Anda di halaman 1dari 6

Nama : Virna Lestari

Kelas : 12 OTKP 2

Bukan Hanya Teman


Liburan sekolah telah berakhir, Adara berangkat ke sekolah dengan diantar oleh
kakaknya. Hari pertama sekolah setelah libur panjang membuat jalanan padat. Adara sampai
di sekolah tepat sebelum gerbang sekolah ditutup. Ia berlari sambil berteriak kepada satpam
dan lupa berpamitan dengan kakaknya. Sesampainya di sekolah, ia harus mencari namanya di
daftar kelas. Ia mulai mencari dari kelas 8H dan setelah mencari-cari, ternyata namanya
terdaftar di kelas 8A. Setelah masuk kelas, ia melihat teman-teman barunya, dan ada juga
teman sekelasnya di kelas 7, yaitu Dimas, Husein, Farhan, dan Siti. Namun, Adara hanya
akrab dengan Dimas dan dia memutuskan untuk duduk di samping Dimas.

Pak Riman, Pembina OSIS sekaligus wali kelas 8A masuk kelas dengan melepaskan
sepatunya. Pak Riman tidak banyak bicara, ia langsung menjelaskan peraturan yang harus
ditaati selama di kelas. Pertama, selama di dalam kelas, siswa-siswi 8A harus melepas sepatu.
Kedua, setiap hari, siswa-siswi 8A wajib menjalankan sholat duha, dan apabila tidak
dilaksanakan, sebagai gantinya adalah denda berupa uang sebesar Rp. 15.000. Dan yang
terakhir, apabila satu orang melakukan masalah, semua siswa rela dihukum bersama-sama.
Setelah menjelaskan peraturannya, Pak Riman mengatur tempat duduk siswanya agar dapat
bersosialisasi secara merata. Adara dan Dimas duduk berjauhan. Ia duduk dengan Jasmin,
perempuan berkulit putih dan hobi tidur. Selama beberapa minggu di kelas 8A, tidak ada
yang menyenangkan hanya belajar dan belajar.

Sebulan setelah memasuki kelas 8, Adara mengikuti perekrutan anggota pengurus


OSIS. Setiap kelas hanya terpilih dua orang, masing-masing satu perempuan dan satu laki-
laki. Adara merupakan perwakilan perempuan dari 8A, sedangkan untuk laki-lakinya
diwakilkan oleh Andira atau yang akrab dipanggil Abah. Setelah menjadi pengurus OSIS,
Adara mulai sibuk, bahkan di hari libur ia harus pergi ke sekolah untuk mengikuti rapat
mengenai kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di sekolah.

Sabtu adalah hari paling ditunggu sebelum Adara menjadi pengurus OSIS, tetapi
setelah menjadi pengurus OSIS, ia tidak mengharapkan hari sabtu cepat datang. Hari itu, ia
pergi ke sekolah untuk rapat bakti sosial. Rapat berlangsung cukup lama, membuatnya bosan
menunggu waktunya pulang. Karena tugasnya menjadi penanggung jawab transportasi sudah
selesai, ia hanya mendengarkan orang-orang saling beradu pendapat. Setelah rapat selesai,
Adara duduk di pos satpam yang menghadap tepat depan lapang basket dan terlihat beberapa
orang sedang bermain bola basket. Ia mengenal beberapa orang yang sedang bermain
tersebut, mereka adalah Alfi, Nabiel, teman sekelasnya. Tidak lama kemudian, Andira yang
baru saja selesai rapat ikut bergabung dengan Alfi dan Nabiel.

Setelah Alfi dan Nabiel melihat Adara, mereka keluar dari lapang dan menghampiri
Adara yang sedang duduk sendirian di pos satpam. “Dara, bawa minum ga?” tanya Alfi,”Ini
bawa fi, tapi dikit lagi, abisin aja” jawab Adara,”Makasih ya..”. Kemudian Andira datang
menghampiri mereka “Eh kalian... Ada yang punya makanan ga? Lapar euy” tanya
Andira,”Ga ada Bah, beli atuh” jawab Nabiel “Tau gini mah tadi ngambil konsumsi buat
baksos” kata Andira sambil tertawa. Kemudian, beberapa perempuan membawa makanan
melewat di depan Andira. Andira menghampirinya dan berkata “Kalian yang cantik, boleh ga
aku minta makanannya”, lalu mereka memberikan makanan tersebut kepada Andira
kemudian ia duduk di sebelah pos satpam. Adara, Alfi, dan Nabiel memperhatikan Andira
sambil tertawa.

