Anda di halaman 1dari 13

Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT)

dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda Random


Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

DONATA S. PANDIN

Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado


Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001
Diterima 12 Januari 2009 / Direvisi 12 Maret 2009 / Disetujui 10 April 2009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman genetik di dalam dan antar-
populasi kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA), dan mempelajari hubungan
kekerabatan antar populasi kelapa tersebut berdasarkan penanda RAPD (Random Amplified
Polymorphic DNA). Penelitian dilaksanakan mulai Februari sampai dengan Mei 2007 di Labora-
torium Biologi Tumbuhan, Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, Institut
Pertanian Bogor. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sepuluh primer RAPD yang
digunakan dapat memisahkan kelapa DMT dan DTA ke dalam kelompoknya masing-masing.
Keanekaragaman genetik antar individu dalam kedua populasi ini sudah semakin sempit
karena itu perbaikan sifat melalui seleksi dalam setiap populasi harus dilakukan dengan sangat
hati-hati. Hubungan kekerabatan antara kelapa DMT dan DTA cukup jauh (52%), sehingga jika
perbaikan sifat dilakukan melalui persilangan antara kedua populasi tersebut akan sangat mem-
berikan harapan untuk memperoleh hasil persilangan yang membawa karakter-karakter yang
diharapkan, yaitu melalui efek heterosis yang tinggi.

Kata kunci: Dalam Mapanget (DMT), Dalam Tenga (DTA), keragaman genetik, RAPD.

ABSTRACT

Genetic Diversity of Mapanget Tall (DMT) and Tenga Tall (DTA)


Coconuts based on Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

The objective of this research were to determine genetic diversity within and inter population of
Mapanget Tall (DMT) and Tenga Tall (DTA) coconuts, and their genetic relationship based on
RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Research was done at Plant Biology Laboratory of
Center Research of Genetic Resources and Biotechnology, Institut Pertanian Bogor, from
February to May 2007. The result showed that ten RAPD 10-primer used could separate DMT
and DTA in each group. Genetic diversity within population was relatively narrow, so that
selection in order to improve character in each population must be done selectively. Genetic
relationship between DMT dan DTA populations was high (52%), so that crossing between these
population will give highest heterosis effect.

Keywords: Mapanget Tall (DMT), Tenga Tall, genetic diversity, RAPD.

Buletin Palma No. 36, Juni 2009 17


Donata S. Pandin

PENDAHULUAN antara tipe Genjah dengan tipe Dalam


maupun tipe Dalam dengan tipe Dalam
untuk menghasilkan kelapa Hibrida
Indonesia diduga adalah salah
unggul. Kelapa hibrida hasil persilangan
satu pusat asal tanaman kelapa dan
Genjah Kuning Nias (GKN) dengan DTA
sumber keanekaragaman genetik kelapa
dan persilangan antar nomor terpilih
di dunia. Inventarisasi populasi kelapa
kelapa DMT telah dilepas oleh Menteri
yang dilakukan oleh COGENT, CGR (The
Pertanian pada tahun 1984 (Novarianto,
International Coconut Genetic Resources
1996).
Network, Coconut Genetic Resources) dari
Pendekatan untuk mempelajari
17 negara, dilaporkan telah dikoleksi
keragaman genetik dapat dilakukan
sebanyak 936 populasi dan 309 diantara-
melalui karakter morfologi, sitologi dan
nya berasal dari Asia Tenggara. Dari 309
molekular. Penanda morfologi paling
aksesi yang berasal dari Asia Tenggara,
mudah dilakukan tetapi sulit dipastikan
105 populasi berasal dari Indonesia atau
bedanya karena faktor lingkungan sulit
setara dengan 11.22% dari seluruh
dihilangkan, akibatnya sangat sulit
populasi kelapa yang telah dilaporkan
menentukan pembeda antar populasi di
(Batugal, 1998).
dalam satu tipe kelapa. Penanda mole-
Keanekaragaman karakter genetik
kular terdiri atas penanda isozim dan
yang tinggi dari suatu populasi tanaman
penanda DNA (Asiedu et al., 1989;
sangat bermanfaat sebagai sumber
Melchinger, 1990; Rohde et al., 1995).
keanekaragaman gen untuk program
Penanda isozim dapat memberikan in-
pemuliaan tanaman dalam usaha
formasi genetik lebih cepat, mudah, dan
perbaikan produksi tanaman pertanian
murah tetapi menghasilkan polimor-
dan pemeliharaan kesinambungan sumber
fisme yang terbatas (Novarianto dan
gen yang ada.
Hartana, 1995). Penanda DNA mampu
Untuk dapat digunakan dalam
menyediakan polimorfisme pola pita
program pemuliaan, populasi kelapa
DNA dalam jumlah lebih banyak,
yang telah dikoleksi tersebut dikarak-
konsisten, dan tidak dipengaruhi oleh
terisasi. Pengkarakterisasian tanaman
lingkungan serta tahap perkembangan
kelapa yang dikoleksi di BALITKA
tanaman.
dilakukan terhadap sifat seperti: kece-
Penanda DNA adalah bagian kecil
patan berbunga pertama, jumlah daun,
dari DNA yang memperlihatkan poli-
jumlah tandan, jumlah buah, kadar
morfisme sekuen pada individu-individu
kopra, dan kadar minyak. Kelapa yang
berbeda dalam suatu spesies. Dengan
memiliki jumlah buah, kadar kopra, dan
berkembangnya teknologi penanda DNA,
kadar minyak tinggi adalah Dalam
pengkarakterisasian keanekaragaman
Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga
genetik pada tanaman kelapa dapat
(DTA). Keduanya berproduksi lebih dari
dilakukan.
80 butir/pohon/tahun, kadar kopra
Penanda DNA telah banyak digu-
berkisar 270-300 g/butir dan kadar
nakan untuk mengidentifikasi suatu
minyak tinggi adalah DMT berkisar
individu atau genotipe, derajat kekera-
62-71% (Rompas, 1993).
batan antar genotipe, dan adanya variasi
Kelapa DMT dan DTA telah di-
genetik suatu populasi tanaman (Brown
gunakan dalam program hibridisasi baik
et al., 1996); menentukan adanya suatu

