Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENGUKURAN & ALAT UKUR

MULTIMETER SEBAGAI VOLTMETER dan AMPEREMETER

OLEH:

ANNETH PRISCILA LUKAS

426 16 001

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK MULTIMEDIA DAN JARINGAN

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2016-2017
BAB 2.

Multimeter Sebagai Voltmeter Dan Amperemeter

A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini anda diharapkan dapat :
1. Menyelidiki pengaruh tahanan dalam voltmeter pada pengukuran tegangan
searah;
2. Menyelidiki besarnya tegangan jauh pada rangkaian pembagi tegangan searah;
3. Menyelidiki tegangan output antara variabel resistor atau pembagi tegangan;
4. Menggunakan multimeter sebagai peukur ampere meter dengan terampil;
5. Menyelidiki pengaruh tahanan dalam ampere meter pada pengukuran arus.

B. Dasar Teori

Dalam percobaan 1 sudah dijelaskan kegunaan multimeter, yaitu untuk mengukur


tegangan, yaitu multimeter sebagai voltmeter. Cara pengukuran tegangan DC,
letakkan saklar posisi multimeter pada posisi DC volt pada range tertentu. Hasilnya
akan terlihat pada jarum penunjuk, perhatikan pula skala range yang sesuai.

Tegangan adalah suatu beda potensial antara dua titik yang mempunyai perbedaan
jumlah muatan dengan satuan volt (V). Satu volt adalah perubahan energi sebesar satu
joule yang dialami oleh satu coulumb muatan listrik.

Multimeter juga dapat digunakan untuk pengukuran arus/amperemeter. Cara


pemasangan amperemeter adalah seri terhadap beban yang akan diukur arusnya ( baca
teori dasar percobaan 1 ).

Peukur amperemeter juga mempunyai tahanan dalam seperti halnya voltmeter


yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran arus pada rangkaian. Arus listrik timbul
karena adanya gerakan elektron satu arah dari suatu bahan atau zat akibat pengaruh
dari luar dengan satuan ampere.

Satu ampere adalah jumlah muatan listrik dari 6,24 x 10 elektron yang mengalir
melalui satu titik tertentu selama satu detik.
Dalam percobaan ini akan diukur arus searah (Direct current).

Tahanan dalam peukur

Tahanan dalam peukur perlu mendapat perhatian jika kita menggunakan peukur
tersebut untuk mengukur tegangan DC maupun AC. Jika suatu peukur tidak
dilengkapi dengan data-data tentang besaranya tahanan dalam untuk setiap batas ukur,
maka biasanya pada meter itu dicantumkan sensitivitas peukur yang ditulis dalam
ohm/volt. Dengan mencantumkan sensitivitas tersebut kita dapat mencari tahanan
dalam peukur untuk setiap batas ukur.

Tahanan dalam = batas ukur (range) x sensitifitas

C. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :

1. Multimeter :2 buah
2. Catu daya DC :1 buah
3. Model resistor :100 Ω
:470 Ω
:1K Ω
:47 K Ω
:1M Ω
:15 K Ω

4. Variabel resistor 5K, 10K, 1K

D. Gambar Rangkaian

R1
8V R2 V

Gambar 2.1

R1

R2
10 V
V

Gambar 2.2

6V

V
B

Gambar 2.3

R1

A1
R2
6V

A2

Gambar 2.4

AT
AT
I1 I2

R1 R2
6V

A1 A2

Gambar 2.5

R1
I1
A1
I2 I3

R2 R3

VS
A2 A3

Gambar 2.6

E. Langkah Percobaan
1. Langkah pengukuran tegangan seperti Gambar 2.1 dengan voltmeter, catat
hasilnya pada tabel 2.1
2. Langkah pengukuran tegangan V1 dan V2 seperti pada Gambar 2.2 dengan
voltmeter. Catat hasilnya pada tabel 2.2
3. Lakukan pengukuran tegangan seperti Gambar 2.3 dengan voltmeter. Catat
hasilnya pada Tabel 2.3
4. Ulangi langkah 1,2,3 dengan menggunakan peukur yang lain.
5. Untuk rangkaian yang dipasang seri seperti Gambar 2.4, ukurlah arus I1 dengan
menggunakan amperemeter A1 dan arus I2 dengan menggunakan amperemeter
A2. Catat hasilnya pada Tabel 2.4 untuk beberapa variasi nilai R1 dan R2.
6. Untuk rangkaian yang dipasang paralel seperti Gambar 2.5. Ukurlah besarnya It
(arus total) pada At dan arus masing-masing cabang R1 dan R2.
7. Untuk rangkaian yang dipasang seri paralel seperti Gambar 2.6. Ukurlah I1, I2,
dan I3 untuk Vs = 6 volt. Catat hasilnya pada Tabel 2.6 untuk beberapa variasi
nilai R1, R2, dan R3. Ganti sumber tegangan dengan 8 volt. Catat hasilnya pada
Tabel 2.7.
F. Data percobaan

