KEPERAWATAN ANAK
DISUSUN OLEH :
TIM
Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas terselesaikannya Buku
Panduan Laboratorium Keperawatan Anak. Buku Panduan Laboratorium ini merupakan salah
satu bagian dari panduan pembelajaran sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi
lulusan S-1 Keperawatan.
Mata Kuliah Keperawatan Anak I membahas tentang konsep dasar keperawatan anak
maupun perspektif keperawatan anak, pertumbuhan dan perkembangan anak. Mata ajaran ini
juga membahas mengenai penerapan proses keperawatan dalam memenuhi kesehatan anak /
bayi dalam kondisi sehat, sakit dan resiko tinggi dengan penekanan pada pengkajian,
pemeliharaan kesehatan dan pemulihan kesehatan.
Kami berharap pedoman pembelajaran ini dapat dijadikan petunjuk dan dipergunakan
dengan sebaik baiknya. Kami juga merasa masih banyak kekurangan dalam pembuatan
pedoman pembelajaran ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
peningkatan kualitas pedoman pembelajaran ini sangat kami harapkan. Semoga Buku
Panduan Laboratorium ini dapat mengantarkan mahasiwa mencapai tujuan sebagai perawat
profesional.
B. EVALUASI
Praktik
a. Ujian kompetensi = 70 %
b. Nilai observasi/project/partisifasi perkuliahan = 30 %
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemeriksaan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Neonatus Esensial
Revisi Tanggal
Berlaku:
1) DEFINISI
Pemeriksaan fisik Neonatus adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh bayi baru lahir, 24 jam setelah lahir (sesaat sesudah bayi lahir pada saat
kondisi atau suhu tubuh sudah stabil dan setelah di lakukan pembersihan jalan
nafas/resusitasi, pembersihan badan bayi, perawatan tali pusat ) dan akan pulang dari
rumah sakit.
2) TUJUAN
Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin jika terdapat
kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.
3) INDIKASI
Bayi lahir di fasilitas kesehatan Bayi lahir di rumah
Baru lahir, setelah IMD, pemberian Baru lahir, setelah IMD, pemberian vitamin
vitamin K1dan salep/tetes mata K1 dan salep/tetes mata
antibiotika antibiotika
Usia 6-12 jam Sebelum bidan meninggalkan bayi
Dalam 1 minggu pascalahir, dianjurkan Dalam 1 minggu pascalahir, dianjurkan
dalam 2-3 hari dalam 2-3 hari
Selanjutnya mengikuti Buku KIA
4) PERSIAPAN ALAT
Alat yang digunakan untuk memeriksa : Air bersih, sabun dan handuk kering,
Sarung tangan bersih, Kain bersih, Stetoskop, Jam dengan jarum detik, Termometer,
Timbangan bayi, Pengukur panjang bayi, Pengukur lingkar kepala.Tempat : Pemeriksaan
dilakukan di tempat yang datar, rata, bersih, kering, hangat dan terang
5) PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
1) Melakukan pengecekan riwayat pasien dan buku catatan pengobatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga.
2) Fase Orientasi
1) Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan pelaksanaan
b) Pemeriksaan Fisis
Pemeriksaan Fisis Yang Dilakukan
Keadaan Normal
1 Lihat postur, tonus dan aktivitas Posisi tungkai dan lengan fleksi.
Bayi sehat akan bergerak aktif.
2 Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus
berwarna merah muda, tanpa adanya kemerahan atau
bisul.
3 Hitung pernapasan dan lihat tarikan -60 kali per menit.
dinding dada bawah ketika bayi
sedang tidak menangis. Dalam
4 Hitung denyut jantung dengan -160
meletakkan stetoskop di dada kiri kali per menit.
setinggi apeks kordis.
5 Lakukan pengukuran suhu ketiak o Suhu normal adalah 36,5 - 37,5º C
dengan termometer.
6 Lihat dan raba bagian kepala o Bentuk kepala terkadang asimetris karena
penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya
hilang dalam 48 jam.
o Ubun-ubun besar rata atau tidak membonjol, dapat
sedikit membonjol saat bayi menangis.
7 Lihat mata o Tidak ada kotoran/sekret
8 Lihat bagian dalam mulut. o Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian
Masukkan satu jari yang yang terbelah.
o Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat
menggunakan sarung tangan ke
jari pemeriksa.
dalam mulut, raba langit-langit.
9 Lihat dan raba perut. Perut bayi datar, teraba lemas.
Lihat tali pusat perdarahan, pembengkakan, nanah, bau
yang tidak enak pada tali pusat atau kemerahan sekitar
tali pusat
10 Lihat punggung dan raba tulang o Kulit terlihat utuh, tidak terdapat lubang dan
belakang. benjolan pada tulang belakang
11 Lihat lubang anus. o Terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium
Hindari memasukkan alat atau sudah keluar.
o Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah
jari dalam memeriksa anus
lahir.
Tanyakan pada ibu apakah bayi
sudah buang air besar.
12 Lihat dan raba alat kelamin luar. o Bayi perempuan kadang terlihat cairan vagina
Tanyakan pada ibu apakah bayi berwarna putih atau kemerahan.
o Bayi laki-laki terdapat lubang uretra pada ujung
sudah buang air kecil
penis. Teraba testis di skrotum.
o Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam
setelah lahir.
13 Timbang bayi. o Berat lahir 2,5-4 kg.
Timbang bayi dengan o Dalam minggu pertama, berat bayi mungkin turun
TANDA 0 1 2
Frekuensi jantung
Tidak ada / tidak teraba ≤100x / mnt ≥100x / mnt
/ pulse
Keterangan :
1) Adaptasi baik / normal / vigorour baby : skor 7-10
2) Asfiksia ringan-sedang : skor 4-6
3) Asfiksia berat : skor 0-3
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Vit K Dan Salep
Revisi Tanggal Mata
Ketua
1. DEFINISI
Injeksi Vit K adalah adalah suatu tindakan pemberian obat melalui intra muscular
ke dalam tubuh bayi baru lahir. Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata
diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah
lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin
1%.
2. TUJUAN
Injeksi vit K pada bayi untuk mencegah terjadi perdarahan dan salep mata untuk
mencegah infeksi pada mata.
3. INDIKASI
Bayi baru lahir
4. PERSIAPAN ALAT
a. Bak Intrumen kecil
b. Spuit 1 ml dan needle
c. Kapas Alkohol
d. Kassa steril
e. Vit K
f. Salep mata ; tetrasiklin 1%
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Mengecek riwayat pasien/ buku catatan pengobatan pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Menyapa dan member salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur tindakan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja Pemberian vit K
1. Letakan bayi di tempat tidur.
2. Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan
intramuskular (IM).
3. Muskulus Kuadriseps pada bagian antero lateral paha (lebih dipilih karena
resiko kecil terinjeksi secara IV atau mengenai tulang femur dan jejas pada
nervus skiatikus).
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemeriksaan Fisik Anak
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Pengkajian fisik adalah proses berkelanjutan yang dimulai secara wawancara,
terutama dengan menggunakan inspeksi atau observasi. Selama pemeriksaan yang lebih
formal,alat-alat untuk perkusi,palpasi dan auskultasi ditambahkan untuk memantapkan
dan menyaring pengkajian sistem tubuh.Seperti pada riwayat kesehatan, obyekyif dari
pengkajian fisik adalah untuk merumuskan diagnsa keperawatan dan mengevaluasi
keefektivan intervensiterapeutik ( Wong,2003).
Berlaku:
2. TUJUAN
Tujuan pemeriksaan fisik adalah memperoleh informasi yang akurat tentang
keadaan fisik pasien. Karena sifat alamiah bayi dan anak, ururan pemeriksaan tidak harus
menuruti sistematika yang lazim pada orang dewasa. Dalam pemeriksan anak harus
memperhatikan kebutuhan perkembangan mental anak.
3. PERSIAPAN ALAT
Stetoskop, Manset anak (Tensimeter), Timbangan anak, Termometer, Meteran
tinggi badan, Midline, Bak intrumen sedang kasa steril dan tongue spatel, senter, otoskop,
reflek hammaer spekulum hidung, tissue.
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Cek riwayat / buku catatan pengobatan pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaska tujuan pelaksanaan
4. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien.
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
6. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya
7. Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Lakukan pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum ; Kesan sakit, Kesadaran, Kesan status gizi
2) Tanda Vital
Berlaku:
Berlaku:
3. Kulit : Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit,
edema, tanda perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah,
pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan
stria.
4. Kelenjar Limfe : Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila,
belakang telinga, leher, ketiak, bawah lidah, dan sub oksipital. Apabila
teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak.
5. Kepala : Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar
kepala, asimetri, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah, rambut,
tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu
melalui dahi dan daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.
6. Muka : Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak
antara hidung dan mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda
chovstek, dan nyeri pada sinus.
7. Mata : Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat,
kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan kelainan fundus.
Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
8. Hidung : Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping
hidung, mukosa, sekresi, perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
9. Mulut : Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran,
gerakan, tepi hiperemis/tidak.
Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.
Berlaku:
Berlaku:
Berlaku:
b. Fase Terminasi
1) Rapikan alat dan Evaluasi tindakan
2) Rencana tindak lanjut
3) Berpamitan dan dokumentasikan.
Berat badan :
1) Lahir : kurang lebih 3,25 kg
2) 3-12 bulan : umur ( bulan ) ditambah 9 dibagi 2
3) 1-6 tahun : umur ( tahun ) dikali 2 ditambah 8
4) 6-12 tahun : umur ( tahun ) dikali 7 dikurangi 5 dibagi 2
Tinggi badan :
1) Lahir : 50 cm
2) Umur 1 tahun : 75 cm
3) 2-12 tahun : umur ( tahun ) dikali 6 ditambah 77
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Deteksi Dini Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Tumbuh Kembang ( KPSP /
Revisi Tanggal Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan )
1) DEFINISI
Formulir KPSP adalah alat atau instrumen yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan anak normal ada penyimpangan. Pemeriksaan dilakukan oleh tenaga
kesehatan, guru TK dan petugas PAUD terlatih (Depkes, 2006).
Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3,6, 9, 12, 15, 18,
21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining
tersebut, minta ibu datang kembali padaumur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan
rutin.
Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta kembali untuk skrining KPSP pada umur 9
bulan.Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah
tumbuhkembang, sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan
menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda.
2) TUJUAN
Tujuan pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.
3) INDIKASI
Anak pada umur 3,6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan.
4) PERSIAPAN ALAT
Formulir KPSP menurut umur. Formulir ini berisi 9-10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72
bulan.
Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kerincingan,
kubus berukran 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, dan potongan biskuit
kecil ukuran 0,5-1 cm.
5) PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
a. Mengecek status kesehatan pasien/riwayat catatan pengobatan pasien
b. KOntrak waktu dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
a. Memberi salam dan menyapa nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
6) INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Menanyakan nama dan tanggal lahir anak
( Pada waktu skrining atau pemeriksaan anak harus dibawa )
2. Menghitung usia perkembangan anak
( Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun anak
lahir, Bila umur anak lebih dari 16 hari maka dibulatkan menjadi 1 bulan.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur
bayi 3 bulan 15 hari, maka dibulatkan menjadi 3 bulan ).
3. Memilih format KPSP sesuai dengan usia perkembangan anak
4. Menuliskan nama pemeriksa, nama pasien, tanggal lahir & tanggal
Pemeriksaan
5. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak
dimulai dari tugas yang mudah baru tugas yang sulit.
( KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh
ibu atau pengasuh anak, contoh: “dapatkah bayi makan kue sendiri ?”.
Perintah kepada ibu atau pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: “Pada posisi bayi anda telentang,
tariklah bayi pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi
duduk”. Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,
oleh karena itu pastikan ibu atau pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan
kepadanya ).
6. Menanyakan ke orang tua tugas perkembangan yang telah dikuasai anak
(personal sosial, motorik kasar, motorik halus, bahasa),
perkembangan (gerak kasar, gerak halus, bicara danbahasa, serta sosialisasi dan
kemandirian).