18 Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)
Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

gen atau kompleks gen yang diinginkan Penanda RAPD telah digunakan
dalam suatu genotipe tertentu, dan untuk menganalisi keragaman genetik
pengembangan varietas tanaman baru pada tanaman kelapa (Rohde et al., 1995;
melalui transformasi (Lande dan Ashburner et al., 1997; Lengkong et al.,
Thompson, 1990; Preston et al., 1999). 1998; Hayati et al., 2000; Hannum et al.,
Gupta et al. (1999) menyatakan bahwa 2003; Mawikere, 2006).
penanda DNA dapat digunakan untuk Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya introgresi gen, untuk mengetahui keanekaragaman genetik di
pemetaan gen, penandaan gen, dan dalam dan antar-populasi kelapa Dalam
konservasi plasma nutfah. Lee (1995) Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga
menyatakan bahwa penanda DNA dapat (DTA) berdasarkan penanda RAPD, dan
pula digunakan untuk sidik jari DNA mempelajari hubungan kekerabatan
tetua untuk memperkirakan penampilan antar populasi kelapa tersebut.
turunannya (hybrid), transgen silang-
balik, homosigositas, dan peta genetik
BAHAN DAN METODE
QTL (Quantitative Trait Loci).
Karena lamanya waktu yang
dibutuhkan dalam pemuliaan tanaman Penelitian dilaksanakan di Labo-
kelapa, maka teknologi molekular seperti ratorium Biologi Tumbuhan, Pusat
penanda DNA memiliki potensi besar Penelitian Sumber Daya Hayati dan
untuk digunakan sebagai alat untuk Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor.
menyeleksi dan mengidentifikasi suatu Pelaksanaan penelitian dilaksanakan
karakter dalam program pemuliaan mulai Februari 2007 sampai dengan Mei
kelapa. 2007.
Berbagai teknik penanda DNA Bahan tanaman kelapa yang
telah digunakan dalam analisis keragam- digunakan adalah daun muda dari
an genetik kelapa seperti RAPD, RFLP populasi kelapa Dalam Mapanget dan
(Lebrun et al., 1998), dan AFLP (Perera et Dalam Tenga (DTA) yang berasal dari
al., 1998), SSR (Teulat et al., 2000), dan koleksi plasma nutfah kelapa di Kebun
melacak beberapa sifat QTL (Herran et Percobaan Mapanget, Balai Penelitian
al., 2000; Lebrun et al., 2001). Tanaman Kelapa dan Palma Lain
RAPD (Random Amplified Poly- (Balitka), Manado. Dari masing-masing
morphic DNA) adalah salah satu penanda populasi kelapa dipilih 10 tanaman
yang telah banyak digunakan untuk secara acak sehingga jumlah tanaman
mempelajari keragaman genetik dan yang digunakan 20 pohon.
hubungan kekerabatan dari suatu DNA total tanaman diisolasi dari
organisme. Kelebihan RAPD dalam daun muda mengikuti metode Rohde et
menganalisis keragaman genetik dan al. (1995) yang telah dimodifikasi.
hubungan kekerabatan dibandingkan Modifikasi dilakukan pada proses peng-
penanda DNA lainnya seperti RFLP, halusan sampel daun, sentrifugasi DNA,
SSR, dan AFLP adalah prosedurnya lebih dan pemurnian DNA. Pada proses
murah, mudah, cepat, contoh DNA yang penghalusan sampel dilakukan penam-
diperlukan sedikit (0.5-50 ng), dan tidak bahan pasir kuarsa sebanyak 4% dari
memerlukan radioisotop (Powell et al., berat sampel. Sentrifugasi DNA dila-
1996). kukan pada 4000 rpm selama 10 menit.

