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 13


Mencari(Rooting) Gores sudut mulut bayi Bayi memutar kea rah pipi yang di gores, refleks ini Tidak adanya reflek menunjukkan adanya
garis tengah bibir. menghilang pada umur 3-4 bulan. Tetapi bias menetap gangguan neurology berat
sampai umur 12 bulan khususnya selama tidur.
Kaget (startle) Bertepuk tangan dengan Bayi mengekstensi dan memfleksi lengan dalam Tidak adanya refleks menunjkkan adanya
keras. berespon terhadap suara yang keras tangan tetap rapat, gangguan pendengaran
refleks ini akan menghilang setelah umur 4 bulan.
Menghisap(sucking) Berikan bayi botol dan Bayi menghisap dengan kuat dalam berespons Reflek yang lemah atau tidak ada
dot. terhadap stimulasi, reflek ini menetap selama masa menunjukkan kelambatan perkembangan
bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi atau keadaan neurologi yang abnormal

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 14


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN VIT K DAN SALEP MATA

IKP.PVDSM UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Vit K Dan Salep
Revisi Tanggal Mata

Ketua

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Vit K Dan Salep No. Dokumen:
Mata
Berlaku:

1. DEFINISI
Injeksi Vit K adalah adalah suatu tindakan pemberian obat melalui intra muscular
ke dalam tubuh bayi baru lahir. Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata
diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah
lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin
1%.
2. TUJUAN
Injeksi vit K pada bayi untuk mencegah terjadi perdarahan dan salep mata untuk
mencegah infeksi pada mata.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 15


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Vit K Dan Salep No. Dokumen:
Mata
Berlaku:

3. INDIKASI
Bayi baru lahir
4. PERSIAPAN ALAT
a. Bak Intrumen kecil
b. Spuit 1 ml dan needle
c. Kapas Alkohol
d. Kassa steril
e. Vit K
f. Salep mata ; tetrasiklin 1%
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Mengecek riwayat pasien/ buku catatan pengobatan pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Menyapa dan member salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja Pemberian vit K
1. Letakan bayi di tempat tidur.
2. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan
intramuskular (IM).
3. Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih karena
resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jejas pada
nervus skiatikus).

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 16


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Vit K Dan Salep No. Dokumen:
Mata
Berlaku:

4. Cara Memberikan Suntikan Intra Muskular


a) Pilih daerah otot yang akan disuntik. Untuk memudahkan identifikasi
suntikan vitamin K1 di paha kiri dan suntikan imunisasi HB0 di paha kanan.
b) Bersihkan daerah suntikan dengan kasa atau bulatan kapas yang telah
direndam dalam larutan antiseptik dan biarkan mengering.
c) Yakinkan bahwa jenis dan dosis obat yang diberikan sudah tepat.
d) Isap obat yang akan disuntikkan kedalam semprit dan pasang jarumnya
e) Bila memungkinkan pegang bagian otot yang akan disuntik dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
f) Dengan satu gerakan cepat, masukkan jarum tegak lurus melalui kulit.
g) Tarik plunger semprit perlahan untuk meyakinkan bahwa ujung jarum
tidak menusuk dalam vena.
b. Fase Kerja Pemberian salep mata, Cara pemberian salep mata antibiotik:
a) Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
b) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang
paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes
mata.
c) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi.
d) Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak
menghapus obat-obat tersebut.
c. Fase Terminasi
1. Rapikan alat
2. Evaluasi tindakan
3. Jelaskan Rencana tindak lanjut
4. Berpamitan
5. Mencuci tangan
6. Dokumentasi tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 17


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Vit K Dan Salep No. Dokumen:
Mata
Berlaku:

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Terapkan komunikasi terapeutik selama tindakan
b. Jaga keamanan dan kenyamanan pasien
c. Tenang dalam melakukan tindakan
d. Ketelitian selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 18


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMERIKSAAN FISIK ANAK

IK.PFA UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemeriksaan Fisik Anak
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Anak No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara,
terutama dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih
formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan
dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan, obyekyif dari
pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi
keefektivan intervensiterapeutik ( Wong,2003).

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 19


STIKES Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Anak No. Dokumen:

Berlaku:

2. TUJUAN
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang
keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus
menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus
memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak.

3. PERSIAPAN ALAT
Stetoskop, Manset anak (Tensimeter), Timbangan anak, Termometer, Meteran
tinggi badan, Midline, Bak intrumen sedang kasa steril dan tongue spatel, senter, otoskop,
reflek hammaer spekulum hidung, tissue.

4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek riwayat / buku catatan pengobatan pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaska tujuan pelaksanaan
4. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
6. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
7. Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Lakukan pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum ; Kesan sakit, Kesadaran, Kesan status gizi
2) Tanda Vital

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 20


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Anak No. Dokumen:

Berlaku:

a) Tekanan Darah ; Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai


manset khusus untuk anak, yang ukurannya lebih kecil dari manset
dewasa. Besar manset antara setengah sampai dua per tiga lengan
atas. Tekanan darah waktu lahir 60 – 90 mmHg sistolik, dan 20 –
60 mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya naik 2 – 3 mmHg untuk
kedua-duanya dan sesudah pubertas mencapai tekanan darah
dewasa.
b) Nadi ; Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit),
irama, isi/kualitas nadi dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat
ekstrimitas
c) Nafas ; Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola
pernafasan.
d) Suhu ; Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa
cara :
1) Rectal ; Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan
kiri, dua jari tangan kiri memisahkan dinding anus kanan dengan
kiri, dan termometer dimasukkan anus dengan tangan kanan ibu.
2) Oral ; Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya
dilakukan untuk anak > 6 tahun.
3) Aksiler ; Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas
lurus selama 3 menit. Um
lebih rendah dari suhu rektal.
2. Data Antropometrik
a. Berat Badan
b. Tinggi Badan
c. Lingkar Kepala
d. Lingkar Dada
e. Lingkar Lengan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 21


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Anak No. Dokumen:

Berlaku:

3. Kulit : Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit,
edema, tanda perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah,
pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan
stria.
4. Kelenjar Limfe : Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila,
belakang telinga, leher, ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila
teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak.
5. Kepala : Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar
kepala, asimetri, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah, rambut,
tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu
melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.
6. Muka : Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak
antara hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda
chovstek, dan nyeri pada sinus.
7. Mata : Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat,
kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus.
Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
8. Hidung : Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping
hidung, mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
9. Mulut : Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
 Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
 Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
 Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
 Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran,
gerakan, tepi hiperemis/tidak.
 Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 22


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Anak No. Dokumen:

Berlaku:

10. Tenggorok : Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat


skalpel, anak disuruh mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras,
selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan
: uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, paradangan, eksudat, kripte)
11. Telinga : Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau
sekresi telinga, nyeri/tidak liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan
menggunakan heat lamp dan spekulum telinga.
12. Leher : Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak
trakhea, pembesaran kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan
gerakan leher.
13. Thorax : Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi
urutan :
 Inspeksi : Pada anak < 2 tahun : lingkar dada < lingkar kepala Pada anak
> 2 tahun : lingkar dada > lingkar kepala. Perhatikan:
a. Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
c. Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot
d. Ictus cordis
 Palpasi , Perhatikan :
a. Pengembangan dada : simetri/tidak
b. Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
c. Sela iga : retraksi/tidak
d. Perabaan iktus cordis
 Perkusi : Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu
jari/tanpa bantalan jari lain, atau secara tidak langsung dengan
menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu keras
karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil. Tentukan :
a. Batas paru-jantung
b. Batas paru-hati : iga VI depan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 23


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Anak No. Dokumen:

Berlaku:

c. Batas diafragma : iga VIII – X belakang. Bedakan antara suara sonor


dan redup.
 Auskultasi : Tentukan suara dasar dan suara tambahan : Suara dasar :
vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breath sound, metamorphosing
breath sound. Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi pleura, wheezing
Suara jantung normal, bising, gallop.
14. Abdomen
a. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan
b. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika
c. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali
atau tumor lainnya
15. Ekstremitas : Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya,
clubbing finger, dan pembengkakan tulang.. Persendian. Periksa : suhu,
nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan. Otot.
Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.
16. Alat Kelamin, Perhatikan : Untuk anak perempuan :
a. Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
b. Labia mayor : perlengketan / tidak
c. Himen : atresia / tidak
d. Klitoris : membesar / tidak.
Untuk anak laki-laki :
a. Orifisium uretra :
b. hipospadi = di ventral / bawah penis Epsipadia = di dorsal / atas penis.
c. Penis : membesar / tidak
d. Skrotum : membesar / tidak, ada hernia / tidak.
e. Testis : normal sampai puber sebesar kelereng.
f. Reflek kremaster : gores paha bagian dalam testis akan naik dalam
skrotum

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 24


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Fisik Anak No. Dokumen:

Berlaku:

b. Fase Terminasi
1) Rapikan alat dan Evaluasi tindakan
2) Rencana tindak lanjut
3) Berpamitan dan dokumentasikan.

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Secara umum pertumbuhan pada anak dapat diperkirakan dalam masa tumbuh
kembang sebagai berikut :

Berat badan :
1) Lahir : kurang lebih 3,25 kg
2) 3-12 bulan : umur ( bulan ) ditambah 9 dibagi 2
3) 1-6 tahun : umur ( tahun ) dikali 2 ditambah 8
4) 6-12 tahun : umur ( tahun ) dikali 7 dikurangi 5 dibagi 2

Tinggi badan :

1) Lahir : 50 cm
2) Umur 1 tahun : 75 cm
3) 2-12 tahun : umur ( tahun ) dikali 6 ditambah 77

Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Terapkan komunikasi terapeutik selama tindakan


2) Jaga keamanan dan kenyamanan pasien
3) Tenang dalam melakukan tindakan
4) Ketelitian selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 25


INSTRUKSIONAL KERJA

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ( KPSP / KUESIONER PRA SKRINING


PERKEMBANGAN )

IK.KPSP UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Deteksi Dini Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Tumbuh Kembang ( KPSP /
Revisi Tanggal Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan )

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh Kembang No. Dokumen:
( KPSP / Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan ) Berlaku:

1) DEFINISI
Formulir KPSP adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal ada penyimpangan. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih (Depkes, 2006).
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3,6, 9, 12, 15, 18,
21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining
tersebut, minta ibu datang kembali padaumur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan
rutin.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 26


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( KPSP / Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan ) Berlaku:

Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada umur 9
bulan.Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuhkembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.

2) TUJUAN
Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

3) INDIKASI
Anak pada umur 3,6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan.

4) PERSIAPAN ALAT
Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72
bulan.
Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukran 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, dan potongan biskuit
kecil ukuran 0,5-1 cm.
5) PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
a. Mengecek status kesehatan pasien/riwayat catatan pengobatan pasien
b. KOntrak waktu dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
a. Memberi salam dan menyapa nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 27


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( KPSP / Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan ) Berlaku:

d. Menjelaskan langkah prosedur


e. Menempatkan alat ke dekat pasien
f. Mencuci tangan

6) INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Menanyakan nama dan tanggal lahir anak
( Pada waktu skrining atau pemeriksaan anak harus dibawa )
2. Menghitung usia perkembangan anak
( Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak
lahir, Bila umur anak lebih dari 16 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur
bayi 3 bulan 15 hari, maka dibulatkan menjadi 3 bulan ).
3. Memilih format KPSP sesuai dengan usia perkembangan anak
4. Menuliskan nama pemeriksa, nama pasien, tanggal lahir & tanggal
Pemeriksaan
5. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak
dimulai dari tugas yang mudah baru tugas yang sulit.
( KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh
ibu atau pengasuh anak, contoh: “dapatkah bayi makan kue sendiri ?”.
Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi
duduk”. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu atau pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya ).
6. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak
(personal sosial, motorik kasar, motorik halus, bahasa),

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 28


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( KPSP / Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan ) Berlaku:

( Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap


pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada
formulir ).
7. Memberikan penilaian terhadap masing masing tugas perkembangan yang
telah di lakukan pemeriksaan pada anak
8. Memberikan skor hasil penilaian perkembangan
9. Melakukan Interpretasi
Interpretasi Hasil Dalam KPSP Meliputi :
1) Hitunglah berapa jumlah jawaban YA
a. Jawaban Ya, bila ibu atau pengasuh anak menjawab : anak bisa atau
sering atau kadang-kadang melakukannya.
b. Jawaban Tidak, bila ibu atau pengasuh anak menjawab : anak belum
pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengasuh anak tidak
tahu.
2) Jumlah jawaban “Ya‟ = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan
tahapannya (S).
3) Jumlah jawaban “Ya‟ = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).
4) Jumlah jawaban “Ya‟ = 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan
(P).
5) Untuk jawaban “Tidak‟, perlu dirinci jumlah jawaban “Tidak‟ menurut
jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara danbahasa, sosialisasi
dan kemandirian).
10. Menyampaikan hasil interpretasi kepada keluarga
b. Fase Terminasi
1. Merapikan pasien& alat
2. Melakukan evaluasi hasil tindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 29


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( KPSP / Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan ) Berlaku:

7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Intervensi dalam KPSP meliputi :
1. Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan berikutini:
a) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh anaknya denganbaik.
b) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahapan perkembangananak.
c) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat, sesering mungkin,sesuai
dengan umur dan kesiapan anak.
d) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan pelayanankesehatan di
Posyandu secara rutin sebulan sekali dan setiap adakegiatan Bina Keluarga
Balita (BKB). Jika anak sudah memasukiusia pra sekolah (36-72 bulan), anak
dapat diikutkan padakegiatan di Pusat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
KelompokBermain dan Taman Kanak-Kanak.
e) Lakukan pemeriksaan rutin menggunakan KPSP setiap 3 bulanpada anak
berumur kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan padaanak berumur 24-72
bulan.
2. Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan berikutini:
a) Beri petunjuk pada ibu untuk melakukan stimulasi pada anak lebih sering
lagi, setiap saat dan sesering mungkin.
b) Ajarkan cara ibu melakukan intervensi stimulasi perkembangan anak untuk
mengatasi penyimpangan atau mengejar ketinggalannya.
c) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari kemungkinan adanya
penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangannya.
d) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan
daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak.
e) Jika hasil KPSP ulang jawabannya “Ya‟ tetap 7 atau 8 makakemungkinan
ada penyimpangan (P).
3. Bila tahapan perkembangan terjadi penyimpangan (P), lakukantindakan berikut :
Rujukan ke Rumah Sakit dengan menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 30


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( KPSP / Kuesioner
Pra Skrining Perkembangan ) Berlaku:

perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara danbahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian).
4. Penampilan selama tindakan :
a) Ketenangan selama melakukan tindakan
b) Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
c) Ketelitian selama tindakan
d) Menjaga Keamanan selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 31


INSTRUKSIONAL KERJA
DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ( DDST/ DENVER DEVELOPMENT SKRINING
TEST )

IK.DDST UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Deteksi Dini Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Tumbuh Kembang ( DDST/
Revisi Tanggal Denver Development Skrining
Test )

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh Kembang No. Dokumen:
( DDST/ Denver Development
Skrining Test ) Berlaku:

1. DEFINISI
DDST adalaah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.
DDST bukan test diagnostic atau test IQ.
2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui dan mengikuti proses dan tahap perkembangan anak.
b. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan
c. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin.
d. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha
e. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 32


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( DDST/ Denver
Development Skrining Test ) Berlaku:

3. INDIKASI
Anak usia
4. PERSIAPAN ALAT
a. Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm)
b. Kismis/manik-manik
c. 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm
d. Kerincing dengan gagang yang kecil
e. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm
f. Bel/lonceng kecil
g. Bola tennis
h. Pensil merah
i. Boneka kecil dengan botol susu
j. Cangkir plastic dengan gagang / pegangan
k. Kertas kosong
l. Lembar Denver
5. PERSIAPAN PASIEN
a) Pra orientasi
1. Melihat identitas pasien / riwayat pasien
2. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b) Fase Orientasi
a. Memberi salam& menyapa nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Menuliskan Nama pemeriksa, Nama pasien, tangga lahir & tanggal Pemeriksaan
2. Menghitung usia perkembangan anak
Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 33
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( DDST/ Denver
Development Skrining Test ) Berlaku:

3. Menentukan usia perkembangan anak dengan membuat garis usia perkembangan


pada formast Denver II
4. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak dimulai
dari tugas yang mudah baru tugas yang sulit.
5. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak mulai
di sebelah kiri garis usia, teruskan ke kanan sampai tugas yang berada di sebelah
kanan garis usia.
a. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang paling dekat
disebelah kiri garis umur serta tiap tugas perkembanagan yan ditembus garis
umur.
b. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba pada langkah i
(gagal / menolak / tidak ada kesempatan), lakukan uji coba tambahan
kesebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat ”lulus” 3
tugas perkembangan.
c. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkambangan pada langkah i,
lakukan tugas perkembangan tambahan kesebelah kanan garis umur pada
sektor yang sama sampai anak :gagal” pada 3 tugas perkembangan.
6. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada
aspek personal sosial sesuai usia perkembangan.
(Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungan).
7. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada
aspek motorik halus sesuai usia perkembangan.
(Yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuh tertentu
yang dilakukan otot-otot kecil tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Contohnya koordinasi mata, tangan, memainkan, menggunakan benda-benda
kecil).
8. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada
aspek bahasa sesuai usia perkembangan
Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 34
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( DDST/ Denver
Development Skrining Test ) Berlaku:

(Yaitu kemampuan untuk memberikan reflek terhadap suara, mengikuti perintah


dan berbicara spontan).
9. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak pada
aspek motorik kasar sesuai usia perkembangan.
(Yaitu aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh dan biasanya
memerlukan tenaga karena dilakukan otot-otot besar. Contohnya
duduk, melompat, berjalan, dll).
10. Mengusahakan agar semua tugas yang dipotong garis usia diusahakan / di test
11. Skoring pada format Denver II
a) Passed atau lulus (P/L). Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu /
pengasuh anak memberi laporan (tepat / dapat dipercaya bahwa anak dapat
melakukannya).
b) Failure atau gagal (F/G). Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik
atau ibu / pengasuh anak memberi laporan (tepat) bahwa anak tidak dapat
melakukannya dengan baik.
c) refuse atau menolak (R/M). Anak menolak untuk melakukan uji coba.
Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak “apa yang harus
dilakukan”, jika tidak menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya
(uji coba yang dilaporkan oleh ibu / pengasuh anak tidak diskor sebagai
penolakan).
d) By report berarti no opportunity (tidak ada kesempatan). Anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan.
Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba dengan tanda R.
12. Interpretasi Denver II
1) Lebih (advanced) : Bilamana seorang anak lewat pada uji coba yang terletak
di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba
tersebut.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 35


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( DDST/ Denver
Development Skrining Test ) Berlaku:

2) Normal : Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan tugas


perkembangan disebelah kanan garis umur dikategorikan sebagai normal.

Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada
tugasperkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75,
makadikategorokan sebagai normal.

3) Caution / peringatanl : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak ® tugas
perkembangan, dimana garis umur terletak pada atau anatara persentil 75
dan 90.

4) Delay / keterlambatan : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R)
melakukan uji coba yangterletak lengkap disebelah kiri garis umur.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 36


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( DDST/ Denver
Development Skrining Test ) Berlaku:

5) No opportunity / tidak ada kesempatan. Pada tugas perkembangan yang


berdasarkan laporan, orang tua melaporkan bahwa anaknya tidak ada
kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Hasil ini tidak
dimasukkan dalam mengambil kesimpulan.