4. Penampilan selama tindakan :
a) Ketenangan selama melakukan tindakan
b) Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
c) Ketelitian selama tindakan
d) Menjaga Keamanan selama tindakan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Deteksi Dini Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Tumbuh Kembang ( DDST/
Revisi Tanggal Denver Development Skrining
Test )
1. DEFINISI
DDST adalaah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.
DDST bukan test diagnostic atau test IQ.
2. TUJUAN
a. Untuk mengetahui dan mengikuti proses dan tahap perkembangan anak.
b. Untuk mengatasi secara dini bila ditemukan kelainan perkembangan
c. Untuk menemukan adanya keterlambatan perkembangan anak sedini mungkin.
d. Untuk meningkatkan kesadaran orang tua atau pengasuh anak untuk berusaha
e. Menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan
3. INDIKASI
Anak usia
4. PERSIAPAN ALAT
a. Gulungan benang wol merah (diameter 10 cm)
b. Kismis/manik-manik
c. 10 buah kubus warna merah, kuning, hijau, biru 2,5 cm x 2,5 cm
d. Kerincing dengan gagang yang kecil
e. Botol kaca kecil dengan diameter lubang 1,5 cm
f. Bel/lonceng kecil
g. Bola tennis
h. Pensil merah
i. Boneka kecil dengan botol susu
j. Cangkir plastic dengan gagang / pegangan
k. Kertas kosong
l. Lembar Denver
5. PERSIAPAN PASIEN
a) Pra orientasi
1. Melihat identitas pasien / riwayat pasien
2. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b) Fase Orientasi
a. Memberi salam& menyapa nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur
e. Menempatkan alat kedekat pasien
f. Mencuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Menuliskan Nama pemeriksa, Nama pasien, tangga lahir & tanggal Pemeriksaan
2. Menghitung usia perkembangan anak
Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 33
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 7
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Deteksi Dini Tumbuh No. Dokumen:
Kembang ( DDST/ Denver
Development Skrining Test ) Berlaku:
Demikian juga bila anak lulus (P), gagal (F) atau menolak (R) pada
tugasperkembangan dimana garis umur terletak antara persentil 25 dan 75,
makadikategorokan sebagai normal.
3) Caution / peringatanl : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak ® tugas
perkembangan, dimana garis umur terletak pada atau anatara persentil 75
dan 90.
4) Delay / keterlambatan : Bila seorang anak gagal (F) atau menolak (R)
melakukan uji coba yangterletak lengkap disebelah kiri garis umur.
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pengukuran Antropometri
Revisi Tanggal
Berlaku :
1. DEFINISI
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan
metros artinya ukuran. Antropometri artinya ukuran dari tubuh.
Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui
ukuran-ukuran fisik seorang dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan
dan pita pengukur (meteran).
2. TUJUAN
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan bayi / Balita.
Berlaku:
3. PERSIAPAN ALAT
a. Alat pencatat
b. Timbangan berat badan ( timbangan bayi untuk anak sampai 2 tahun, timbangan
injak untuk anak > 2 tahun)
c. Alat pengukur panjang/tinggi badan, Mitlen, LILA
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat identitas pasien / riwayat pengobatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur pelaksanaan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Melepaskan pakaian anak
2. Menimbang BB anak
(Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil,
maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini).
a. Menimbang BB dengan timbangan bayi :
Berlaku:
1) Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah goyang
2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0
3) Lepaskan baju bayi, tanpa topi, kaus kaki atau sarung tangan
4) Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan
5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan. Bila bayi terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
b. Menimbang BB dengan timbangan injak :
1) Letakkan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah
bergerak
2) Lihat posisi jarum atau angka harus menunjukkan angka 0
3) Anjurkan anak memakai baju yang tipis, tidak memakai alas kaki,
jaket, topi, jam tangan, kalung dan tidak memegang sesuatu
4) Berdirikan anak di atas timbangan tanpa dipegangi
5) Lihat jarum timbangan sampai berhenti
6) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan atau angka
timbangan. Bila anak terus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca
angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.
3. Mengukur panjang/tinggi badan anak dengan posisi lutut tidak menekuk.
a. Pengukuran Pb/Tb Dengan Cara Berbaring (sebaiknya oleh 2 orang
petugas) :
1. Letakkan bayi berbaring terlentang pada alas yang datar
2. Tempelkan kepala bayi pada pembatas angka 0
3. ( petugas 1)Pegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas
angka 0 (pembatas kepala)
4. Petugas 2 : tekan lutut bayi dengan tangan kiri dan dengan
menggunakan tangan kapan tekan batas kaki ke telapak kaki bayi
Berlaku:
Berlaku:
b. Fase Terminasi
1. Rapikan pasien dan alat
2. Melakukan evaluasi tindakan
3. Berpamitan
4. Cuci tangan
6. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan tindakan pengukuran antropometri
adalah :
a. Ketenangan selama tindakan dan Melakukan komunikasi therapeutic
b. Ketelitian selama tindakan dan Keamanaan klien selama tindakan
TERAPI BERMAIN
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Terapi Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Bermain
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu
intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum
dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam
perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan
asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
2. TUJUAN
a. Perkembanga sensoris-motori, intelektual, social, kreativitas, kesadaran diri
b. Perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi.
Berlaku:
3. PERSIAPAN ALAT
Alat Permainan Edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usianya dan tingkat
perkembangannya, serta berguna untuk
a. Pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang atau
merangsang pertumbuhan fisik anak, trediri dari motorik kasar dan halus. Contoh alat
bermain motorik kasar : sepeda, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
Motorik halus : gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
b. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar.Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, majalah, radio, tape, TV,
dll.
c. Pengembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk.
Warna, dll. Contoh alat permainan : buku bergambar, buku cerita, puzzle, boneka,
pensil warna, radio, dll.
d. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi ibu dan
anak, keluarga dan masyarakat. Contoh alat permainan : alat permainan yang dapat
dipakai bersama, misal kotak pasir, bola, tali, dll
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat identitas pasien/ riwayat pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberi salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
Berlaku:
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja sesuai dengan terapi bermain yang dipilih.
1) Pembukaan
2) Pelaksanaan
3) Evaluasi
b. Fase Terminasi
1. Memberikan motivasi dan pujian kepada seluruh anak yang telah mengikuti
program terapi bermain
2. Mengucapkan terima kasih kepada anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup.
6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam terapi bermain :
1. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
3. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat pada
keterampilan yang lebih majemuk.
4. Jaangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
5. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit.
b. Karakteristik Permainan Sesuai Dengan Tumbuh Kembangnya :
1. Usia 0 – 12 bulan, Tujuannya adalah :
1) Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya mengisap,
menggenggam.
2) Melatih kerjasama mata dan tangan.
3) Melatih kerjasama mata dan telinga.
4) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
5) Melatih mengenal sumber asal suara.
6) Melatih kepekaan perabaan.
7) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
Berlaku:
Berlaku:
Berlaku:
2) Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
5. Usia Prasekolah
Alat permainan yang dianjurkan : Alat olah raga, Alat masak, Alat menghitung
, Sepeda roda tiga, Benda berbagai macam ukuran, Boneka tangan, Mobil,
Kapal terbang, Kapal laut dsb
6. Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
1) Pada anak laki-laki : mekanik.
2) Pada anak perempuan : dengan peran ibu.
7. Usia Praremaja (yang akan dilakukan oleh kelompok)
Karakterisrik permainnya adalah permainan intelaktual, membaca, seni,
mengarang, hobi, video games, permainan pemecahan masalah.
8. Usia remaja
Jenis permainan : permainan keahlian, video, komputer, dll.
SETTING TEMPAT
MEJA
Keterangan:
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
: Leader
KRITERIA EVALUASI
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang hematologi BONA lantai 2.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
PENGORGANISASIAN
1. Pembimbing Pendidikan :
2. Pembimbing Ruangan :
3. Leader :
4. Co Leader :
5. Fasilitator :
6. Observer :
7. Anak : anak berusia 1-3 tahun dirawat di ruang Anggrek
TUGAS MASING-MASING
1. Leader : Memimpin jalannya program terapi
2. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi
3. Observer : Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
4. Anak : Mengikuti jalannya terapi bermain
PERKIRAAN HAMBATAN :
1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di jadwalkan)
2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain
ANTISIPASI HAMBATAN/MASALAH
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak selama program
terapi.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pemberian Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Nutrisi/ Cairan Oral ; Modisco
Revisi Tanggal
1. DEFINISI
MODISCO singkatan dari Modified Dried Skimmed Milk Coconut Oil, suatu
makanan atau minuman bergizi tinggi yang ditemukan pada tahun 1973 oleh Maydan
Whitehead. MODISCO dicobakan pertama kali untuk anak-anak yang mengalami
gangguan gizi berat di Uganda (Afrika) dengan hasil memuaskan.
2. TUJUAN
Mengobati gangguan gizi berat atau Kekurangan Energi Protein (KEP) pada anak
(Ir. Annis Catur Adi).
3. INDIKASI
a. Anak sehat dan kurus (MODISCO sebagai makanan tambahan).
b. Penderita penyakit infeksi menahun.
c. Orang yang baru sembuh dari penyakit berat.
d. Mereka yang sulit makan karena adanya kelainan bawaan
4. KONTRAINDIKASI
MODISCO tidak boleh diberikan pada : Anak gemuk, Bayi dibawah usia 6 bulan,
Penderita penyakit ginjal, hati, dan jantung.
5. PERSIAPAN ALAT
Susu, Gula pasir, Minyak goring/margarine, Air masak, Timbangan bahan, Gelas,
Sendok
6. PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
a. Cek riwayat / buku catatan pengobatan pasien
b. Kontrak dengan keluarga pasien
2) Fase Orientasi
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Menempatkan alat ke dekat pasien
f. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
MODISCO I :
Susu skim 20 gram (4 sendok makan) Gula pasir 10 gram ( 1 sendok makan )
Minyak goreng 9,2 cc, Air masak 200 cc
MODISCO II :
Susu skim 20 gram (4 sendok makan) Gula pasir 10 gram (1 sendok makan)
Margarine 11,2 gram (1 sendok makan) Air masak 200 cc
MODISCO III :
Susu segar 200 cc Gula pasir 14 gram Margarine 11 gram
PROSEDUR PEMBUATAN :
Cara membuat MODISCO :
Bahan : 10 gram susu skim 5 gram gula pasir 4,6 gram minyak kelapa atau 5,5
gram margarine. 100 cc air.
Cara membuat :
1) Mencampur susu bubuk, gula dan minyak/ margarin
2) Menyeduh bahan dengan air hangat/panas
3) Menambahkan air sambil terus di aduk sampai dengan 200 cc
4) Menyaring semua bahan yang sudah dicampur
5) Minumkan kepada anak hangat-hangat
Atau :
1) Susu bubuk dan gula dicampur, sementara minyak kelapa atau margarine
dipanaskan/dicairkan.
2) Tuangkan cairan minyak kedalam susu, sedikit demi sedikit sampai
tercampur rata. Kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit. Adonan ini di
tim selama 15 menit.
3) Bila anda mempunyai mixer atau blender, semua bahan (susu, gula pasir,
minyak kelapa atau margarine cair dan sebagian air), diblender sampai
tercampur rata. Kemudian tambahkan sisa air, lalu di tim sekitar 15 menit.
b. Fase Terminasi
1) Rapikan alat
2) Evaluasi tindakan
3) Rencana tindak lanjut
4) Berpamitan
5) Dokumentasi
b. Pada Modisco II
1) Diberikan pada KEP tanpa Edema
2) Diberikan : 125kkal/kgBB/hari
c. Pada Modisco III
1) Diberikan setelah Modisco I dan II
2) Diberikan : 150kkal/kgBB/hari
3) Pemberian makanan sesuai umur, selera, daya cerna, di samping pemberian
Modisco.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Prosedur Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Managemen Laktasi
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Manajemen laktasi adalah suatu tata laksana menyeluruh yang menyangkut laktasi
dan penggunaan ASI, yang menuju suatu keberhasilan menyusui untuk pemeliharaan
kesehatan ibu dan bayinya.Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI
diproduksi sampai proses bayi mengisap dan menelan ASI.
