OLEH
PRESEPTOR
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
nyawa. Sindrom ini biasanya terjadi satu atau dua minggu setelah infeksi.
perburukan gejala sensorik dari hari ke hari dalam masa dua minggu tersebut.
Penyakit ini dapat sembuh sendiri dalam beberapa hari tanpa meninggalkan
cacat. Tetapi, tidak jarang pula penyakit ini menyebabkan kelumpuhan yang
sangat serius pada tungkai, otot-otot dada, dan otot-otot yang dipersarafi oleh
saraf kranial. Bahkan pada kasus keterlibatan saraf otonom, dapat menyebabkan
kenaikan dan penurunan denyut jantung dan tekanan darah secara tidak
menentu.1
yakin bahwa kerusakan telah teratasi, karena kelemahan yang terjadi pada otot
dukunagn psikologis dan fisik yang baik dalam proses tatalaksana dan
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu beberapa minggu atau bulan.1
guillain Barré.
1.3 Tujuan Penulisan
Case report ini ditulis dengan metode studi kepustakaan yang merujuk ke
berbagai literatur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
yang ditandai dengan parese yang akut yang sifatnya asending, disertai
gangguan sensorik ringan, dan pada kasus yang parah dapat terjadi gangguan
saraf kranial dan sistem otonom, kelemahan terutama terjadi pada otot.2 Hal
2.2 Epidemiologi
kejadiannya mencapai 0,5-2 kasus per 100.000 orang. Cenderung muncul pada
musim semi atau musim gugur.2 Kemungkinan untuk menderita SGB seumur
hidup dari setiap individu yang menderita GBS adalah 1:1000. Insiden tiap
Utara AIDP adalah yang paling sering terjadi mencapai 90% kasus. Sementara
di Cina dan Jepang, yang paling sering terjadi adalah tipe AMAN. Berbeda
dengan India untuk kejadian AIDP dan AMAN jumlahnya hamper sama,
meskipun di daerah tersebut AMAN lebih sering terjadi pada pasien yang lebih
sementara di India lebih sering terjadi pada usia yang lebih muda.4
2.3. Etiologi
Dahulu diduga SGB disebabkan oleh infeksi virus. Tetapi seiring dengan
Sindrom ini mungkin terjadi memiliki lebih dari satu penyebab. Dua pertiga
penderita berhubungan dengan penyakit infeksi atau kejadian akut. Pada beberapa
pasien didahului oleh infeksi Mycoplasma pneumonia atau infeksi virus varisela
2.4 Klasifikasi
reaktivitas silang antara antigen neural dan antibodi yang diinduksi oleh infeksi
dan area targetnya di saraf dapat menjelaskan subtipe berbeda dari SGB. Kurang
dari satu per 1.000 pasien dengan infeksi C. jejuni akan berkembang menjadi SGB,
faktor host berperan penting dalam proses patologis. Namun, hingga saat ini belum
menjadi SGB. Penyakit ini menyebabkan gejala melalui area multifokal infiltrasi
sel mononuklear di saraf perifer. Lokasi dan keparahan peradangan sesuai dengan
manifestasi klinis. Dalam AIDP, mielin sebagian besar rusak, sedangkan pada
Gejala awal dari SGB ditandai dengan terjadinya kelemahan pada tungkai
bawah, mulai dari distal, yang didahului infeksi saluran pernapasan atas atau
beberapa jam atau hari, sehingga pasien tidak dapat berjalan. Pada sebagian besar
pasien dapat terjadi gangguan sensorik yang sifatnya ringan. Kelemahan terjadi
pada otot diafragma, diafragma, dan otot pernafasan, otot kepala dan leher yang
dipersarafi oleh saraf kranial. Kegagalan pernafasan sering terjadi dengan cepat dan
irama jantung, gangguan pernapasan sentral, dan, jarang, fungsi kandung kemih.2
2.7 Diagnosis
pemeriksaan penunjang:
a. Anamnesis
yang sifatnya asenden dan simetris, yang dimulai dari anggota gerak bawah
dan menjalar ke atas, kelemahan bersifat akut dan progresif yang ditandai
kurang lebih 4 minggu, terdapat gangguan sensorik yang ringan, juga dapat
terjadi gangguan saraf otonom, gangguan saraf kranial, dan pada keadaan
b. Pemeriksaan Fisik
c. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi dapat diperoleh hasil normal atau dengan
CMV/EBV/Mikoplasma, dll.3,5
- Lumbal Pungsi
- Pemeriksaan EMG
a. Myelitis Transversa
disertai dengan gangguan fungsi sensorik dan otonom. Pada pasien akan
b. Myastenia Gravis
fungsi sensorik dan otonom. Pada pemeriksaan EMG konduksi saraf normal
positif.8
Sulit dibedakan dengan SGB karena gejala klinis dengan penyakit ini sangat
mirip. Namun demikian terdapat gejala yang khas dari penyakit ini yaitu
(CMAP).8
d. Botulism
2.9 Tatalaksana
a. Siapkan ICU jika ada curiga keterlibatan gagal nafas atau disfungsi
otonom.