Buletin Palma No. 36, Juni 2009 19


Donata S. Pandin

Tabel 1. Primer Operon 10-mer Kit A dan Kit B dan susunan basanya.
Table 1. Name and sequence of operon 10-mer primers Kit A and Kit B.
No Primer Kit A Sekuen 5’ - 3’ No Primer Kit B Sekuen 5’ - 3’
Primers Kit A Sequence 5’-3’ Primers Kit B Sequence 5’-3’
1 OPA-01 CAGGCCCTTC 1 OPB-01 GTTTCGCTCC
2 OPA-02 TGCCGAGCTC 2 OPB-02 TGATCCCTGG
3 OPA-03 AGTCAGCCAC 3 OPB-03 CATCCCCCTG
4 OPA-04 AATCGGGCTG 4 OPB-04 GGACTGGAGT
5 OPA-05 AGGGGTCTTG 5 OPB-05 TGCGCCCTTC
6 OPA-06 GAAACGGGTG 6 OPB-06 TGCTCTGCCC
7 OPA-07 AGCCAGCGAA 7 OPB-07 GGTGACGCAG
8 OPA-08 GACCGCTTGT 8 OPB-08 GTCCACACGG
9 OPA-09 AGGTGACCGT 9 OPB-09 TGGGGGACTC
10 OPA-10 CAAACGTCGG 10 OPB-10 CTGCTGGGAC
11 OPA-11 CAATCGCCGT 11 OPB-11 CTAGACCCGT
12 OPA-12 TCGGCGATAG 12 OPB-12 CCTTGACGCA
13 OPA-13 CAGCACCCAC 13 OPB-13 TTCCCCCGCT
14 OPA-14 TCTGTGCTGG 14 OPB-14 TCCGCTCTGG
15 OPA-15 TTCCGAACCC 15 OPB-15 GGCGGGTGTT
16 OPA-16 AGCCAGCGAA 16 OPB-16 TTTGCCCGGA
17 OPA-17 GACCGCTTGT 17 OPB-17 AGGGAACGAG
18 OPA-18 AGGTCACCGT 18 OPB-18 CCACAGCAGT
19 OPA-18 CAAACGTCGG 19 OPB-18 ACCCCCGAAG
20 OPA-20 GTTGCGATCC 20 OPB-20 GGACCCTTAC

Untuk menghilangkan kontaminan adalah fragmen DNA dengan ukuran


RNA, kedalam suspensi DNA ditambah- besar.
kan RNase A dengan konsentrasi Kemurnian DNA ditetapkan ber-
20 ug/ml dan diinkubasi pada suhu 37oC dasarkan ratio antara absorbansi pada
sampai seluruh pelet DNA larut. 260 nm (Abs260) dengan absorbansi pada
Selanjutnya suspensi DNA diekstraksi 280 nm (Abs280). Kemurnian di atas 1.7
berturut-turut dengan 1 volume fenol, dianggap baik.
dan campuran kloroform : isoamil Prosedur amplifikasi dilakukan
alkohol (24 : 1). pada mesin PCR (Gene Amp PCR System
Penetapan kuantitas dan kemur- 2400 Perkin-Elmer) menurut Lengkong et
nian DNA diukur menggunakan spek- al. (1998). Amplifikasi DNA dilakukan
trofotometer (Cecil CE 2020) mengikuti menggunakan primer acak 10-mer dari
metode Sambrook et al. (1989). Konsen- Operon Kit A dan Kit B (Operon Techno-
trasi DNA dihitung berdasarkan rumus : logies, Alamaeda, California). Primer yang
digunakan diseleksi dari 40 primer yaitu
Konsentrasi DNA (ug/ml) = Abs260 nm x 20 primer Kit A dan 20 primer Kit B
50 ug/ml x faktor pengenceran (Tabel 1). Dari setiap populasi kelapa
yang diteliti diambil secara acak dua
Kualitas DNA diketahui dengan contoh DNA dan diamplifikasi dengan
membandingkan hasil migrasi DNA total PCR menggunakan 40 primer tersebut.
bersama DNA standar ?/HindIII pada Primer yang memberikan hasil ampli-
gel agarose menggunakan elektroforesis fikasi lebih dari dua pita dipilih untuk
horizontal. DNA yang berkualitas baik digunakan dalam penelitian selanjutnya.