Setelah itu, Jasmin, Athifa, Annisa, Restu, Salma, dan Dian menghampiri Andira
yang sedang memakan makanan ringan yang ia dapatkan dari anak perempuan yang lewat.
Mereka menghampiri Andira, kemudian mengambil makanan yang sedang ia makan.
Ternyata mereka pun lapar dan tidak punya cukup uang untuk membeli makanan. Jasmin,
Athifa, Annisa, Restu, dan Dian juga merupakan teman sekelas Andira.

Karena mereka lapar dan tidak punya uang, Nabiel mengusulkan untuk patungan dan
membeli makanan untuk dimakan bersama. Akhirnya mereka patungan dan membeli
makanan ringan sekaligus minuman soda untuk disantap bersama. Setelah membeli beberapa
makanan dan minuman, kemudian makanan dibuka dan dimakan lalu habis hanya dengan
hitungan menit. Setelah makanan habis, mereka berbincang-bincang dan salah satu orang
berkata “Meskipun makanannya dikit, tapi ga tau kenapa nikmat banget” ujar Athifa “Iya
beneran, hayu ah minggu depan giginian lagi” tambah Jasmin “Besok aja weh” sambung
Andira “Hayu besok main yu” lanjut Adara.

Hari minggu, Adara, Alfi, Nabiel, Andira, Athifa, Jasmin, Annisa, Restu, Salma, dan
Dian yang merupakan murid kelas 8A pergi bersama ke Dago Pakar. Sebelumnya, mereka
tidak merencanakan untuk pergi ke Dago Pakar, dan mereka hanya membawa uang
secukupnya. Mereka memutuskan untuk kumpul di sekolah, SMP ANGKASA. Setelah
berkumpul semua, mereka berangkat dengan menggunakan angkutan kota yang hanya
mengantar mereka sampai pinggir jalan besar ke Dago Pakar. Karena tidak ada angkot yang
melewat gerbang Dago Pakar, mereka terpaksa jalan kaki melewati jalan yang dipenuhi
kerikil dan jalanan menanjak dengan menggunakan sepatu sekolah.

Sesampainya di pintu masuk Dago Pakar, mereka langsung mencari tempat duduk
karena kelelahan akibat berjalan. Athifa dan Salma membeli makanan, Jasmin, Restu dan
Dian duduk di sebuah pohon tumbang, sisanya berfoto-foto untuk mengabadikan momen.
Setelah selesai beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan menuju Goa Jepang. Selama di
perjalanan banyak wisatawan dari dalam negeri maupun luar negeri. Mereka menikmati
pemandangan dan udara yang segar, begitupun Adara dan teman-teman.

Tepat di depan Goa Jepang ada sebuah tenda kecil yang mengeluarkan asap aroma
jagung bakar dan membuat Adara dan teman-teman menghampiri tenda tersebut. “Dingin
gini dikasih jagung bakar, enak tuh kayanya” ujar Andira “Kamu mah makanan wae Bah!”
jawab Salma. Adara dan kawan-kawan memesan jagung bakar dan berencana mengambil
jagung tersebut setelah keluar dari Goa Jepang.
Kemudian mereka masuk ke dalam Goa Jepang dengan menggunakan dua flash
handphone, dengan tangan saling berpegangan. Alfi dan Nabiel memimpin jalan, Adara dan
teman-teman perempuannya berjalan diantara Alfi dan Andira. Andira menjaga teman-teman
perempuannya dari belakang sendirian.

Setelah berkeliling di Goa Jepang, mereka keluar dan kembali ke tenda tempat
mereka memesan jagung bakar. Ketika mereka keluar, Andira sudah ada di tenda, padahal
seharusnya dia menjaga teman-temannya di belakang. Semua teman-temannya berpikiran
negatif, karena pada saat masuk, Andira masih bersama dengan mereka. “Eh iya, tadi tuh aku
laper banget, yaudah pas kalian lagi pada teriak-teriak takut, aku lari keluar sendiri tanpa
lampu” kata Andira sambil tertawa malu. Ya begitulah kelakuan Andira.