13. Menyampaikan hasil interpretasi kepada keluarga


Langkah Mengambil Kesimpulan :
1) Normal
a. Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution.
b. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
2) Suspect / di duga
a. Bila didapatkan ≥ 2 caution dan / atau ≥ 1 keterlambatan.
b. Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan factor
sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
3) Untestable / tidak dapat diuji
a. Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba tertelak disebelah kiri garis
umur atau menolak pada > 1 uji coba yang ditembus garis umur pada
daerah 75–90%.
b. Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu.
b. Fase Terminasi
1. Merapikanpasien & alat
2. Melakukanevaluasihasiltindakan
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 37


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( DDST/ Denver
Development Skrining Test ) Berlaku:

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Cara menghitung Umur Anak :
Rumus :
Umur = Tanggal pada waktu test dikurangi tanggal lahir
Contoh :
Tanggal Test 1990 3 13
Tanggal lahir 1989 1 5
Umur = 1 2 8
Kesimpilan : umur anak adalah 1 tahun 2 bulan 8 hari.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Selama test berlangsung, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas,
dibandingkan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua /
pengasuh anak, apakah perilaku tersebut merupakan perilaku sehari-hari yang dimiliki
anak tersebut.
b. bila test dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar dll, dapat memberikan perilaku
yang mengahambat test.
c. Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah untuk memberi rasa percaya
diri dan kepuasan orang tua.
d. Memberikan pujian walaupun gagal melakukan.
e. Jangan bertanya yang mengarah ke jawaban.
f. Intepretasi harus dipertimbangkan sebelum memberitahu orang tua bahwa test hasil
normal atau abnormal.
g. Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua.
h. Pada akhir test, tanyalah orang tua apakah penampilan anak merupakankemampuan
atau perilaku pada waktu lain.
i. Penampilan selama tindakan : Ketenangan dalam melakukan tindakan, Melakukan
komunikasi terapeutik selama tindakan, ketelitian selam tindakan, menjaga keamanan
selama tindakan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 38


INSTRUKSIONAL KERJA

PENGUKURAN ANTROPOMETRI

IK.PA UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pengukuran Antropometri
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Antropometri No. Dokumen:

Berlaku :

1. DEFINISI
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Antropometri artinya ukuran dari tubuh.
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
ukuran-ukuran fisik seorang dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan
dan pita pengukur (meteran).

2. TUJUAN
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bayi / Balita.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 39


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Antropometri No. Dokumen:

Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT
a. Alat pencatat
b. Timbangan berat badan ( timbangan bayi untuk anak sampai 2 tahun, timbangan
injak untuk anak > 2 tahun)
c. Alat pengukur panjang/tinggi badan, Mitlen, LILA
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat identitas pasien / riwayat pengobatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur pelaksanaan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Melepaskan pakaian anak
2. Menimbang BB anak
(Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini).
a. Menimbang BB dengan timbangan bayi :

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 40


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Antropometri No. Dokumen:

Berlaku:

1) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah goyang
2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0
3) Lepaskan baju bayi, tanpa topi, kaus kaki atau sarung tangan
4) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
b. Menimbang BB dengan timbangan injak :
1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak
2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0
3) Anjurkan anak memakai baju yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu
4) Berdirikan anak di atas timbangan tanpa dipegangi
5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan. Bila anak terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
3. Mengukur panjang/tinggi badan anak dengan posisi lutut tidak menekuk.
a. Pengukuran Pb/Tb Dengan Cara Berbaring (sebaiknya oleh 2 orang
petugas) :
1. Letakkan bayi berbaring terlentang pada alas yang datar
2. Tempelkan kepala bayi pada pembatas angka 0
3. ( petugas 1)Pegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas
angka 0 (pembatas kepala)
4. Petugas 2 : tekan lutut bayi dengan tangan kiri dan dengan
menggunakan tangan kapan tekan batas kaki ke telapak kaki bayi

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 41


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Antropometri No. Dokumen:

Berlaku:

5. Petugas 2 : Baca angka di tepi luar pengukur


b. Pengukuran Pb/Tb Dengan Cara Berdiri
1. Lepas sandal atau sepatu anak
2. Berdirikan anak tegak menghadap ke depan
3. Tempelkan punggung, pantat dan tumit anak pada tiang pengukur
4. Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
5. Baca angka pada batas tersebut
6. Interpretasikan hasi pemeriksaan TB/PB dan BB
4. Mengukur lingkar kepala anak
1) Lingkarkan pita ukur pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata,
di atas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang
2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
3) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak
4) Catat hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis
kelamin
5) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran
sekarang
5. Mengukur lingkar dada anak
1) Lingkarkan pita ukur pada lengan atas (pada titik tengah lengan atas)
2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
3) Catat hasil pengukuran
6. Mengukur lingkar lengan atas anak
1) Lingkarkan pita ukur pada lengan atas (pada titik tengah lengan atas)
2) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0
3) Catat hasil pengukuran
7. Memakaikan pakaian anak kembali
8. Melaporkan interpretasi kondisi pertumbuhan anak ke orang tua.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 42


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pengukuran Antropometri No. Dokumen:

Berlaku:

b. Fase Terminasi
1. Rapikan pasien dan alat
2. Melakukan evaluasi tindakan
3. Berpamitan
4. Cuci tangan
6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan pengukuran antropometri
adalah :
a. Ketenangan selama tindakan dan Melakukan komunikasi therapeutic
b. Ketelitian selama tindakan dan Keamanaan klien selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 43


INSTRUKSIONAL KERJA

TERAPI BERMAIN

IK.TB UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Terapi Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Bermain
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Terapi Bermain No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).

2. TUJUAN
a. Perkembanga sensoris-motori, intelektual, social, kreativitas, kesadaran diri
b. Perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 44


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Terapi Bermain No. Dokumen:

Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk
a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat
bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dll.
c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan
anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat
dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat identitas pasien/ riwayat pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 45


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Terapi Bermain No. Dokumen:

Berlaku:

5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja sesuai dengan terapi bermain yang dipilih.
1) Pembukaan
2) Pelaksanaan
3) Evaluasi
b. Fase Terminasi
1. Memberikan motivasi dan pujian kepada seluruh anak yang telah mengikuti
program terapi bermain
2. Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup.
6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam terapi bermain :
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jaangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
b. Karakteristik Permainan Sesuai Dengan Tumbuh Kembangnya :
1. Usia 0 – 12 bulan, Tujuannya adalah :
1) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
2) Melatih kerjasama mata dan tangan.
3) Melatih kerjasama mata dan telinga.
4) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
5) Melatih mengenal sumber asal suara.
6) Melatih kepekaan perabaan.
7) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 46


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Terapi Bermain No. Dokumen:

Berlaku:

Alat permainan yang dianjurkan :


1) Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau dipegang.
2) Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
3) Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
4) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
5) Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2. Usia 13 – 24 bulan, Tujuannya adalah :
1) Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
2) Memperkenalkan sumber suara.
3) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
4) Melatih imajinasinya.
5) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik
Alat permainan yang dianjurkan:
1) Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
2) Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
3) Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal: cangkir yang
tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember, waskom, air), balok-balok
besar, kardus-kardus besar, buku bergambar, kertas untuk dicoret-coret,
krayon/pensil berwarna.
3. Usia 25 – 36 bulan, Tujuannya adalah ;
1) Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
2) Mengembangkan keterampilan berbahasa.
3) Melatih motorik halus dan kasar.
4) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan
membedakan warna).
5) Melatih kerjasama mata dan tangan.
6) Melatih daya imajinansi.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 47


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Terapi Bermain No. Dokumen:

Berlaku:

7) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.


Alat permainan yang dianjurkan :
1) Alat-alat untuk menggambar.
2) Lilin yang dapat dibentuk
3) Pasel (puzzel) sederhana.
4) Manik-manik ukuran besar.
5) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.
6) Bola.
4. Usia 32 – 72 bulan, Tujuannya adalah :
1) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
2) Mengembangkan kemampuan berbahasa.
3) Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
4) Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
5) Membedakan benda dengan permukaan.
6) Menumbuhkan sportivitas.
7) Mengembangkan kepercayaan diri.
8) Mengembangkan kreativitas.
9) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
10) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
11) Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
12) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
13) Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
Alat permainan yang dianjurkan :
1) Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 48


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Terima Bermain No. Dokumen:

Berlaku:

2) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
5. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan : Alat olah raga, Alat masak, Alat menghitung
, Sepeda roda tiga, Benda berbagai macam ukuran, Boneka tangan, Mobil,
Kapal terbang, Kapal laut dsb
6. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
1) Pada anak laki-laki : mekanik.
2) Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
7. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni,
mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
8. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 49


TERAPI BERMAIN
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR
Judul : Terapi bermain “mewarnai gambar”
Tanggal pelaksanaan : 27 Maret 2017
Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Di Ruang Anggrek
SASARAN
1. Anak usia toddler (1-3 tahun)
2. Anak yang dirawat di ruang Anggrek
3. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang dapat menghalangi
proses terapi bermain
4. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai
5. Anak yang dapat memegang crayon
6. Anak yang mau berpartisipasi dalam terapi bermain mewarnai gambar
MEDIA
1. Crayon dan Tissue
2. Karpet
3. Kertas bergambar
4. Lembar penilaian

SETTING TEMPAT

MEJA
Keterangan:
: Peserta

: Fasilitator

: Observer

: Leader

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 50


STRATEGI PELAKSANAAN

No Waktu Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi Memperhatikan
bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang tua
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara pelaksanaan Memperhatikan
terapi bermain mewarnai kepada anak
2. Memberikan kesempatan kepada anak Bertanya
untuk bertanya jika belum jelas
3. Membagikan kertas bergambar dan Antusias saat
crayon menerima peralatan
4. Fasilitator mendampingi anak dan Memulai untuk
memberikan motivasi kepada anak mewarnai gambar
5. Menanyakan kepada anak apakah Menjawab
telah selesai mewarnai gambar pertanyaan
6. Memberitahu anak bahwa waktu yang Mendengarkan
diberikan telah selesai Memperhatikan
7. Memberikan pujian terhadap anak
yang mampu mewarnai gambar
sampai selesai
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memotivasi anak untuk menyebutkan Menceritakan
apa yang diwarnai
2. Mengumumkan nama anak yang dapat Gembira
mewarnai dengan contoh
3. Membagikan reward kepada seluruh Gembira
peserta
4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan pujian Memperhatikan
kepada seluruh anak yang telah Gembira
mengikuti program terapi bermain Mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih kepada
anak dan orang tua Menjawab salam
3. Mengucapkan salam penutup

KRITERIA EVALUASI
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang hematologi BONA lantai 2.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 51


2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai gambar
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai gambar
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai gambar sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai

PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing Pendidikan :
2. Pembimbing Ruangan :
3. Leader :
4. Co Leader :
5. Fasilitator :
6. Observer :
7. Anak : anak berusia 1-3 tahun dirawat di ruang Anggrek

TUGAS MASING-MASING
1. Leader : Memimpin jalannya program terapi
2. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi
3. Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
4. Anak : Mengikuti jalannya terapi bermain

PERKIRAAN HAMBATAN :
1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)
2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 52


INSTRUKSIONAL KERJA
PEMBERIAN NUTRISI/ CAIRAN ORAL ; MODISCO

IK.PNO UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi/ Cairan Oral No. Dokumen:
; Modisco
Berlaku:

1. DEFINISI
MODISCO singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk Coconut Oil, suatu
makanan atau minuman bergizi tinggi yang ditemukan pada tahun 1973 oleh Maydan
Whitehead. MODISCO dicobakan pertama kali untuk anak-anak yang mengalami
gangguan gizi berat di Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan.

2. TUJUAN
Mengobati gangguan gizi berat atau Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak
(Ir. Annis Catur Adi).

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 53


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi/ Cairan No. Dokumen:
Oral ; Modisco
Berlaku:

3. INDIKASI
a. Anak sehat dan kurus (MODISCO sebagai makanan tambahan).
b. Penderita penyakit infeksi menahun.
c. Orang yang baru sembuh dari penyakit berat.
d. Mereka yang sulit makan karena adanya kelainan bawaan
4. KONTRAINDIKASI
MODISCO tidak boleh diberikan pada : Anak gemuk, Bayi dibawah usia 6 bulan,
Penderita penyakit ginjal, hati, dan jantung.
5. PERSIAPAN ALAT
Susu, Gula pasir, Minyak goring/margarine, Air masak, Timbangan bahan, Gelas,
Sendok
6. PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
a. Cek riwayat / buku catatan pengobatan pasien
b. Kontrak dengan keluarga pasien
2) Fase Orientasi
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Menempatkan alat ke dekat pasien
f. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
MODISCO I :
Susu skim 20 gram (4 sendok makan) Gula pasir 10 gram ( 1 sendok makan )
Minyak goreng 9,2 cc, Air masak 200 cc

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 54


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi/ Cairan No. Dokumen:
Oral ; Modisco
Berlaku:

MODISCO II :
Susu skim 20 gram (4 sendok makan) Gula pasir 10 gram (1 sendok makan)
Margarine 11,2 gram (1 sendok makan) Air masak 200 cc
MODISCO III :
Susu segar 200 cc Gula pasir 14 gram Margarine 11 gram

PROSEDUR PEMBUATAN :
Cara membuat MODISCO :
Bahan : 10 gram susu skim 5 gram gula pasir 4,6 gram minyak kelapa atau 5,5
gram margarine. 100 cc air.
Cara membuat :
1) Mencampur susu bubuk, gula dan minyak/ margarin
2) Menyeduh bahan dengan air hangat/panas
3) Menambahkan air sambil terus di aduk sampai dengan 200 cc
4) Menyaring semua bahan yang sudah dicampur
5) Minumkan kepada anak hangat-hangat
Atau :
1) Susu bubuk dan gula dicampur, sementara minyak kelapa atau margarine
dipanaskan/dicairkan.
2) Tuangkan cairan minyak kedalam susu, sedikit demi sedikit sampai
tercampur rata. Kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit. Adonan ini di
tim selama 15 menit.
3) Bila anda mempunyai mixer atau blender, semua bahan (susu, gula pasir,
minyak kelapa atau margarine cair dan sebagian air), diblender sampai
tercampur rata. Kemudian tambahkan sisa air, lalu di tim sekitar 15 menit.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 55


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi/ Cairan No. Dokumen:
Oral ; Modisco
Berlaku:

KUE PISANG MODISCO :


Bahan :
Tepung hunkwee 1 bungkus. 5 buah pisang. 2 gelas susu MODISCO. 1 gelas
santan kental Gula secukupnya. Daun pisang secukupnya.
Cara membuat :
1) 2 gelas susu dan 1 gelas santan dimasak.
2) Cairkan tepung hunkwee dengan air sedikit, lalu masukkan kedalam susu dan
tambahkan gula secukupnya.
3) Pisang dipotong bundar bundar, lalu masukan dalam bubur hunkwee yang
sudah dimasak.
4) Bungkus dengan daun pisang, lalu kukus sampai daun layu.

PUDING KENTANG MODISCO :


Bahan :
Satu bungkus agar-agar warna putih. 1/2 buah kelapa untuk diambil santannya (1
liter). 50 gram gula pasir. 40 gram susu bubuk. 40 gram margarine 5 buah kentang
ukuran sedang Vanili Garam secukupnya
Cara membuat :
1) Kentang dikupas, direbus, dan dihaluskan.
2) Semua bahan ditambah 1/2 bagian margarin, kemudian diaduk dan dimasak
sampai mendidih.
3) Setengah bagian margarine yang tersisa dipanaskan, lalu dicampur dalam
adonan yang sudah mendidih.
4) Dicetak dalam cetakan lalu didinginkan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 56


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi/ Cairan No. Dokumen:
Oral ; Modisco
Berlaku:

BUBUR KACANG HIJAU MODISCO :


Bahan :
Kacang Hijau 20 gram (2 sendok makan) Susu MODISCO I, 100 cc.
Cara membuat :
1) Buat susu MODISCO
2) Rebus Kacang Hijau sampai masak.
3) Campurkan kacang hijau yang sudah masak kedalam susu.

PUDING AGAR-AGAR MODISCO:


Bahan :
MODISCO III, 600 cc 1 bungkus Agar-agar bubuk
Cara membuat :
1) Buat susu Modisco III
2) Masukkan agar-agar kedalam susu tersebut, lalu masak sampai matang
sambil diaduk.
3) Cetak dalam cetakan.

b. Fase Terminasi
1) Rapikan alat
2) Evaluasi tindakan
3) Rencana tindak lanjut
4) Berpamitan
5) Dokumentasi

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Pada Modisco 1
1) Diberikan kepada KEP (Kekurangan Energi Protein) berat dengan Edema
2) Diberikan : 100kkal/kgBB/hari

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 57


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi/ Cairan No. Dokumen:
Oral ; Modisco
Berlaku:

b. Pada Modisco II
1) Diberikan pada KEP tanpa Edema
2) Diberikan : 125kkal/kgBB/hari
c. Pada Modisco III
1) Diberikan setelah Modisco I dan II
2) Diberikan : 150kkal/kgBB/hari
3) Pemberian makanan sesuai umur, selera, daya cerna, di samping pemberian
Modisco.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 58


INSTRUKSIONAL KERJA

PROSEDUR MANAGEMEN LAKTASI

IK.PML UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Prosedur Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Managemen Laktasi
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 10


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Manajemen laktasi adalah suatu tata laksana menyeluruh yang menyangkut laktasi
dan penggunaan ASI, yang menuju suatu keberhasilan menyusui untuk pemeliharaan
kesehatan ibu dan bayinya.Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI.
2. TUJUAN
1) Memelihara kebersihan payudara
2) Memperbanyak dan memperlancar produksi ASI
3) Membantu cara menyusui yang benar

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 59


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

3. INDIKASI
Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
4. KONTRAINDIKASI
a. Sudah mendapat menstruasi setelah persalinan
b. Tidak menyusui secara ekslusif
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
5. PERSIAPAN ALAT
Phantom payudara/ ASI, Phantom bayi, Baju ganti ibu, Kom berisi kassa, Baby
oil, Bantal, Bengkok
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1. Cek riwayat pasien/ Buku catatan pengobatan pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5. Mendekatkan alat kedekat klien
6. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Tutup privacy
2) Atur posisi Klien duduk dengan santai dan nyaman
3) Membantu klien membuka pakaian untuk menyusui
4) Mengoleskan Asi sedikit pada putting susu dan areola sekitarnya

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 60


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

5) Bayi diletakkan pada perut ibu/ payudara


6) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu
dan bokong bayi terletak pada lengan
7) Satu lengan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan satunya didepanPerut
bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara, Telinga dan
lengan bayi terletak pada satu garis lurus
8) Ibu menatap bayi dengan kasih saying
9) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah, jangan menekan putting susu / areolanya saja
10) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut: Menyentuh pipi bayi dengan
putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi
11) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dengan putting dan areola dimasukan ke mulut bayi
12) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi
13) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang/disangga lagi
14) Pasca menyusui: Melepas isapan bayi: Jari kelingking dimasukkan kemulut
bayi melaluisudut mulut atau dengan cara dagu bayi ditekan kebawah
15) Setelah selesai menyusui,Asi dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
pdputting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya
16) Menyendawakan bayi: Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahuibu
kemudian punggung ditepuk perlahan-lahan atau bayi tidur tengkurap
dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan
b. Fase Terminasi
1) Rapikan alat dan klien
2) Melakukan evaluasi
3) Berpamitan dan Dokumentasikan hasil pemeriksaan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 61


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Konseling ASI Ekslusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASi saja (tanpa makanan/minuman
pendamping termasuk air putih maupun susu formula) selama 6 bulan, untuk
kemudian diteruskan hingga 2 tahun atau lebih, dan setelah 6 bulan baru didampingi
dengan makanan/ minuman pendamping ASI (MPASI) sesuai perkembangan
pencernaan anak.
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya
selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan,
ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat atau dikenal juga dengan istilah
MPASI (Makanan Pendamping ASI), sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi
berusia 2 tahun.
1. Jenis Macam ASI
Ada beberapa jenis-jenis air susu ibu yaitu :
a) Kolostrum
Cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang dihasilkan pada hari
pertama sampai hari ke-3. Kolustrum bisa dikatakan sebagai "imunisasi"
pertama yang diterima bayi karena banyak mengandung protein untuk daya
tubuh yang berfungsi sebagai pembunuh kuman dalam jumlah tinggi.
Kadarnya 17 kali dibandingkan dengan ASI matur.
b) Susu Transisi
Adalah air susu ibu yang di produksi setelah kolostrum antara hari ke-4
sampai dengan hari ke-10. Dalam susu transisi ini terdapat
Immunoglobulin, protein dan laktosa dengan konsentrasi yang lebih rendah
dari kolostrum tetapi konsentrasi lemak dan jumlah kalori lebih tinggi,
vitamin larut lemak berkurang, vitamin larut air meningkat. Bentuk atau
warna susu lebih putih dari kolostrum.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 62


