Anda di halaman 1dari 3

A.

Pengertian
CHF (congestive hearth failure) atau gagal jantung kongestif adalah suatu
keadaan ketika jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup
bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan darah pada vena normal. Namun,
definisi-definisi lain menyatakan bahwa gagal jantung bukanlah suatu
penyakit yang terbatas pada satu organ, melainkan suatu sindrom klinis
akibat kelainan jantung yang ditandai dengan respons hemodinamik, renal,
neural, dan hormonal. (Mutaqqin, 2009).
Salah satu definisi lain yang diajukan mengenai gagal jantung adalah suatu
keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung. Kelainan ini
mengakibatkan jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan atau jantung hanya mampu memompa
darah jika disertai tingginya volume diastolik secara abnormal (Masjoer,
2000).
B. Tanda dan Gejala
1. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang
mengganggu pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat
ataupun beraktivitas (gejalanya bisa dipicu oleh aktivitas gerak yang
minimal atau sedang).
2. Ortopnea, yakni kesulitan bernafas saat penderita berbaring.
3. Paroximal, yakni noktura dispnea. Gejala ini biasanya terjadi setelah
pasien duduk lama dengan posisi kaki dan tangan di bawah atau setelah
pergi berbaring ke tempat tidur.
4. Batuk, bik kering maupun basah sehingga meghasikan dahak atau lendir
(sputum) berbusa dalam jumlah banyak, kadang disertai darah dalam
jumlah yang banyak.
5. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang
kurang sehingga menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen
yang normal, di samping menurunnya pembuangan sisa hasil
metabolisme.
6. Kegelisahan akibat gangguan oksigen jaringan, stres akibat rasa sesak
saat bernapas, dan karena si penderita mengetahui bahwa jantungnya
tidak berfungsi dengan baik.
7. Disfungsi ventrikel kanan atau gagal jantung kanan, dengan tanda dan
gejala berikut :
a. Edema ekstermitas bawah atau edema dependen;
b. Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan batas abdomen;
c. Anoreksia dan mual, yang terjadi akibat pembesaran vena dan status
vena di dalam rongga abdomen;
d. Rasa ingin kencing di malam hari, yang terjadi karna perfusi renal
dan didukung oleh posisi penderita pada saat berbaring; serta
e. Badan lemah, yang diakibatkan oleh menurunnya curah jantung,
gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme
yang tidak adekuat dari jaringan.
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Ekokardiografi
Ekokardiografi sebaiknya digunakan sebagai alat pertama dalam
diagnosis dan manajemen gagal jantung. Sifatnya tidak invasif dan
dapat segera memberikan diagnosis tentang disfungsi jantung serta
informasi yang berkaitan dengan penyebabnya. Kombinasi mode M.
Ekokardiografi 2-D dan dopler membuat tidak membuat tidak
diperlukannya pemeriksaan invasif yang lain. Pemeriksaan ini dapat
digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri.
Dimensi ventrikel kiri pada akhir distolik dan sistolik dapat direkam
dengan ekokardiografi mode M standar.
2. Rontgen Dada
Foto sinar X dada posterior-anterior dapat menunjukan adanya
hipertensi vena, edema paru, atau kardiomegali. Bukti pertama adanya
penigkatan ukuran pembuluh darah.
3. Elektrokardiografi
Meskipun memberikan informasi yang berkaitan dengan
penyebab, EKG tidak dapat menunjukan gambaran yang
spesifik. EKG normal menimbulkan kecurigaan akan adanya
diagnosis yang salah. Pada pemeriksaan EKG untuk pasien
gagal jantung dapat ditemukan kelainan EKG sperti berikut :
a) Left bundle branch block atau kelainan ST/T yang
menunjukan disfungsi vetrikel kiri kronis.
b) Jika pemeriksaan gelombang Q menunjukan infark
sebelumnya dan kelainan pada segmen ST, maka ini
merupakan indikasi penyakit jantung iskemik.
c) Hipertrofi ventrikel kiri dan gelombang T terbalik
menunjukan stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi.
d) Aritmia: deviasi aksis ke kanan, right bundle branch block,
dan hipertrofi ventrikel kanan menunjukan adanya disfungsi
ventrikel kanan.

Anda mungkin juga menyukai