Anda di halaman 1dari 12

Pokok Mangga

 Mangga atau mempelam adalah nama sejenis buah.


 Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang struktur batangnya (habitus)
termasuk kelompok arboreus, aitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang
lebih dari 5 m.
 Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m.
 Nama buah ini berasal dari Malayalam maanga
 Kata ini dipadankan dalam bahasa Indonesia menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata
ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa
Portugis), mango (bahasa Inggris) dan lain-lain.
 Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti: “(pohon) yang berbuah mangga,
berasal dari India”.
 Berasal dari sekitar perbatasan India dengan Burma, mangga telah menyebar ke Asia
Tenggara sekurangnya semenjak 1500 tahun yang silam.
 Buah ini dikenal pula dalam berbagai bahasa daerah, seperti pelem atau poh.

Pemeliharaan
 Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski
kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang.
 Batang mangga tegak, bercabang agak kuat; dengan daun-daun lebat membentuk tajuk
yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit
batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai
daun.
 Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai
hampir hitam.
 Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, sangat panjang hingga bisa mencapai
6 m. Akar cabang makin ke bawah semakin sedikit, paling banyak akar cabang pada
kedalaman lebih kurang 30-60 cm.

 daun penumpuPanjang tangkai daun bervariasi dari 1,25-12,5 cm, bagian pangkalnya
membesar dan pada sisi sebelah atas ada alurnya.

 Aturan letak daun pada batang biasanya 3/8, tetapi makin mendekati ujung, letaknya
makin berdekatan sehingga nampaknya seperti dalam lingkaran (roset).

 Helai daun bervariasi namun kebanyakan berbentuk jorong sampai lanset, 2-10 × 8-40
cm, agak liat seperti kulit, hijau tua berkilap, berpangkal melancip dengan tepi daun
bergelombang dan ujung meluncip, dengan 12-30 tulang daun sekunder.

 Beberapa variasi bentuk daun mangga:

 Lonjong dan ujungnya seperti mata tombak.


 Berbentuk bulat telur, ujungnya runcing seperti mata tombak.
 Berbentuk segi empat, tetapi ujungnya runcing.
 Berbentuk segi empat, ujungnya membulat.

 Daun yang masih muda biasanya bewarna kemerahan, keunguan atau kekuningan; yang
di kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau
mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda.

 Umur daun bisa mencapai 1 tahun atau lebih.

Bunga

 Berumah satu (monoecious), bunga mangga merupakan bunga majemuk yang berkarang
dalam malai bercabang banyak di ujung ranting.
 Karangan bunga biasanya berbulu, tetapi sebagian ada juga yang gundul, kuning
kehijauan, sampai 40 cm panjangnya.
 Bunga majemuk ini terdiri dari sumbu utama yang mempunyai banyak cabang utama.
Setiap cabang utama ini mempunyai banyak cabang-cabang, yakni cabang kedua.
 Ada kemungkinan cabang bunga kedua ini mempunyai suatu kelompok yang terdiri dari
3 bunga atau mempunyai cabang tiga.

 Setiap kelompok tiga bunga terdiri dari tiga kuntum bunga dan setiap kuntum bertangkai
pendek dengan daun kecil. Jumlah bunga pada setiap bunga majemuk bisa mencapai
1000-6000.

 Bunga-bunga dalam karangan berkelamin campuran, ada yang jantan dan ada pula yang
hermafrodit (berkelamin dua).

 Besarnya bunga lebih kurang 6-8 mm. Bunga jantan lebih banyak daripada bunga
hermafrodit, dan jumlah bunga hermafrodit inilah yang menentukan terbentuknya buah.

 Persentase bunga hermafrodit bermacam-macam, tergantung dari varietasnya, yaitu


antara 1,25%-77,9%; sementara yang mempunyai bakal buah normal kira-kira 5-10%.

 Bunga mangga biasanya bertangkai pendek, jarang sekali yang bertangkai panjang, dan
berbau harum. Kelopak bunga biasanya bertaju 5; demikian juga mahkota bunga terdiri
dari 5 daun bunga, tetapi kadang-kadang ada yang 4 sampai 8.

 Warnanya kuning pucat, sedangkan pada bagian tengah terdapat garis timbul berjumlah 3
sampai 5 yang warnanya sedikit tua.