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

c) Susu Matur
Yang dimaksud dengan air susu matur adalah susu yang keluar setelah hari
ke-10. Berwarna putih kental. Komposisi ASI yang keluar pada isapan-
isapan pertama (foremilk) mengandung lemak dan karbohidratnya lebih
banyak dibandingkan hindmilk (ASI yang keluar pada isapan-isapan
terakhir), maka jangan terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu
pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya
belum habis.
2. Tujuan Pemberian ASI Eksklusif
a. Bayi
1) Membantu memulai kehidupannya dengan baik
2) mengandung antibodi sehingga terhindar dari alergi
3) memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi
4) Asi meningkatkan kecerdasan bayi
5) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
karena gerakan mengisap mulut bayi pada payudara sang ibu.
b. Ibu
1) Sebagai kontrasepsi
2) Meningkatkan aspek kesehatan ibu,
3) Dalam aspek psikologi yang akan memberikan dampak positif kepada
para ibu yang menyusui air susu ibu itu sendiri.
3. Teknik Menyusui
a. Teknik Menyusui Bayi Tunggal
Pengertian : teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Segera setelah
lahir sebaiknya ibu segera menyusui bayinya karena refleks hisap bayi
paling kuat pada jam pertama dan hisapan bayi pada puting susu ibu akan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 63


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

merangsang pengeluaran hormon prolaktin untuk sekresi dan hormon


oksitosi untuk mengeluarkan ASI dan mempercepat kontraksi uterus. Selain
itu kontak dini akan memperkuat hubungan bayi dan ibu.
Persiapan
 Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel
yang lepas tidak menumpuk.
 Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
 Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu
b. Macam-macam Posisi Menyusui Bayi yang Benar
Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui yang
tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Posisi menyusui
sambil berdiri yang benar Posisi menyusui
sambil duduk yang benar

Posisi menyusui
sambil rebahan yang benar Posisi menyusui
balita pada kondisi normal

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 64


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah dengan tiduran
c. Teknik Menyusui bayi kembar

d. Menyendawakan bayi :
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan atauBayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan secara bergantian pada kedua bayi.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 65


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

e. Lama dan frekuensi menyusui


 Menganjurkan ibu untuk melakukan praktek menyusui dengan
bergantian payudara untuk kedua bayi setiap kali menyusui
 Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi secara terjadwal
 Menjelaskan pada ibu bahwa bayi sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit.
 Menjelaskan pada ibu bahwa ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam 2 jam, menjadi lapar.
 Menjelaskan pada ibu bahwa pada awalnya bayi menyusu dengan
jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu kemudian
f. Akibat tidak menyusui dengan benar
1) Puting susu menjadi lecet
2) ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
3) Bayi enggan menyusu
4) Bayi menjadi kembung

g. Tanda bayi menyusu dengan benar


1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel pada perut ib
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian areola masuk dalam mulut bayi, areola bawah masuk lebih
banyak
6. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
7. Puting susu tidak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9. Kepala bayi agak menengadah

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 66


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 9 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

Cara Yang Benar Cara Yang Salah

Cara Menyusui Yang Benar

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 67


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 10 dari 10
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Managemen Laktasi No. Dokumen:

Berlaku:

h. Hal-hal yang dilakukan untuk memperbanyak ASI :


1) Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum
2) Makan makanan yang bergizi
3) Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui bayinya
dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada posisi penempelan.
4) Susukan bayinya sesering mungkin.
5) Pemeriksaan payudara untuk meningkatkan produksi ASI juga dapat
direncanakan dari jauh-jauh hari.
6) Penggunaan BH yang terlalu sempit akan mempengaruhi produksi ASI.
7) Segera sehabis melahirkan maka sang bayi langsung diperkenalkan
dengan payudara ibu atau lebih dikenal dengan istilah Inisiasi Menyusu
Dini IMD.
8) Untuk mengatasi keterbatasan ASI perbanyaklah makan daun katuk,
bayam, daun turi (sayuran hijau lainnya) yang banyak mengandung zat
untuk memperbanyak produksi ASI

Tabel Petunjuk Penyimpanan ASI

Tempat penyimpanan Suhu Lama Penyimpanan


6 – 8 jam di ruangan ber AC atau
Dalam ruangan (ASIP segar) 190 – 260 C
4 jam di ruangan tanpa AC
Dalam ruangan (ASIP beku
190 – 260 C 4 jam
yang telah dicairkan)
Kulkas (ASIP segar) < 40 C 2 – 3 hari
Kulkas (ASIP beku yang telah < 40 C
24 jam
dicairkan)
Freezer (lemari es 1 pintu 00 sampai -180 2 minggu
Freezer (lemari es 2 pintu) -180 sampai -200C 3 – 4 bulan
Suhu stabil di -200C
Deep Freezer 6 – 12 bulan
atau kurang

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 68


INSTRUKSIONAL KERJA

PEMBERIAN NUTRISI / CAIRAN PARENTERAL (PEMASANGAN INFUS


UMBILIKAL)

IK.PIU UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Nutrisi / Cairan
Revisi Tanggal Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal)

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 8


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:

1. DEFINISI
Kateterisasi umbilikal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Kateterisasi arteri umbilical (UAC)
Arteri umbilikalis merupakan cabang dari arteri iliaka interna dengan
diameter 2-3 mm. Pada bayi cukup bulan, masing-masing arteri mempunyai
panjang ± 7 cm
b. Kateterisasi vena umbilical (UVC)
Vena umbilikalis merupakan satu-satunya vena di umbilikius, relative
besar dengan diameter 4-5 mm, panjang 2-3 cm dan berdinding tipis. Dari
umbilicus, vena

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 69


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:

berjalan ke arah kepala, sedikit kekanan dan memasuki cabang sinistra


vena portal setelah memberikan beberapa cabang kecil di dalam hepar.
2. TUJUAN
a. Primer
1) BBL sakit berat yang memburtuhkan pengambilan darah berulang, atau perlu
monitoring gas darah dan saturasi O2 invasif, seperti pada keadaan gagal
nafas, syok, PPHN serta extreme prematury.
2) Pengukuran tekanan darah arterial secara langsung
3) Angiografi
b.Sekunder ; Transfusi tukar
3. INDIKASI
Kateterisasi Arteri Umbilikal (UAC) :
1) BBL sakit berat yang memburtuhkan pengambilan darah berulang, atau perlu
monitoring gas darah dan saturasi O2 invasif, seperti pada keadaan gagal nafas,
syok, PPHN serta extreme prematury.
2) Transfusi tukar
Kateterisasi Vena Umbilikal (UVC) :
1) Transfusi tukar
2) Monitoring tekanan vena sentral (Central Venous Pressure/CVP)
3) Pemberian cairan intravena, akses cepat pada keadaan darurat (saat resusitasi),
pemberian produk darah atau obat-obatan.
4. KONTRAINDIKASI
a. Terdapat gangguan vaskuler di daerah panggul atau ekstremitas bawah
b. Enterokolitis nekrotikans, kecuali pada keadaan darurat dan akses lain tidak
memungkinkan
c. Peritonitis , Perdarahan atau kecenderungan thrombosis merupakan kontra
indikasi relative

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 70


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:

5. PERSIAPAN ALAT
a. Handuk steril untuk mengeringkan tangan dan lengan bawah
b. Gaun operasi dan sarung tangan
c. Duk lubang di tengah (sebaiknya transparan, sehingga bias terlihat kalau ada
komplikasi, seperti pucat pada daerah panggul dan ekstrimitas)
d. Kateter umbilikal single lumen, radio opak, diameter kecil (Fr 3,5 untuk berat
badan <1200gr dan Fr 5 untuk berat badan >1200gr) untuk meminimalkan jumlah
darah yang harus dikeluarkan saat membersihkan kateter sebelum pengambilan
sampel. Ujung kateter harus lembut dan membulat, dan bahan yang tidak
trombogenik
e. Three way stop cock dengan luer lock
f. Spuit
g. Cairan NaCl 0,9% - heparin 1 Ui/cc (0,5 N saline)
h. Kom untuk antiseptic (betadin)
i. Set pemasangan arteri umbilikal yang terdiri dari : 1 buah duk klem, 2 buah pinset
anatomis dengan ujung runcing (pinset iris), 1 buah gunting benang, 2 buah klem
arteri bengkok, 1 buah needle holder dan 1 buah scalpel no 11 dengan gagang.
j. Tali katun dan Benang silk no 2/0 at 3/0 dengan jarum round body
k. Plester
l. Kasa
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
a) Mengecek status riwayat kesehatan pasien
b) Melakukan kontrak dengan keluarga
b. Fase Orientasi

a) Memberikan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 71


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:

d) Mempersiapkan alat
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
Kateterisasi Arteri Umbilikal (UAC)
1. Pilih posisi pemasangan
a) Letak rendah (low position) setinggi lumbal 3-4. Ujung kateter di bawah
arteri renalis dan a. mesentrika, sehingga ujung kateter terletak di bifurkatio
aorta atau di bagian atas lumbal 4.
b) Letak tinggi (high position) setinggi torakal 6-9. Ujung kateter di tempatkan
di atas aksis celiac. Letak tinggi lebih di sukai karena tidak akan
menyebabkan oklusi a. renalis dan mesentrika, di samping itu insiden pucat
(blanching) dan sianosis pada ekstrimitas bawah lebih rendah, tetapi pada
posisi ini hipertensi renovaskuler lebih sering di temukan.
2. Ukur panjang kateter yang akan di masukan. Terdapat beberapa cara
pengukuran panjang kateter arteri umbilikal, antara lain:
a) Mengukur jarak antara bahu bayi ke umbilicus, dan ditambahkan dengan
panjang sisa umbilikal.
b) Untuk UAC letak tinggi, panjang kateter bisa di ukur dengan menggunakan
rumus : (berat badan x 3) + 9cm.
c) Untuk UAC letak rendah, perkiraan panjang kateter di dasarkan pada berat
badan bayi:
(a) 1000 gram : 7 cm
(b) 1500 gram : 8 cm
(c) 2000 gram : 9 cm
(d) 2500 gram : 10 cm

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 72


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:

a) Lakukan persiapan:
(1) Persiapan penolong
Cuci tangan steril kemudian pasang sarung tangan steril.
(2) Persiapan alat
Susun semua alat yang di perlukan di atas meja steril. Siapka cairan
NaCl-heparin dalam spuit 10 cc. pasang three way stopcock ke kateter
umbilikal,sambungkan dengan spuit dan isi dengan NaCl-heparin,
kemudian putar stopcock ke posisi off kea rah kateter. Hati-hati jangan
sampai ada udara.
(3) Persiapan pasien
Ikat kedua kaki bayi dengan popok kemudian plester ke tempat tidur atau
tahan dengan menggunakan bantal pasir. Tutup alat kelamin bayi dengan
kain untuk menghindari kencing bayi mengotori lapangan tindakan.
Pegang umbilikal dengan kasa betadin atau klem (ingat umbilikal belum
steril) dan tarik lembut secara vertical. Lakukan desinfeksi dengan cairan
antiseptic (povidin dll.) sebanyak 3 kali mulai dari bagian tengah dan
teruskan dengan gerakan melingkar ke bagian luar (minimal radius 5 cm
dari umbilikal) setelah itu bersihkan umbilikal, dan pasang duk lobang di
atas umbilikal.
b) Pasang tali katun di sekeliling umbilikal dan ikat secukupnya sehingga
perdarahan dapat di cegah, tetapi kateter umbilikal masih bias masuk.
c) Potong umbilikal secara horizontal dengan scalpel ± 1,5 cm dari kulit
d) Stabilisasi umbilikal dengan hemostat, dan identifikasi pembuluh darah. Vena
berukuran lebih besar, oval dengan dinding tipis. Sedangkan ke dua arteri
terlihat lebih kecil, membulat/lonjong dan berdinding tebal. Arteri biasanya
konstriksi sehingga lumennya terlihat sangat kecil (pinpoint).
e) Pegang pangkal umbilikal, masukkan salah satu ujung runcing pinset iris ke
dalam lumen arteri ± 0,5 cm, sampai lumen membuka dan kemudian
lebarkan dengan pelan-pelan dengan kedua ujung pinset. Pegang kateter arteri
dengan
Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 73
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:

pinset dan masukkan kedalam arteri dengan lembut. Biasanaya akan terdapat
tahanan di didinding anterior abdomen, tahanan ini bias dihilangkan dengan
mendorong kateter dengan lembut. Tekanan kuat atau mengelur masukkan
kateter akan membuat arteri semakin spasme. Jika tahanan belum bias diatasi,
tunggu selama 2-3 menit sampai vasospasme membaik atau bias di coba di
arteri sebelahnya.
f) Setelah kateter berada di tempat sesuai ukuran, darah akan mengalir dengan
mudah, kadang bias naik sendiri dan terlihat adanya pulsasi. Lakukan foto
Rontgen untuk konfirmasi posisi (AP-lateral). Harus diingat bahwa setelah
lapangan steril di tutup, kateter hanya bias ditarik, tidak boleh didorong ke
dalam arteri. Jangan lupa ambil sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium sebelum disambungkan denga cairan.
g) Perhatikan adanya warna pucat, mottling atau kebiruan di kaki. Hal ini bias
disebabkan oleh vasospasme, jika tidak membaik dalam waktu beberapa
menit, kateter harus ditarik keluar pelan-pelan.
h) Setelah posisi tepat, jahit ikatan (purse-string suture) kateter ke jelly Wharton
dengan benang silk 3/0, hati-hati jangan sampai menembus kateter.
Simpulkan benang di kateter dan tarik sisanya ke atas. Pasang plester
mengikat benang dan kateter seperti bendera, kemudian jahit lagi di bagian
atas plester. Ini akan memberikan fiksasi yang cukup sehingga kateter tidak
akan berubah posisi. Selanjutnya hubungkan dengan three way ke NaCl-
heparin 1Ui/ml 0,5-1 cc/jam. Jangan memasang klem atau melakukan jahitan
di kulit perut bayi.
i) Bersihkan lagi umbilikal, tidak perlu ditutup sehingga terlihat bila ada
komplikasi. Kateter harus di cabut bila ada tanda-tanda infeksi di umbilikal
seperti kemerahan, bau atau bernanah.
j) Jika tidak di perlukan lagi, kateter umbilikal bisa dilepas. Bersihkan umbilikal
dengan alcohol, matikan pompa infuse dan klem kateter. Tarik kateter pelan-
pelan sampai 3-4 cm dari kulit dan tempelkan ke kulit perut dengan plester.
Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 74
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:

Tunggu sampai pulsasi arteri berhenti (biasanya 10-20 menit), cabut kateter
dengan lembut dan lakukan penekanan selama 5-10 menit sampai perdarahan
berhenti. Jangan telungkupkan bayi, minimal 4 jam observasi adanya
perdarahan.
2) Kateterisasi Vena Umbilikal (UVC)
a) Teknik Pemasangan
Ukur panjang kateter yang akan di masukkan, terdapat beberapa cara yaitu:
(1) Mengukur jarak antara umbilicus ke prosesus xyphoideus, ditambah
dengan panjang sisa umbilikal.Mengukur dengan rumus :
(1,5 x BB) + 5,5cm atau 1/2 {(BB x 3) + 9 cm} +1
(2) Lakukan persiapan (sama dengan persiapan pemasangan UAC).
(3) Ikat umbilikal dan potong datar dengan scalpel.
(4) Identifikasi vena umbilical. Buang semua bekuan darah yang terdapat
dalam vena dengan pinset iris. Pasang kateter dengan pinset iris dan
masukkan dengan lembut sampai ukuran yang telah ditentukan. Jika
terdapat tahanan pada saat memasukkan kateter, jangan di paksa, tarik ±
4-5 cm, kemudian masukkan kembalisambil diputar pelan searah jarum
jam. Kalau masi ada tahanan. Kalau masi ada tahanan, bias dicoba
memasukkan kateter lain di bawa kateter pertama dan masukan dengan
lembut, biasanya kateter kedua akan langsung memasuki duktus venosus.
Prosedur selanjutnya sama dengan UAC

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 75


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:

b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Jangan biarkan kateter dalam keadaan terbuka. Tekanan negatif dari intra
abdominal bisa menarik udara dan menyebabkan emboli udara.
b. Untuk pemberian cairan, kateter harus berada di dalam vena cava, tepat di bawa
atrium kanan, tidak boleh berada di dalam vena porta.
c. Untuk resusitasi, UVC dipasang dangkal, hanya sedikit di bawa kulit, sampai ada
aliran darah bebas (free-flow) saat ditarik dengan spuit.
Komplikasi
a. Perdarahan, infeksi
b. Enterokolitis nekrotikans
c. Perforasi kolon atau peritoneum
d. Hipertensi portal dan nekrosis hepar.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 76


INSTRUKSIONAL KERJA

TEKNIK IMUNISASI

IK.TI UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Teknik Imunisasi
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 19


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. (Proverawati, 2010). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
2. TUJUAN
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. (Proverawati, 2010)

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 77


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap


penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat
mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. (Alimul,
2009).
3. INDIKASI
Bayi usia 0-12 bln dan tidak sedang sakit.
4. KONTRAINDIKASI
a) Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi
mutlak terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih
dari 380C merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak.
b) Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS,
sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
c) Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang
sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi
sudah sehat. (Proverawati, 2010)
5. PERSIAPAN ALAT
a. IMUNISASI BCG
1) Vaksin BCG dalam ampul/ vial
2) Spuit tuberculin atau spuit khusus
3) Jarum ganti no. 26-27 jika perlu
4) Mangkuk berisi kapas alcohol
5) Bengkok atau safety box
6) Bak spuit
7) Sarung tangan bersih
8) Masker

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 78


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

b. IMUNISASI HEPATITIS B
1) Vaksin Hepatitis B dalam vial
2) Spuit 1 cc atau spuit khusus 0,5 cc dengan jarum no 22-25
3) Jarum ganti no. 22-25 jika perlu
4) Mangkuk berisi kapas alcohol
5) Bengkok atau safety box
6) Bak spuit
7) Sarung tangan bersih
8) Masker
c. IMUNISASI DPT
1) Vaksin DPT dalam vial
2) Spuit 1 cc, dengan jarum no 22-25
3) Jarum ganti no. 22-25 jika perlu
4) Mangkuk berisi kapas alcohol
5) Bengkok atau safety box
6) Bak spuit
7) Sarung tangan bersih
8) Masker
d. IMUNISASI POLIO
1) Vaksin polio oral dalam vial
2) Dropper atau penetes
3) Masker
4) Handscoon
e. IMUNISASI CAMPAK
1) Vaksin campak dalam vial
2) Spuit 1 cc atau spuit khusu 0,5 cc dengan jarum no. 22- 25
3) Mangkuk berisi kapas alcohol
4) Bengkok atau safety box

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 79


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

5) Bak spuit
6) Sarung tanan bersih
7) Masker
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1. Mengecek buku riwayat/catatan pengobatan pasien
2. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi

1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
5. Mempersiapkan alat
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) IMUNISASI BCG
a) Cuci tangan
b) Aspirasi vaksin BCG sebanyak 0,05 cc
c) Ganti jarum jika vaksin BCG di ambil dari dalam vial
d) Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksin (lengan atas lateral) yang mudah
e) Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik
f) Gunakan sarung tangan
g) Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol
h) Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari tangan non
dominan
i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 150 pada lengan atas lateral
j) Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 80


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

k) Keluarkan jarum
l) Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box
m) Lepaskan sarung tangan