Mereka melanjutkan perjalanan ke Goa Belanda setelah mendapatkan jagung bakar


masing-masing. Jagung bakar Andira habis duluan, dan memakan setengah jagung bakar
milik Dian. Sambil berjalan, mereka memakan jagung. Ketika berjalan sambil memakan
jagung, tiba-tiba ada beberapa ekor monyet yang berkeliaran. Saat melewati jalan tersebut,
monyet-monyet di sekitar memperhatikan jagung bakar yang mereka pegang. Adara dan
teman-teman lainnya kecuali Nabiel dan Annisa berlari dan menyembunyikan jagung yang
sedang mereka pegang. Sedangkan Nabiel dan Annisa terlalu takut untuk berlari seperti yang
lain. Nabiel memutuskan untuk mengalihkan perhatian monyet-monyet tersebut dengan
melemparkan jagung miliknya dan berlari bersama Annisa dengan kencang. Setelah kejadian
itu, Andira berkata “Bil, padahal mah jagungnya buat aku, daripada di lemparin ke monyet,
da mereka mah ga suka atuh, teuas” Adara dan teman-teman tertawa setelah mendengar
candaan Andira.

Sampailah mereka di Goa Belanda, dengan rintikan hujan mereka lanjukan


perjalanannya. Sama seperti Goa Jepang, Goa Belanda gelap namun ada satu cahaya yang
terlihat saat pertama masuk. Cahaya tersebut berasal dari luar Goa yang menghubungkan
jalan ke Curug Omas.

Setelah melihat cahaya tersebut, mereka memutuskan untuk mengunjungi Curug


Omas yang jaraknya 3,5 km dari Goa Belanda. Dengan rintikan hujan, sepatu sekolah, dan air
minum secukupnya mereka melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan, Jasmin selalu
tertinggal. Dan perjalanan mereka terhambat oleh Jasmin yang banyak berhenti tanpa
berbicara sepatah kata pun. Setelah berjalan sekitar 1 km, Jasmin duduk di pohon tumbang
dan menangis. Ketika ditanya alasannya menangis, dia tidak menjawab. Dan mereka
memutuskan untuk beristirahat yang lama agar membuat Jasmin tenang, mereka berpikir
bahwa Jasmin lelah.

Setelah lama beristirahat, mereka melanjutkan perjalanan, jalan menanjak, berlumpur,


berkerikil, licin, sudah mereka lewati. Sekitar 1 km perjalanan menuju Curug Omas, hujan
yang sangat deras turun dengan tidak terduga. Mereka berlarian mencari tempat teduh. Dan
mereka berteduh di warung dengan baju basah kuyup.

Hujan sangat deras tidak berhenti sampai lebih dari 35 menit. Hari pun sudah sore,
mereka khawatir akan dimarahi oleh orangtuanya. Tetapi hujan tidak juga mereda. Bahkan
Alfi, Andira, dan Nabiel ngotot melanjutkan perjalanan ke Curug Omas dengan hujan-
hujanan. Adara dan teman-teman perempuannya khawatir Alfi, Andira, dan Nabiel
mengalami hal yang tidak diinginkan.

Karena khawatir, Adara meminjam payung milik pemilik warung untuk menyusul
Alfi, Andira, dan Nabiel. Selama di perjalanan Adara ditegur oleh penduduk yang baru
pulang dari Curug Omas untuk tidak mendekati Curug karena berbahaya. Tidak lama dari itu,
Alfi, Andira, dan Nabiel kembali dan mengajak Adara untuk cepat pulang karena bahaya.
Mereka kembali ke warung tempat teman-teman lainnya menunggu.

Beberapa menit kemudian, hujan mulai mereda, dan berubah menjadi rintik-rintik.
Mereka memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore dan penduduk mengatakan bahwa
biasanya setelah hujan, sering terjadi tanah longsor.

Benar saja, sebelumnya jalan hanya bisa dilalui 2 motor dari jalur kanan dan kiri, dan
akibat tanah longsor tersebut, hanya satu jalan yang aman untuk dilewati. Beruntung jalan
masih aman untuk dilewati. Mereka berhati-hati melewati jalan tersebut.

Lanjut berjalan, jalan tertutup air yang berasal dari bocornya pipa dan menyebabkan
jalan tergenang air. Nabiel mencoba untuk melewat terlebih dahulu. Ketika mencoba, kaki
Nabiel masuk ke dalam air dan menembus lumpur sampai seluruh lutut Nabiel terkubur
lumpur dan sulit untuk keluar. Alfi mencoba membatu dari pinggir lumpur, dan terus menarik
tangan Nabiel. Namun karena terlalu dalam kaki Nabiel masuk, Alfi tidak kuat untuk
menariknya hingga Alfi pun ikut terjatuh ke lumpur. Semua bajunya kotor dengan tanah.
Wajah Nabiel pun terciprat lumpur saat Alfi terjatuh. Adara dan teman-temannya panik,
khawatir Nabiel dan Alfi tidak bisa keluar dari lumpur dan mereka tidak bisa pulang. Mereka
hanya bisa mengandalkan Andira. Andira bingung, ia hanya terdiam saat teman-temannya
mencari cara.