20 Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)
Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

Reaksi amplifikasi mengikuti pro- nab = Jumlah pita yang sama posisinya pada
individu a dan b
sedur yang disarankan oleh Promega Number of band in some position of a and
dengan beberapa modifikasi. Volume b individual.
final campuran reaksi amplifikasi seba- na dan nb = Jumlah pita pada masing-masing individu
nyak 40 µl dengan komposisi reaksi PCR a dan b.
Number of band in iach a and b individual.
adalah 1 x buffer reaksi (50 mM KCl,
10 mM Tris-HCl pH 9.0, 0.01% Triton
Berdasarkan nilai kemiripan
X-100), 200 µM dNTP, 3 mM MgCl2,
genetik tersebut dilakukan analisis
5 pMol primer, 1 unit Taq polimerase
pengelompokan. Pengelompokan data
(Ampli-Taq, Promega), dan 50 ng DNA
matriks (cluster analysis) dan pembuatan
cetakan. Reaksi amplifikasi berlangsung
dendogram dilakukan menggunakan
sebanyak 38 siklus dan diprogram
metode UPGMA (Unweighted Pair-Group
sebagai berikut: 5 menit 94oC untuk pre-
Method with Arithmatic). Pengelompokan
PCR, 1 menit 94oC untuk denaturasi
mencerminkan hubungan kemiripan
DNA, 1 menit 37oC untuk pelekatan
genetik setiap individu pohon kelapa
primer, 2 menit 72oC untuk pemanjangan
dalam satu populasi tertentu yang
primer, dan 5 menit 72oC untuk post-
ditampilkan berupa dendogram kemi-
PCR. Hasil amplifikasi dilarikan bersama
ripan genetik. Semua data RAPD
DNA standar 1 kb DNA ladder pada gel
dianalisis menggunakan komputer
Agarose 1.0% dalam 1 x TAE. Hasil
NTSYS (Numerical Taxonomy and
elektroforesis divisualisasikan di bawah
Multivariate System) versi 2.0. Jarak
UV-iluminator dan didokumentasikan
genetik dihitung dari selisih nilai
menggunakan dalam sebuah disket
persentase kemiripan genetik data RAPD
menggunakan mesin Gel Doc.
terhadap 100%.
Setiap profil pita DNA berhu-
bungan dengan lokus yang mengandung
alel tertentu. Pita hasil amplifikasi pada HASIL DAN PEMBAHASAN
posisi yang sama pada laju elektroforesis
yang sama untuk setiap tanaman kelapa, Hasil amplifikasi DNA dari 4
dianggap sebagai satu lokus homolog. pohon kelapa Dalam meggunakan 40
Lokus tersebut diubah ke dalam bentuk
primer acak 10-mer (Operon) menunjuk-
data biner dengan memberi nilai satu (1)
kan bahwa 10 primer menghasilkan pola
jika terdapat pita dan nol (0) jika pita pita lebih dari dua dan polimorfik,
tidak ada. Matriks data biner kemudian sedangkan 30 primer lainnya hanya
diturunkan menjadi matriks jarak menghasilkan 1-2 pita bahkan ada yang
genetik. Untuk menentukan jarak genetik tidak menghasilkan pita sehingga tidak
pasangan genotipe yang terdapat pada digunakan dalam penelitian selanjutnya
individu berbeda digunakan koefisien (Tabel 2). Primer yang menghasilkan pita
Dice dari rumus Nei dan Li (1979) sedikit dengan polimorfisme rendah
sebagai berikut :
sebaiknya tidak digunakan dalam
2nab
Fab = menganalisis keanekaragaman genetik
(na + nb )
(Nienhuis et al., 1994). Primer yang
Keterangan/note :
Fab = Koefisien kemiripan genetik individu a dan b menghasilkan pola pita polimorfik
Coefficient of genetic similarity a and b dipilih 10 primer yaitu OPA-02, OPA-08,
individual. OPA-10, OPA-13, OPA-20, OPB-08, OPB-

Buletin Palma No. 36, Juni 2009 21


Donata S. Pandin

11, OPB-12, OPB-15, dan OPB-20. primer.


Sepuluh primer ini yang digunakan Jumlah pita DNA polimorfik
untuk menganalisis populasi kelapa dalam analisis keragaman genetik sangat
DMT dan DTA yang masing-masing menentukan tingkat keragaman suatu
diwakili oleh 10 pohon contoh acak. populasi. Semakin banyak pita DNA
Hasil amplifikasi menggunakan 10 polimorfik akan lebih menggambarkan
primer acak tersebut tidak satupun yang keadaan genom tanaman karena situs
pelekatan primer dengan genom tanam-
memberikan pita spesifik untuk kedua
an semakin banyak dan akan memper-
populasi kelapa DMT dan DTA. Jumlah kecil bias karena tidak terwakilinya
pita DNA berkisar antara 5 (OPB-15) dan bagian genom tertentu (Nienhuis et al.,
14 (OPA-10). Jumlah pita DNA yang 1994). Perbedaan jumlah dan poli-
diperoleh dari setiap primer serupa morfisme pita DNA yang dihasilkan
dengan hasil Lengkong et al. (1998) pada dari setiap primer menggambarkan
beberapa populasi kelapa Genjah, Hayati kekompleksan genom tanaman (Grattapaglia
et al. (2000) pada populasi kelapa Genjah et al., 1992).
Jombang, Hanum et al. (2003) pada tiga Jumlah pita polimorfik dari
populasi kelapa Genjah, Rosliem et al. pengamatan profil pita RAPD yang
(2003) pada tiga populasi kelapa Dalam dihasilkan oleh 10 primer terhadap
dari tiga pulau di Sumatera, Mawikere populasi kelapa DMT dan DTA disajikan
(2006), yaitu berkisar antara 3-15 pita per pada Tabel 3.