2) IMUNISASI HEPATITIS B
a) Cuci tangan
b) Aspirasi vaksin Hepatitis B sebanyak 0,5 cc
c) Ganti jarum jika vaksin BCG di ambil dari dalam vial
d) Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksin (paha bagian anterolateral kiri atau kanan) yang
mudah
e) Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik
f) Gunakan sarung tangan
g) Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol
h) Tekan dan Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari telunjuk
tangan non dominan
i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 900 pada paha bagian anterolateral kiri
atau kanan.
j) Lakukan asprasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit
k) Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan
l) Keluarkan jarum
m) Tekan lokasi penyuntikan menggunakan kapas alcohol
n) Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box
o) Lepaskan sarung tangan

3) IMUNISASI DPT
a) Cuci tangan
b) Aspirasi vaksin DPT sebanyak 0,5 cc

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 81


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

c) Ganti jarum jika vaksin DPT di ambil dari dalam vial


d) Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksin (Paha bagian anterolateral kiri atau kanan) yang
mudah
e) Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik
f) Gunakan sarung tangan
g) Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol
h) Tekan dan Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan non dominan
i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 900 pada Paha bagian anterolateral
kiri atau kanan)
j) Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan
k) Keluarkan jarum
l) Tekan lokasi penyuntikan dengan kapas alcohol
m) Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box
n) Lepaskan sarung tangan

4) IMUNISASI POLIO
a) Cuci tangan
b) Buka penutup vial vaksin polio
c) Ganti tutup vial vaksin polio
d) Ganti tutup vial dengan dropper
e) Bantu klien memperoleh posisi yang hyaman (dipangku untuk bayi) dengn
kepala sedikit hiperekstensi
f) Gunakan sarung tangan
g) Buka mulut klien. Mulut bayi dapat dibuka dengan menekan kdua pipi
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan non- dominan anda

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 82


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

h) Dengan menggunakan tangan dominan, teteskan dua tetes vaksin polio ke


dalam mulut klien. Atur jarak dropper dengan mulut bayi sekitar 5 cm
i) Lepaskan sarung tangan

5) IMUNISASI CAMPAK
a) Cuci tangan
b) Aspirasi vaksin campak sebanyak 0,5 cc
c) Ganti jarum yang digunakan dengan jarum baru
d) Bantu klien untuk memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksinn (lengan kiri atas) yang mudah
e) Buka pakaian klin pada area yang akan disuntik
f) Gunakan sarung tangan
g) Lakukan desinfeksi mengguankan kapas alcohol
h) Tekan dan engganggkan kulit disekitar lokasi penyuntikan dengan ibu jari
dan jari telunjuk tangan non dominan anda.
i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 45 0 pada lengan kiri atas
j) Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit
k) Dorong plunger scara perlahan sehigga vaksin masuk kedalam jaringan
l) Keluarkan jaruum
m) Tekan lokasi penyuntikan dngan kapas alcohol
n) Buang spuit ke dalam bengkok/ safety box
o) Lepaskan sarung tangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 83


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 8 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. IMUNISASI BCG
Imunisasi BCG dilakukan dengan memasukkan 0,05 cc vaksin BCG
Kedalam jaringan intradermal. Reaksi kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang
perlu diperhatikan pada pemberian vaksin BCG adalah munculnya papula sekitar
dua minggu setelah imunisasi dilakukan. Papula tersebut dapat membesar dan dapat
terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian sembuh secara perlahan tanpa
pengobatan khusus, serta meninggalkan jaringan parut. Beri tahu keluarga dank lien
untuk mengkompres ulkus yang mengeluarkan cairan dengan cairan antiseptic.
Anjurkan keluarga atau klien untuk menghubungi tenaga kesehatan jika ulkus
bertambah besar atau cairan yang keluar dari ulus semakin banyak.
Jadwal Imunisasi BCG :
1) Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan
pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.
2) Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun).
3) Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
4) Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah
komplikasinya.
5) Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 84


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 9 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

b. IMUNISASI HEPATITIS B
Imunisasi hepatitis B merupakan tindakan memasukkan 0,5 cc vaksin
hepatitis B ked lam jaringan intramuscular menggunakan spuit. Lokasi intramuscular
yang lazim digunakan adalah vastus lateralis (paha bagian anterolateral kiri atau
kanan) atau deltoid. Reaksi KIPI yang harus diketahui keluarga dan klien adalah
tidak lama setelah imunisasi, klien dapat mengalami demam, nyeri sendi, mual, atau
terjadi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan pada lokasi penyuntikan. Anjurkan
klien untuk meningkatkan asupan cairan sebanyak mungkin (ASI atau jus buah)
mengompres lokasi penyuntikan dengan air dingin, atau mengkonsumsi paracetamol
15 mg/kg/BB setiap 3-4 Jam, jika klien mengalami demam. Pemberian paracetamol
dilakukan maksimal 6 kali dalam 24 jam. Klien dapat mandi atau menyeka tubuhnya
dengan air hangat untuk mempertahankan hygiene diri. Jika reaksi KIPI yang
timbul tampak menetap atau semakin berat, anjurkan klien untuk menemui dokter.
Jadwal Imunisasi Hepatitis B :
1) Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah
lahir.
2) Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi
hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun
optimal, interval imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
3) Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0
monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin
kombinasi DTwP/hepatitis B pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B
diberikan dalam kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian dan
meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
4) Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi
hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3
kali pemberian.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 85


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 10 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

c. IMUNISASI DPT
Imunisasi DPT merupakan tindakan memasukkan 0,5 cc vaksin DPT ke dalam
jaringan intramuscular menggunakan spuit. Lokasi intramuscular yang lazim
digunakan adalah vastus lateraliis (paha bagian anterolateral kanan atau kiri) atau
deltoid. Raksi KIPI yang harus diketahui adalah klien dapat memahami demam tinggi,
rewel (pada bayi), terjadi pembengkakan. Kemerahan, dan nyeri pada lokasi
penyuntikan. Reaksi tersebut akan hilag dalam waktu dua hari. Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan cairan sebanyakmungkin (ASI dan jus buah), mengompres
lokasi penyuntikan dengan air dingin, atau mengkonsusmsi parasetamol 15 mg/kg/BB
setiap 3-4 jam jika klien mengalami demam. Pemberian paracetamol dapat dilakukan
maksimal 6 kali dalam 24 jam. Klien dapat mandi atau menyeka tubuhnya dengan air
hangat untuk mempertahankan hygiene diri. Jika reaksi KIPI yang timbul tampak
menetap atau semakin berat, anjurkan klien untuk menemui dokter.
Jadwal Imunisasi DPT :
1) Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh
diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik
diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur
4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
2) Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun
ulangan.
3) Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu
DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
d. IMUNISASI POLIO
Imunisasi polio dilakukan dngan memasukkan 2 tetes vaksin polio kedalam
mulut klien, terutama sublingual jika memungkinkan. Reaksi KIPI jarang terrjadi
pada imunisasi polio, oleh sebab itu, orang tua tidak perlu merasa cemas. Akan tetapi,
orang tua harus diberi tahu bahwa imunisasi polio tidak dapat diberikan pad anak
yang mengalami diare yang berat.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 86


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 11 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

Jadwal Imunisasi Polio :


1) Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio -1, 2, dan 3. (1.OPV,
hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.)
2) Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk
mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
3) Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan,
interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
4) OPV diberikan 2 tetes per-oral.
5) IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri
atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
e. IMUNISASI CAMPAK
Imunisasi campak merupakan tindakan memasukkan 0,5 cc vaksin campak
ke dalam jaringan subkutan yang dilakukan secara sengaja. Lokasi penyuntikan
yag lazim digunakan adalah lenga kiri atas. Reaksi KIPI yang dapat muncul setelah
peberian vaksin capak adalah demam ringan, kulit kemerahanbtipis yang tidak
menuar, dan pilek. Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan cairan sebanyak
mungkin (ASI atau jus buah), paracetamol 15 mg/kg/BB setip 3-4 jam jika klien
mengalami demam. Pemberian paracetamol dilakkukan maksimal 3-4 jam jika
klien mengalami demam. Pemberian paracetamol dilakukan maksimal 6 kal dalam
24 jam. Klien dapat mandi atau menyeka tubuhnya dengan air hangat untuk
mempertahankan hygine diri. Jika reaksi KIPI yang timbul tampak menetap atau
semakin berat , anjurkan klien untuk menemui dokter.
Jadwal Imunisasi Campak :
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan
dalam, pada umur 9 bulan. (IDAI, 2008)

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 87


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 12 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

a. Faktor Yang Dapat Merusak Vaksin Dan Komposisi Vaksin


1) Panas dapat merusak semua vaksin.
2) Sinar matahari dapat merusak BCG.
3) Pembekuan toxoid.
4) Desinfeksi / antiseptik : sabun. (Marimbi, 2010)
b. Tatacara Pemberian Imunisasi
1) Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata cara seperti
berikut:
a) Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
divaksinasi.
b) Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi
reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
c) Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa
mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan orang tua
atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
d) Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan
diberikan.
e) Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.
f) Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan
baik.
g) Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan.
Periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya
perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan.
h) Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula
vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination)
bila diperlukan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 88


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 13 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

i) Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan
jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima
vaksin.
j) Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:
(1) Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa
yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan
yang lebih berat.
(2) Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
(3) Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan
bidang P2M.
(4) Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi
untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
(5) Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar,
pelaksanaannya dapat bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas
yang berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang
valid, dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan.
2) Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus
disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus
didinginkan pada temperatur 2-8oC dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT
dan hepatitis B) menjadi tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk
melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin
individual, karena beberapa vaksin (polio) dapat disimpan dalam keadaan beku.
3) Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus
dan digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan,
harus diperiksa terhadap tanda-tanda kerusakan (warna dan kejernihan). Perlu

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 89


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 14 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

diperhatikan bahwa vaksin campak yang telah diencerkan cepat mengalami


perubahan pada suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk
mengencerkan dan jarum ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan untuk
menyuntikkan vaksin.
4) Pembersihan Kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun
apabila kulit telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.
5) Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikan intramuskular atau
subkutan dalam. Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio diberikan
per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal.
6) Teknik dan Ukuran Jarum
a) Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan
petunjuk keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran
infeksi dan trauma akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus
diguxnakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya
tidak digunakan botol vaksin yang multidosis, karena risiko infeksi. Apabila
memakai botol multidosis (karena tidak ada laternatif vaksin dalam sediaan
lain) maka jarum suntik yang telah digunakan menyuntikkan tidak boleh
dipakai lagi mengambil vaksin.
b) Tabung suntik dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup yang diberi
tanda (label) tidak mudah robek dan bocor, untuk menghindari luka tusukan
atau pemakaian ulang. Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus
dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
c) Sebagian besar vaksin harus disuntikkan ke dalam otot. Penggunaan jarum
yang pendek meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang
dalam.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 90


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 15 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

d) Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada
perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut :
(1) Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan
bayi-bayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan
panjang 16 mm.
(2) Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dapakai jarum ukuran 25
dengan panjang 16 mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 27
dengan panjang 12 mm.
(3) Untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG dipakai jarum ukuran 25-
27 dengan panjang 10 mm.
7) Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular
Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 450 sampai 600 ke dalam otot
vastus lateralis atau otot deltoid (lengan atas). Untuk otot vastus lateralis, jarum
harus diarahkan ke arah lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak.
Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan
pada sudut 900. pada suntikan dengan sudut jarum 450 sampai 600 akan mengalami
hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke dalam otot.
8) Tempat Suntikan yang Dianjurkan
a) Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada
bayi-bayi dan anak-anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif
untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat
berjalan) dan orang dewasa.
b) Daerah anterolateral paha adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayi-
bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk menghindari risiko kerusakan
saraf ischiadica (nervus ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadica akibat
suntikan didaerah gluteus lebih banyak dijumpai pada bayi karena variasi posisi
saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan suntikan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 91


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 16 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

intramuskular di daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan suntikan


subkutan dengan reaksi lokal yang lebih berat.
c) Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di atas insersi otot
deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan diatas puncak pundak memberi
risiko terjadinya keloid.
9) Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
a) Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko kerusakan
saraf, pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi dan anak
jangan bergerak saat disuntik, walaupun demikian cara memegang bayi dan
anak yang berlebihan akan menambah ketakutan sehingga meningkatkan
ketegangan otot. Perlu diyakinkan kepada orang tua atau pengasuh untuk
membantu memegang anak atau bayi, dan harus diberitahu agar mereka
memahami apa yang sedang dikerjakan.
b) Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan
adalah :
(1) Menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica pada suntikan daerah gluteal.
(2) Daerah deltoid pada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap
suntikan secara adekuat.
(3) Sifat imunogenesitas vaksin hepatitis B berkurang bila disuntikkan di
daerah gluteal.
(4) Menghindari risiko reaksi lokal dan terbentuk pembengkakan di tempat
suntikan yang menahun.
(5) Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.
10) Vastus Lateralis, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
a) Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian
anterolateral paha. Vaksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga
otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat.
Jarum harus membuat sudut 45o-60o terhadap permukaan kulit, dengan jarum

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 92


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 17 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

kearah lutut, maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar ujung jari di
atas (ke arah proksimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot.
b) Anak atau bayi diletakkan di atas meja periksa, dapat dipegang oleh orang
tua/pengasuh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua atau
pengasuhnya. Celana (popok) bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus
lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikkan
terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan
paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari-jari. Posisi ini akan
mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar.
c) Lokasi suntikan pada vastus lateralis :
(1) Letakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang.
(2) Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut.
(3) Cari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi,
tarik garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Tempat suntikan
vaksin ialah batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila
tungkai bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus
iliotibialis menyebabkan garis bagian distal lebih jelas).
(4) Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara
sepertiga bagian atas dan tengah, jarum ditusukkan satu jari di atas batas
tersebut.
11) Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
a) Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikan di daerah deltoid ialah
duduk di atas pangkuan ibu atau pengasuhnya.
b) Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara
lengan lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh.
c) Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman
dan berhasil.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 93


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 18 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

d) Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan
meningkatkan risiko penetrasi saraf.
Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka lengan atas dari pundak ke
siku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara
akromnion dari insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan membuat
sudut 45o-60o mengarah pada akromnion. Bila bagian bawah deltoid yang
disuntik, ada risiko trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan
muncul dari otot trisep.
12) Pengambilan Vaksin dari Botol (Vial)
Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah
dilarutkan, harus memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang
terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau semprit yang telah digunakan
menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk mengambil vaksin dari botol
vaksin karena risiko kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosis
ganda (multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternatif lain.
13) Penyuntikan Subkutan
Perhatian untuk suntikan subkutan :
a) Arah jarum 450 terhadap kulit.
b) Cubit tebal untuk suntikan subkutan.
c) Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan.
d) Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda
14) Penyuntikan Intramuscular
Perhatian untuk penyuntikan intramuskular :
a) Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot.
b) Suntik dengan arah jarum 45o-60o, lakukan dengan cepat.
c) Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum
ditusukkan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 94


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 19 dari 19
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Imunisasi No. Dokumen:

Berlaku:

d) Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk ke


dalam vena. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi dengan suntikan baru.
e) Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.
15) Pemberian Dua atau Lebih Vaksin pada Hari Yang Sama
 Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boleh diberikan
pada hari yang sama. Vaksin inactivated dan vaksin virus hidup, khususnya
vaksin yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi, pada umumnya dapat diberikan
pada lokasi yang berbeda saat hari kunjungan yang sama. Misalnya pada
kesempatan yang sama dapat diberikan vaksin-vaksin DPT, hepatitis B, dan
polio.
 Vaksin-vaksin yang berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin-
vaksin yang berbeda yang diberikan pada seseorang pada hari yang sama harus
disuntikkan pada lokasi yang berbeda dengan menggunakan semprit yang
berbeda. (IDAI, 2008)

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 95


INSTRUKSIONAL KERJA

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT ( MTBS )

IK.MTBS UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Manajemen Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Terpadu Balita Sakit ( MTBS )
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 7


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Terpadu Balita Sakit No. Dokumen:
( MTBS )
Berlaku:

1. DEFINISI
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan,
dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi, status gizi, status imun maupun
penanganan dan konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu program
pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka
kesakitan.

2. TUJUAN
a. Meningkatkan keterampilan petugas
b. Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 96


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Terpadu Balita No. Dokumen:
Sakit ( MTBS )
Berlaku:

c. Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan dirumah


d. Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e. Memperbaiki sistem kesehatan
3. INDIKASI
a. Penilaian,klasifikasi dan pengobatan bayi muda umur 1 hari- 2 bulan
b. Penilaian dan klasifikasi anak sakit umur 2 bulan- 5 tahun
c. Pengobatan yang telah ditetapkan dalam bagan penilaian dan klasifikasi
d. Konseling bagi ibu
e. Tindakan dan pengobatan
f. Masalah dan pemecahan dan pelayanan tindak lanjut
4. PERSIAPAN ALAT
Form bayi < 2 bln, Form bayi 2 bln- 5 tahun. Buku MTBS, Alat tulis, Buku catatan.
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
(1) Mengecek buku catatan/ riwayat pengobatan pasien
(2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan
6) Mendekatkan alat
7) Mencuci tangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 97


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Terpadu Balita No. Dokumen:
Sakit ( MTBS )
Berlaku:

6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Menuliskan identitas pasien dengan tepat pada format yang tersedia
2) Melakukan penilaian sesuai dengan tanda / gejala yang ditentukan
a) Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang,gangguan nafas,suhu tubuh,adanya
infeksi,ikterus,gangguan pencernaan,BB,status imun.
b) Untuk bayi 2 bulan - 5 tahun
Keadaan umum,respirasi,derajat dehidrasi,suhu,periksa telinga,status
gizi,imun,penialaian pemberian makanan.
3) Melakukan klasifikasi berdasarkan buku bagan MTBS dengan tepat
4) Melakukan Tindakan sesuai dengan buku bagan MTBS dengan tepat
5) Melakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan secara lengkap sesuai dengan
tanda / gejala yang ditemukan pada pasien
6) Melakukan edukasi dan tindakan kepada keluarga dengan tepat dan dengan
penjelasan yang mudah dimengerti oleh keluarga
7) Mendokumentasikan seluruh aktifitas MTBS dengan tepat.

b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 98


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Terpadu Balita No. Dokumen:
Sakit ( Mtbs )
Berlaku:

7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Program MTBS perlu persiapan untuk menerapkannnya meliputi :
a. Informasi mengenai MTBS kepada seluruh petugas
b. Persiapan penilaian, obat-obat dan alat yang digunakan untuk pelayanan
c. Persiapan pengadaan formulir
d. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan hasil pelayanan
e. Penerapan MTBS dilaksanakan secara bertahap
Konseling MTBS : Suatu bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien sebagai
upaya membantu orang lain agar ia mampu memecahkan masalah yang dihadapi.
Konseling bagi ibu bertujuan agar ibu mengetahui dan dapat menilai keadaan anak
secara dini. Penilaian berupa :
a) Menilai cara pemberian makan anak
Langkah yang dilakukan tenaga kesehatan : tanyakan kepada ibu cara pemberian
makanan anak sehari-hari dan selama sakit. Bandingkan jawaban ibu dengan
anjuran pemberian makan yang sesuai umur anak.
Hal yang dinyatakan :
1) Apakah ibu meneteki anak ?
a) Berapa kali ?
b) Apa ibu juga meneteki pada malam hari ?
2) Apakah anak mendapat makanan/minuman lain ?
(a) Makanan/minuman apa ?
(b) Berapa kali sehari ?
(c) Alat apa yang digunakan untuk member makanan ?
(d) Jika BB menurut umur sangat rendah, maka ditanya berapa banyak
makan/minum yang diberikan ?
(e) Apakah anak dapat porsi tersendiri ?
(f) Siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya ?