Adara bercita-cita menjadi Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD) dan banyak
belajar tentang alam. Ia mencoba membuat teman-temannya tenang terlebih dahulu dan
menjernihkan pikirannya agar bisa mencari cara mengeluarkan Alfi dan Nabiel dari lumpur
dan melewatinya. Sementara itu, Nabiel dan Alfi berusaha untuk keluar dengan saling
berpegangan tangan dan menarik kakinya dengan kuat.

Adara mencoba mencari lumpur yang tidak terlalu dalam untuk ditimpa batu. Teman
perempuannya mencari batu-batu besar untuk dipijak dan Andira membatu mengukur
kedalaman lumpur menggunakan ranting. Mereka bekerja sama untuk bisa melewati lumpur.
Setelah semua persiapan terkumpul, Adara mulai mencoba cara yang telah ia rencanakan.

Andira merupakan orang pertama yang melewati lumpur tersebut, dan ia berhasil.
Setelah ia sampai ke sebrang, ia membantu Nabiel dan Alfi untuk keluar dengan
menggunakan tali tambang yang ia temukan di perjalanan menuju Curug Omas. Kemudian
Adara membantu teman-temannya melewati batu yang sudah ia buat. Salma melihat sebuah
lintah menempel di batu yang harus ia injak. Karena menggunakan sandal dan takut dengan
lintah, Salma tidak mau melewati batu tersebut dan memilih untuk melewati jalan yang
Nabiel lewati. Jelas, jalan yang Nabiel lewati itu berbahaya. Akhirnya, Adara menukar sepatu
yang ia pakai dengan sandal yang sedang Salma pakai demi keselamatan temannya. Setelah
Salma sampai di sebrang, Jasmin terjatuh dan masuk ke lumpur, untungnya Alfi masih
terjebak di lumpur dan bisa membantu Jasmin untuk naik ke daratan. Pakaian Jasmin penuh
dengan lumpur, lalu ia tidak mau pulang karena takut dimarahi oleh orangtuanya. Karena
Athifa membawa baju ganti, Adara menyarankan Athifa untuk meminjamkan baju untuk
Jasmin, tapi Athifa tidak mau dengan alasan ia harus mengganti baju setelah pulang dari
Dago Pakar, padahal baju yang ia kenakan saat itu tidak kotor namun hanya basah sedikit.

Karena kejadian tersebut dapat menghambat waktu pulang mereka, Adara


meminjamkan sweater yang ia pakai dan memberikannya kepada Jasmin. Adara sempat kesal
dengan teman-temannya, tetapi ia tetap sabar. Karena menurutnya, dengan marah semua
masalah tidak akan beres tetapi malah memperburuk keadaan.

Setelah berjalan lama, akhirnya mereka sampai di pintu masuk Dago Pakar. Dan
mereka lupa bahwa uang mereka hanya tersisa Rp. 5000, hanya dapat digunakan untuk
menggunakan angkot ke rumahnya masing-masing. Mereka kebingungan, karena sudah lelah
dan kotor, mereka tidak mau berjalan kaki.

Adara tiba-tiba berlari ketika semua temannya duduk di pinggir jalan. Ia berlari ke
sebrang jalan dan melambaikan tangannya ke sebuah mobil bak berwarna hitam. Setelah
mobil tersebut berhenti, ia berbincang sebentar dengan supir mobil tersebut kemudian
melambaikan tangan kepada teman-temannya untuk berlari dan naik ke mobil tersebut. Ya,
Adara meminta ijin kepada supir mobil bak untuk menumpang sampai pemberhentian angkot.

Teman-temannya berterima kasih kepada supir mobil bak dan kepada Adara atas
tumpangan dan idenya. Mereka beruntung memiliki Adara, ia banyak berkorban untuk
teman-temannya. Setelah sampai di pemberhentian, mereka pulang dengan menggunakan
angkot dengan rute yang berbeda. Akhirnya, mereka selamat sampai tujuan.

Keesokan harinya, Adara dipanggil ke ruang BK karena melanggar peraturan sekolah,


yaitu mengenakan sepatu berwarna biru di lingkungan sekolah. Ia menggunakan sepatu
berwarna karena sepatu sekolah miliknya dipinjam oleh Salma saat bermain di Dago Pakar.
Pada saat membuka pintu ruang BK, Adara melihat teman-temannya juga berada di sana
dengan kasus yang sama.