Tabel 2. Nama primer dan jumlah pita hasil amplifikasi DNA empat pohon kelapa
Dalam (DMT dan DTA).
Table 2. Name of primers and number of band of amplified DNA from four trees of Tall
Coconut (DMT and DTA).
No Primer Kit A Jumlah pita No Primer Kit B Jumlah pita
Primers Kit A Number of band Primers Kit B Number of band
1 OPA-01 0-1 1 OPB-01 1
2 OPA-02 4-5 2 OPB-02 1
3 OPA-03 1 3 OPB-03 2
4 OPA-04 2 4 OPB-04 2
5 OPA-05 2 5 OPB-05 1
6 OPA-06 1-2 6 OPB-06 1
7 OPA-07 2 7 OPB-07 2
8 OPA-08 2-7 8 OPB-08 2-4
9 OPA-09 2 9 OPB-09 0-1
10 OPA-10 4-9 10 OPB-10 2
11 OPA-11 2 11 OPB-11 1-3
12 OPA-12 2 12 OPB-12 2-3
13 OPA-13 3-5 13 OPB-13 0
14 OPA-14 0-1 14 OPB-14 3
15 OPA-15 2 15 OPB-15 3
16 OPA-16 0-1 16 OPB-16 0-1
17 OPA-17 2 17 OPB-17 0
18 OPA-18 2 18 OPB-18 0
19 OPA-18 0 19 OPB-18 0-1
20 OPA-20 3-5 20 OPB-20 3-4

22 Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)
Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

Tabel 3. Nama dan urutan basa primer dan jumlah pita polimorfik DNA kelapa
DMT dan DTA hasil amplifikasi.
Table 3. Name, nucleotide sequence and number of polymorphic band of DMT and DTA
coconut DNA.
Primer Sekuen 5’ - 3’ Jumlah pita polimorfik Total pita
Primers Sequence 5’-3’ Polymorphic band Number of band
DMT DTA Jumlah
OPA-02 TGCCGAGCTC 7 7 9 10
OPA-08 GACCGCTTGT 4 0 9 9
OPA-10 CAAACGTCGG 5 5 10 12
OPA-13 CAGCACCCAC 3 6 6 7
OPA-20 GTTGCGATCC 1 4 7 7
OPB-08 GTCCACACGG 1 1 5 5
OPB-11 CTAGACCCGT 8 6 10 10
OPB-12 CCTTGACGCA 0 1 4 4
OPB-15 GGCGGGTGTT 0 2 2 3
OPB-20 GGACCCTTAC 0 2 3 5
Total 29 32 65 72
Persentase (%) 58 59 90 -
Percentage
Rata-rata pita 3 4 - -
Average of band

Pita DNA hasil amplifikasi DNA kelapa tersebut (Matondang et al.,


menggunakan 10 primer terseleksi 2000). Hasil ini menunjukkan bahwa
berukuran 200 pb – 2400 pb (pasang primer OPB-11 kemungkinan merupakan
basa), masih berada pada kisaran ukuran primer yang memiliki situs homolog
yang umumnya dapat diamplifikasi yang jarang pada tanaman kelapa,
pada genom tanaman (Grattapaglia et al., bahkan mungkin tidak ada pada genom
1992). Profil pita RAPD hasil amplifikasi populasi kelapa tertentu. Beberapa faktor
DNA total populasi DMT, dan DTA penyebab tidak teramplifikasinya DNA
menunjukkan bahwa primer OPA-10 dan oleh suatu primer kemungkinan disebab-
OPB-11 menghasilkan jumlah pita kan oleh tidak adanya situs homolog
polimorfik terbanyak, yaitu masing- antara primer tersebut dengan DNA
masing 10 pita (Tabel 3) dan profil pita cetakan (template DNA) dari suatu
polimorfiknya dapat dilihat pada organisme, kemungkinan lainnya adalah
Gambar 1. primer acak yang digunakan menempel
Primer OPA-10 menghasilkan pita pada dua situs pada DNA cetakan yang
lebih banyak pada individu kelapa jaraknya cukup jauh sehingga enzim
(Gambar 1) dibandingkan dengan primer DNA taq polimerase tidak mampu
OPB-11 (Gambar 2), artinya situs mengamplifikasinya.
pelekatan primer OPA-10 pada genom
tanaman kelapa cukup banyak tersebar. Kemiripan genetik di dalam populasi
Profil pita OPB-11 dalam individu kelapa Kelapa DMT dan DTA
hanya berkisar 1-3 pita tetapi merupakan
pita polimorfik. Pada beberapa populasi Tingkat kemiripan genetik suatu
kelapa seperti Dalam Takome, Dalam Igo populasi dapat digambarkan oleh jarak
Duku, dan Dalam Igo Bulan, primer genetik dari individu-individu anggota
OPB-11 tidak dapat mengamplifikasi populasi tersebut. Semakin kecil jarak