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 99


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Terpadu Balita No. Dokumen:
Sakit ( Mtbs )
Berlaku:

3) Selama anak sakit, apakah pemberian makan anak diubah ? bila ya, bagaimana
caranya ?
Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat :
(a) 0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, min 8x sehari.
(b) 6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI.
Ex : pisang, papaya, air jeruk dan air tomat, makanan pendamping
diberikan 2x/hari, sesuai pertambahan umur diberikan bubur tim ditambah
kuning telur, tempe, tahu, ayam, ikan, daging, wortel, bayam, kacang
hijau, santan/minyak, frekuensi 7-8 sendok/hari.
(c) 9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara
bertahap dimulai dari bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga. Berikan
3x/hari frekuensi 9-11 sendok, dan beri makanan selingan 2x/hari. Ex :
bubur kacang hijau, pisang, biscuit, dll diantara waktu makan.
(d) 12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, beri nasi lunak yang
ditambah telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging, wortel, bayam, kacang,
santan minyak. Beri 3x/hari dan makanan selingan 2x/hari.
(e) > 2 tahun : Makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur
dan buah, makanan selingan 2x/hari
(f) Jika anak diare, beri ASI lebih sering dan lebih lama, jangan diberi susu
kental.
b) Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak sakit
Untuk setiap anak sakit :
1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama
2) Tingkatkan pemberian cairan, ex : beri kuah sayur dan air putih
Untuk anak diare :
(1) Diberi cairan tambahan terapi Adan B sesuai pengobatan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 100


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Terpadu Balita No. Dokumen:
Sakit ( Mtbs )
Berlaku:

Untuk anak mungkin DBD :


(1) Cairan tambahan sangat penting, ex : oralit
c) Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan
Nasehati ibu untuk kunjungan ulang sesuai waktu paling awal untuk permasalahan
anak.
Anak dengan Kunjungan ulang
Pneumonia 2 hari
Disentri
Malaria
Demam
Campak
DBD
Diare 5 hari
Infeksi telinga
Masalah pemberian makan
Penyakit lain jika tidak ada perubahan
Anemia 4 minggu
BB menurut umur sangat rendah 4 minggu
Kunjungan berikutnya :
Nasehati ibu bila ditemukan tanda-tanda pada anak seperti :
Setiap anak sakit Tidak mau minum/menetek, bertambah
parah dan timbul demam
Anak batuk, bukan pneumonia Nafas cepat dan sukar bernafas
Anak diare BAB campur darah, malas minum
Mungkin DBD/demam Ada tanda-tanda perdarahan, ujung
ekstremitas dingin, nyeri ulu hati/gelisah
dan sering muntah

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 101


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Manajemen Terpadu Balita No. Dokumen:
Sakit ( Mtbs )
Berlaku:

d) Menasehati ibu tentang kesehatan dirinya


1. Nasehati ibu untuk makan dengan baik untuk menjaga kekuatan dan
kesehatan dirinya
2. Periksa status imunisasi ibu, kalau perlu beri imunisasi TT
3. Pastikan bahwa ibu memperoleh imunisasi dan pelayanan terhadap :
Program KB, Konseling, PMS, dan pencegahan
4. Anjurkan ibu untuk deteksi dini

Masalah dan Pemecahan


Masalah Pemecahan
Bayi rewel Ini terkait dengan pemberian ASI, periksa popok, gendong bayi,
mungkin perlu perhatian
Bayi tidak tidur Tidurkan bayi disamping ibu dan sering diberi ASI, jangan beri
sepanjang malam makanan lain
Bayi menolak Mungkin bayi bingung putting, beri ASI, beri perhatian dan kasih
menetek sayang
Bayi BBLR Beri ASI sesering mungkin
Bayi ikterik Meneteki segera setelah lahir, ASI sesering mungkin
ASI tidak cukup Semakin sering meneteki semakin banyak produksi ASI
Ibu mengatakan ASI Jelaskan cara memproduksi dan mengeluarkan ASI, teteki bayi
tidak keluar sesering mungkin
Ibu mengeluh putting Beri paracetamol 1 tablet tiap 4-6 jam, tetap beri ASI pada bayi,
terasa sakit perbaiki posisi dan perlekatan saat member ASI
Ibu mengeluh Usaha meneteki bayi sampai payudara kosong, kompres payudara
payudara penuh dengan air hangat dan teteki bayi segera mungkin
Mastitis dan Abses Beri antibiotic, beri obat penghilang rasa sakit, kompres hangat,
tetap beri ASI. Jika abses hentikan ASI dulu
Ibu sakit dan tidak Teteki bayi dulu baru ibu minum obat
mau meneteki
Ibu bekerja Teteki bayi pada pagi hari, pada waktu pulang kerumah, dan lebih
sering pada malam hari

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 102


INSTRUKSIONAL KERJA
PHOTO THERAPY

IK.PT UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Photo Therapy
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Photo Therapy No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Phototherapy adalah terapi dengan menggunakan penyinaran sinar dengan
intensitas tinggi yaitu 425-475 nm (biasa terlihat sebagai sinar biru) untuk
menghilangkan bilirubin tak langsung dalam tubuh. Terapi sinar dilakukan selama 24
jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas
normal. Dengan fhototherapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan
menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati.
2. TUJUAN
Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 103


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Photo Therapy No. Dokumen:

Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT
Lampu / neon foto terapi, Tempat tidur bayi (inkubator), Kasa, plester dan gunting,
Penutup mata yang tidak tembus sinar

4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
a) Mengecek buku riwayat pengobatan pasien
b) Kontrak dengan keluarga
b. Fase Orientasi
a) Menyapa dan mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan
d) Menjelaskan prosedur
e) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
f) Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Mengatur posisi bayi dalam keadaan tidak berpakaian agar seluruh tubuh
bayi terkena sinar (lampu masing masing 20 watt sebanyak 8-10 buah
disusun parallel )
2) Menutup mata dengan penutup yang tidak tembus sinar dan melakukan
fiksasi dengan plaster agar tidak bergeser atau berubah posisi.
3) Mengatur lampu sinar dengan jarak kurang lebih 40 cm
4) Mengatur posisi bayi setiap 6 jam : telentang miring ke kanan, telungkup
dan miring kekiri, ukur suhu setiap 4-6 jam, ukur kadar bilirubin tiap 24
jam.
5) Apabila memberi makan, memindahkaan bayi dan membuka penutup mata.
6) Mencatat kondisi perkembangan
7) Mencuci tangan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 104


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Photo Therapy No. Dokumen:

Berlaku:

b. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Merapikan pasien dan alat
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Pertahankan sikap tenang selama melakukan tindakan
b. Menjaga keamanan psien dan
c. Menggunakan teknik komunikasi teraputik selama tindakan berlangsung

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 105


INSTRUKSIONAL KERJA

KANGAROO MOTHER CARE ( KMC )

IK.KMC UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Kangaroo Mother Care ( KMC )
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Kangaroo Mother Care ( Kmc ) No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Perawatan Metode Kanguru/Kangaroo Mother careadalah cara merawat bayi
dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakkan secara tegak atau
vertikal di dada antara kedua payudara ibunya (ibu telanjang dada) kemudian diselimuti.
Dengan demikian, terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara kontinyu dan bayi
memperoleh panas (sesuai suhu ibunya) melalui proses konduksi.

2. TUJUAN
a. Denyut jantung (nadi), pernafasan bayi lebih teratur dan suhu lebih hangat
sehingga mencegah hipotermi

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 106


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Kangaroo Mother Care No. Dokumen:
( KMC )
Berlaku:

b. Memudahkan pemberian ASI


c. Tidur bayi lebih nyenyak dan lama karena didekap ibu
d. Kenaikan BB bayi lebih cepat
e. Ibu lebih percaya diri, puas dan senang
f. Meningkatkan hubungan emosi ibu – anak
g. Ibu lebih percaya diri dalam merawat bayi.
h. Hubungan lekat antara ibu dan bayi lebih baik. Ibu lebih sayang pada bayinya.
i. Memberikan pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu.
j. Meningkatkan produksi ASI.
k. Meningkatkan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui.

3. PERSIAPAN ALAT
Persiapan baju kanguru, Topi bayi, Pantom Bayi Kain, Baju bayi, Popok Bayi,
4. PERSIAPAN PASIEN
a) Pra orientasi
1) Melihat data pasien / riwayat pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b) Fase Orientasi
1) Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
5) Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Mendekatkan alat ke dekat pasien
2. Lakukan monitoring suhu, RR, warna kulit
3. Melepaskan baju bagian atas pasien ( jaga privasi pasien )

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 107


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Kangaroo Mother Care No. Dokumen:
( KMC )
Berlaku:

4. Memegang bayi dengan satu tangan, diletakkan di belakang leher sampai


punggung leher
5. Menopang bagian bawah bayi dengan ibu jari dan jari jari lainnya
6. Menempatkan tangan lain dibawah pantat bayi
7. Meletakkan bayi diantara kedua payudara ibu dengan posisi tegak
8. Kepala bayi dipalingkan ke kanan / ke kiri sedikit ekstensi ( tengadah)
9. Memposisikan kepala bayi tidak tertekuk\
10. Dada bayi menempel dada ibu (kulit bayi menempel kulit ibu)
11. Perut bayi berada di epigastrum ibu ( tidak tertekan )
12. Tangan bayi posisi fleksi
13. Pangkal paha bayi posisi fleksi dan melebar (posisi kodok).
14. Pasangkan baju kangoro dengan mengikatkan selendang / baju kangoro
secukupnya dan ujung pengikat berada di bawah telinga bayi
15. Pasangkan penutup kepala bayi
16. Pasang baju luar kepada ibu
17. Monitor suhu tubuh, warna kulit dan nafas bayi

b. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan pada pasien
3. Mencuci tangan
4. Mendokumentasikan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 108


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Kangaroo Mother Care No. Dokumen:
( KMC )
Berlaku:

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Penampilan selama tindakan yang perlu diperhatikan adalah :
a. Ketenangan selama tindakan
b. Melakukan komunikasi terapeutik
c. Ketelitian selama tindakan
d. Keamanan selama tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 109


INSTRUKSIONAL KERJA

PERSIAPAN TRANFUSI TUKAR ( CHANGE TRANFUTION )

IK.PTT UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2018– All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Persiapan Tranfusi Tukar (
Revisi Tanggal Change Tranfution )

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Tranfusi Tukar ( No. Dokumen:
Change Tranfution )
Berlaku:

1. DEFINISI
Transfusi tukar adalah suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien dan
memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit
yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien.

2. TUJUAN
Memenuhi kebutuhan kekurangan darah/ penggantian komponen darah yang baru.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 110


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Tranfusi Tukar No. Dokumen:
( Change Tranfution )
Berlaku:

3. INDIKASI
a. Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20 mg% dengan
albumin kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas golongan darah ( Rh,
ABO, MNS ), sepsis, hepatitis, ikterus fisiologis yang berlebihan, kelainan enzim
(defisiensi G6PD, piruvat kinase, glukoronil transverase), penyakit anemia hemolitik
auto imun (pada anak besar)
b. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari-hari
pertama bayi baru lahir (0,3 – 1 mg%/jam).
c. Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir) Biasanya terjadi pada bayi
yang sebelumnya telah terjadi malnutrisi atau mengalami hipoksia intrauterin kronis,
pada kembar identik dan pada bayi dengan ibu diabetes.
d. Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien hydrops fetalis
e. Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji coombs direk yang positif.
Semua kelainan yang membutuhkan komplemen, opsonin / gamma globulinpada
prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat.
4. KONTRAINDIKASI
1) Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis : Gagal memasang akses arteri
atau vena umbilikalis dengan tepat, Omfalitis, Omfalokel / Gastroskisis, Necrotizing
Enterocolitis.
2) Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer : Gangguan perdarahan ( Bleeding
Diathesis ), Infeksi pada tempat tusukan, Aliran pembuluh darah kolateral dari a.
Ulnaris / a.Dorsalis Pedis kurang baik Ketidakmampuan memasang akses arteri dan
vena perifer
5. PERSIAPAN ALAT
a. Radiant warmer
b. Peralatan untuk bantuan pernapasan dan resusitasi serta obat-obatan
c. peralatan monitor untuk denyut jantung, tekanan darah, kecepatan pernapasan, suhu.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 111


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Tranfusi Tukar No. Dokumen:
( Change Tranfution )
Berlaku:

d. Monitor EKG bila ada


e. Peralatan untuk pemasangan kateter arteri dan vena umbilikalis
f. Selang lambung 5F/6F untuk mengosongkan lambung sebelum memulai TT
g. Heparin encer ( 5u/ml yaitu dengan mencampurkan 500 unit heparin ke dalam 100
cc Nacl 0,9% ).
h. Semprit steril 20 ml, dua buah ( untuk mengeluarkan dan memasukkan darah )
i. Three way stopcock yang steril dua buah
j. Sarung tangan steril 2 buah
k. Semprit 5 ml/10 ml dua buah untuk Ca glukonat 10% dan heparin encer.
l. Kateter umbilikalis satu buah. Sediakan dua buah jika memakai teknik isovolumetric
2 volume exchange, satu dimasukkan vena dan satu lagi untuk arteri umbilikalis
m. Infus set, dua buah
n. Darah harus dihangatkan dulu ke suhu 37°C.

6. PERSIAPAN PASIEN
a. Persiapan yang diperlukan
1) Menentukan dan memesan jumlah darah donor yang diperlukan untuk TT.
Volume darah normal pada neonatus cukup bulan 80 ml/kg BB, sedangkan pada
BBLR / BBLSR bisa sampai 95 ml/kg BB. Misalnya pada bayi dengan berat
badan 3 kg, volume darah bayi tersebut 240 cc. Dua kali dari volume tersebut
ditransfusi tukar pada prosedur 2 volume TT. Maka jumlah darah yang
diperlukan adalah 480 cc.
2) Kompres kulit yang kering selama 30 menit dengan kasa yang dibasahkan
dengan Nacl 0.9% supaya lebih lunak dan memudahkan mencari vena serta
memasukkan kateter.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 112


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Tranfusi Tukar No. Dokumen:
( Change Tranfution )
Berlaku:

3) Pada polisitemia dilakukan Partial exchange dengan menggunakan Nacl 0,9%


atau untuk anemia yang sangat berat dengan Packed Red Cells (PRC)
4) Formula untuk menentukan jumlah volume transfusi tukar pada polisitemia.
5) Menentukan jumlah volume setiap aliquots (jumlah darah yang akan dikeluarkan
/ dimasukkan kedalam semprit setiap kali sewaktu melalukukan TT). Aliquots
yang biasanya digunakan pada transfusi tukar pada neonatus Sebaiknya tidak
melebihi 5 ml/kg,
6) Memilih salah satu metode TT yang bisa dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut :
 Metoda yang paling disenagi adalah isovolumetric exchange yaitu
mengeluarkan dan memasukkan darah dilakukan bersamaan
 Kateter A. Umbilikalis digunakan untuk mengeluarkan darah pasien dan
keteter V. Umbilikalis dipakai untuk memasukkan darah donor.
b. Pra orientasi
1. Melihat status riwayat kesehatan pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
c. Fase Orientasi
a. Menyapa dan mengucapkan salam
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur
e. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
f. Mencuci tangan

7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum TT
2) Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus albumin 1 g/kg BB

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 113


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Tranfusi Tukar No. Dokumen:
( Change Tranfution )
Berlaku:

3) Awasi tanda vital, jika perlu berikan oksigen


4) Tubuh anak jangan sampai kedinginan
5) Bila tali pusat masih segar, potong dan sisakan 3-5 cm di atas dinding perut. Bila
telah kering, potong rata setinggi dinding perut
6) Salah satu ujung kateter polietilen dihubungkan dengan semprit 3 cabang dan
ujung yang satu lagi dimasukkan ke vena umbilikalis dengan hati-hati sampai
terasa tahanan lalu tarik lagi sepanjang 1 cm. Dengan cara tersebut biasanya
darah sudah keluar sendiri. Ambilah 20 cc untuk pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan.
7) Periksa tekanan vena umbilikalis dengan mencabut kateter dari semprit dan
mengangkat ke atas. Tekanan ini biasanya positif ( darah akan naik setinggi 6 cm
di atas dinding perut ). Bila ada gangguan pernapasan biasanya terdapat tekanan
negatif.
8) Keluarkan lagi sebanyak 20 ml, kemudian baru masukkan 20 ml darah donor dan
seterusnya. Measukkan dan mengeluarkan darah dilakukan dalam waktu 20 detik.
Pada bayi prematuritas cukup dengan 10-15 ml. Jumlah darah yang dikeluarkan
adalah 190 ml/kg BB dan yang dimasukkan adalah 170 ml/kg BB.
9) Semprit harus sering dibilas dengan heparin encer ( 2 ml heparin @ 1000 U
dalam 250 ml Nacl fisiologis ).
10) Setelah 140-150 ml darah dimasukkan, kateter dibilas dengan 1 ml heparin encer
dan dimasukkan pula 1,5 ml glukonas kalsikus 10% dengan perlahan-lahan,
kemudian bilas lagi dengan 1 ml heparin encer. Bila bunyi jantung bayi kurang
dari 100/menit, waspada terjadinya henti jantung.
11) Jika tidak bisa pada vena umbilikalis maka bisa dipakai vena sefena, cabang vena
femoralis.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 114


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Tranfusi Tukar No. Dokumen:
( Change Tranfution )
Berlaku:

b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Merapikan alat dan pasien
3) Menjelaskan RTL
4) Berpamitan
5) Mencuci tangan
6) Mendokumentasikan tindakan

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Sebelum dilakukan transfusi tukar, harus dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu :
1) Darah tepi lengkap ( DTL ) dan hitung jenis
2) Golongan darah ( ABO, Rhesus ) bayi dan donor
3) Bilirubin total Direk dan Indirek
4) Elektrolit dan Gula Darah Sewaktu ( GDS )
Perawatan setelah tranfusi dapat meliputi perawatan daerah yang dilakukan pemasangan
kateter tranfusi dengan melakukan kompres NaCl fisiologis kemudian ditutup dengan
kassa steril dan difiksasi, lakukan pemeriksaan kadar Hb dan bilirubin serum setiap 12
jam dan pantau tanda vital.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 115


INSTRUKSIONAL KERJA

PROSEDUR RESTRAIN

IK.PR UNIVERSITAS LAB. KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Prosedur Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Restrain
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Restrain No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Suatu tindakan keperawatan untuk membatasi gerakan klien. Restraint secara
umum mengacu pada suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau
membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali.

2. TUJUAN
Memungkinkan klien mendapatkan perawatan dan mengikuti proses perawatan
tanpa perlawanan (misalnya, untuk mencegah pergerakan yang dapat mengganggu terapi
dengan mengganggu hubungan silang atau peralatan lain).