2. TUJUAN
1) Memelihara kebersihan payudara
2) Memperbanyak dan memperlancar produksi ASI
3) Membantu cara menyusui yang benar
Berlaku:
3. INDIKASI
Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
4. KONTRAINDIKASI
a. Sudah mendapat menstruasi setelah persalinan
b. Tidak menyusui secara ekslusif
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
5. PERSIAPAN ALAT
Phantom payudara/ ASI, Phantom bayi, Baju ganti ibu, Kom berisi kassa, Baby
oil, Bantal, Bengkok
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1. Cek riwayat pasien/ Buku catatan pengobatan pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Menyambut klien dan keluarga dengan sopan dan ramah
2. Memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
5. Mendekatkan alat kedekat klien
6. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Tutup privacy
2) Atur posisi Klien duduk dengan santai dan nyaman
3) Membantu klien membuka pakaian untuk menyusui
4) Mengoleskan Asi sedikit pada putting susu dan areola sekitarnya
Berlaku:
Berlaku:
Berlaku:
c) Susu Matur
Yang dimaksud dengan air susu matur adalah susu yang keluar setelah hari
ke-10. Berwarna putih kental. Komposisi ASI yang keluar pada isapan-
isapan pertama (foremilk) mengandung lemak dan karbohidratnya lebih
banyak dibandingkan hindmilk (ASI yang keluar pada isapan-isapan
terakhir), maka jangan terlalu cepat memindahkan bayi untuk menyusu
pada payudara yang lain, bila ASI pada payudara yang sedang diisapnya
belum habis.
2. Tujuan Pemberian ASI Eksklusif
a. Bayi
1) Membantu memulai kehidupannya dengan baik
2) mengandung antibodi sehingga terhindar dari alergi
3) memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan
antara ibu dan bayi
4) Asi meningkatkan kecerdasan bayi
5) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan gigi
karena gerakan mengisap mulut bayi pada payudara sang ibu.
b. Ibu
1) Sebagai kontrasepsi
2) Meningkatkan aspek kesehatan ibu,
3) Dalam aspek psikologi yang akan memberikan dampak positif kepada
para ibu yang menyusui air susu ibu itu sendiri.
3. Teknik Menyusui
a. Teknik Menyusui Bayi Tunggal
Pengertian : teknik menyusui adalah cara memberikan ASI kepada bayi
dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Segera setelah
lahir sebaiknya ibu segera menyusui bayinya karena refleks hisap bayi
paling kuat pada jam pertama dan hisapan bayi pada puting susu ibu akan
Berlaku:
Posisi menyusui
sambil berdiri yang benar Posisi menyusui
sambil duduk yang benar
Posisi menyusui
sambil rebahan yang benar Posisi menyusui
balita pada kondisi normal
Berlaku:
Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah dengan tiduran
c. Teknik Menyusui bayi kembar
d. Menyendawakan bayi :
Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggung
ditepuk perlahan-lahan atauBayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan secara bergantian pada kedua bayi.
Berlaku:
Berlaku:
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Pemberian Nutrisi / Cairan
Revisi Tanggal Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal)
1. DEFINISI
Kateterisasi umbilikal dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Kateterisasi arteri umbilical (UAC)
Arteri umbilikalis merupakan cabang dari arteri iliaka interna dengan
diameter 2-3 mm. Pada bayi cukup bulan, masing-masing arteri mempunyai
panjang ± 7 cm
b. Kateterisasi vena umbilical (UVC)
Vena umbilikalis merupakan satu-satunya vena di umbilikius, relative
besar dengan diameter 4-5 mm, panjang 2-3 cm dan berdinding tipis. Dari
umbilicus, vena
5. PERSIAPAN ALAT
a. Handuk steril untuk mengeringkan tangan dan lengan bawah
b. Gaun operasi dan sarung tangan
c. Duk lubang di tengah (sebaiknya transparan, sehingga bias terlihat kalau ada
komplikasi, seperti pucat pada daerah panggul dan ekstrimitas)
d. Kateter umbilikal single lumen, radio opak, diameter kecil (Fr 3,5 untuk berat
badan <1200gr dan Fr 5 untuk berat badan >1200gr) untuk meminimalkan jumlah
darah yang harus dikeluarkan saat membersihkan kateter sebelum pengambilan
sampel. Ujung kateter harus lembut dan membulat, dan bahan yang tidak
trombogenik
e. Three way stop cock dengan luer lock
f. Spuit
g. Cairan NaCl 0,9% - heparin 1 Ui/cc (0,5 N saline)
h. Kom untuk antiseptic (betadin)
i. Set pemasangan arteri umbilikal yang terdiri dari : 1 buah duk klem, 2 buah pinset
anatomis dengan ujung runcing (pinset iris), 1 buah gunting benang, 2 buah klem
arteri bengkok, 1 buah needle holder dan 1 buah scalpel no 11 dengan gagang.
j. Tali katun dan Benang silk no 2/0 at 3/0 dengan jarum round body
k. Plester
l. Kasa
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
a) Mengecek status riwayat kesehatan pasien
b) Melakukan kontrak dengan keluarga
b. Fase Orientasi
a) Memberikan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja
d) Mempersiapkan alat
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
Kateterisasi Arteri Umbilikal (UAC)
1. Pilih posisi pemasangan
a) Letak rendah (low position) setinggi lumbal 3-4. Ujung kateter di bawah
arteri renalis dan a. mesentrika, sehingga ujung kateter terletak di bifurkatio
aorta atau di bagian atas lumbal 4.
b) Letak tinggi (high position) setinggi torakal 6-9. Ujung kateter di tempatkan
di atas aksis celiac. Letak tinggi lebih di sukai karena tidak akan
menyebabkan oklusi a. renalis dan mesentrika, di samping itu insiden pucat
(blanching) dan sianosis pada ekstrimitas bawah lebih rendah, tetapi pada
posisi ini hipertensi renovaskuler lebih sering di temukan.
2. Ukur panjang kateter yang akan di masukan. Terdapat beberapa cara
pengukuran panjang kateter arteri umbilikal, antara lain:
a) Mengukur jarak antara bahu bayi ke umbilicus, dan ditambahkan dengan
panjang sisa umbilikal.
b) Untuk UAC letak tinggi, panjang kateter bisa di ukur dengan menggunakan
rumus : (berat badan x 3) + 9cm.
c) Untuk UAC letak rendah, perkiraan panjang kateter di dasarkan pada berat
badan bayi:
(a) 1000 gram : 7 cm
(b) 1500 gram : 8 cm
(c) 2000 gram : 9 cm
(d) 2500 gram : 10 cm
a) Lakukan persiapan:
(1) Persiapan penolong
Cuci tangan steril kemudian pasang sarung tangan steril.
(2) Persiapan alat
Susun semua alat yang di perlukan di atas meja steril. Siapka cairan
NaCl-heparin dalam spuit 10 cc. pasang three way stopcock ke kateter
umbilikal,sambungkan dengan spuit dan isi dengan NaCl-heparin,
kemudian putar stopcock ke posisi off kea rah kateter. Hati-hati jangan
sampai ada udara.
(3) Persiapan pasien
Ikat kedua kaki bayi dengan popok kemudian plester ke tempat tidur atau
tahan dengan menggunakan bantal pasir. Tutup alat kelamin bayi dengan
kain untuk menghindari kencing bayi mengotori lapangan tindakan.
Pegang umbilikal dengan kasa betadin atau klem (ingat umbilikal belum
steril) dan tarik lembut secara vertical. Lakukan desinfeksi dengan cairan
antiseptic (povidin dll.) sebanyak 3 kali mulai dari bagian tengah dan
teruskan dengan gerakan melingkar ke bagian luar (minimal radius 5 cm
dari umbilikal) setelah itu bersihkan umbilikal, dan pasang duk lobang di
atas umbilikal.
b) Pasang tali katun di sekeliling umbilikal dan ikat secukupnya sehingga
perdarahan dapat di cegah, tetapi kateter umbilikal masih bias masuk.
c) Potong umbilikal secara horizontal dengan scalpel ± 1,5 cm dari kulit
d) Stabilisasi umbilikal dengan hemostat, dan identifikasi pembuluh darah. Vena
berukuran lebih besar, oval dengan dinding tipis. Sedangkan ke dua arteri
terlihat lebih kecil, membulat/lonjong dan berdinding tebal. Arteri biasanya
konstriksi sehingga lumennya terlihat sangat kecil (pinpoint).
e) Pegang pangkal umbilikal, masukkan salah satu ujung runcing pinset iris ke
dalam lumen arteri ± 0,5 cm, sampai lumen membuka dan kemudian
lebarkan dengan pelan-pelan dengan kedua ujung pinset. Pegang kateter arteri
dengan
Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 73
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 6 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:
pinset dan masukkan kedalam arteri dengan lembut. Biasanaya akan terdapat
tahanan di didinding anterior abdomen, tahanan ini bias dihilangkan dengan
mendorong kateter dengan lembut. Tekanan kuat atau mengelur masukkan
kateter akan membuat arteri semakin spasme. Jika tahanan belum bias diatasi,
tunggu selama 2-3 menit sampai vasospasme membaik atau bias di coba di
arteri sebelahnya.
f) Setelah kateter berada di tempat sesuai ukuran, darah akan mengalir dengan
mudah, kadang bias naik sendiri dan terlihat adanya pulsasi. Lakukan foto
Rontgen untuk konfirmasi posisi (AP-lateral). Harus diingat bahwa setelah
lapangan steril di tutup, kateter hanya bias ditarik, tidak boleh didorong ke
dalam arteri. Jangan lupa ambil sampel darah untuk pemeriksaan
laboratorium sebelum disambungkan denga cairan.
g) Perhatikan adanya warna pucat, mottling atau kebiruan di kaki. Hal ini bias
disebabkan oleh vasospasme, jika tidak membaik dalam waktu beberapa
menit, kateter harus ditarik keluar pelan-pelan.
h) Setelah posisi tepat, jahit ikatan (purse-string suture) kateter ke jelly Wharton
dengan benang silk 3/0, hati-hati jangan sampai menembus kateter.
Simpulkan benang di kateter dan tarik sisanya ke atas. Pasang plester
mengikat benang dan kateter seperti bendera, kemudian jahit lagi di bagian
atas plester. Ini akan memberikan fiksasi yang cukup sehingga kateter tidak
akan berubah posisi. Selanjutnya hubungkan dengan three way ke NaCl-
heparin 1Ui/ml 0,5-1 cc/jam. Jangan memasang klem atau melakukan jahitan
di kulit perut bayi.
i) Bersihkan lagi umbilikal, tidak perlu ditutup sehingga terlihat bila ada
komplikasi. Kateter harus di cabut bila ada tanda-tanda infeksi di umbilikal
seperti kemerahan, bau atau bernanah.
j) Jika tidak di perlukan lagi, kateter umbilikal bisa dilepas. Bersihkan umbilikal
dengan alcohol, matikan pompa infuse dan klem kateter. Tarik kateter pelan-
pelan sampai 3-4 cm dari kulit dan tempelkan ke kulit perut dengan plester.
Buku Panduan Laboratorium Keperawatan Anak| 74
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 7 dari 8
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Pemberian Nutrisi / Cairan No. Dokumen:
Parenteral (Pemasangan
Infus Umbilikal) Berlaku:
Tunggu sampai pulsasi arteri berhenti (biasanya 10-20 menit), cabut kateter
dengan lembut dan lakukan penekanan selama 5-10 menit sampai perdarahan
berhenti. Jangan telungkupkan bayi, minimal 4 jam observasi adanya
perdarahan.
2) Kateterisasi Vena Umbilikal (UVC)
a) Teknik Pemasangan
Ukur panjang kateter yang akan di masukkan, terdapat beberapa cara yaitu:
(1) Mengukur jarak antara umbilicus ke prosesus xyphoideus, ditambah
dengan panjang sisa umbilikal.Mengukur dengan rumus :
(1,5 x BB) + 5,5cm atau 1/2 {(BB x 3) + 9 cm} +1
(2) Lakukan persiapan (sama dengan persiapan pemasangan UAC).