Buletin Palma No. 36, Juni 2009 23


Donata S. Pandin

Gambar 1. Polimorfisme Pita DNA populasi kelapa DTA dan DMT menggunakan primer OPA-10.
Figure 1. Band polymorphism of DTA and DMT coconut DNA by using OPA-10 primer.

Gambar 2. Polimorfisme Pita DNA populasi kelapa DTA dan DMT menggunakan primer OPB-11.
Figure 2. Band polymorphism of DTA and DMT coconut DNA by using OPB-11 primer.

genetik antar individu dalam suatu karena kelapa DMT dan DTA telah
populasi, maka semakin seragam popu- mengalami seleksi massa positif yang
lasi tersebut. Sebaliknya semakin besar lama, sehingga individu-individu yang
jarak genetik individu-individu dalam diperbanyak dan membentuk populasi
suatu populasi maka populasi tersebut adalah individu-individu yang telah
mempunyai anggota yang semakin memiliki kemiripan genetik cukup
beragam.Tingkat polimorfisme pita DNA tinggi. Dendogram kemiripan genetik
sejalan dengan tingkat keanekaragaman kelapa DMT dan DTA berdasarkan
suatu populasi. Berdasarkan 10 primer RAPD disajikan pada Gambar 3 dan
acak yang digunakan, kelapa DMT Gambar 4.
memiliki persentase pita polimorfik
sebesar 58% dengan rata-rata jarak
genetik antar individu di dalam populasi
DMT 15% sedangkan untuk kelapa DTA
memiliki persentase pita polimorfik
sebesar 59% dengan rata-rata jarak
genetik antar individu di dalam populasi
DMT 17%. Rendahnya rata-rata jarak
genetik kedua populasi kelapa ini diduga

24 Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)
Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

Gambar 3. Dendogram kemiripan genetik populasi kelapa DMT


Figure 3. Dendogram of genetic similarity of DMT coconut population

Gambar 4. Dendogram kemiripan genetik populasi kelapa DTA


Figure 4. Dendogram of genetic similarity of DTA coconut population

Berdasarkan dendogram kemiripan kelapa DMT, karena populasi ini telah


genetik kelapa DMT (Gambar 3) dapat beberapa kali mengalami seleksi massa
dilihat bahwa populasi kelapa DMT positif. Seleksi untuk maksud perbaikan
terbagi atas dua kelompok pada kemi- sifat dalam populasi kelapa DMT harus
ripan 85%, dan pada kemiripan genetik dilakukan dengan sangat hati-hati.
83% semua individu dalam populasi ini Berdasarkan dendogram kemiripan
telah membentuk satu kelompok. Hasil genetik kelapa DTA (Gambar 4) dapat
ini menunjukkan bahwa populasi kelapa dilihat bahwa tingkat kemiripan yang
DMT telah memiliki kemiripan genetik tinggi dijumpai pula pada populasi
yang cukup tinggi. Tingginya kemiripan kelapa Dalam Tenga (DTA). Pada tingkat
genetik antar individu dalam populasi kemiripan 85% kelapa DTA masih

Buletin Palma No. 36, Juni 2009 25


Donata S. Pandin

terbagi atas 4 kelompok (Gambar 4), populasi ini mengelompok dalam


sedangkan pada kemiripan genetik 84% populasinya masing-masing (Gambar 5).
individu DTA1 masih terpisah dari 9 Fenomena ini membuktikan bahwa
anggota lainnya, artinya DTA1 memiliki penanda RAPD dapat digunakan untuk
jarak genetik yang paling jauh dalam membedakan spesies, galur, atau hasil
populasinya. Untuk mengetahui mengapa persilangan sendiri dari suatu popuasi
DTA1 masih terpisah dari 9 individu tanaman (Tingey et al., 1992).
lainnya, perlu dilakukan pengamatan Hasil penelitian ini menunjukkan
terhadap karakter-karakter yang lain bahwa kemiripan genetik antara kelapa
yang mungkin berbeda dengan individu- DMT dan DTA adalah 48%, artinya
individu lainnya dalam populasi kelapa kedua populasi ini memiliki jarak
DTA. Melihat masih terdapat individu- genetik yang cukup jauh, yaitu 52%.
individu yang memiliki jarak genetik Kecilnya kemiripan genetik antara kedua
yang cukup jauh dalam populasi kelapa populasi tersebut diduga karena telah
DTA, maka seleksi untuk perbaikan sifat terjadi seleksi yang berulang-ulang pada
masih dapat dilakukan tetapi harus masing-masing populasi kelapa tersebut
dilakukan dengan sangat selekstif. sehingga yang kemudian dikoleksi oleh
Balitka telah memiliki jarak genetik yang
Hubungan kekerabatan antar populasi semakin jauh.
kelapa DMT dan DTA Melihat hubungan kekerabatan
antar populasi kelapa DMT dan DTA
Jarak genetik antar populasi yang cukup jauh dan tingkat homoge-
kelapa DMT dan DTA berdasarkan nitas yang cukup tinggi antar individu
matriks kemiripan genetik adalah 48%. dalam populasi yang sama, sehingga
Dalam analisis pengelompokan kedua akan sangat memberikan harapan untuk