mg/kg berat badan selama lima hari atau dosis 1 gr/kg berat badan selama 2 hari
atau kebutuhan ventilasi mekanik, keterlibatan saraf kranila, dan tidak mampu
Plasma paresis hanya diperuntukkan pada kasus yang terjadi intoleransi atau
plasmaferesis pada SGB memberikan hasil yang cukup baik, yaitu dapat berupa
perbaikan klinis dan kemungkinan penggunaan alat nafas bantu minimal serta lama
rawatan yang lebih singkat. Waktu yang paling baik melakukan plasmaferesis yaitu
exchange.10,11
sputum dan kolaps paru. Fisioterapi pasif pada kaki yang lumpuh untuk mencegah
2.10 Prognosis
Pada anak-anak umumnya prognosis SGB baik. Lebih dari 90% kasus AIDP
dan semua kasus MFS pulih total. Penderita dengan bentuk GBS yang paling berat
gangguan sensorik dan atau sekuela motorik minor di ekstremitas bawah. Tingkat
Pada sebagian besar kasus ditemukan bahwa usia lanjut memiliki faktor
prognostik yang lebih buruk. Pada anak-anak, pemulihan berlangsung lebih cepat
dan lebih mungkin terjadi. Pasien dengan onset yang cepat cenderung lebih mudah
mengalami perburukan, dan pasien yang masih dapat berjalan dalam 14 hari onset
Pada beberapa kasus, respon motorik yang rendah atau absen sama sekali
disertai keterlibatan aksonal yang tampak pada EMG juga berhubungan dengan
outcome yang lebih buruk. Umumnya pasien SGB tipe AMAN lebih cepat pulih.
Pasien dengan curiga adanya infeksi sebelumnya memiliki gejala SGB yang lebih
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 51 tahun
Pekerjaan : IRT
Status Perkawinan : Kawin
SukuBangsa : Minangkabau
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Alamat : Teluk Kuantan
I. Anamnesis
Keluhan Utama :
dimana awalnya pasien masih dapat berjalan dengan dipapah, tapi 1 hari
kemusian setelah bangun tidur pasien sulit untuk mengangkat kedua tungkai
dan kedua lengan. Keluhan diawali kelemahan pada ujung kedua tungkai
ataxia cerebral e/c stroke DD SOL dan sudah mendapat terapi IVFD asering,
Pasien seorang ibu rumah tangga, dengan aktifitas fisik harian ringan hingga
sedang.
II. Pemeriksaan Fisik
Napas : 21x/menit
Suhu : 36,6 oC
Status Internus
Keadaan regional
PARU
Perkusi : sonor
ABDOMEN
Perkusi : timpani
Status Neurologis
N.III (Okulomotorius)
Kanan Kiri
Bola Mata Bulat Bulat
Ptosis (+) (+)
Gerakan Bulbus Terbatas
Strabismus (-) (-)
Nistagmus (-) (-)
Ekso/Endopthalmus (-) (-)
Pupil
Bentuk Bulat, isokor Bulat, isokor
Refleks Cahaya (+) (+)
Refleks Akomodasi (+) (+)
Refleks Konvergensi (+) (+)
N.IV (Troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah Terbatas Terbatas
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N.VI (Abdusens)
Kanan Kiri
Gerakan mata kemedial bawah Terbatas Terbatas
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia (-) (-)
N.V (Trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut (+) (+)
Menggerakan rahang (+) (+)
Menggigit (+) (+)
Mengunyah (+) (+)
Sensorik
-Divisi Oftlamika
Refleks Kornea (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Maksila
Refleks Masseter (+) (+)
Sensibilitas Baik Baik
-Divisi Mandibula
Sensibilitas Baik Baik
N.VII (Fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Plika nasolabialis simetris kiri dan
kanan
Sekresi air mata (+) (+)
Fisura palpebra Baik Baik
Menggerakan dahi Baik Baik
Menutup mata Baik Baik
Mencibir/bersiul (+)
Memperlihatkan gigi Baik Baik
Sensasi lidah 2/3 belakang Baik Baik
Hiperakusis (-) (-)
N.VIII (Vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik (+) (+)
Detik Arloji (+) (+)
Rinne test Baik Baik
Webber test Tidak ada lateralisasi
Scwabach test Sama dengan pemeriksa
Memanjang (-) (-)
Memendek (-) (-)
Nistagmus