(3) Ikat umbilikal dan potong datar dengan scalpel.
(4) Identifikasi vena umbilical. Buang semua bekuan darah yang terdapat
dalam vena dengan pinset iris. Pasang kateter dengan pinset iris dan
masukkan dengan lembut sampai ukuran yang telah ditentukan. Jika
terdapat tahanan pada saat memasukkan kateter, jangan di paksa, tarik ±
4-5 cm, kemudian masukkan kembalisambil diputar pelan searah jarum
jam. Kalau masi ada tahanan. Kalau masi ada tahanan, bias dicoba
memasukkan kateter lain di bawa kateter pertama dan masukan dengan
lembut, biasanya kateter kedua akan langsung memasuki duktus venosus.
Prosedur selanjutnya sama dengan UAC
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
TEKNIK IMUNISASI
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Teknik Imunisasi
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen
lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit
tertentu. (Proverawati, 2010). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada
bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Alimul, 2009)
2. TUJUAN
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. (Proverawati, 2010)
Berlaku:
Berlaku:
b. IMUNISASI HEPATITIS B
1) Vaksin Hepatitis B dalam vial
2) Spuit 1 cc atau spuit khusus 0,5 cc dengan jarum no 22-25
3) Jarum ganti no. 22-25 jika perlu
4) Mangkuk berisi kapas alcohol
5) Bengkok atau safety box
6) Bak spuit
7) Sarung tangan bersih
8) Masker
c. IMUNISASI DPT
1) Vaksin DPT dalam vial
2) Spuit 1 cc, dengan jarum no 22-25
3) Jarum ganti no. 22-25 jika perlu
4) Mangkuk berisi kapas alcohol
5) Bengkok atau safety box
6) Bak spuit
7) Sarung tangan bersih
8) Masker
d. IMUNISASI POLIO
1) Vaksin polio oral dalam vial
2) Dropper atau penetes
3) Masker
4) Handscoon
e. IMUNISASI CAMPAK
1) Vaksin campak dalam vial
2) Spuit 1 cc atau spuit khusu 0,5 cc dengan jarum no. 22- 25
3) Mangkuk berisi kapas alcohol
4) Bengkok atau safety box
Berlaku:
5) Bak spuit
6) Sarung tanan bersih
7) Masker
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1. Mengecek buku riwayat/catatan pengobatan pasien
2. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Memberikan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur kerja
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
5. Mempersiapkan alat
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) IMUNISASI BCG
a) Cuci tangan
b) Aspirasi vaksin BCG sebanyak 0,05 cc
c) Ganti jarum jika vaksin BCG di ambil dari dalam vial
d) Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksin (lengan atas lateral) yang mudah
e) Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik
f) Gunakan sarung tangan
g) Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol
h) Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari tangan non
dominan
i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 150 pada lengan atas lateral
j) Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan
Berlaku:
k) Keluarkan jarum
l) Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box
m) Lepaskan sarung tangan
2) IMUNISASI HEPATITIS B
a) Cuci tangan
b) Aspirasi vaksin Hepatitis B sebanyak 0,5 cc
c) Ganti jarum jika vaksin BCG di ambil dari dalam vial
d) Bantu klien memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksin (paha bagian anterolateral kiri atau kanan) yang
mudah
e) Buka pakaian klien pada area yang akan disuntik
f) Gunakan sarung tangan
g) Lakukan desinfeksi menggunakan kapas alcohol
h) Tekan dan Renggangkan kulit lokasi penyuntikan dengan ibu jari telunjuk
tangan non dominan
i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 900 pada paha bagian anterolateral kiri
atau kanan.
j) Lakukan asprasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit
k) Dorong plunger secara perlahan sehingga vaksin masuk dalam jaringan
l) Keluarkan jarum
m) Tekan lokasi penyuntikan menggunakan kapas alcohol
n) Buang spuit ke dalam bengkok atau safety box
o) Lepaskan sarung tangan
3) IMUNISASI DPT
a) Cuci tangan
b) Aspirasi vaksin DPT sebanyak 0,5 cc
Berlaku:
4) IMUNISASI POLIO
a) Cuci tangan
b) Buka penutup vial vaksin polio
c) Ganti tutup vial vaksin polio
d) Ganti tutup vial dengan dropper
e) Bantu klien memperoleh posisi yang hyaman (dipangku untuk bayi) dengn
kepala sedikit hiperekstensi
f) Gunakan sarung tangan
g) Buka mulut klien. Mulut bayi dapat dibuka dengan menekan kdua pipi
menggunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan non- dominan anda
Berlaku:
5) IMUNISASI CAMPAK
a) Cuci tangan
b) Aspirasi vaksin campak sebanyak 0,5 cc
c) Ganti jarum yang digunakan dengan jarum baru
d) Bantu klien untuk memperoleh posisi yang nyaman dengan akses lokasi
penyuntikan vaksinn (lengan kiri atas) yang mudah
e) Buka pakaian klin pada area yang akan disuntik
f) Gunakan sarung tangan
g) Lakukan desinfeksi mengguankan kapas alcohol
h) Tekan dan engganggkan kulit disekitar lokasi penyuntikan dengan ibu jari
dan jari telunjuk tangan non dominan anda.
i) Lakukan penyuntikan dengan sudut 45 0 pada lengan kiri atas
j) Lakukan aspirasi dan pastikan tidak ada darah di dalam spuit
k) Dorong plunger scara perlahan sehigga vaksin masuk kedalam jaringan
l) Keluarkan jaruum
m) Tekan lokasi penyuntikan dngan kapas alcohol
n) Buang spuit ke dalam bengkok/ safety box
o) Lepaskan sarung tangan
Berlaku:
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
7) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. IMUNISASI BCG
Imunisasi BCG dilakukan dengan memasukkan 0,05 cc vaksin BCG
Kedalam jaringan intradermal. Reaksi kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) yang
perlu diperhatikan pada pemberian vaksin BCG adalah munculnya papula sekitar
dua minggu setelah imunisasi dilakukan. Papula tersebut dapat membesar dan dapat
terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian sembuh secara perlahan tanpa
pengobatan khusus, serta meninggalkan jaringan parut. Beri tahu keluarga dank lien
untuk mengkompres ulkus yang mengeluarkan cairan dengan cairan antiseptic.
Anjurkan keluarga atau klien untuk menghubungi tenaga kesehatan jika ulkus
bertambah besar atau cairan yang keluar dari ulus semakin banyak.
Jadwal Imunisasi BCG :
1) Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan
pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan.
2) Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun).
3) Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
4) Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat mencegah
komplikasinya.
5) Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
Berlaku:
b. IMUNISASI HEPATITIS B
Imunisasi hepatitis B merupakan tindakan memasukkan 0,5 cc vaksin
hepatitis B ked lam jaringan intramuscular menggunakan spuit. Lokasi intramuscular
yang lazim digunakan adalah vastus lateralis (paha bagian anterolateral kiri atau
kanan) atau deltoid. Reaksi KIPI yang harus diketahui keluarga dan klien adalah
tidak lama setelah imunisasi, klien dapat mengalami demam, nyeri sendi, mual, atau
terjadi pembengkakan, nyeri, dan kemerahan pada lokasi penyuntikan. Anjurkan
klien untuk meningkatkan asupan cairan sebanyak mungkin (ASI atau jus buah)
mengompres lokasi penyuntikan dengan air dingin, atau mengkonsumsi paracetamol
15 mg/kg/BB setiap 3-4 Jam, jika klien mengalami demam. Pemberian paracetamol
dilakukan maksimal 6 kali dalam 24 jam. Klien dapat mandi atau menyeka tubuhnya
dengan air hangat untuk mempertahankan hygiene diri. Jika reaksi KIPI yang
timbul tampak menetap atau semakin berat, anjurkan klien untuk menemui dokter.
Jadwal Imunisasi Hepatitis B :
1) Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah
lahir.
2) Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi
hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun
optimal, interval imunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
3) Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0
monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin
kombinasi DTwP/hepatitis B pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B
diberikan dalam kombinasi dengan DTwP untuk mempermudah pemberian dan
meningkatkan cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
4) Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi
hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3
kali pemberian.
Berlaku:
c. IMUNISASI DPT
Imunisasi DPT merupakan tindakan memasukkan 0,5 cc vaksin DPT ke dalam
jaringan intramuscular menggunakan spuit. Lokasi intramuscular yang lazim
digunakan adalah vastus lateraliis (paha bagian anterolateral kanan atau kiri) atau
deltoid. Raksi KIPI yang harus diketahui adalah klien dapat memahami demam tinggi,
rewel (pada bayi), terjadi pembengkakan. Kemerahan, dan nyeri pada lokasi
penyuntikan. Reaksi tersebut akan hilag dalam waktu dua hari. Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan cairan sebanyakmungkin (ASI dan jus buah), mengompres
lokasi penyuntikan dengan air dingin, atau mengkonsusmsi parasetamol 15 mg/kg/BB
setiap 3-4 jam jika klien mengalami demam. Pemberian paracetamol dapat dilakukan
maksimal 6 kali dalam 24 jam. Klien dapat mandi atau menyeka tubuhnya dengan air
hangat untuk mempertahankan hygiene diri. Jika reaksi KIPI yang timbul tampak
menetap atau semakin berat, anjurkan klien untuk menemui dokter.
Jadwal Imunisasi DPT :
1) Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT tidak boleh
diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik
diberikan 8 minggu, jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur
4 bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
2) Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun
ulangan.
3) Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi dengan vaksin lain yaitu
DPT/Hepatitis B dan DPT/IPV.
d. IMUNISASI POLIO
Imunisasi polio dilakukan dngan memasukkan 2 tetes vaksin polio kedalam
mulut klien, terutama sublingual jika memungkinkan. Reaksi KIPI jarang terrjadi
pada imunisasi polio, oleh sebab itu, orang tua tidak perlu merasa cemas. Akan tetapi,
orang tua harus diberi tahu bahwa imunisasi polio tidak dapat diberikan pad anak
yang mengalami diare yang berat.
Berlaku:
Berlaku:
Berlaku:
i) Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan
jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima
vaksin.
j) Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:
(1) Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa
yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan
yang lebih berat.
(2) Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
(3) Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan
bidang P2M.
(4) Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi
untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.
(5) Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar,
pelaksanaannya dapat bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas
yang berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang
valid, dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan.
2) Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus
disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus
didinginkan pada temperatur 2-8oC dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT
dan hepatitis B) menjadi tidak aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk
melakukan konsultasi guna mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin
individual, karena beberapa vaksin (polio) dapat disimpan dalam keadaan beku.
3) Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus
dan digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan,
harus diperiksa terhadap tanda-tanda kerusakan (warna dan kejernihan). Perlu
Berlaku:
Berlaku:
d) Standar jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada
perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut :
(1) Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda dan
bayi-bayi kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan
panjang 16 mm.
(2) Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dapakai jarum ukuran 25
dengan panjang 16 mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 27
dengan panjang 12 mm.
(3) Untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG dipakai jarum ukuran 25-
27 dengan panjang 10 mm.
7) Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular
Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 450 sampai 600 ke dalam otot
vastus lateralis atau otot deltoid (lengan atas). Untuk otot vastus lateralis, jarum
harus diarahkan ke arah lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak.
Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan
pada sudut 900. pada suntikan dengan sudut jarum 450 sampai 600 akan mengalami
hambatan ringan pada waktu jarum masuk ke dalam otot.