Gambar 5. Dendogram kemiripan genetik populasi kelapa DMT dan DTA.


Figure 5. Dendogram of genetic similarity of DMT and DTA coconut populations.

26 Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)
Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

perbaikan karakter bila kedua populasi LA Sitch (Eds). Review Advances


ini disilangkan. in Plant biotechnology. Interna-
Teknik RAPD ini dapat diguna- tional Simposium on Genetic
kan pula untuk mempelajari tingkat Manipulation in Crops. CYMMIT,
keragaman genetik dalam populasi dan Mexico. p.243-249.
hubungan kekerabatan antar populasi Batugal P. 1998. International collabo-
kelapa Dalam yang lain. Dengan demi- ration in coconut germplasm
kian dapat memudahkan seleksi tetua conservation and utilization.
dalam perakitan kelapa unggul, baik Dalam Modernisasi Usaha Pertani-
untuk digunakan dalam persilangan an Berbasis Kelapa. Puslitbangtri.
kelapa tipe Genjah x Dalam, Dalam x Badan Litbang Kehutanan dan
Dalam, maupun untuk perakitan kelapa Perkebunan. P.110-117.
Dalam Komposit. Brown SM, Szewe-McFadden, Kresovich
S. 1996. Development and appli-
cation of Simple Sequence Repeats
KESIMPULAN
(SSR) loci for plant genome
analysis. In Jauhar, P P (Ed).
Sepuluh primer RAPD yang Methods of genome analysis in
digunakan dapat memisahkan kelapa plants. CRC Press. New York.
DMT dan DTA ke dalam kelompoknya hlm.147-159.
masing-masing. Keanekaragaman genetik Grattapaglia D, Chaparro J, Wilcox P,
antar individu dalam kedua populasi ini McCord S, Werner D, Amerson H,
sudah semakin sempit karena itu McKeand S, Bridgewater F,
perbaikan sifat melalui seleksi dalam Whetten R, O’Malley D, Sederoff
setiap populasi harus dilakukan dengan R. 1992. Mapping in the woody
sangat hati-hati. plants with RAPD markers:
Hubungan kekerabatan antara Application to breeding in forestry
kelapa DMT dan DTA cukup jauh and horticulture. P.37-40. In. Joint
sehingga jika perbaikan sifat dilakukan Plant Breedin g Simposia Series.
melalui persilangan antara kedua popu- Minneapolis. 1 November 1992.
lasi tersebut akan sangat memberikan Gupta PK, Balyan HS, Sharma PC,
harapan untuk memperoleh hasil persi- Ramesh B. 1999. Microsatellite in
langan yang membawa karakter-karakter plants: A new class of molecular
yang diharapkan. markers. Current Sci. 70(1):45-54.
Hannum S, Hartana A, Suharsono. 2003.
Kemiripan genetic a empat popu-
DAFTAR PUSTAKA
lasi kelapa Genjah berdasarkan
Random Amplified Polymorphic
Ashburner GR, Thomson WK, Halloran DNA. Hayati 10(4):125-129.
GM. 1997. RAPD analysis of South Hayati PK, Hartana A, Suharsono,
Pacific coconut palm populations. Aswidinnoor H. 2000. Keanekara-
Crop Sci. 37:992-997. gaman genetika kelapa Genjah
Asiedu R, Kulle NT, Mujeeb-Kazi A. Jombang berdasarkan RAP DNA.
1989. Diagnostic marker in wheat Hayati 7(2):35-40.
wide crosses. In Mujeeb-Kazi and