Pendular (-) (-)
Vertical (-) (-)
Siklikal (-) (-)
Pengaruh posisi kepala (-) (-)
N.IX (Glosofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi Lidah 1/3 belakang Baik Baik
Refleks muntah (gag refleks) (+) menurun (+) menurun
N.X (Vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah
Menelan Baik Baik
Artikulasi Baik
Suara Baik
Nadi Teratur
N.XI (Asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh kekanan Baik
Menoleh kekiri Baik
Mengangkat bahu kanan (-)
Mengangkat bahu kiri (-)
N.XII (Hipoglosus)
Kanan Kiri
Kedudukan lidah dalam Tidak ada deviasi
Kedudukan lidah dijulurkan Tidak ada deviasi
Tremor (-) (-)
Fasikulasi (-) (-)
Atropi (-) (-)
Stepping gait
Tandem gait
Koordinasi Tidak dapat dilakukan
Superior Inferior
C.Ekstermitas
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Kurang aktif Kurang aktif Kurang aktif Kurang aktif
Kekuatan 431 431 421 421
Tropi Eutropi Eutropi Eutropi Eutropi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
Pemeriksaan Sensibilitas
Sensibilitas taktil Baik
Sensibilitas nyeri Baik
Sensibilitas termis Baik
Sensibilitas kortikal Baik
Stereognosis Baik
Pengenalan 2 titik Baik
Pengenalan rabaan Baik
Sistem Refleks
A. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea (+) (+) Biseps (++) (++)
Berbangkis Triseps (++) (++)
Laring KPR (++) (++)
Masseter APR (++) (++)
Dinding Perut Bulbokavernosa
Atas (+) Creamaster
Tengah (+) Sfingter
Bawah (+)
B. Patologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Lengan Tungkai
Hofmann Tromner (-) (-) Babinski (-) (-)
Chaddoks (-) (-)
Oppenheim (-) (-)
Gordon (-) (-)
Schaeffer (-) (-)
Klonus paha (-) (-)
Klonus kaki (-) (-)
Fungsi Otonom
Miksi : baik
Defikasi : baik
Keringat : baik
Fungsi Luhur
Kesadaran Tanda Demensia
Reaksi bicara Baik Refleks glabela (-)
reaksi intelek Baik Refleks Snout (-)
Reaksi emosi Baik Refleks Menghisap (-)
Refleks Memegang (-)
Refleks palmomental (-)
III. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi
Hb : 15,2 g/dl
Ht : 47%
Leukosit : 9960/mm3
Trombosit : 360.000/mm3
GDS : 95 mg/dl
Ureum : 21 mg/dl
PT : 21 detik
APTT : 48 detik
- Lumbal pungsi
Umum:
Prognosis
DISKUSI
utama lemah keempat anggota gerak. Anggota gerak dirasakan lemah sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Kelemahan anggota gerak terjadi berangsur-
angsur, dimana awalnya pasien masih dapat berjalan dengan menyeret tapi saat
ini pasien sulit untuk mengangkat kedua tungkai dan kedua lengan. Keluhan
diawali pada ujung tungkai kemudian diikuti dengan lemah pada kedua lengan,
keluhan disertai dengan pusing berputar. Keluhan disertai rasa kesemutan pada
keempat amggota gerak, dan sulit mengangkat kelopak mata mata kanan.
Riwayat batuk ada 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Demam, sesak nafas,
mual muntah, sulit menelan bicara pelo, kejang, tidak ada. BAB dan BAK tidak
ada keluhan
kadar protein, dan dapat mencapai 1000 mg%. Keadaan ini disebut disosiasi sel-
beberapa teori pada SGB terdapat adanya kemungkinan inflamasi pada serabut
saraf. Prognosis pasien ini belum dapat diketahui secara pasti, sehingga perlu
KESIMPULAN
5.1 Sindrom Guillain Barré (SGB) merupakan penyakit poliradikulitis akut yang
ditandai dengan parese yang akut yang sifatnya asending, disertai gangguan
sensorik ringan, dan pada kasus yang parah dapat terjadi gangguan saraf kranial dan
5.2 Kelemahan biasanya dimulai dari kaki, dengan distribusi proksimal dan
kehilangan sensorik minimal. Akan tetapi kelemahan dapat pada tungkai atas dan
atau saraf kranialis. Kelemahan ini umumnya berkembang dalam beberapa hari
dalam kontroversi.
DAFTAR PUSTAKA