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 116


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Restrain No. Dokumen:

Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT
Bedong bayi, Kassa gulung, Gunting plester, Menyeleksi jenis dan ukuran Restraint
yang dibutuhkan klien. Berikut ini ada enam jenis Restraint.
1) Restraint sabuk (belt Restraint)
2) Restraint rompi
3) Restraint sarung tangan
4) Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki
5) Restraint mummy
4. PERSIAPAN PASIEN
b. Pra orientasi
1) Melihat buku catatan pasien / riwayat pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
c. Fase Orientasi
1) Memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan
6) Cuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja sesuai pilihan restrain mana yang digunakan :
1) Restraint sabuk (sabuk pengaman)
a) Pastikan sabuk pengaman dalam kondisi baik.
b) Jika sabuk mempunyai bagian panjang dan pendek, pasang bagian yang
panjang dari sabuk dibelakang atau dibawah tempat tidur klien dan
ikatkan pada bagian yang bergerak dari kerangka tempat tidur. Bagian
panjang akan ikut saat bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan tidak

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 117


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Restrain No. Dokumen:

Berlaku:

akan menjerat klien. Pasang bagian yang pendek ke pinggang klien, diatas
baju. Beri jarak satu jari antara klien dan sabuk.
c) Selain itu dapat pula dengan memasang sabuk disekitar pinggang dan ikat
dibelakang kursi.
d) Jika sabuk dipasang diberangkar, ikatkan sabuk di atas pinggang atau
abdomen. Restraint sabuk diperlukan pada semua klien di atas brankar
saat pengaman bagian tepi tidak ada.
2) Restraint Rompi
a) Pastikan rompi dengan ukuran yang tept dan cek kelayakan secara teratur.
b) Pakaiakan rompi pada klien, dalam keadaan terbuka pada bagian depan
atau belakang menurut rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
c) Tarik ujung rompi menyilang dada, dan pasang melewati celah pada
bagian lain dari dada.
d) Ulangi pada ujung yang lain
e) Gunakan simpul setengah busur untuk mengamankan setiap ujung di
sekitar tempat tidur yang dapat bergerak atau di belakang kursi ke kaki
kursi.
f) Jangan mengikat rompi pada bagian kepala tempat tidur.
g) Kencangkan ikatan di belakang kursi dengan menggunakan simpul
segiempat.
h) Pastikan klien dalam posisi yang sesuai untuk memfasilitasi ekspansi dada
maksimum untuk bernafas.
3) Restraint sarung tangan
a) Letakkan sarung tangan pada tangan yang akan di Restraint.
b) Ikuti petunjuk pabrik pembuatan untuk memasang Restraint sarung tangan.
c) Jika Restraint ini akan dipasang untuk beberapa hari, maka lepaskan
minimal 2-4 jam.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 118


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Restrain No. Dokumen:

Berlaku:

d) Kaji sirkulasi klien pada tangan segera setelah Restraint terpasang dan
secara reguler.
4) Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki
a) Beri kain pengalas pada tulang yang menonjol pada pergelangan tangan
atau kaki.
b) Letakkan Restraint yang telah disiapkan di pergelangan tangan atau kaki.
c) Tarik pengikat pada bagian Restraint melalui celah pada bagian
pergelangan tangan.
d) Dengan menggunakan ikatan setengah busur atau ikatan segiempat yang
sesuai, ikatkan bagian akhir dari Restraint pada bagian yang dapat
bergerak dari kerangka tempat tidur.
5) Restraint Mummy
a) Gunakan selimut atau kain lebar yang cukup dengan jarak antara ujung ke
ujung sekitar 2 kali panjang tubuh bayi.
b) Lipat kebawah pada satu ujung, dan tempatkan bayi diatasnya dengan
posisi supinasi.
c) Lipat bagian kanan dari selimut menutup tubuh bayi, dengan lengan kiri
masih bebas.
d) Lengan kanan pada posisi natural pada sisi badan.
e) Lipat sisa selimut pada bagian bawah bayi kearah atas
f) Dengan lengan kiri bayi dalam posisi natural di samping badan, lipat
bagian kiri selimut menutupi bayi, termasuk lengan dan bagian jahitan
selimut ke bawah badan.
g) Biarkan Restraint mummy pada bayi sampai prosedur selesai.
b. Fase Terminasi
1) Evaluasi tindakan
2) Merapikan alat dan pasien
3) Berpamitan, mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 119


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Restrain No. Dokumen:

Berlaku:

6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Ketenangan selama melakukan tindakan
b. Menjaga keamanan dan kenyamanan pasien
c. Menggunakan komunikasi terapeutik selama melakukan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 120


INSTRUKSIONAL KERJA

PERSIAPAN LUMBAL PUNTIE

IK.PLP UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Persiapan Lumbal Puntie
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 4


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Lumbal Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Punksi lumbal adalah tindakan memasukkan jarum LP ke dalam kandung dura
lewat processus spinosus L4-L5 / L5-S1 untuk mengambil cairan otak (liquor Cerebro
Spinalis).

2. TUJUAN
Untuk tindakan diagnostic

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 121


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Lumbal Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

3. INDIKASI
a. Urgent : ( suspek)
1) Meningitis bacterial / TBC.
2) Perdarahan subarahnoid.
3) Febris dengan kesadaran menurun (sebab tak jelas).
b. Biasa : ( suspek )
1) Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi / caudiografi.
2) Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang + satu minggu).
3) Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya.
4. KONTRAINDIKASI
1) Ada tanda peningkatan tekanan intrakranial ( pemeriksaan fundus okuli)
2) Ada infeksi kulit / luka bernanah sekitar tempat LP.
3) Ada deformitas corpus vertebrae di tempat punksi.
4) Ada kelainan soal hemophilia.
5) Tidak ada “inform consent” dari pasien / keluarga
5. PERSIAPAN ALAT
1) Jarum LP nomor 20 G/ 22G ( 1-2 biji).
2) Larutan disenfektan (betadine & alkohol 70 %).
3) Kain penutup (dock) steril berlubang (kalau ada ).
4) Sarung tangan steril.
5) Botol bersih dan kering (2 - 3 buah).
6) Kasa steril, lidi kapas steril dan plester.
7) Bila ada Lidocain / xylocain 2 %.
8) Dexametason / adrenalin ½ ampul.
6. PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
a. Mengecek data / riwayat pengobatan pasien
b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 122


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Lumbal Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

2) Fase Orientasi
a. Menyapa dan member salam pada pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur tindakan
e. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
f. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Alat dipersiapkan oleh perawat dan pasien diberitahu.
2) Pasien tidur miring dengan posisi fleksi maksimal pada sendi lutut, panggul
dan lumbal. Untuk mengatur dan mempertahankan posisi, perlu dibantu oleh
perawat.
3) Tentukan tempat LP dengan cara : dari atas tarik ke dawah sampai memotong
kolumna vertebralis. Titik perpotongan adalah tempat LP (L4-L5). Apabila
pada tempat tersebut mengalami kesulitan, dapat dikerjakan antara L3-L4.
4) Setelah liquor keluar, ambil pemeriksaan :
a) Nonna dan Pandy masing-masing tabung 4 – 5 tetes.
b) Sel, protein, glokosa, dalam botol sebanyak kurang lebih 30 tetes.
5) Bila liquor keluar bercampur darah lakukan test 3 tabung.
6) Dokter membuat surat permintaan cito pemeriksaan liquor ke laboratorium
7) Pasien diobservasi dalam keadaan tidur tengkurap paling sedikit 2 jam sambil
menunggu pemeriksaan liquor.
8) Apabila tidak terdapat efek samping LP (sakit kepala, pusing dll), setelah
observasi 2 jam, pasien diperbolehkan pulang ditemani oleh keluarga.
9) Indikasi MRS setelah LP :

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 123


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 4
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Lumbal Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

 Dari pemeriksaan liquor didapatkan infeksi SSP, GBS, Polineuropati dengan


gangguan motorik yang berat (nilai motorik kurang atau sama dengan 4).
 Terdapat keluhan efek samping LP setelah observasi lebih dari 2 jam. Pasien MRS
evaluasi lebih lanjut.
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1) Ketenangan selama melakukan tindakan
2) Menjaga keamanan pasien
3) Menggunakan komunikasi teraputik selama melakukan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 124


INSTRUKSIONAL KERJA
PERSIAPAN BONE MORRO PUNTIE

IK.PBMP UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Persiapan Bone Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Morro Puntie
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
BMP (Bone Marrow Puncture) atau punksi sumsum tulang merupakan tindakan medis
diagnostik yang seringkali diperlukan untuk membantu diagnosa suatu penyakit. Selain
itu juga digunakan untuk penentuan tahap dan monitoring terapi. Sehingga perlu
diketahui beberapa indikasi untuk dilakukannya BMP.

2. TUJUAN
a. Penilaian terhadap simpanan zat besi.
b. Mendapatkan specimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi).
c. Diagnosis sitomorfology/evaluasi produk pematangan sel asal darah

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 125


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

3. INDIKASI
a. Diagnosis, penentuan tahap dan evaluasi pengobatan
1) Kanker darah atau leukemia
2) Multiple myeloma
3) Kelainan lymphoproliferatif dan myeloproliferatif yang lain
b. Evaluasi dari sitopenia (menurunnya jumlah sel, contohnya trombositopenia,
anemia, leukopenia, pansitopenia, bisitopenia), thrombositosis, leukositosis, anemia
dan status cadangan besi.
c. Kondisi nonhematologik : investigasi panas yang tidak diketahui terutama pada
pasien AIDS, mikroorganisme yang terdapat pada sumsum tulang seperti
tuberculosis, Mycobacterium Avium Intracellulare (MAI), histoplasmosis.
Leishmaniasis dan infeksi jamur yang lain.
d. Penilaian kanker yang telah metastase atau menyebar
4. KONTRAINDIKASI
a. Ada tanda peningkatan tekanan intrakranial ( pemeriksaan fundus okuli)
b. Ada infeksi kulit / luka bernanah sekitar tempat BMP.
c. Ada deformitas corpus vertebrae di tempat punksi.
d. Ada kelainan soal hemophilia.
e. Tidak ada “inform consent” dari klien/ keluarga.
f. Keadaan umum yang buruk.
5. PERSIAPAN ALAT
1) Bahan tindakan antiseptic.
2) Providone iodine.
3) Kapas lidi steril dan kapas steril
4) Prokain/lidokain 3% dan spuit 5cc, 20cc, serta jarum hipodermik 23-25 gaus.
5) Sarung tangan steril dan duk berlubang steril.
6) Jarum aspirasi sumsum tulang (14-16) yang sesuai dengan tempat yang akan
dilakukan dan spuit yang sesuai dengan jarum aspirasi sumsum tulang.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 126


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

7) Botol bersih untuk koleksi aspirat sebagai gelas objek untuk preparat.
8) Antikoagulan (heparin atau EDTA).
Perlengkapan untuk mengatasi renjatan neurogenis dan anafilaksis (adrenalin,
atropine, sulfat, dan set infus).
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Mengecek riwayat pengobatan pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan member salam pada pasien
2) MEmperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Klien diminta untuk membuang air kecil/besar sebelum tindakan.
2) Periksa kelengkapan serta kelayakan bahan dan alat tindakan.
3) Cuci tangan yang bersih kemudian keringkan.
4) Gunakan sarung tangan steril.
5) Periksa kelengkapan serta kesesuaian jarum aspirasi dan spuit untuk aspirasi
tersebut dengan sedikit antikoagulan.
6) Lakukan tindakan aseptic dan antiseptic daerah tindakan serta prosedur terjaga
aseptic.
7) Tentukan titik tindakan.
8) Lakukan anastesi local tegak lurus permukaan, mulai dari subkutis sampai
periosteal.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 127


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

9) Lakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus dengan diputar dari kiri ke kanan
secara lembut menembus kulit hingga membentur tulang/periostenum,
kemudian perhatikan tingginya jarum selanjutnya cabut mendrein dan pasang
spuit 20 cc yang sudah dibilas antikoagulan kemudian lakukan aspirasi perlahan
tapi mantap, cabut spuit, biarkan saja jarumnya.
10) Teteskan aspirat secukupnya kegelas objek, diratakan di atas kaca objek,
kemudian akan terlihat partikel-partikel sumsum tulang.
11) Sisanya masukkan kedalam botol.
12) Setelah selesai, jarum aspirasi dicabut pelan-pelan tetapi mantap dengan cara
diputar seperti memasukkan tadi.
13) Pada daerah perlukaan dilakukan penutupan luka dengan kasa yang telah
diberikan antiseptic.
14) Daerah perlukaan jangan dibasahi selama 3 hari dan penutup luka dibuka
setelah 3 hari.

b. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 128


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Persiapan Bone Morro Puntie No. Dokumen:

Berlaku:

8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Tempat Aspirasi
1) Spina illiaka posterior superior (SIPS).
2) Krista illiaka.
3) Spina illiaka anterior superior (SIAS).
4) Sternum diantara iga ke-2 dan ke-3 mid sterna atau sedikit di kanannya (jangan
lebih dari 1 cm).
5) Spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.
b. Komplikasi
Pneumomediastinum jika dilakukan pada sternum akan mengakibatkan terjadinya
perdarahan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 129


INSTRUKSIONAL KERJA
TEKNIK PENURUNAN SUHU TUBUH : KOMPRES HANGAT, TEPID WATER SPONGE

IK.TPST UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Teknik Penurunan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Suhu Tubuh : Kompres Hangat, Tepid
Revisi Tanggal Water Sponge

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Penurunan Suhu Tubuh : No. Dokumen:
Kompres Hangat, Tepid Water Sponge
Berlaku:

1. DEFINISI
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan
teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (F.Corrard,
2001). Tepid sponge merupakan salah satu cara metode fisik untuk menurunkan demam
yang bersifat non farmakoterapi. Thenik ini di lakukan dengan melakukan kompres air
hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk mengompres antara 30-35°C (Setiawati,
2009)

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 130


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Penurunan Suhu No. Dokumen:
Tubuh : Kompres Hangat,
Tepid Water Sponge Berlaku:

2. TUJUAN
Kompres hangat : Memperlancar sirkulasi darah, Menurunkan suhu tubuh, Mengurangi
rasa sakit, Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
Tepid sponge Untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu terjadi lewat
panas tubuh yang digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Karena air
hangat membantu darah tepi di kulit melebar, sehingga pori-pori menjadi terbuka yang
selanjutnya memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Dengan suhu di luar yang
hangat, maka tubuh akan menganggap suhu diluar cukup panas membuat tubuh bereaksi
menurunkan suhu.

3. INDIKASI
1) Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
2) Klien dengan perut kembung
3) Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
4) Spasme otot
5) Adanya abses, hematoma.

4. PERSIAPAN ALAT
Kompres hangat : Baskom stenlis, Air hangat, Sarung tangan, Waslap, Termos,
Termometer , Pembersih thermometer, Tissue, Perlak dan pengalas

5. PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
a. Melihat status pasien/ riwayat pengoabatan pasien
b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
2) Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam dan menyapa nama pasien

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 131


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Penurunan Suhu No. Dokumen:
Tubuh : Kompres Hangat,
Tepid Water Sponge Berlaku:

b. Memperkanalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan prosedur tindakan
e. Kontrak waktu
f. Menanyakan kesiapan pasien
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja Kompres hangat :
1) Mendekatkan alat dan bahan
2) Mencuci tangan
3) Menutup sampiran
4) Memasang pengalas dibawah bagian yang akan dikompres
5) Mamakai sarung tangan
6) Memasang waslap kedalam baskom yang terisi air hangat kemudian diperas
7) Meletakkan waslap tersebut diatas bagian yang memerlukan (dahi, aksila,
lipatan paha)
8) Melakukan tindakan diatas sampai suhu tubuh turun
9) Mengkaji perubahan suhu tubuh setiap 15-20 menit dengan cara melakukan
pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer
10) Menghentikan pengompresan jika suhu tubuh mendekati normal
11) Merapikan pasien pada posisi yang nyaman
b. Fase Kerja WTS (water tepid sponge)
1) Mendekatkan alat kesamping pasien
2) Menjelaskan prosedur pada pasien
3) Cuci tangan
4) Menjaga privasi klien
5) Memakai sarung tangan.
6) Mengukur suhu klien

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 132


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Penurunan Suhu No. Dokumen:
Tubuh : Kompres Hangat,
Tepid Water Sponge Berlaku:

7) Letakkan perlak dibawah klien dan lepaskan pakaian


8) Pertahankan selimut mandi di atas bagian tubuh yang tidak dikompres.
9) Periksa suhu air.
10) Celupkan lap mandi dalam air dan basuh lap yang sudah basah pada seluruh
bagian tubuh.
11) Dengan perlahan kompres ekstremitas selama 5 menit.
12) Periksa respon klien dan ekstremitas ditutup dengan lap mandi dingin.
13) Keringkan ekstremitas dan kaji ulang suhu tubuh dan nadi klien. Observasi
respon klien terhadap terapi .
14) Lanjutkan untuk mengkompres ekstremitas lain, punggung dan bagian tubuh
lainnya. Kaji ulang suhu dan nadi tiap 5 menit.
15) Ganti air dan lakukan kembali kompres pada seluruh bagian tubuh pasien.
16) Bila suhu tubuh turun sedikit di atas normal, hentikan prosedur.
17) Keringkan ekstremitas dan bagian tubuh secara menyeluruh. Selimuti klien
dengan handuk atau selimut.

b. Fase Terminasi
1) Merapikan pasien dan alat
2) Melepaskan sarung tangan
3) Melakukan evaluasi hasil tindakan
4) Berpamitan
5) Membuka sampiran
6) Mencuci tangan
7) Melakukan dokumentasi

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 133


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Teknik Penurunan Suhu No. Dokumen:
Tubuh : Kompres Hangat,
Tepid Water Sponge Berlaku:

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1) Jangan letakan kantong air hangat di bagian tubuh yang telanjang, lapisi kantong
dengan kain flanel atau handuk.
2) Kantong air hangat yang diletakkan diatas bagian badan tertentu hanya boleh terisi
sepertiganya untuk menghindari berat yang tidak diperlukan.
3) Pada penggunaan kompres hangat yang berlangsung lama, jangan lupa memeriksa
kulit penderita.
4) kompres hangat tidak diberikan di kepala karena dapat menyebabkan pembuluh 0
darah di area tersebut mengalami dilatasi dan menyebabkan sakit kepala.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 134


INSTRUKSIONAL KERJA
PERTOLONGAN BAYI TERSEDAK

IK.PBT UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pertolongan Bayi Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Tersedak
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pertolongan Bayi Tersedak No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Penanganan tersedak untuk bayi terdiri atas kombinasi penekanan dada (chest
thrust) dan tepukan punggung (back slaps).

2. TUJUAN
Untuk menolong bayi saat tersedak

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 135


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pertolongan Bayi Tersedak No. Dokumen:

Berlaku:

3. INDIKASI
Bayi atau Anak yang mengalami tersedak sebuah benda atau yang lainnya
4. PERSIAPAN ALAT
Pantum bayi, Handscoon, Masker.
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat riwayat pengobatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) Memcuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
1) Fase Kerja pasien tersedak < 1 tahun
a. Memanggil nama anak
b. Meletakkan bayi pada lengan atau paha dengan posisi kepala lebih rendah
c. Melakukan tindakan back Blows : memberikan 5 pukulan dengan
menggunakan tumit dari telapak tangan pada bagian belakang bayi (
interskapula )
d. Bila obstruksi masih ada : lakukan tindakan Chest Trusts : Blikkan bayi
menjadi terlentang dan berikan 5 pijatan dada dan menggunakan 2 jari, 1
jari dibawah garis yang menghubungkan papile mamae ( sama seperti
melakukan RJP )
e. Memeriksa mulut pasien untuk memastikan benda keluar

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 136


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pertolongan Bayi Tersedak No. Dokumen:

Berlaku:

2) Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Merpaikan pasien dan alat
3. Menjelaskan RTL
4. Berpamitan
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan

7. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Mempertahankan sikap tenang
b. Melakukan komunikasi terapeutik
c. Memberikan keamanan pasien

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 137


TITRASI (PERHITUNGAN DOSIS OBAT)

A. Sistem Penghitungan Berat dan Volume Obat


Penghitungan adalah pedoman untuk menentukan besarnya suatu nilai/hasil
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap
suatu standar atau satuan pengukuran.
1. Sistem metric
Sistem desimal berdasar kelipatan 10. Unit dasar dari pengukuran adalah gram (g,
gm, G, Gm) untuk berat; liter (l,L) untuk volume; dan meter (m, M) untuk
pengukuran linera atau panjang.
Unit metrik yang paling sering dipakai dalam penulisan obat adalah:
1 g = 1000 mg
1 L = 1000 mL
1 mg= 1000 µ (mkg)
Untuk dapat mengkonversi suatu jumlah, satu dari nilai-nilai harus diketahui,
seperti gram atau miligram, liter atau mililiter, dan miligram atau mikrogram.
Gram, liter, dan meter adalah unit yang lebih besar; miligram, mililiter, dan
milimeter adalah unit yang lebih kecil.
2. Sitem farmasi
Menggunakan angka romawi dan tidak memakai angka arab untuk menyatakan
jumlah, dan angka romawi diletakkan setelah simbol singkatan untuk unit
pengukuran. Angka romawi dituliskan dengan huruf kecil, contohnya grx berarti
10 grains. dalam sistem farmasi, unit berat adalah grain (gr) dan unit volume
cairan adalah ounce (fluidounce), dram (fluidram) dan minim(min).
3. Sistem rumah tangga
Pengukuran tidak setepat sistem metrik atau farmasi, pengukuran bersifat kira-
kira. Satu sendok teh (t) dianggap ekuivalen dengan 5 mL menurut USP resmi.
Ingat bahwa mililiter (mL) adalah sama dengan cc (centimeter cubik). 3 sendok
teh setara dengan 1 sendok makan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 138


B. Penghitungan Larutan
Suatu massa zat padat yang larut dalam suatu volume cairan lain yang diketahui
(g/mL, g/L, mg/mL). Larutan 10% = 10 g zat padat yang dilarutkan dalam 100 mL
larutan. Larutan 1 : 1000 = larutan yang mengandung 1 g zat padat dlm 1000 mL
cairan / 1 ml cairan dalam 1000 mL cairan lain.