Buletin Palma No. 36, Juni 2009 27


Donata S. Pandin

Herran A, Estioko L, Becker D, Papua New Guinea berdasarkan


Rodriquez MJB. 2000. Linkage penanda RAPD. Disertasi Doktor
mapping and QTL analysis in Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor.
coconut. Theor. Appl. Genet. 101: Melchinger AE. 1990. Use of the mole-
292-300. cular marker in breeding for
Lande R, Thompson R. 1990. Efficiency of oligogene disease resistence. Plant
marker-assisted selection in the Breeding 104:1-19.
improvement of quantitative traits. Nei M, Li WM. 1979. Mathematical
Genetics 124:743-756. model for studying genetic
Lebrun P, Cho YPN, Seguin M, Grivet L, variation in terms of restriction
ang Bouduin L. 1998. Genetic endonuclease. Proc. Natl. Acad.
diversity in coconut (Cocos nucifera Science. 76:5269-5273.
L) revealed by restriction fragment Nienhuis J, Tivang J, Skroch P. 1994.
length polymorphism (RFLP) Analysis of genetic relationship
markers. Euphytica 101:103-108. among genotypes based on mole-
Lebrun P, Baudouin L, Bourdeix R, cular marker data. In Analysis of
Konan JL, Barker JHA, Aldam C, molecular Data. Joint Plant
Herràn A, Ritter E. 2001. Breeding Simposia Series. Oregon,
Construction of a linkage map of 5-6 August 1994.
the Rennel Island Tall coconut Novarianto H. 1996. Varitas kelapa yang
type (Cocos nucifera L) and QTL diinginkan petani, konservasi serta
analysis for yield characters. strategi pemuliaan kelapa. Lapor-
Genome 44:962-970. an Bulanan puslitbangtri. Bogor.
Lengkong EF, Hartana A, dan Suharsono. Novarianto H, Hartana A. 1995. Analisis
1998. Keragaman genetik beberapa kemiripan genetik kelapa koleksi
kultivar berdasarkan penanda plasma nutfah di Kebun Percobaan
RAPD (Random Amplified Poly- Mapanget, Sulawesi Utara. Hayati
morphic DNA). P.1-12. Dalam 2(1):12-16. Bogor.
Prosiding Seminar Sehari Hasil- Perera L, Russel JR, Provan J, McNicol
hasil Penelitian Bidang Ilmu JW, Powell W. 1998. Evaluating
Hayat. 3 September 1998. PAU genetic relationship between
Ilmu Hayat IPB. Bogor. indigenous coconut (Cocos nucifera
Lee M. 1995. DNA markers and L) accession from Sri Lanka by
plant breeding programs. Agro- means of AFLP profiling. Theor.
nomy 55: 265-344. Appl. Genet. 96:545-550.
Matondang I. 2000. Keragaman genetik Powell W, Morgante M, Andre C,
populasi kelapa yang berasal dari Hanavey M, Vogel J, Tingey S,
Maluku berdasarkan penanda Rafalski A. 1996. The comparison
RAPD (Random Amplified Poly- of RFLP, RAPD, AFLP and SSR
(microsatellite) markers for
morphic DNA). Tesis Magister
germplasm analysis. Molecular
Sains PPs-IPB. Bogor. Breeding 2:225-238.
Mawikere NL. 2006. Plasma nutfah Preston LR, Harker N, Holton T, Morell
kelapa Papua dan hubungan MK. 1999. Plant cultivar
kekerabatannya dengan populasi identification using DNA analysis.
kelapa Indonesia lainnya dan Plant Varieties and Seed 12:191-205.

28 Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)
Keragaman Genetik Kultivar Kelapa Dalam Mapanget (DMT) dan Dalam Tenga (DTA) Berdasarkan Penanda
Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD)

Rohde W, Kullaya A, Rodriguez J, and Sambrook J, Fritsch EF, Maniatis T. 1989.


Ritter E. 1995. Genome analysis of Molecular cloning: A laboratory
Cocos nucifera L by PCR Ampli- Manual. 2nd ed. Cold Spring
fication of spacer sequence Harbor Laboratory. Cold Spring
separating a subset of copia-like Harbor, NY.
EcoR1 repetitive elements. J.Genet. Teulat B, Aldam C, Trehin R, Lebrun P,
and Breed. 49:170-186. Barker JHA, Arnold GM, Karp A,
Rompas T. 1993. Beberapa kultivar Boudouin L, Rognon F. 2000. An
kelapa yang potensial dikembang- Analysis of genetic diversity in
kan dan program hibridisasi. coconut (Cocos nucifera) popu-
Dalam Prosiding Konperensi lation from across the geographic
Nasional Kelapa III 20-23 Juli 1993. range using sequence-tagged
Yogyakarta. Balitbang Pertanian. microsatellite (SSRs) and RFLPs.
Puslitbangtri. Buku III. p.567-576. Theor.Appl.Genet. 100:764-771
Roslim DI, Hartana A, Suharsono. 2003. Tingey SV, Rafalski JA, Williams JGK.
Kemiripan genetika tiga populasi 1992. Genetic analysis with RAPD
kelapa tipe Dalam berdasarkan markers Di dalam Application of
tiga metode análisis data penanda RAPD Technology to Plant
RAPD. Hayati 10(1):12-18. Breeding. Joint Plant Breeding
Symposia Series. Minneapolis, 1
Nov 1992 hlm 3-8.

Buletin Palma No. 36, Juni 2009 29

Anda mungkin juga menyukai