Mereka diberi sandal oleh guru BK dan sepatu yang mereka pakai disita selama satu
minggu. Mengetahui itu, pak Riman, selaku wali kelas mereka marah besar. Marah karena 10
orang muridnya melanggar peraturan di hari yang sama. Karena kelas menetapkan peraturan
“Satu orang terkena masalah, semua harus mendapat hukuman” akhirnya satu kelas dihukum.
Hukumannya mereka tidak boleh istirahat pada saat jam istirahat. Mau tidak mau, mereka
harus mentaati peraturan tersebut.

Bel istirahat berbunyi, siswa-siswi 8A berjalan bersamaan menuju masjid untuk


menjalankan shalat duha. Setelah shalat duha, mereka kembali ke kelas karena sedang
menjalankan hukuman. Mereka membuka makanan yang mereka bekal dari rumah dan duduk
di lantai. Beberapa orang tidak membawa makanan, dan memutuskan untuk berbagi makanan
satu sama lain. Makanan sudah habis, mereka mengeluh ingin membeli cilok yang dijual di
kantin. Karena merasa bersalah, Adara meminta ijin kepada pak Riman untuk membeli cilok
di kantin sekolah, tetapi tidak diijinkan. Tidak lama kemudian, pak Riman mengajak Andira
dan Adara untuk rapat bakti sosial. Sebelum mereka pergi, Dimas menarik Adara sambil
berbicara dengan nada pelan “Dar, plisss, nanti pulangnya beli cilok!”. Adara mengangguk
sambil tersenyum.

Pak Riman mengakhiri rapat, dan Adara langsung berlari kencang menuju kantin
dengan menggunakan sandal. Ia berteriak kepada pedangan cilok dan memesan cilok dengan
cepat. Kemudian ia melihat pak Riman berjalan dari arah gerbang menuju kantin. Sebelum
pak Riman melihatnya, Adara lari menuju kelas tanpa membawa cilok yang diamanahkan
Dimas. Ia lari kocar-kacir masuk kelas. Teman-temannya di kelas panik saat Adara masuk.
Mereka pikir ada guru yang datang disaat mereka sedang bermain kartu UNO.

Dimas menghampiri Adara, dan bertanya mengenai cilok yang ia pesan. Kemudian
Adara pergi tanpa menjawab pertanyaan Dimas. Ia pergi ke kantin untuk mengambil cilok
milik Dimas. Untunglah pak Riman sudah pergi saat Adara kembali ke kantin. Dengan
santainya, Adara kembali ke kelas dengan membawa cilok. Adara masuk kelas, memberikan
cilok kepada Dimas lalu kembali ke tempat duduknya dengan merasa lega. Tidak lama
kemudian, pak Riman masuk kelas dan memarahi Adara karena telah melanggar peraturan.
Adara dan teman-temannya mengira bahwa pak Riman tidak tahu apa yang ia lakukan. Lalu,
Adara diperintahkan untuk squat jump 50 kali sebagai hukuman melanggar aturan tersebut.
Teman-temannya hanya diam melihat Adara dihukum. Kemudian, tiba-tiba Dimas maju ke
depan, dan ikut melakukan squat jump bersama Adara karena merasa bersalah telah
menyuruhnya membeli cilok. Pak Riman memarahi Dimas karena ikut melakukan hukuman
tersebut, lalu teman-teman yang lain ikut melakukan squat jump, “Kan satu kena masalah,
semuanya dapat hukuman pak” kata Alfi.

Awalnya pak Riman berpikiran negatif kepada murid-muridnya karena baru beberapa
bulan di kelas, mereka sudah melanggar peraturan sekolah. Tetapi, setelah kejadian itu, pak
Riman merasa terharu oleh solidaritas anak-anak didiknya, lalu ia mengakhiri hukuman yang
ia berikan kepada murid-murid di kelasnya. Setelah kejadian itu pula, murid-murid kelas 8A
lebih banyak menghabiskan waktu di kelas bersama daripada keluar kelas. Tiap jam istirahat,
shalat duha bersama, makan bersama, berbagi makanan, mengaji bersama, menghafal surat-
surat al-quran, mengerjakan pr bersama, segala kegiatan dilakukan sama-sama. Adara merasa
bahagia karena memiliki teman-teman seperti mereka. Mereka sudah seperti keluarga
baginya.

Anda mungkin juga menyukai