C. Penghitungan Dosis Anak


Pemberian dosis obat pada anak memerlukan suatu pertimbangan yang seksama
terhadap perbedaan antara anak dan orang dewasa sehubungan dengan
farmakokinetika dan farmakologi obat.Jika tidak ditemukan informasi dosisnya, dapat
dilakukan perhitungan dosis berdasarkan umur, berat badan, dan luas permukaan
tubuh.
1. Berdasarkan Umur
Rumus AUGSBERGER
Untuk 2-12 bulan: (m+13)% dari D
Untuk 1-11 tahun: (4n+ 20)% dari D
Untuk 12-16 tahun : (5n+10)% dari D
m = usia (bulan) ; n = usia (tahun)
2. Berdasarkan berat badan (formula Clark)
Dosis anak = dosis dewasa x (berat badan(kg)/ 70 kg)
(ex: dosis dewasa:2 sdt,BB anak 35kg, maka 2 x (35/70) = 2 x 0.5 = 1 sdt)
3. Rumus DILLING : n/20 x dosis maksimal dewasa, dimana n adalah umur dari
anak 8 tahun kebawah. (ex: umur anak 5 tahun, dosis dewasa : 2 sdt maka = 5/20
x 2 = 0.5 sdt)
4. Berdasarkan luas permukaan tubuh
Dosis anak = dosis dewasa x (luas permukaan tubuh(m2)/1,73)
Pada saat ini dianggap yang paling tepat karena ketimpangan antara dosis anak
dan dosis dewasa lebih kecil..
5. Perhitungan dosis menurut formula Pincus Catzell persentase dari dosis dewasa,
yaitu :
a) bayi baru lahir 12%
b) 1-12 bulan 15-25 %
c) 1-5 tahun 25-40 %
d) 5-12 tahun 50-75%

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 139


Cara ini sangat praktis, tetapi kelemahannya sama seperti pada yang berdasarkan
umur.
Untuk pemilihan obat pada anak perlu diperhatikan :

a. Hindari pemberian anak obat-obatan yang diperuntukkan bagi orang dewasa


meskipun dengan dosis kecil
b. Hindari pemberian obat dari resep dokter yang diberikan pada orang lain dan buka
atas nama anak
c. Memberikan obat khusus yang ditujukan hanya untuk anak dengan kondisi yang
khusus pula
d. Untuk pemberian antibiotik pada anak harus tepat dosis dan durasinya. Orang tua
diberi penjelasan pentingnya melanjutkan pengobatan sesuai dengan waktu yang
ditentukan dalam resep meskipun anak tampak sembuh.
Dalam pembarian obat pada anak , sedian obat yang banyak disedian untuk anak
dibuat dalam bentuk elitsir atau suspensi. Jika obat yang tersedia untuk anak
dalam bentuk tablet sebaikya dihaluskan atau digerus terbi dahulu karena tablet
yang dikunyah akan membuat anak tersedak, obat tertelan dan membuat
tenggorokannya tersumbat. Jika obat diberikan melalui injeksi sebaiknya
dilakukan di paha depan atau lengan atas jangan di pantat karena pada anak otot
gluteusnya masih kecil dan di pantat terdapat syaraf yang menginervasi
ekstermitas bawah yang dapat terjadi kelumpuhan jka terjadi salah suntik.
Sedangkan unuk waktu pemberian obat pada anak disesuaikan dengan dosis yang
dintruksikan dokter. Orang tua anak juga harus diberitahu apakah harus
membangunkan anak atau tidak untuk dosis setiap 6 jam pagi, siang dan malam.
Untuk pemberian antibiotik pada anak harus tepat dosis dan durasinya. Orang tua
diberi penjelasan pentingnya melanjutkan pengobatan sesuai dengan waktu yang
ditentukan dalam resep meskipun anak tampak sembuh.

Setelah selesai pemberian obat perawat harus mengevaluasi terapi obat yang telah
diberikan yang meliputi:
1. Memantau kondisi umum dan tanda-tanda vital anak setelah selesai pemberian
obat
2. Perawat harus memantau secara ketat terhadap efek samping obat-obatan pada
anak karena fungsi ginjal dan hati yang belum matang

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 140


3. Lebih memperhatikan obat-obat yang proses metabolismenya denagn oksidasi
dan hidrolisa karena waktu paruh penek sehingga cepat dimetabolisme
dibandingkan dengan orang dewasa seperti barbital, fenitoin dan teofilin
4. Untuk anak-anak dengan penyakit kronis, farmasetika, farmakokinetik dan
farmakodinamik harus dipantau dan memperhatikan tumbuh kembang anak.

D. Macam-Macam Dosis
1. Dosis Terapi : dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan si sakit
2. Dosis Maksimum : Dosis yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa
untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
3. Dosis Toxic : Obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan.
4. Dosis Lethal : Dosis toksik yang sampai mengakibatkan kematian (Joenoes, 2004).
5. Inithial Dose atau Loading dose: Dosis obat untuk memulai terapi sehingga dapat
mencapai konsentrasi terapeutik dalam tubuh yang menghasilkan efek klinis.
6. Loading dose : dosis tinggi ketika obat diberikan pada awal terapi pengobatan
sebelum dilanjutkan ke terapi dosis yang lebih rendah.
7. Maintenance Dose : Dosis untuk memelihara dan mempertahankan efek klinik atau
konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen.

E. Penghitungan Dosis Obat


Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe kalkulasi dosis.
Rumus berikut dapat digunakan ketika perawat mempersiapkan obat dalam benuk
padat atau cair :
Dosis yang diprogramkan x Jumlah yang tersedia= Jumlah yang diberikan
Dosis yang tersedia

Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diresepkan dokter untuk
seorang klien. Dosis yang tersedia adalah berat atau volume obat yang tersedia dalam
satuan yang di suplay oleh farmasi. Jumlah yang tersedia adalah satuan dasar atau
jumlah obat yang mengandung dosis yang tersedia. Jumlah yang akan diberikan selalu
ditulis dalam satuan yang sama dengan satuan jumlah yang tersedia

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 141


Contoh :
Dokter mengintruksikan kilen diberi versed 2,5 mg IM, berarti dosis yang di
programkan adalah 2,5 mg. Obat tersedia dalam ampul yang mengandung 5 mg / 1 ml,
berarti dosis yang tersedia adalah 5 mg dalam sediaan 1 ml. Rumus diaplikasikan
sebagai berikut :
2,5 mg x 1 ml = volume yang diberikan dalam mili liter
5 mg
Untuk menyederhanakan pecahan, bagi pembilang dan penyebut dengan 2,5 :
½ x 1 ml = 0,5 ml untuk diberikan.
Obat cair sering kali tersedia dalam volume lebih dari 1 ml. Pada situasi ini, rumus
tetap dapat digunakan. Contoh, instruksi obat adalah “suspensi eritromisin 250 mg
PO”. Farmasi memberikan botol berukuran 100 ml dan pada label tertera, “ 5 ml
mengandung 125 mg eritromisin”.
250 mg x 5 ml = volume yang akan diberikan
125 mg
Pecahan 250/125 setara dengan 2. Dengan demikian : 2 x 5 ml = 10 ml untuk
diberikan.
Apabila perawat mengkalkulasi berdasarkan 100 ml yang tersedia, kesalahan berikut
akan terjadi :
250 mg x 100 ml = 200 ml yang akan diberikan
125 mg
Berdasarkan kalkulasi ini klien akan menerima dosis 20x lebih besar dari yang
diinginkan. Perawat harus selalu memeriksa kembali kalkulasi tersebut atau
mengeceknya bersama profesional lain, jika jawaban tampak tidak masuk akal.

DOSIS PEDIATRIK
Rumus tersebut merupakan rasio area ppermukaan tubuh anak dibdandingkan dengan
area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa ( 1,7 m persegi atau 1,7 m² ).

Dosis anak = area permukaan tubuh anak x dosis dewasa normal


1,7 m persegi

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 142


Contoh, seorang dokter memprogramkan ampicilin untuk seorang anak dengan berat
12kg, tetapi dosis tunggal normal dewasa adalah 250mg. Grafik numogram
menunjukan bahwa seorang anak dengan berat 12 kg memiliki permukaan tubuh
seluas 0,54 m².
Dosis Anak = 0,54 x 250 mg
1,7
Satuan m² dihapus dan dapat diabaikan.
Dosis anak = 0,54 x 250 mg
1,7
Dosis anak = 0,3 x 250 mg = 75 mg
Jika sudah diketahui dosis setiap Kg Bbnya, misalnya, dosis parasetamol 5-10 mg/kg
BB maka dosis untuk anak dengan BB 10 kg adalah 5-100 mg.
Cara menghitung dosis untuk anak-anak :
1. Berdasarkan Umur
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)

n : umur dalam tahun


b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)

n : umur dalam tahun


c. Rumus Fried (untuk bayi)

n : umur dalam bulan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 143


2. Berdasarkan Berat Badan
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan
kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila
memungkinkan hitung dosis melalui berat badan
a. Rumus Thermich

n : berat badan dalam kilogram

3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat


Persentase DM sekali :

Persentase DM sehari :

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 144


INSTRUKSIONAL KERJA
PROSEDUR MANTOEX TEST

IK.PMT UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019– All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Prosedur Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Mantoex Test
Revisi Tanggal

Ketua

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 6


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mantoex Test No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi
tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium
tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi.
Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan
menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah sedangkan
mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya pada
perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan
mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 145


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mantoex Test No. Dokumen:

Berlaku:

Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux
itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak
0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
2. TUJUAN
Tujuan dari tes mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis infeksi
TBC.
3. PERSIAPAN ALAT
Bak intrumen kecil, kapas alcohol, spuit I cc, Handscon, Masker, PPD.
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1. Mengecek status riwayat catatan pengobatan pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan member salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
6) Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Siapkan 0,1 ml PPD ( Purified protein derivate ) ke dalam disposable spuit
ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge)
2) Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada
daerah 2-3 inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering
3) Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas.
Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas
seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 146


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mantoex Test No. Dokumen:

Berlaku:

4) Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi
suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari
suntikan pertama.
5) Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar
tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan pulpen/spidol
karena dapat mengganggu hasil pembacaan.
Pembacaan :
a. Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam
 Minta pasien control kembali jika indurasi muncul setelah pembacaan
 Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid
 Bila pasien tidak control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes
Mantoux harus diulang.
1) Tentukan indurasi (bukan eritem) dengan cara palpasi
2) Ukur diameter transversal terhadap sumbu panjang lengan dan catat
sebagai pengukuran tunggal
3) Catat hasil pengukuran dalam mm (misalnya 0 mm, 10 mm, 16 mm) serta
catat pula tanggal pembacaan dan bubuhkan nama dan tandatangan
pembaca
4) Apabila timbul gatal atau rasa tidak nyaman pada bekas suntikan dapat
dilakukan kompres dingin atau pemberian steroid topikal
Interpretasi Test Mantoux :
Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm.
Kemungkinan yang perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut:
a. Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah
b. Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB.
c. Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun)
d. Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG kecurigaan
ke arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 147


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mantoex Test No. Dokumen:

Berlaku:

Meskipun demikian, hasil uji Mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif


pada pasien tertentu seperti :
a. Pasien dengan infeksi HIV
b. Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat imunosupresan jangka panjang
seperti pasien keganasan atau sindrom nefrotik
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menjelaskan RTL
3) Berpamitan
4) Mencuci tangan dan
5) Dokumentasikan tindakan
6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Lokasi penyuntikan tes mantoux umumnya adalah pertengahan bagian atas,
lengan bawah kiri bagian depan. Penyuntikan dilakukan intrakutan (ke dalam kulit).
Untuk memastikan anak terinfeksi kuman TBC atau tidak, akan dilihat indurasinya
setelah 48-72 jam. Indurasi ini ditandai dengan bentuk kemerahan dan benjolan yang
muncul di area sekitar suntikan. Bila nilai indurasinya 0-4 mm, maka dinyatakan negatif.
Bila 5-9 mm dinilai meragukan, sedangkan di atas 10 mm dinyatakan positif.
Setelah hasil Mantoux dinyatakan positif, anak sebaiknya diikutkan pada
serangkaian pemeriksaan lainnya. Salah satunya adalah rontgen yang bertujuan
mendeteksi TBC lebih detail lewat kondisi paru yang tergambar dalam foto rontgen dan
dan tes darah. Tes mantoux dilakukan lebih dulu karena hasil rontgen tidak dapat
diandalkan untuk menentukan adanya infeksi kuman TB. Bercak putih yang mungkin
terlihat pada hasil foto bisa memiliki banyak penyebab. Anak yang sedang menderita
batuk pilek pun kemungkinan memiliki bercak putih di paru. Jadi, tes Mantoux sangat
perlu, tak cukup hanya rontgen paru.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 148


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 6
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mantoex Test No. Dokumen:

Berlaku:

Untuk mendapatkan diagnosis tepat, tes Mantoux dilakukan jika anak


menujukkan gejala-gejala berikut:
a. MMBB (Masalah Makan dan Berat Badan)
b. Mudah sakit
c. Lemah, letih, lesu dan tidak bersemangat dalam melakukan aktivitas
d. Reaksi cepat BCG
Pada lokasi suntik vaksin BCG akan timbul tanda menyerupai bisul. Jika reaksi ini
muncul lebih cepat, misalnya seminggu setelah pemberian, berarti tubuh anak
sudah terinfeksi TB. Padahal normalnya, tanda itu paling cepat muncul pada 2
minggu setelah anak divaksinasi BCG. Namun rata-rata, benjolan pada kulit
muncul setelah 46 minggu.
e. Batuk berulang
Batuk berkepanjangan merupakan gejala yang paling dikenal di kalangan
masyarakat sebagai pertanda TBC. Batuk yang awalnya berupa batuk kering
kemudian lama-kelamaan berlendir dan berlangsung selama 2 minggu lebih,
merupakan salah satu tanda TBC. Gejala ini akan muncul bila sudah terdapat
gangguan di paru-paru. Hanya saja, bedakan dari batuk alergi dan asma.
f. Benjolan di leher
Pembesaran kelenjar getah bening di leher samping dan di atas tulang
selangkangan bisa saja merupakan tanda TBC. Karena , kelenjar getah bening
merupakan salah satu benteng pertahanan terhadap serangan kuman. Kelenjar ini
akan membesar bila diserang kuman. Namun, meski merupakan salah satu gejala
TB, tidak semua pembengkakan kelenjar getah bening adalah gejala penyakit TB.
Bisa jadi pembengkakan itu karena adanya infeksi atau radang di tenggorokan.
g. Demam dan berkeringat di malam hari
Gejala awal TBC biasanya muncul demam pada sore dan malam hari, disertai
keluarnya keringat. Gejala ini dapat berulang beberapa waktu kemudian. Namun
hal ini tetap belum dapat memastikan kalau anak menderita TBC.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 149


INSTRUKSIONAL KERJA

PERAWATAN INKUBATOR

IK.PI UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Perawatan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Inkubator
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 5


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Inkubator No. Dokumen:

Berlaku:

1) DEFINISI
Inkubator Bayi merupakan salah satu alat medis yang berfungsi untuk menjaga suhu
sebuah ruangan supaya suhu tetap konstan/stabil. Pada modifikasi manual-otomatis
inkubator bayi, terdapat sebuah boks kontrol yang dibagi menjadi 2 bagian (bagian atas
dan bagian bawah). Boks bagian atas digunakan untuk meletakkan sensor, display
sensor, kontroler, rangkaian elektronik. Sedangkan pada boks bagian bawah dibagi
menjadi 3 ruangan yang dibatasi dengan sekat, yang digunakan untuk meletakkan heater,
tempat/wadah air dan kipas.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 150


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Inkubator No. Dokumen:

Berlaku:

2) TUJUAN
1) Oksigenasi
2) Observasi: Perawatan intensif neonatal moderen yang canggih meliputi
pengukuran suhu, respirasi, fungsi jantung, oksigenasi, dan aktivitas otak.
3) Perlindungan dari suhu dingin, infeksi, kebisingan, draft dan penanganan
kelebihanInkubator dapat digambarkan sebagai bassinets tertutup dalam plastik,
dengan peralatan kontrol suhu yang dirancang untuk menjaga mereka hangat dan
membatasi eksposur mereka terhadap kuman.
4) Penyediaan gizi , Melalui sebuah intravena kateter atau NG tube.
5) Administrasi obat (Pemberian obat-obatan) Mempertahankan keseimbangan cairan
dengan menyediakan cairan dan menjagakelembaban udara, baik kelembapan yang
tinggi dari kulit dan penguapan dari pernafasan bayi.
3) PERSIAPAN ALAT
Aquabides, Handscon, Masker, Waslap.
4) PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Mengecek data / status riwayat pengobatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan member salam pada pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
5) INSTRUKSIONAL KERJA
1) Fase Kerja
1) Cara pengoperasian :
a) Hubungkan pesawat dengan sumber tegangan.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 151


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Inkubator No. Dokumen:

Berlaku:

b) Masukkan air sampai batas yang telah ditentukan


c) Hidupkan pesawat (lampu indicator akan menyala). Biarkan pesawat
beberapa saat sampai suhu stabil.
d) Masukkan bayi dalam ruang penempatan bayi
e) Kalau diperlukan hubungkan O2 pada bagian belakang pesawat dengan
tabung atau sumber gas lainnya.
2) Cara Perawatan Bayi dalam Inkubator
a. Inkubator tertutup
(1) Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka bila dalam
keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka inkubator
usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu
disediakan.
(2) Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung
(3) Bayi harus dalam keadaan telanjang ( tidak memakai pakaian) agar
memudahkan observasi.
(4) Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi
tubuh
(5) Pengaturan oksigen selalu di observasi
(6) Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira
dengan suhu 27 derajat celcius
b. Inkubator Tebuka
(1) Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat
pemberian perawatan bayi
(2) Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan
suhu normal dan kehangatan
(3) Membungkus dengan selimut hangat
(4) Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk
mencegah aliran udara

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 152


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 4 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Inkubator No. Dokumen:

Berlaku:

(5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala
(6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan dibawah ini.
Berat Badan 0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari
Lahir ( gram ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C )
1500 34-36 33-35 33-34 32-33
1501-2000 33-34 33 33 32
2001-2500 33 32-33 32-33 32
>2500 32-33 32 32 32

Keterangan : Apabila suhu kamar 28-29 derajat sosial hendaknya 1


derajat celcius setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah
mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat diluar inkubator dengan
suhu 27 derajat celcius.
3) Pemeliharaan dan perawatan
a. Pemeliharaan harian
a) Bersihkan badan pesawat dari kotoran yang ada
b) Periksa kondisi air, jangan sampai habis.
c) Periksa suhu, sesuai antara thermometer dengan suhu yang di atur
atau tidak.
b. Pemeliharaan mingguan Ganti air yang telah digunakan, usahakan dengan
air destilasi sehingga tidak menyebabkan kerak dan berlumut.
c. Pemeliharaan bulanan
a) Periksa fungsi blower, jangan sampai blower tidak berfungsi. Sebab
akanmenyebabkan pemanasan tidak merata.
b) Bila pesawat akan disimpan atau tidak digunakan, usahakan untuk
membuang semua air yang ada sampai habis.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 153