8) Tempat Suntikan yang Dianjurkan
a) Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada
bayi-bayi dan anak-anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif
untuk vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat
berjalan) dan orang dewasa.
b) Daerah anterolateral paha adalah bagian yang dianjurkan untuk vaksinasi bayi-
bayi dan tidak pada pantat (daerah gluteus) untuk menghindari risiko kerusakan
saraf ischiadica (nervus ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadica akibat
suntikan didaerah gluteus lebih banyak dijumpai pada bayi karena variasi posisi
saraf tersebut, masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi dengan suntikan
Berlaku:
Berlaku:
kearah lutut, maka jarum tersebut harus menembus kulit selebar ujung jari di
atas (ke arah proksimal) batas hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot.
b) Anak atau bayi diletakkan di atas meja periksa, dapat dipegang oleh orang
tua/pengasuh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua atau
pengasuhnya. Celana (popok) bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus
lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikkan
terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan
paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari-jari. Posisi ini akan
mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar.
c) Lokasi suntikan pada vastus lateralis :
(1) Letakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang.
(2) Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut.
(3) Cari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi,
tarik garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. Tempat suntikan
vaksin ialah batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila
tungkai bawah sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus
iliotibialis menyebabkan garis bagian distal lebih jelas).
(4) Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara
sepertiga bagian atas dan tengah, jarum ditusukkan satu jari di atas batas
tersebut.
11) Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
a) Posisi seorang anak yang paling nyaman untuk suntikan di daerah deltoid ialah
duduk di atas pangkuan ibu atau pengasuhnya.
b) Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara
lengan lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh.
c) Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman
dan berhasil.
Berlaku:
d) Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar dan
meningkatkan risiko penetrasi saraf.
Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik membuka lengan atas dari pundak ke
siku. Lokasi yang paling baik adalah pada tengah otot, yaitu separuh antara
akromnion dari insersi pada tengah humerus. Jarum suntik ditusukkan membuat
sudut 45o-60o mengarah pada akromnion. Bila bagian bawah deltoid yang
disuntik, ada risiko trauma saraf radialis karena saraf tersebut melingkar dan
muncul dari otot trisep.
12) Pengambilan Vaksin dari Botol (Vial)
Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah
dilarutkan, harus memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang
terbuka, dapat dipakai jarum yang sama. Jarum atau semprit yang telah digunakan
menyuntik seseorang tidak boleh digunakan untuk mengambil vaksin dari botol
vaksin karena risiko kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosis
ganda (multidosis) jangan digunakan kecuali tidak ada alternatif lain.
13) Penyuntikan Subkutan
Perhatian untuk suntikan subkutan :
a) Arah jarum 450 terhadap kulit.
b) Cubit tebal untuk suntikan subkutan.
c) Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan.
d) Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda
14) Penyuntikan Intramuscular
Perhatian untuk penyuntikan intramuskular :
a) Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot.
b) Suntik dengan arah jarum 45o-60o, lakukan dengan cepat.
c) Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum
ditusukkan.
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Manajemen Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Terpadu Balita Sakit ( MTBS )
Revisi Tanggal
1. DEFINISI
Suatu manejemen untuk balita yang datang di pelayanan kesehatan,
dilaksanakan secara terpadu mengenai klasifikasi, status gizi, status imun maupun
penanganan dan konseling yang diberikan. MTBS merupakan suatu program
pemerintah untuk menurunkan angka kematian balita dan menurunkan angka
kesakitan.
2. TUJUAN
a. Meningkatkan keterampilan petugas
b. Menilai,mangklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit yang timbul
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Menuliskan identitas pasien dengan tepat pada format yang tersedia
2) Melakukan penilaian sesuai dengan tanda / gejala yang ditentukan
a) Untuk bayi umur 1hari-2 bulan
Periksa kemungkinan kejang,gangguan nafas,suhu tubuh,adanya
infeksi,ikterus,gangguan pencernaan,BB,status imun.
b) Untuk bayi 2 bulan - 5 tahun
Keadaan umum,respirasi,derajat dehidrasi,suhu,periksa telinga,status
gizi,imun,penialaian pemberian makanan.
3) Melakukan klasifikasi berdasarkan buku bagan MTBS dengan tepat
4) Melakukan Tindakan sesuai dengan buku bagan MTBS dengan tepat
5) Melakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan secara lengkap sesuai dengan
tanda / gejala yang ditemukan pada pasien
6) Melakukan edukasi dan tindakan kepada keluarga dengan tepat dan dengan
penjelasan yang mudah dimengerti oleh keluarga
7) Mendokumentasikan seluruh aktifitas MTBS dengan tepat.
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3) Berpamitan dengan klien
4) Membereskan alat-alat
5) Mencuci tangan
6) Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
3) Selama anak sakit, apakah pemberian makan anak diubah ? bila ya, bagaimana
caranya ?
Anjuran makanan selama anak sakit maupun anak sehat :
(a) 0-6 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, min 8x sehari.
(b) 6-8 bulan : teruskan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI.
Ex : pisang, papaya, air jeruk dan air tomat, makanan pendamping
diberikan 2x/hari, sesuai pertambahan umur diberikan bubur tim ditambah
kuning telur, tempe, tahu, ayam, ikan, daging, wortel, bayam, kacang
hijau, santan/minyak, frekuensi 7-8 sendok/hari.
(c) 9-12 bulan : ASI dilanjutkan dan kenalkan makanan keluarga secara
bertahap dimulai dari bubur nasi-nasi tim dan makanan keluarga. Berikan
3x/hari frekuensi 9-11 sendok, dan beri makanan selingan 2x/hari. Ex :
bubur kacang hijau, pisang, biscuit, dll diantara waktu makan.
(d) 12-24 bulan : beri ASI sesuai keinginan anak, beri nasi lunak yang
ditambah telur, ayam, ikan, tempe, tahu, daging, wortel, bayam, kacang,
santan minyak. Beri 3x/hari dan makanan selingan 2x/hari.
(e) > 2 tahun : Makanan keluarga 3x/hari terdiri dari nasi, lauk pauk, sayur
dan buah, makanan selingan 2x/hari
(f) Jika anak diare, beri ASI lebih sering dan lebih lama, jangan diberi susu
kental.
b) Menasehati ibu untuk meningkatkan pemberian cairan selama anak sakit
Untuk setiap anak sakit :
1) Beri ASI lebih sering dan lebih lama
2) Tingkatkan pemberian cairan, ex : beri kuah sayur dan air putih
Untuk anak diare :
(1) Diberi cairan tambahan terapi Adan B sesuai pengobatan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Photo Therapy
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Phototherapy adalah terapi dengan menggunakan penyinaran sinar dengan
intensitas tinggi yaitu 425-475 nm (biasa terlihat sebagai sinar biru) untuk
menghilangkan bilirubin tak langsung dalam tubuh. Terapi sinar dilakukan selama 24
jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas
normal. Dengan fhototherapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan
menjadi mudah larut dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati.
2. TUJUAN
Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tak terus meningkat.
Berlaku:
3. PERSIAPAN ALAT
Lampu / neon foto terapi, Tempat tidur bayi (inkubator), Kasa, plester dan gunting,
Penutup mata yang tidak tembus sinar
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
a) Mengecek buku riwayat pengobatan pasien
b) Kontrak dengan keluarga
b. Fase Orientasi
a) Menyapa dan mengucapkan salam
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan
d) Menjelaskan prosedur
e) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
f) Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Mengatur posisi bayi dalam keadaan tidak berpakaian agar seluruh tubuh
bayi terkena sinar (lampu masing masing 20 watt sebanyak 8-10 buah
disusun parallel )
2) Menutup mata dengan penutup yang tidak tembus sinar dan melakukan
fiksasi dengan plaster agar tidak bergeser atau berubah posisi.
3) Mengatur lampu sinar dengan jarak kurang lebih 40 cm
4) Mengatur posisi bayi setiap 6 jam : telentang miring ke kanan, telungkup
dan miring kekiri, ukur suhu setiap 4-6 jam, ukur kadar bilirubin tiap 24
jam.
5) Apabila memberi makan, memindahkaan bayi dan membuka penutup mata.
6) Mencatat kondisi perkembangan
7) Mencuci tangan
Berlaku:
b. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Merapikan pasien dan alat
3. Berpamitan
4. Mencuci tangan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
1. DEFINISI
Perawatan Metode Kanguru/Kangaroo Mother careadalah cara merawat bayi
dalam keadaan telanjang (hanya memakai popok dan topi) diletakkan secara tegak atau
vertikal di dada antara kedua payudara ibunya (ibu telanjang dada) kemudian diselimuti.
Dengan demikian, terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu secara kontinyu dan bayi
memperoleh panas (sesuai suhu ibunya) melalui proses konduksi.
2. TUJUAN
a. Denyut jantung (nadi), pernafasan bayi lebih teratur dan suhu lebih hangat
sehingga mencegah hipotermi
3. PERSIAPAN ALAT
Persiapan baju kanguru, Topi bayi, Pantom Bayi Kain, Baju bayi, Popok Bayi,
4. PERSIAPAN PASIEN
a) Pra orientasi
1) Melihat data pasien / riwayat pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b) Fase Orientasi
1) Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan tindakan
4) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
5) Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1. Mendekatkan alat ke dekat pasien
2. Lakukan monitoring suhu, RR, warna kulit
3. Melepaskan baju bagian atas pasien ( jaga privasi pasien )
b. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan pada pasien
3. Mencuci tangan
4. Mendokumentasikan tindakan
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2018– All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Persiapan Tranfusi Tukar (
Revisi Tanggal Change Tranfution )
1. DEFINISI
Transfusi tukar adalah suatu rangkaian tindakan mengeluarkan darah pasien dan
memasukkan darah donor untuk mengurangi kadar serum bilirubin atau kadar hematokrit
yang tinggi atau mengurangi konsentrasi toksin-toksin dalam aliran darah pasien.
2. TUJUAN
Memenuhi kebutuhan kekurangan darah/ penggantian komponen darah yang baru.
3. INDIKASI
a. Semua keadaan dengan bilirubin indirek dalam serum lebih dari 20 mg% dengan
albumin kurang dari 3,5mg%, misalnya pada inkompatibilitas golongan darah ( Rh,
ABO, MNS ), sepsis, hepatitis, ikterus fisiologis yang berlebihan, kelainan enzim
(defisiensi G6PD, piruvat kinase, glukoronil transverase), penyakit anemia hemolitik
auto imun (pada anak besar)
b. Kenaikan kadar bilirubin indirek dalam serum yang sangat cepat pada hari-hari
pertama bayi baru lahir (0,3 – 1 mg%/jam).
c. Polisitemia ( hematokrit 68% pada bayi yang baru lahir) Biasanya terjadi pada bayi
yang sebelumnya telah terjadi malnutrisi atau mengalami hipoksia intrauterin kronis,
pada kembar identik dan pada bayi dengan ibu diabetes.
d. Anemia sangat berat dangan gagal jantung pada pasien hydrops fetalis
e. Kadar Hb tali pusat lebih rendah dari 14 g% dengan uji coombs direk yang positif.
Semua kelainan yang membutuhkan komplemen, opsonin / gamma globulinpada
prematuritas atau dismaturitas, indikasi tersebut harus lebih diperketat.
4. KONTRAINDIKASI
1) Kontra indikasi melalui arteri atau vena umbilikalis : Gagal memasang akses arteri
atau vena umbilikalis dengan tepat, Omfalitis, Omfalokel / Gastroskisis, Necrotizing
Enterocolitis.
2) Kontra indikasi melalui arteri atau vena perifer : Gangguan perdarahan ( Bleeding
Diathesis ), Infeksi pada tempat tusukan, Aliran pembuluh darah kolateral dari a.
Ulnaris / a.Dorsalis Pedis kurang baik Ketidakmampuan memasang akses arteri dan
vena perifer
5. PERSIAPAN ALAT
a. Radiant warmer
b. Peralatan untuk bantuan pernapasan dan resusitasi serta obat-obatan
c. peralatan monitor untuk denyut jantung, tekanan darah, kecepatan pernapasan, suhu.
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Persiapan yang diperlukan
1) Menentukan dan memesan jumlah darah donor yang diperlukan untuk TT.