Tabel 2.1

Pengukuran ( V )
R1 R2 Perhitungan
Sanwa Metrawatt Ket
Ω Ω (V)
Range V Range V
1
100 470 10 6,6 6,7 6,59
100
1
1K 1K 10 4,2 4,06 4
100
1
100K 1M 10 5,2 7,42 7,27
100
1
1,5 K 4,7K 10 6,2 6,14 6,06
100
1
4,7K 100 10 1,6 1,4 0,16
100
1
1,5K 100K 10 3,4 3,293 7,88
1000
1
470 1K 10 5,6 5,60 5,5
100
Tabel 2.2

R1 R2 Pengukuran ( V ) Perhitungan ( V )
Ket
Ω Ω Range V1 Range V2 V1 V2
1
4,7K 100 9,97 2,5 0,2 9,97 0,2
100
1
100 470 1,779 10 8,5 1,75 8,24
1000
1
1K 1K 5,12 10 5,2 5 5
100
1
1M 100K 9,84 2,5 0,35 9,09 0,9
100
1
100K 1,5K 10,04 2,5 0,15 0,147 9,85
100
1
1,5K 4,7K 2,457 50 0,075 2,4 7,58
1000
1
4,7K 1K 8,41 2 10 9,97 2,08
100

Tabel 2.3
Posisi Pengukuran ( V ) Perhitungan ( Ω )
Variabel Ket
Range Vac Range Vbc Rac Rbc
Resistor
0 10 0 10 6 0 6,0

1K 10 6 10 0,01 4,28 1,71

200 10 1,8 10 5,4 1,2 4,8

800 10 5,37 10 0,93 4,8 1,2

400 10 3,6 10 2,6 1,71 4,28

600 10 3,9 10 2,3 6 0

600 10 6 10 0 6,0 0

400 10 0,01 10 6 1,71 4,28

800 10 5,4 10 1,8 4,8 1,2

200 10 0,93 10 5,37 1,2 4,8

1K 10 2,6 10 3,6 4,28 1,71

0 10 2,3 10 3,9 0 6

Tabel 2.4

R1 R2 Pengukuran ( mA ) Perhitungan ( mA ) Ket


Ω Ω Range I1 Range I2 I1 I2

100 100 0,25 37,3 0,25 37,16 40 40

470 100 0,25 13,20 0,25 13,17 14,03 14,03

1K 100 0,25 6,72 0,25 6,84 7,2 7,2

47K 1M 0,25 7,0 0,25 7,0 7,9 7,9

1K 47K 0,25 1,3 0,25 1,30 14,03 14,03

Tabel 2.5
R1 R2 Pengukuran ( mA ) Perhitungan ( mA )
Ket
Ω Ω Range It Range I1 Range I2 It I1 I2

100 100 0,25 0,11 0,25 0,05 0,25 0,06 0,12 0,06 0,06

1K 470 0,25 24,03 0,25 36,98 0,25 30,01 18 6 12

1K 1M 0,25 36,93 0,25 36,97 0,25 6,20 6,006 6 0,006

47K 1K 0,25 35,6 0,25 1,30 0,25 6,1 7,2 1,27 6

100 470 0,25 73,5 0,25 43,1 0,25 0,63 73 60 1,27

Tabel 2.6

A) Vs = 6 Volt

Pengukuran ( mA ) Perhitungan ( mA )
R1 R2 R3
Rang Ket
Ω Ω Ω Range I1 I2 Range I3 I1 I2 I3
e

100 100 100 0,25 40,8 0,25 20,51 0,25 20,42 40 20 20

470 1K 3,3K 0,25 5,01 0,25 3,85 0,25 1,16 4,8 3.68 1.12

100 470 1K 0,25 14,77 0,25 10,5 0,25 4,77 14,31 9,73 4,57

1K 1K 470K 0,25 4,70 0,25 1,5 0,25 3,20 4,54 1,45 3,1

47 15K 100 0,25 43,5 0,25 2,75 0,25 40,7 42,6 2,66 39,93
B) Vs = 8 Volt

R1 R2 R3 Pengukuran ( mA ) Perhitungan ( mA )
Ket
Ω Ω Ω Range I1 Range I2 Range I3 I1 I2 I3

100 100 100 0,25 64,1 0,25 32,21 0,25 32,12 53,33 26,67 26,67

470 1K 33K 0,25 7,90 0,25 5,63 0,25 1,82 6,46 4,96 1,5

100 470 1K 0,25 23,27 0,25 15,85 0,25 7,44 25,02 17.02 7,99

1K 1K 470 0,25 7,25 0,25 2,35 0,25 5,05 6,06 1,93 4,12

47 1,5K 100 0,25 68,4 0,25 4,32 0,25 64,3 56,8 3,55 53,25

G. Analisa
Tabel 2.1

tegangan yang masuk pada R1 da R2 adalah sama besar

Tahanan pada rangkaian gambar 2.1 dapat memperkecil tegangan ( voltmeter ) dari
tegangan yang telah diberikan pada awalnya sehingga, hasil pengukuran tidak sama
dengan tegangan yang telah diberikan pada awalnya