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 5 dari 5
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Perawatan Inkubator No. Dokumen:

Berlaku:

2) Fase Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Merapikan alat dan pasien
c. Menjelaskan Rencana Tindak Lanjut
d. Berpamitan
e. Mencuci tangan
f. Mendokumentasikan tindakan
6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Bagian-Bagian Inkubator Bayi
1) Pintu untuk memasukkan bayiPintu dapat dibuka untuk
memasukkan/mengeluarkan bayi yang dirawat.
2) Pintu untuk mengadakan tindakan Pintu ini digunakan untuk mengadakan
tindakan pada bayi misalnya memeriksa suhu,membetulkan posisi bayi, dll.
3) Tempat bayi
Ruang tempat bayi sebaiknya terbuat dari bahan sejenis plastic atau acrylic,
jangandari jenis kaca. Sebab dikhawatirkan bila terbuat dari bahan jenis kaca
apabila terjadikecelakaan kaca tersebut dapat melukai bayi
4) Panel control
Pada panel kontrolini terdapat Saklar on/off, pengatur suhu, penunjuk suhu
yang adadidalam ruang tempat bayi, lampu indikator, dll.
5) Tempat tidur bayi
Merupakan tempat meletakkan bayi, terbuat dari bahan yang empuk dan
dilapisi bahan yang tidak tembus air, sehingga pada saat bayi mengompol, air
tidak sampai masuk kedalamnya.
6) Lubang untuk masukkan/membuang air
Berfungsi untuk menambah atau membuang air yang sudah lama digunakan.
7) Box
Di dalam box ini terdapat tempat air, pemanas, blower, dan rangkaian listrik.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 154


INSTRUKSIONAL KERJA

PEMERIKSAAN RUMPLE LEED

IK.PRL UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :

© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemeriksaan Rumple Leed
Revisi Tanggal

Ketua

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Rumple Leed No. Dokumen:

Berlaku:

1) DEFINISI
Test Rumple Leed atau tes pembendungan adalah suatu teknik Pemeriksaan
penunjang untuk klien dengan DHF (Dengue Hemoragic Fever) dengan cara menetapkan
TD klien sebelumnya
2) TUJUAN
a. Membantu memberikan pedoman untuk diagnosis DHF secara dini
b. Mengetahui tanda-tanda perdarahan yang sering terjadi seperti :petekie.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 155


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Rumple Leed No. Dokumen:

Berlaku:

3) INDIKASI
Pasien yang di duga mengalami DHF
4) PERSIAPAN ALAT
Tensimeter dan mansetnya serta Alat tulis
5) PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat riwayat kesehatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) INSTRUKSIONAL KERJA
1) Fase Kerja
1) Mencuci tangan
2) Klien dalam posisi baring terlentang
3) Mengukur tekanan darah klien
4) Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan (MAP/MABP)
5) 1 sistole + 2 diastole = ........mmHg atau sistol + diastol
3 2
6) Memompa kembali mansetnya pada batas x mmHg dan mempertahankan
selama 5 menit.
7) Perhatikan timbulnya petekie pada kulit di bawah lengan bawah bagian medial
pada sepertiga proximal.
8) Membaca hasil tes apakah positif/negative

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 156


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemeriksaan Rumple Leed No. Dokumen:

Berlaku:

9) Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inci persegi (2.8 x 2.8 cm) didapat lebih dari
20 petekie.
10) Merapihkan klien
11) Merapihkan alat
12) Mencuci tangan
b. Fase Terminasi
1. Perhatikan adanya petekie setelah dilakukan tes
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Kaji tanda-tanda perdarahan
4. Dokumentasi Tanggal dan waktu tes dilakukan, Hasil tes (positif atau negative)

7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


a. Mempertahankan sikap tenang
b. Memberikan keamanan pasien
c. Melakukan teknik omunikasi terapeutik selama melakukan tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 157


INSTRUKSIONAL KERJA

PENANGANAN KEJANG

IK.PK UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019– All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Penanganan Kejang
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penanganan Kejang No. Dokumen:

Berlaku:

1) DEFINISI
Tindakan keperawaatan yang dilakukan pada klien yang mengalami kejang. Kejang
epilepsy merupakan manifestasi ketidakseimbangan aliran dan sirkuit listrik di
otak.ketidakseimbangan ini dienteuan oleh sel saraf yang berfungsi sebagi inhibitory
(sel- sel pengontrol) dan ecitatory (sel sel saraf yang menimbulkan loncaan arus listrik)
2) TUJUAN
Mencegah atau mengurangi risiko cedera, aspirasi/hypoksia dan kecemasan keluarga
akibat kejang pada klien.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 158


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penanganan Kejang No. Dokumen

Berlaku:

3) INDIKASI
Klien yang mengalami kejang
4) PERSIAPAN ALAT
Selimut atau bantalan lunak, Bengkok atau nierbekken , Tabung oksigen dan alat bantu
pernafasan, Set infus/ tranfusi dan cairannya, Set alat pengukuran tanda vital, Masker
dan Handscoon.
5) PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat status kesehatan/ catatan pengobatan pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Memberi salam / menyapa pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur
6) INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Memakai sarung tangan
2) Mengkaji Airway Breathing Circulation
3) Atur posisi terlentang atau miring jika muntah
4) Pasang Mayo
5) Berikan O2 nasal dan masukkan mayo
6) Longgarkan pakaian
7) Berikan penghalang tempat tidur dan jangan memaksa meluruskan tubuh yang
kejang
8) Cek kembali Airway Breathing Circulation
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 159


UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Penanganan Kejang No. Dokumen:

Berlaku:

2) Menyampaikan rencana tindak lanjut


3) Berpamitan
7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Mempertahankan sikap tenang
b. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
c. Memberikan keamanan pasien

Lindungi klien pada periode pasca kejang :


a. Pertahankan posisi miring; tetaplah bersama klien dan tenangkan sampai sadar
b. Tanyakan perasaan klien dan keluarga setelah tindakan.
c. Ajarkan keluarga cara mengantipasi kejang dan beradaptasi terhadap situasi
pencetus kejang secara tepat.

Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 160


INSTRUKSIONAL KERJA
PROSEDUR MANDI MINYAK

IK.PMM UNIVERSITAS LAB KODE NO. URUT


MUHAMMADIYAH
KUDUS

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Prosedur Mandi Minyak
Revisi Tanggal

UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 1 dari 3


MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mandi Minyak No. Dokumen:

Berlaku:

1. DEFINISI
Mandi minyak adalah tindakan membersihkan bayi terutama BBLR dengan
menggunakan minyak kelapa/baby oil sehingga tubuh bayi tetap bersih dan tetap
menjaga suhu bayi agar tetap hangat.

2. TUJUAN
1. Menjaga kebersihan kulit dan tubuh bayi
2. Kesempatan untuk mengobservasi keadaan kulit bayi
3. Kesempatan memberikan stimulasi dini pertumbuhan dan perkembangan bayi.

161 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mandi Minyak No. Dokumen:

Berlaku:

3. PERSIAPAN ALAT
Kapas sublimat, kom besar dan tutup, Bengkok, Handuk besar dan Kecil, Kassa steril,
Minyak kelapa yang sudah dihangatkan/baby oil, Baju bayi
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1. Mengecek riwayat pengobatan pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Menyapa dan member salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
5. INSTRUKSIONAL KERJA
1. Fase Kerja
a. Mencuci tangan
b. Mengambil posisi di depan bayi
c. Melepas pakaian bayi
d. Membersihkan mata bayi dengan kapas air hangat dari dalam ke luar
e. Membersihkan daerah pantat dari tinja agar air tetap bersih
f. Membersihkan kelamin bayi (jika laki-laki bersihkan alat kelamin dengan
hati-hati menggunakan kapas cebok, jika perempuan mula-mula bersihkan
bibir kemaluan bagian luar kemudian bibir kemaluan bagian dalam setelah
itu bersihkan dari depan ke belakang.) tujuannya adalah untuk mencegah
kotoran pada lubang patat mengotori bagian alat kelamin.
g. Memijat badan bayi dengan minyak kelapa/ baby oil secara lembut dengan
menggunakan kassa/ kapas yang telah dicelupkan dalam minyak hangat
mulai dari wajah ke seluruh tubuh.

162 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mandi Minyak No. Dokumen:

Berlaku:

h. Mengeringkan badan bayi dengan menggunakan handuk secara lembut.


i. Ganti pakaian bayi
2. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Mrapikan alat
3) Menyampaikan Renacana tindak lanjut
4) Berpamitan
5) Mencuci tangan
6) Mendokumentasikan tindakan
6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Menggunakan komunikasi terapeutik
b. Menjaga keamanan pasien selama tindakan
c. Memperhatikan sikap tenang dan passti dalam melakukan tindakan
d. Perhatikan jangan sampai bayi mengalami hipertermi atau kehilangan panas yang
berlebih.

163 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
TEKNIK PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. .........
DENGAN .............( PENYAKIT ) DI RUANG ......................
RS ................................
Nama : …………………………………………….
Tempat praktek : …………………………………………….
Tanggal Pengkajian : …………………………………………….

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
a. Identitas Pasien
Nama :
Tempat/tgl. Lahir :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Agama :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Suku / bangsa :
Hubungan dengan klien :

2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
profesional.

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Untuk mengetahui lebih detail yang berhubungan dengan keluhan utama.
164 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
1) Munculnya keluhan.
a) Tanggal munculnya keluhan
b) waktu munculnya keluhan (gradual atau tiba-tiba)
c) Presipitasi atau predisposisi raftor (perubahan emosional, kelelahan,
kehamilan, lingkungan, toksin atau allergen, infeksi)
2) Karakteristik
a) Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi)
b) Lokasi dan radiasi (nyeri)
c) Intensity (sering / tidak) atau saverity
d) Timing (terus-menerus atau intermidiate, durasi setiap kalinya)
e) Hal yang meningkatkan dan menghilangkan/mengurangi keluhan
f) gejala-gejala lain yang berhubungan.
3) Masalah sejak muncul keluhan.
4) Insiden
a) Serangan mendadak tunggal
b) Kejadian mendadak berulang
c) Kejadian sehari-hari
d) Kejadian periode
5) Perkembangan (membaik, memburuk, tidak berubah)
6) Effect dari pengobatan
c. Riwayat Masa Lalu
1) Prenatal (keluhan, saat hamil, ANC dimana nutrisi, full term/premature/ post
mature, kesehatan saat hamil, obat ang diminum dll) ini terutama pada anak
yang masih kecil, semakin muda anak, hal ini semakin diperlukan.
2) Natal (tindakan persalinan, obat-obatan, tempat persalinan)
3) Postnatal (kondisi kesehatan, APGAR SCORE, BBL, PBL, ANOMALY
CONGENITAL)
4) Penyakit waktu kecil (gejala, penanganan)
5) Pernah dirawat di RS (penyakit yang diderita, respon emosional waktu
dirawat)
6) Obat-obatan yang digunakan (pernah atau sedang digunakan : Nama, dosis,
schedule, durasi dan alasan penggunaan)
7) Alergi (pernah menderita asma, ezema. Reaksi yang tidak biasa terhadap
makanan, binatang, obat, tanaman atau produk rumah tangga)
8) Kecelakaan (jenis kecelakaan, akibat dan penanganannya)
165 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
9) Immunisasi : dirinci immunisasi apa saja yang pernah didapat, usia pada
waktu mendapatkannya dan reaksi imunisasi.
d. Riwayat Keluarga (disertai genogram 3 generasi)
Penyakit yang pernah, sedang diderita oleh keluarga, baik yang berhubungan dan
tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita klien. Gambar genogram
dengan ketentuan yang berlaku (simbol dan 3 generasi)
e. Riwayat Sosial
1) Yang mengasuh dan alasannya
2) Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam, kebiasaan lain :
menghisap jari, membawa gombal, ngompol dll)
3) Lingkungan rumah (kaitannya dengan kebersihan, ancaman keselamatan
anak, ventilasi dan posisi / letak barang-barang
f. Keadaan Kesehatan Saat Ini
1) Diagnosa medis
2) Tindakan operasi
3) Obat-obatan
4) Tindakan keperawatan
5) Hasil laboratorium
6) Hasil rontgen
7) Data tambahan

3. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL MENURUT GORDON


a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
1) Status kesehatan anak sejak lahir
2) pemeriksaan kesehatan secara rating immunisasi
3) penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah
4) Praktek pencegahan kesehatan (pakaian, menukar pokok)
5) Apakah orang tua merokok didekat anak?
6) mainkan nak/bayi (aman?) keamanan kendaraan?
7) Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-obatan
dll)

b. Nutrisi – Pola Metabolic.


1) Nutrisi Anak

166 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
a) pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan menghisap
(bagi yang masih bayi)
b) Seleran makan, makanan tidak disukai/disukai.
c) Masukan makanan selama 24 jam?Makanan tambahan?Vitamin ?
d) kebiasaan makan?
e) Alat makan yang digunakan.
f) Berat badan lahir?Berat badan saat ini?
g) masalah kulit : rash, lesi dll.
2) Nutrisi Orang tua.
a) Status nutrisi orang tua/keluarga?
b) Ada masalah atau tidak?
c. Pola Eliminasi
1) Pola eliminasi untuk anak
a) Pola efekasi (gambarkan, frekuensi, kesulitan, kebiasaan, darah/tidak)
b) Mengganti pakaian dalam / diapers bagi bayi.
c) Pola eliminasi urin (gambarkan berapa kali popok basah/hari, perkiraan
jumlah kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
2) Pola eliminasi orang tua
a) Apakah ada pola eliminasi?
b) Apakah ada masalah?
d. Aktivitas – Pola latihan.
1) Pola aktivitas anak
a) Apakah rutin mandi? (kapan, bagaimana, dimana, menggunakan sabun
apa?)
b) Kebersihan rutin (pakaian dll)
c) Aktivitas sehari-hari (menghabiskan hari-hari di rumah, bermain, tipe
mainan yang digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain
dll)
d) Level aktivitas anak/bayi secara umum, toleran.
e) Persepsi anak terhadap kekuatan (kuat atau lemah)
f) Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toilet, berpakaian dll)

2) Pola aktivitas orang tua


a) Aktivitas / pola latihan, pemeliharaan anak?Pemeliharaan rumah?
167 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
e. Pola Istirahat / Tidur.
1) Pola istirahat anak.
a) Perkiraan jam dll
b) Perubahan pola istirahat, mimpi buruk, nocturia.
c) Posisi tidur anak ?
d) Gerakan tubuh anak?
2) Pola istirahat orang tua
a) Pola tidur orang tua.
f. Pola kognitif / Persepsi.
1) Pola kkognitif anak.
a) Responsive secara umum anak.
b) Respon anak untuk bicara, suara object, sentuhan?
c) Apakah anak mengikuti obyek dengan matanya?Respon untuk meraih
mainan.
d) Vokal suara, pola bicara, kata-kata kalimat?.
e) Gunakan stimulasi : bicara, mainan dsb?
f) Kemampuan anak untuk mengatakan nama, waktu, alamat, nomor
telepon, dsb.
g) Kemampuan anak untuk mengidentifikasi kebutuhan lapar, haus, nyeri,
tidak nyaman?
2) Pola kognitif orang tua
a) Masalah dengan penglihatan, pendengaran, sentuhan dsb.
g. Pola Persepsi diri – Konsep diri.
1) Pola persepsi diri anak
a) Status mood bayi/anak
b) Pemahaman anak terhadap identitas diri, kompetensi dll
c) Bagaimana status mood?
d) Banyak teman/seperti yang lain?
e) Persepsi diri
f) Apakah Kesepian?
g) Apakah takut?

2) Pola persepsi orang tua


a) Persepsi diri sebagai orang tua
168 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
b) Pendapat umum tentang identitas, kompetensi?
h. Pola peran – Hubungan
1) Pola peran anak
a) Struktur keluarga.
b) Masalah/stresor keluarga
c) Interaksi antara anggota keluarga anak
d) Respon anak/bayi terhadap perpisahan
e) Anak : Ketergantungan ?
f) Anak : Pola Bermain ?
g) Anak : Tempertantrum ? Masalah disiplin ? Penyesuaian sekolah ?
2) Pola peran orang tua
a) Peran ikatan?Kepuasan ?
b) Pekerjaan/ sosial/ hubungan perkawinan?
i. Sexualitas
1) Sexualitas anak
a) Perasaan sebagai laki – laki/ perempuan (Gender)
b) Pertanyaan sekitar sexuality?Bagaimana respon orang tua?
2) Orang tua :
a) Jika mungkin, riwayat reproduksi ?
b) Kepuasan sexual/ masalah?
j. Koping – Pola toleransi stres
1) Apa yang menyebabkan stres pada anak? Level stres? Toleransi?
2) Pola penanganan masalah, support system?
k. Nilai – Pola Keyakinan
1) Perkembangan moral anak, pemilihan perilaku komitmen?
2) Keyakinan akan kesehatan, keyakinan agama?
3) Orang tua:
a) Sesuatu yang bernilai dalam hidupnya ( spirituality) semangat untuk masa
depan
b) Keyakinan akan kesembuhan, dampak penyakit dan tujuan?

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum: kesadaran, postur tubuh ( kurus atau gemuk), fatigue
169 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
b. Tanda vital
c. TB/ BB ( percentil)
d. Lingkar Kepala
e. Mata
f. Hidung
g. Mulut
h. Telinga
i. Tengkuk
j. Dada
k. Jantung
l. Paru – paru
m. Perut
n. Punggung
o. Genitalia
p. Ekstremitas
q. Kulit

5. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN ( Penilaian berdasarkan DDST/ DENVER


II
Bagi anak usia 0 – 6 tahun
1. Kemandirian dan bergaul
2. Motorik halus
3. Kognitif dan bahasa
4. Motorik kasar
Bagi anak di atas 6 tahun, maka ditanyakan tumbuh kembang secara umum sebagai
berikut:
a. Berat badan lahir, 6 bulan, 1 tahun, dan saat ini
b. Pertumbuhan gigi:
- Usia saat gigi tumbuh
- Jumlah
- Masalah dengan pertumbuhan gigi
c. Usia saat mulai menegakkan kepala, duduk, berjalan, kata-kata pertama
d. Perkembangan sekolah, lancar? Masalah apa?
e. Interaksi dengan pers dan orang dewasa?
f. Partisipasi dengan kegiatan organisasi ( kesenian, OR, dsb?)
170 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
6. INFORMASI LAIN
.........................................................................................................................................
………………………………………………………………………………………….
.............................................................................................................................

7. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………...................................................
..................................................................................................................

8. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBEM ETIOLOGI
1. DS :
DO:

B. DAFTAR MASALAH BERDASARKAN PRIORITAS DIAGNOSA


KEPERAWATAN

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………....

171 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL TTD
KEPERAWATAN
HASIL
1.

172 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
D. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
NO TGL / JAM NO DX.KEP TINDAKAN RESPON TTD
1.

2.

173 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
E. EVALUASI KEPERAWATAN
NO DX
NO TGL / JAM EVALUASI TTD
KEP
S;

O:

A:

P:

174 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
DAFTAR PUSTAKA

Hockenberry,M.J. & Wilson, D. (2009). Wong’s Esensials of Pediatric


Nursing,Elseiver.

James, S.R. & Ashwill,J.W. (2007). Nursing Care of Children : Principle &
Practice,Saunder, St.Louise, Missouri.

Mandleco, B.L.& Pott.N.K. (2007). Pediatric Nursing : Caring for Children and Their
Families,I 2nd ed, Thomson Corporation, New York.

Santrock, J. W. (2002). Child Development 9th ed , McGraw-Hill Companies,


NewYork.

Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development 8th ed , McGraw-Hill Companies,


NewYork.

Wong, D.L.(2004). Pedoman Klinis :Keperawatan Pediatric, 4th ed, EGC, Jakarta.

Wong,D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6, alih bahasa Agus Sutarna, dkk,
EGC, Jakarta.

175 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k

Anda mungkin juga menyukai