Volume darah normal pada neonatus cukup bulan 80 ml/kg BB, sedangkan pada
BBLR / BBLSR bisa sampai 95 ml/kg BB. Misalnya pada bayi dengan berat
badan 3 kg, volume darah bayi tersebut 240 cc. Dua kali dari volume tersebut
ditransfusi tukar pada prosedur 2 volume TT. Maka jumlah darah yang
diperlukan adalah 480 cc.
2) Kompres kulit yang kering selama 30 menit dengan kasa yang dibasahkan
dengan Nacl 0.9% supaya lebih lunak dan memudahkan mencari vena serta
memasukkan kateter.
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Bayi dipuasakan 3-4 jam sebelumnya dan selang lambung diaspirasi sebelum TT
2) Bila mungkin 4 jam sebelum TT bayi diberi infus albumin 1 g/kg BB
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Merapikan alat dan pasien
3) Menjelaskan RTL
4) Berpamitan
5) Mencuci tangan
6) Mendokumentasikan tindakan
PROSEDUR RESTRAIN
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Prosedur Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Restrain
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Suatu tindakan keperawatan untuk membatasi gerakan klien. Restraint secara
umum mengacu pada suatu bentuk tindakan menggunakan tali untuk mengekang atau
membatasi gerakan ekstremitas individu yang berperilaku di luar kendali.
2. TUJUAN
Memungkinkan klien mendapatkan perawatan dan mengikuti proses perawatan
tanpa perlawanan (misalnya, untuk mencegah pergerakan yang dapat mengganggu terapi
dengan mengganggu hubungan silang atau peralatan lain).
Berlaku:
3. PERSIAPAN ALAT
Bedong bayi, Kassa gulung, Gunting plester, Menyeleksi jenis dan ukuran Restraint
yang dibutuhkan klien. Berikut ini ada enam jenis Restraint.
1) Restraint sabuk (belt Restraint)
2) Restraint rompi
3) Restraint sarung tangan
4) Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki
5) Restraint mummy
4. PERSIAPAN PASIEN
b. Pra orientasi
1) Melihat buku catatan pasien / riwayat pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
c. Fase Orientasi
1) Memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan
6) Cuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja sesuai pilihan restrain mana yang digunakan :
1) Restraint sabuk (sabuk pengaman)
a) Pastikan sabuk pengaman dalam kondisi baik.
b) Jika sabuk mempunyai bagian panjang dan pendek, pasang bagian yang
panjang dari sabuk dibelakang atau dibawah tempat tidur klien dan
ikatkan pada bagian yang bergerak dari kerangka tempat tidur. Bagian
panjang akan ikut saat bagian kepala tempat tidur ditinggikan dan tidak
Berlaku:
akan menjerat klien. Pasang bagian yang pendek ke pinggang klien, diatas
baju. Beri jarak satu jari antara klien dan sabuk.
c) Selain itu dapat pula dengan memasang sabuk disekitar pinggang dan ikat
dibelakang kursi.
d) Jika sabuk dipasang diberangkar, ikatkan sabuk di atas pinggang atau
abdomen. Restraint sabuk diperlukan pada semua klien di atas brankar
saat pengaman bagian tepi tidak ada.
2) Restraint Rompi
a) Pastikan rompi dengan ukuran yang tept dan cek kelayakan secara teratur.
b) Pakaiakan rompi pada klien, dalam keadaan terbuka pada bagian depan
atau belakang menurut rekomendasi dari pabrik pembuatnya.
c) Tarik ujung rompi menyilang dada, dan pasang melewati celah pada
bagian lain dari dada.
d) Ulangi pada ujung yang lain
e) Gunakan simpul setengah busur untuk mengamankan setiap ujung di
sekitar tempat tidur yang dapat bergerak atau di belakang kursi ke kaki
kursi.
f) Jangan mengikat rompi pada bagian kepala tempat tidur.
g) Kencangkan ikatan di belakang kursi dengan menggunakan simpul
segiempat.
h) Pastikan klien dalam posisi yang sesuai untuk memfasilitasi ekspansi dada
maksimum untuk bernafas.
3) Restraint sarung tangan
a) Letakkan sarung tangan pada tangan yang akan di Restraint.
b) Ikuti petunjuk pabrik pembuatan untuk memasang Restraint sarung tangan.
c) Jika Restraint ini akan dipasang untuk beberapa hari, maka lepaskan
minimal 2-4 jam.
Berlaku:
d) Kaji sirkulasi klien pada tangan segera setelah Restraint terpasang dan
secara reguler.
4) Restraint pergelangan tangan atau pergelangan kaki
a) Beri kain pengalas pada tulang yang menonjol pada pergelangan tangan
atau kaki.
b) Letakkan Restraint yang telah disiapkan di pergelangan tangan atau kaki.
c) Tarik pengikat pada bagian Restraint melalui celah pada bagian
pergelangan tangan.
d) Dengan menggunakan ikatan setengah busur atau ikatan segiempat yang
sesuai, ikatkan bagian akhir dari Restraint pada bagian yang dapat
bergerak dari kerangka tempat tidur.
5) Restraint Mummy
a) Gunakan selimut atau kain lebar yang cukup dengan jarak antara ujung ke
ujung sekitar 2 kali panjang tubuh bayi.
b) Lipat kebawah pada satu ujung, dan tempatkan bayi diatasnya dengan
posisi supinasi.
c) Lipat bagian kanan dari selimut menutup tubuh bayi, dengan lengan kiri
masih bebas.
d) Lengan kanan pada posisi natural pada sisi badan.
e) Lipat sisa selimut pada bagian bawah bayi kearah atas
f) Dengan lengan kiri bayi dalam posisi natural di samping badan, lipat
bagian kiri selimut menutupi bayi, termasuk lengan dan bagian jahitan
selimut ke bawah badan.
g) Biarkan Restraint mummy pada bayi sampai prosedur selesai.
b. Fase Terminasi
1) Evaluasi tindakan
2) Merapikan alat dan pasien
3) Berpamitan, mencuci tangan dan mendokumentasikan tindakan.
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
1. DEFINISI
Punksi lumbal adalah tindakan memasukkan jarum LP ke dalam kandung dura
lewat processus spinosus L4-L5 / L5-S1 untuk mengambil cairan otak (liquor Cerebro
Spinalis).
2. TUJUAN
Untuk tindakan diagnostic
Berlaku:
3. INDIKASI
a. Urgent : ( suspek)
1) Meningitis bacterial / TBC.
2) Perdarahan subarahnoid.
3) Febris dengan kesadaran menurun (sebab tak jelas).
b. Biasa : ( suspek )
1) Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi / caudiografi.
2) Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang + satu minggu).
3) Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya.
4. KONTRAINDIKASI
1) Ada tanda peningkatan tekanan intrakranial ( pemeriksaan fundus okuli)
2) Ada infeksi kulit / luka bernanah sekitar tempat LP.
3) Ada deformitas corpus vertebrae di tempat punksi.
4) Ada kelainan soal hemophilia.
5) Tidak ada “inform consent” dari pasien / keluarga
5. PERSIAPAN ALAT
1) Jarum LP nomor 20 G/ 22G ( 1-2 biji).
2) Larutan disenfektan (betadine & alkohol 70 %).
3) Kain penutup (dock) steril berlubang (kalau ada ).
4) Sarung tangan steril.
5) Botol bersih dan kering (2 - 3 buah).
6) Kasa steril, lidi kapas steril dan plester.
7) Bila ada Lidocain / xylocain 2 %.
8) Dexametason / adrenalin ½ ampul.
6. PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
a. Mengecek data / riwayat pengobatan pasien
b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
Berlaku:
2) Fase Orientasi
a. Menyapa dan member salam pada pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur tindakan
e. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
f. Mencuci tangan
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Alat dipersiapkan oleh perawat dan pasien diberitahu.
2) Pasien tidur miring dengan posisi fleksi maksimal pada sendi lutut, panggul
dan lumbal. Untuk mengatur dan mempertahankan posisi, perlu dibantu oleh
perawat.
3) Tentukan tempat LP dengan cara : dari atas tarik ke dawah sampai memotong
kolumna vertebralis. Titik perpotongan adalah tempat LP (L4-L5). Apabila
pada tempat tersebut mengalami kesulitan, dapat dikerjakan antara L3-L4.
4) Setelah liquor keluar, ambil pemeriksaan :
a) Nonna dan Pandy masing-masing tabung 4 – 5 tetes.
b) Sel, protein, glokosa, dalam botol sebanyak kurang lebih 30 tetes.
5) Bila liquor keluar bercampur darah lakukan test 3 tabung.
6) Dokter membuat surat permintaan cito pemeriksaan liquor ke laboratorium
7) Pasien diobservasi dalam keadaan tidur tengkurap paling sedikit 2 jam sambil
menunggu pemeriksaan liquor.
8) Apabila tidak terdapat efek samping LP (sakit kepala, pusing dll), setelah
observasi 2 jam, pasien diperbolehkan pulang ditemani oleh keluarga.
9) Indikasi MRS setelah LP :
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Berlaku:
1. DEFINISI
BMP (Bone Marrow Puncture) atau punksi sumsum tulang merupakan tindakan medis
diagnostik yang seringkali diperlukan untuk membantu diagnosa suatu penyakit. Selain
itu juga digunakan untuk penentuan tahap dan monitoring terapi. Sehingga perlu
diketahui beberapa indikasi untuk dilakukannya BMP.
2. TUJUAN
a. Penilaian terhadap simpanan zat besi.
b. Mendapatkan specimen untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi).
c. Diagnosis sitomorfology/evaluasi produk pematangan sel asal darah
Berlaku:
3. INDIKASI
a. Diagnosis, penentuan tahap dan evaluasi pengobatan
1) Kanker darah atau leukemia
2) Multiple myeloma
3) Kelainan lymphoproliferatif dan myeloproliferatif yang lain
b. Evaluasi dari sitopenia (menurunnya jumlah sel, contohnya trombositopenia,
anemia, leukopenia, pansitopenia, bisitopenia), thrombositosis, leukositosis, anemia
dan status cadangan besi.
c. Kondisi nonhematologik : investigasi panas yang tidak diketahui terutama pada
pasien AIDS, mikroorganisme yang terdapat pada sumsum tulang seperti
tuberculosis, Mycobacterium Avium Intracellulare (MAI), histoplasmosis.
Leishmaniasis dan infeksi jamur yang lain.
d. Penilaian kanker yang telah metastase atau menyebar
4. KONTRAINDIKASI
a. Ada tanda peningkatan tekanan intrakranial ( pemeriksaan fundus okuli)
b. Ada infeksi kulit / luka bernanah sekitar tempat BMP.
c. Ada deformitas corpus vertebrae di tempat punksi.
d. Ada kelainan soal hemophilia.
e. Tidak ada “inform consent” dari klien/ keluarga.
f. Keadaan umum yang buruk.
5. PERSIAPAN ALAT
1) Bahan tindakan antiseptic.
2) Providone iodine.
3) Kapas lidi steril dan kapas steril
4) Prokain/lidokain 3% dan spuit 5cc, 20cc, serta jarum hipodermik 23-25 gaus.
5) Sarung tangan steril dan duk berlubang steril.
6) Jarum aspirasi sumsum tulang (14-16) yang sesuai dengan tempat yang akan
dilakukan dan spuit yang sesuai dengan jarum aspirasi sumsum tulang.
Berlaku:
7) Botol bersih untuk koleksi aspirat sebagai gelas objek untuk preparat.
8) Antikoagulan (heparin atau EDTA).
Perlengkapan untuk mengatasi renjatan neurogenis dan anafilaksis (adrenalin,
atropine, sulfat, dan set infus).
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Mengecek riwayat pengobatan pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan member salam pada pasien
2) MEmperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
7. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Klien diminta untuk membuang air kecil/besar sebelum tindakan.
2) Periksa kelengkapan serta kelayakan bahan dan alat tindakan.
3) Cuci tangan yang bersih kemudian keringkan.
4) Gunakan sarung tangan steril.
5) Periksa kelengkapan serta kesesuaian jarum aspirasi dan spuit untuk aspirasi
tersebut dengan sedikit antikoagulan.
6) Lakukan tindakan aseptic dan antiseptic daerah tindakan serta prosedur terjaga
aseptic.