𝑅2
𝑉2 = 𝑥 𝑉𝑡𝑜𝑡
𝑅1 + 𝑅2

470
= 𝑥8
100 + 470

3760
=
570

= 6,59

Begitu pula dengan baris-baris berikutnya dengan rumus dan langkah yang sama

Tabel 2.2

besarnya tegangan tergantung dari besarnya tahanan yang dilaluinya


𝑅1 𝑅2
𝑉1 = 𝑥 𝑉𝑡𝑜𝑡 𝑉2 = 𝑥 𝑉𝑡𝑜𝑡
𝑅1 + 𝑅2 𝑅1 + 𝑅2
4700 100
= 𝑥 10 = 𝑥 10
4700 + 100 4800
47000 1000
= =
4800 4800
𝑉1 = 9,79 𝑉2 = 0,2

Table 2.3

apabila di sebuah rangkaian tersebut di pasang potensiometer dan diukur dengan dua
multimeter maka nilai pada kedua multimeter itu akan berbanding terbalik

𝑅𝑎𝑐
𝑉𝑎𝑐 =
𝑅𝑎𝑐 + 𝑅𝑏𝑐

𝑅𝑏𝑐
𝑉𝑏𝑐 =
𝑅𝑎𝑐 + 𝑅𝑏𝑐

Perhitungannya

𝑅𝑎𝑐
𝑉𝑎𝑐 =
𝑅𝑎𝑐 + 𝑅𝑏𝑐

0
= 𝑥0
0 + 600

0
=
600

=0

𝑅𝑏𝑐
𝑉𝑏𝑐 =
𝑅𝑎𝑐 + 𝑅𝑏𝑐

600
= 𝑥6
0 + 600
3600
=
600

=6

Table 2.4

arus yang mengalir sama besar karena rangkaian pada table 2.4 ini merupakan
rangkaian seri yang memiliki arus yang sama besar

𝑉
𝐼=
𝑅1 + 𝑅2

8
=
100 + 100

8
=
200

=4

Table 2.5

besarnya arus total adalah jumlah masing-masing arus pada tiap tahanan, pada
rangkaian ini arus total nya itu bias di katakana jumlah arus yang dimiliki tiap tahanan

𝑅1 𝑥 𝑅2
𝑅 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅1 + 𝑅2

𝑉
𝐼 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝑅 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

𝑉 𝑉 𝑉
𝐼1 = 𝐼2 = 𝐼3 =
𝑅1 𝑅2 𝑅3

Contohnya
100 𝑥 100
𝑅 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
100 + 100

10000
=
200

= 50

6
𝐼 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = = 0,12
50

Table 2.6

terjadi perubahan besar arus ketika tegangan yang di input ke dalam rangkaian yang
diubah.

untuk mencari Rtotal

Rtot = Rp +R1

𝑅2 𝑥 𝑅3
= + R1
𝑅2+𝑅3

Itotal atau sama dengan I1

𝑉
I1 = 𝑅𝑡𝑜𝑡

𝑅3
I2 = 𝑅2+𝑅3 x I1(Itotal)

𝑅2
I3 = 𝑅2+𝑅3 x I1 (Itotal)

Misalnya :

Pada table 2.6 dengan v = 6V

Rtotal = Rp +R1
100 𝑥 100
= + 100
100+100

10.000
= + 100
200

= 150

𝑉
I1(Itotal) = 𝑅𝑡𝑜𝑡

6
= 150

= 40

𝑅3
I2 = 𝑅2+𝑅3 x I1(Itotal)

100
= x 40
100+100

= 0,5 X 40

= 20

Karena tengangan pada R2 dan R3 sama maka arus yang mengalir I2 dan I3 itu sama ,
tapi jika tegangan pada R2 dan R3 berbeda maka arusnya pula berbeda .

H. Kesimpulan
1. Pengukuran tegangan dan arus dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
menggunakan alat ( multimeter ) dan dengan perhitungan sesuai dengan data-
data yang tertera pada komponen.
2. Hasil pengukuran setiap multimeter saat mengukur rangkaian yang sama, belum
tentu sama satu sama lain karena setiap merk memliki kelemahan masing-
masing. 3.

3. Hasil pengukuran dengan multimeter akan sedikit berbeda dari perhitungan


teori karena setiap tahanan memiliki toleransi yang berbeda. Bukan hanya itu,
apabila di sebuah rangkaian tersebut di pasang potensiometer dan diukur
dengan dua multimeter maka nilai pada kedua multimeter itu akan berbanding
terbalik

4. Besarnya tegangan dan arus dalam suatu rangkaian dipengaruhi oleh besar dan
posisi tahanan 5.

Anda mungkin juga menyukai