7) Tentukan titik tindakan.
8) Lakukan anastesi local tegak lurus permukaan, mulai dari subkutis sampai
periosteal.
Berlaku:
9) Lakukan penetrasi jarum aspirasi tegak lurus dengan diputar dari kiri ke kanan
secara lembut menembus kulit hingga membentur tulang/periostenum,
kemudian perhatikan tingginya jarum selanjutnya cabut mendrein dan pasang
spuit 20 cc yang sudah dibilas antikoagulan kemudian lakukan aspirasi perlahan
tapi mantap, cabut spuit, biarkan saja jarumnya.
10) Teteskan aspirat secukupnya kegelas objek, diratakan di atas kaca objek,
kemudian akan terlihat partikel-partikel sumsum tulang.
11) Sisanya masukkan kedalam botol.
12) Setelah selesai, jarum aspirasi dicabut pelan-pelan tetapi mantap dengan cara
diputar seperti memasukkan tadi.
13) Pada daerah perlukaan dilakukan penutupan luka dengan kasa yang telah
diberikan antiseptic.
14) Daerah perlukaan jangan dibasahi selama 3 hari dan penutup luka dibuka
setelah 3 hari.
b. Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
1. DEFINISI
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan.
Kompres tepid sponge adalah sebuah teknik kompres hangat yang menggabungkan
teknik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan teknik seka (F.Corrard,
2001). Tepid sponge merupakan salah satu cara metode fisik untuk menurunkan demam
yang bersifat non farmakoterapi. Thenik ini di lakukan dengan melakukan kompres air
hangat di seluruh badan anak. Suhu air untuk mengompres antara 30-35°C (Setiawati,
2009)
2. TUJUAN
Kompres hangat : Memperlancar sirkulasi darah, Menurunkan suhu tubuh, Mengurangi
rasa sakit, Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
Tepid sponge Untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh. Turunnya suhu terjadi lewat
panas tubuh yang digunakan untuk menguapkan air pada kain kompres. Karena air
hangat membantu darah tepi di kulit melebar, sehingga pori-pori menjadi terbuka yang
selanjutnya memudahkan pengeluaran panas dari tubuh. Dengan suhu di luar yang
hangat, maka tubuh akan menganggap suhu diluar cukup panas membuat tubuh bereaksi
menurunkan suhu.
3. INDIKASI
1) Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
2) Klien dengan perut kembung
3) Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
4) Spasme otot
5) Adanya abses, hematoma.
4. PERSIAPAN ALAT
Kompres hangat : Baskom stenlis, Air hangat, Sarung tangan, Waslap, Termos,
Termometer , Pembersih thermometer, Tissue, Perlak dan pengalas
5. PERSIAPAN PASIEN
1) Pra orientasi
a. Melihat status pasien/ riwayat pengoabatan pasien
b. Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
2) Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam dan menyapa nama pasien
b. Memperkanalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan prosedur tindakan
e. Kontrak waktu
f. Menanyakan kesiapan pasien
6. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja Kompres hangat :
1) Mendekatkan alat dan bahan
2) Mencuci tangan
3) Menutup sampiran
4) Memasang pengalas dibawah bagian yang akan dikompres
5) Mamakai sarung tangan
6) Memasang waslap kedalam baskom yang terisi air hangat kemudian diperas
7) Meletakkan waslap tersebut diatas bagian yang memerlukan (dahi, aksila,
lipatan paha)
8) Melakukan tindakan diatas sampai suhu tubuh turun
9) Mengkaji perubahan suhu tubuh setiap 15-20 menit dengan cara melakukan
pengukuran suhu tubuh menggunakan termometer
10) Menghentikan pengompresan jika suhu tubuh mendekati normal
11) Merapikan pasien pada posisi yang nyaman
b. Fase Kerja WTS (water tepid sponge)
1) Mendekatkan alat kesamping pasien
2) Menjelaskan prosedur pada pasien
3) Cuci tangan
4) Menjaga privasi klien
5) Memakai sarung tangan.
6) Mengukur suhu klien
b. Fase Terminasi
1) Merapikan pasien dan alat
2) Melepaskan sarung tangan
3) Melakukan evaluasi hasil tindakan
4) Berpamitan
5) Membuka sampiran
6) Mencuci tangan
7) Melakukan dokumentasi
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Pertolongan Bayi Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Tersedak
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Penanganan tersedak untuk bayi terdiri atas kombinasi penekanan dada (chest
thrust) dan tepukan punggung (back slaps).
2. TUJUAN
Untuk menolong bayi saat tersedak
Berlaku:
3. INDIKASI
Bayi atau Anak yang mengalami tersedak sebuah benda atau yang lainnya
4. PERSIAPAN ALAT
Pantum bayi, Handscoon, Masker.
5. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat riwayat pengobatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) Memcuci tangan
6. INSTRUKSIONAL KERJA
1) Fase Kerja pasien tersedak < 1 tahun
a. Memanggil nama anak
b. Meletakkan bayi pada lengan atau paha dengan posisi kepala lebih rendah
c. Melakukan tindakan back Blows : memberikan 5 pukulan dengan
menggunakan tumit dari telapak tangan pada bagian belakang bayi (
interskapula )
d. Bila obstruksi masih ada : lakukan tindakan Chest Trusts : Blikkan bayi
menjadi terlentang dan berikan 5 pijatan dada dan menggunakan 2 jari, 1
jari dibawah garis yang menghubungkan papile mamae ( sama seperti
melakukan RJP )
e. Memeriksa mulut pasien untuk memastikan benda keluar
Berlaku:
2) Fase Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Merpaikan pasien dan alat
3. Menjelaskan RTL
4. Berpamitan
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan tindakan
Setelah selesai pemberian obat perawat harus mengevaluasi terapi obat yang telah
diberikan yang meliputi:
1. Memantau kondisi umum dan tanda-tanda vital anak setelah selesai pemberian
obat
2. Perawat harus memantau secara ketat terhadap efek samping obat-obatan pada
anak karena fungsi ginjal dan hati yang belum matang
D. Macam-Macam Dosis
1. Dosis Terapi : dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan si sakit
2. Dosis Maksimum : Dosis yang terbesar yang dapat diberikan kepada orang dewasa
untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan.
3. Dosis Toxic : Obat yang tergolong racun ada kemungkinan terjadi keracunan.
4. Dosis Lethal : Dosis toksik yang sampai mengakibatkan kematian (Joenoes, 2004).
5. Inithial Dose atau Loading dose: Dosis obat untuk memulai terapi sehingga dapat
mencapai konsentrasi terapeutik dalam tubuh yang menghasilkan efek klinis.
6. Loading dose : dosis tinggi ketika obat diberikan pada awal terapi pengobatan
sebelum dilanjutkan ke terapi dosis yang lebih rendah.
7. Maintenance Dose : Dosis untuk memelihara dan mempertahankan efek klinik atau
konsentrasi terapeutik obat yang sesuai dengan dosis regimen.
Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang diresepkan dokter untuk
seorang klien. Dosis yang tersedia adalah berat atau volume obat yang tersedia dalam
satuan yang di suplay oleh farmasi. Jumlah yang tersedia adalah satuan dasar atau
jumlah obat yang mengandung dosis yang tersedia. Jumlah yang akan diberikan selalu
ditulis dalam satuan yang sama dengan satuan jumlah yang tersedia
DOSIS PEDIATRIK
Rumus tersebut merupakan rasio area ppermukaan tubuh anak dibdandingkan dengan
area permukaan tubuh rata-rata orang dewasa ( 1,7 m persegi atau 1,7 m² ).
Persentase DM sehari :
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Ketua
Berlaku:
1. DEFINISI
Uji tuberkulin (tuberculin skin test/TST) merupakan alat diagnostik yang sampai saat ini
mempunyai sensitivitas dan spesifisitas cukup tinggi untuk mendiagnosis adanya infeksi
tuberkulosis. Pertama kali Robert Koch membuat filtrat dari kultur Mycobacterium
tuberculosis dengan tujuan sebagai terapi.
Pada penerapannya, tenyata pemberian tuberkulin yang bertujuan menyembuhkan
menimbulkan reaksi sistemik seperti demam, nyeri otot, mual dan muntah sedangkan
mereka yang tidak sakit tidak menunjukkan reaksi tersebut. Akhirnya pada
perkembangannya tuberkulin digunakan sebagai alat diagnostik dengan
mengaplikasikannya secara lokal untuk mencegah reaksi sistemik.
Berlaku:
Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk mendiagnosis TBC. Tes mantoux
itu dilakukan dengan menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC sebanyak
0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas kulit lengan bawah kiri.
2. TUJUAN
Tujuan dari tes mantoux ini adalah sebagai salah satu cara untuk mendiagnosis infeksi
TBC.
3. PERSIAPAN ALAT
Bak intrumen kecil, kapas alcohol, spuit I cc, Handscon, Masker, PPD.
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1. Mengecek status riwayat catatan pengobatan pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan member salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
6) Mencuci tangan
5. INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Siapkan 0,1 ml PPD ( Purified protein derivate ) ke dalam disposable spuit
ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27 gauge)
2) Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada
daerah 2-3 inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering
3) Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas.
Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas
seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm
Berlaku:
4) Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar) ulangi
suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm dari
suntikan pertama.
5) Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam medis agar
tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan dengan pulpen/spidol
karena dapat mengganggu hasil pembacaan.
Pembacaan :
a. Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam
Minta pasien control kembali jika indurasi muncul setelah pembacaan
Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid
Bila pasien tidak control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes
Mantoux harus diulang.
1) Tentukan indurasi (bukan eritem) dengan cara palpasi
2) Ukur diameter transversal terhadap sumbu panjang lengan dan catat
sebagai pengukuran tunggal
3) Catat hasil pengukuran dalam mm (misalnya 0 mm, 10 mm, 16 mm) serta
catat pula tanggal pembacaan dan bubuhkan nama dan tandatangan
pembaca
4) Apabila timbul gatal atau rasa tidak nyaman pada bekas suntikan dapat
dilakukan kompres dingin atau pemberian steroid topikal
Interpretasi Test Mantoux :
Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm.
Kemungkinan yang perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut:
a. Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah
b. Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB.
c. Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun)
d. Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG kecurigaan
ke arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15 mm.
Berlaku:
Berlaku:
PERAWATAN INKUBATOR
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Perawatan Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Inkubator
Revisi Tanggal
Berlaku:
1) DEFINISI
Inkubator Bayi merupakan salah satu alat medis yang berfungsi untuk menjaga suhu
sebuah ruangan supaya suhu tetap konstan/stabil. Pada modifikasi manual-otomatis
inkubator bayi, terdapat sebuah boks kontrol yang dibagi menjadi 2 bagian (bagian atas
dan bagian bawah). Boks bagian atas digunakan untuk meletakkan sensor, display
sensor, kontroler, rangkaian elektronik. Sedangkan pada boks bagian bawah dibagi
menjadi 3 ruangan yang dibatasi dengan sekat, yang digunakan untuk meletakkan heater,
tempat/wadah air dan kipas.
Berlaku:
2) TUJUAN
1) Oksigenasi
2) Observasi: Perawatan intensif neonatal moderen yang canggih meliputi
pengukuran suhu, respirasi, fungsi jantung, oksigenasi, dan aktivitas otak.
3) Perlindungan dari suhu dingin, infeksi, kebisingan, draft dan penanganan
kelebihanInkubator dapat digambarkan sebagai bassinets tertutup dalam plastik,
dengan peralatan kontrol suhu yang dirancang untuk menjaga mereka hangat dan
membatasi eksposur mereka terhadap kuman.
4) Penyediaan gizi , Melalui sebuah intravena kateter atau NG tube.
5) Administrasi obat (Pemberian obat-obatan) Mempertahankan keseimbangan cairan
dengan menyediakan cairan dan menjagakelembaban udara, baik kelembapan yang
tinggi dari kulit dan penguapan dari pernafasan bayi.
3) PERSIAPAN ALAT
Aquabides, Handscon, Masker, Waslap.
4) PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Mengecek data / status riwayat pengobatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan member salam pada pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
5) INSTRUKSIONAL KERJA
1) Fase Kerja
1) Cara pengoperasian :
a) Hubungkan pesawat dengan sumber tegangan.
Berlaku:
Berlaku:
(5) Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang
melalui kepala
(6) Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai
dengan ketentuan dibawah ini.
Berat Badan 0-24 jam 2-3 hari 4-7 hari 8 hari
Lahir ( gram ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C ) ( 0C )
1500 34-36 33-35 33-34 32-33
1501-2000 33-34 33 33 32
2001-2500 33 32-33 32-33 32
>2500 32-33 32 32 32
Berlaku:
2) Fase Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Merapikan alat dan pasien
c. Menjelaskan Rencana Tindak Lanjut
d. Berpamitan
e. Mencuci tangan
f. Mendokumentasikan tindakan
6) HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
a. Bagian-Bagian Inkubator Bayi
1) Pintu untuk memasukkan bayiPintu dapat dibuka untuk
memasukkan/mengeluarkan bayi yang dirawat.
2) Pintu untuk mengadakan tindakan Pintu ini digunakan untuk mengadakan
tindakan pada bayi misalnya memeriksa suhu,membetulkan posisi bayi, dll.
3) Tempat bayi
Ruang tempat bayi sebaiknya terbuat dari bahan sejenis plastic atau acrylic,
jangandari jenis kaca. Sebab dikhawatirkan bila terbuat dari bahan jenis kaca
apabila terjadikecelakaan kaca tersebut dapat melukai bayi
4) Panel control
Pada panel kontrolini terdapat Saklar on/off, pengatur suhu, penunjuk suhu
yang adadidalam ruang tempat bayi, lampu indikator, dll.
5) Tempat tidur bayi
Merupakan tempat meletakkan bayi, terbuat dari bahan yang empuk dan
dilapisi bahan yang tidak tembus air, sehingga pada saat bayi mengompol, air
tidak sampai masuk kedalamnya.
6) Lubang untuk masukkan/membuang air
Berfungsi untuk menambah atau membuang air yang sudah lama digunakan.
7) Box
Di dalam box ini terdapat tempat air, pemanas, blower, dan rangkaian listrik.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
Ketua
Berlaku:
1) DEFINISI
Test Rumple Leed atau tes pembendungan adalah suatu teknik Pemeriksaan
penunjang untuk klien dengan DHF (Dengue Hemoragic Fever) dengan cara menetapkan
TD klien sebelumnya
2) TUJUAN
a. Membantu memberikan pedoman untuk diagnosis DHF secara dini
b. Mengetahui tanda-tanda perdarahan yang sering terjadi seperti :petekie.
Berlaku:
3) INDIKASI
Pasien yang di duga mengalami DHF
4) PERSIAPAN ALAT
Tensimeter dan mansetnya serta Alat tulis
5) PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat riwayat kesehatan pasien
2) Melakukan kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Menyapa dan memberi salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan
4) Menjelaskan prosedur
5) Menanyakan kesiapan pasien
6) INSTRUKSIONAL KERJA
1) Fase Kerja
1) Mencuci tangan
2) Klien dalam posisi baring terlentang
3) Mengukur tekanan darah klien
4) Menghitung batas tekanan yang akan dipertahankan (MAP/MABP)
5) 1 sistole + 2 diastole = ........mmHg atau sistol + diastol
3 2
6) Memompa kembali mansetnya pada batas x mmHg dan mempertahankan
selama 5 menit.
7) Perhatikan timbulnya petekie pada kulit di bawah lengan bawah bagian medial
pada sepertiga proximal.
8) Membaca hasil tes apakah positif/negative
Berlaku:
9) Uji dinyatakan positif apabila pada 1 inci persegi (2.8 x 2.8 cm) didapat lebih dari
20 petekie.
10) Merapihkan klien
11) Merapihkan alat
12) Mencuci tangan
b. Fase Terminasi
1. Perhatikan adanya petekie setelah dilakukan tes
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Kaji tanda-tanda perdarahan
4. Dokumentasi Tanggal dan waktu tes dilakukan, Hasil tes (positif atau negative)
PENANGANAN KEJANG
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019– All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Penanganan Kejang
Revisi Tanggal
Berlaku:
1) DEFINISI
Tindakan keperawaatan yang dilakukan pada klien yang mengalami kejang. Kejang
epilepsy merupakan manifestasi ketidakseimbangan aliran dan sirkuit listrik di
otak.ketidakseimbangan ini dienteuan oleh sel saraf yang berfungsi sebagi inhibitory
(sel- sel pengontrol) dan ecitatory (sel sel saraf yang menimbulkan loncaan arus listrik)
2) TUJUAN
Mencegah atau mengurangi risiko cedera, aspirasi/hypoksia dan kecemasan keluarga
akibat kejang pada klien.
Berlaku:
3) INDIKASI
Klien yang mengalami kejang
4) PERSIAPAN ALAT
Selimut atau bantalan lunak, Bengkok atau nierbekken , Tabung oksigen dan alat bantu
pernafasan, Set infus/ tranfusi dan cairannya, Set alat pengukuran tanda vital, Masker
dan Handscoon.
5) PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1) Melihat status kesehatan/ catatan pengobatan pasien
2) Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1) Memberi salam / menyapa pasien
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dan tindakan
4) Menjelaskan langkah prosedur
6) INSTRUKSIONAL KERJA
a. Fase Kerja
1) Memakai sarung tangan
2) Mengkaji Airway Breathing Circulation
3) Atur posisi terlentang atau miring jika muntah
4) Pasang Mayo
5) Berikan O2 nasal dan masukkan mayo
6) Longgarkan pakaian
7) Berikan penghalang tempat tidur dan jangan memaksa meluruskan tubuh yang
kejang
8) Cek kembali Airway Breathing Circulation
b. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
Berlaku:
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh :
Disetujui oleh :
© UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH, 2019 – All Right Reserved
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Disetujui oleh:
MUHAMMADIYAH Prosedur Mandi Minyak
Revisi Tanggal
Berlaku:
1. DEFINISI
Mandi minyak adalah tindakan membersihkan bayi terutama BBLR dengan
menggunakan minyak kelapa/baby oil sehingga tubuh bayi tetap bersih dan tetap
menjaga suhu bayi agar tetap hangat.
2. TUJUAN
1. Menjaga kebersihan kulit dan tubuh bayi
2. Kesempatan untuk mengobservasi keadaan kulit bayi
3. Kesempatan memberikan stimulasi dini pertumbuhan dan perkembangan bayi.
161 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 2 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mandi Minyak No. Dokumen:
Berlaku:
3. PERSIAPAN ALAT
Kapas sublimat, kom besar dan tutup, Bengkok, Handuk besar dan Kecil, Kassa steril,
Minyak kelapa yang sudah dihangatkan/baby oil, Baju bayi
4. PERSIAPAN PASIEN
a. Pra orientasi
1. Mengecek riwayat pengobatan pasien
2. Kontrak dengan keluarga pasien
b. Fase Orientasi
1. Menyapa dan member salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
4. Menjelaskan prosedur
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
5. INSTRUKSIONAL KERJA
1. Fase Kerja
a. Mencuci tangan
b. Mengambil posisi di depan bayi
c. Melepas pakaian bayi
d. Membersihkan mata bayi dengan kapas air hangat dari dalam ke luar
e. Membersihkan daerah pantat dari tinja agar air tetap bersih
f. Membersihkan kelamin bayi (jika laki-laki bersihkan alat kelamin dengan
hati-hati menggunakan kapas cebok, jika perempuan mula-mula bersihkan
bibir kemaluan bagian luar kemudian bibir kemaluan bagian dalam setelah
itu bersihkan dari depan ke belakang.) tujuannya adalah untuk mencegah
kotoran pada lubang patat mengotori bagian alat kelamin.
g. Memijat badan bayi dengan minyak kelapa/ baby oil secara lembut dengan
menggunakan kassa/ kapas yang telah dicelupkan dalam minyak hangat
mulai dari wajah ke seluruh tubuh.
162 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
UNIVERSITAS Instruksional Kerja Halaman 3 dari 3
MUHAMMADIYAH
Disetujui oleh: Prosedur Mandi Minyak No. Dokumen:
Berlaku:
163 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
TEKNIK PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. .........
DENGAN .............( PENYAKIT ) DI RUANG ......................
RS ................................
Nama : …………………………………………….
Tempat praktek : …………………………………………….
Tanggal Pengkajian : …………………………………………….
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS DATA
a. Identitas Pasien
Nama :
Tempat/tgl. Lahir :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Alamat :
Agama :
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Suku / bangsa :
Hubungan dengan klien :
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
profesional.
166 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
a) pemberian ASI/PASI, perkiraan jumlah minum, kekuatan menghisap
(bagi yang masih bayi)
b) Seleran makan, makanan tidak disukai/disukai.
c) Masukan makanan selama 24 jam?Makanan tambahan?Vitamin ?
d) kebiasaan makan?
e) Alat makan yang digunakan.
f) Berat badan lahir?Berat badan saat ini?
g) masalah kulit : rash, lesi dll.
2) Nutrisi Orang tua.
a) Status nutrisi orang tua/keluarga?
b) Ada masalah atau tidak?
c. Pola Eliminasi
1) Pola eliminasi untuk anak
a) Pola efekasi (gambarkan, frekuensi, kesulitan, kebiasaan, darah/tidak)
b) Mengganti pakaian dalam / diapers bagi bayi.
c) Pola eliminasi urin (gambarkan berapa kali popok basah/hari, perkiraan
jumlah kekuatan keluarnya urin, bau, warna)
2) Pola eliminasi orang tua
a) Apakah ada pola eliminasi?
b) Apakah ada masalah?
d. Aktivitas – Pola latihan.
1) Pola aktivitas anak
a) Apakah rutin mandi? (kapan, bagaimana, dimana, menggunakan sabun
apa?)
b) Kebersihan rutin (pakaian dll)
c) Aktivitas sehari-hari (menghabiskan hari-hari di rumah, bermain, tipe
mainan yang digunakan, teman bermain, penampilan anak saat bermain
dll)
d) Level aktivitas anak/bayi secara umum, toleran.
e) Persepsi anak terhadap kekuatan (kuat atau lemah)
f) Kemampuan kemandirian anak (mandi, makan, toilet, berpakaian dll)
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum: kesadaran, postur tubuh ( kurus atau gemuk), fatigue
169 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
b. Tanda vital
c. TB/ BB ( percentil)
d. Lingkar Kepala
e. Mata
f. Hidung
g. Mulut
h. Telinga
i. Tengkuk
j. Dada
k. Jantung
l. Paru – paru
m. Perut
n. Punggung
o. Genitalia
p. Ekstremitas
q. Kulit
8. ANALISA DATA
NO DATA FOKUS PROBEM ETIOLOGI
1. DS :
DO:
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………....
171 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
DIAGNOSA
NO KRITERIA INTERVENSI RASIONAL TTD
KEPERAWATAN
HASIL
1.
172 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
D. PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
NO TGL / JAM NO DX.KEP TINDAKAN RESPON TTD
1.
2.
173 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
E. EVALUASI KEPERAWATAN
NO DX
NO TGL / JAM EVALUASI TTD
KEP
S;
O:
A:
P:
174 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k
DAFTAR PUSTAKA
James, S.R. & Ashwill,J.W. (2007). Nursing Care of Children : Principle &
Practice,Saunder, St.Louise, Missouri.
Mandleco, B.L.& Pott.N.K. (2007). Pediatric Nursing : Caring for Children and Their
Families,I 2nd ed, Thomson Corporation, New York.
Wong, D.L.(2004). Pedoman Klinis :Keperawatan Pediatric, 4th ed, EGC, Jakarta.
Wong,D.L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwartz, P. (2008). Buku
Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6, alih bahasa Agus Sutarna, dkk,
EGC, Jakarta.
175 | B u k u P a n d u a n L a b o r a t o r i u m K e p e r a w a t a n A n a k