 Bagian tepi daun mahkota berwarna putih. Pada waktu akan layu, warna mahkota bunga
tadi menjadi kemerahan.

 Benang sari berjumlah 5 buah, tetapi yang subur hanya satu atau dua buah sedangkan
yang lainnya steril.

 Benang sari yang subur biasanya hampir sama panjang dengan putik, yakni kira-kira 2
mm, sedangkan yang steril lebih pendek.

 Kepala putik berwarna kemerah-merahan dan akan berubah warna menjadi ungu pada
waktu kepala sari membuka untuk memberi kesempatan kepada tepung sari yang telah
dewasa untuk menyerbuki kepala putik.

 Bentuk tepung sari biasanya bulat panjang, lebih kurang 20-35 mikron.

 Bakal buahnya tidak bertangkai dan terdapat dalam suatu ruangan, serta terletak pada
suatu piringan. Tangkai putik mulai dari tepi bakal buah dan ujungnya terdapat kepala
putik yang bentuknya sederhana.
 Dalam suatu bunga kadang-kadang terdapat tiga bakal buah.

Buah

 Buah mangga termasuk kelompok buah batu (drupa) yang berdaging, dengan ukuran dan
bentuk yang sangat berubah-ubah bergantung pada macamnya, mulai dari bulat (misalnya
mangga gedong), bulat telur (gadung, indramayu, arumanis) hingga lonjong memanjang
(mangga golek).

 Panjang buah kira-kira 2,5-30 cm. Pada bagian ujung buah, ada bagian yang runcing yang
disebut paruh.

 Di atas paruh ada bagian yang membengkok yang disebut sinus, yang dilanjutkan ke
bagian perut.

 Kulit buah agak tebal berbintik-bintik kelenjar; hijau, kekuningan atau kemerahan bila
masak.

 Daging buah jika masak berwarna merah jingga, kuning atau krem, berserabut atau tidak,
manis sampai masam dengan banyak air dan berbau kuat sampai lemah.

 Biji berwarna putih, gepeng memanjang tertutup endokarp yang tebal, mengayu dan
berserat.

 Biji ini terdiri dari dua keping; ada yang monoembrional dan ada pula yang
poliembrional.

Hasil dan kegunaan


 Mangga terutama ditanam untuk buahnya. Buah yang matang umum dimakan dalam
keadaan segar, sebagai buah meja atau campuran es, dalam bentuk irisan atau diblender.
 Buah yang muda kerapkali dirujak, atau dijajakan di tepi jalan setelah dikupas, dibelah-
belah dan dilengkapi bumbu garam dengan cabai.

 Buah mangga juga diolah sebagai manisan, irisan buah kering, dikalengkan dan lain-lain.
Di pelbagai daerah di Indonesia, mangga (tua atau muda) yang masam kerap dijadikan
campuran sambal atau masakan ikan dan daging.

 Biji mangga dapat dijadikan pakan ternak atau unggas; di India bahkan dijadikan bahan
pangan di masa paceklik.

 Daun mudanya dilalap atau dijadikan sayuran.

 Kayu mangga cukup kuat, keras dan mudah dikerjakan; namun kurang awet untuk
penggunaan di luar. Kayu ini juga dapat dijadikan arang yang baik.

 Daun mangga mengandung senyawa organik tarakserol-3beta dan ekstrak etil asetat yang
bersinergis dengan insulin mengaktivasi GLUT4, dan menstimulasi sintesis glikogen,
sehingga dapat menurunkan gejala hiperglisemia.

 Mangga terutama dihasilkan oleh negara-negara India, Tiongkok, Meksiko, Thailand,


Pakistan, Indonesia, Brasil, Filipina, dan Bangladesh.

 Total produksi dunia di tahun ‘80an sekitar 15 juta ton, namun hanya sekitar 90.000 ton
(1985) yang diperdagangkan di tingkat dunia. Artinya, sebagian besar mangga
dikonsumsi secara lokal.
 Sementara itu pasar utama mangga adalah Asia Tenggara, Eropa, Amerika Serikat dan
Jepang. Singapura, Hong Kong dan Jepang merupakan pengimpor yang terbesar di Asia.
Kelapa

 Kelapa (Cocos nucifera) adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau
Arecaceae dan adalah anggota tunggal dalam marga Cocos.

 Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia sehingga dianggap
sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat pesisir.

 Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan tumbuhan ini.

Pemerian botani

 Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang bercabang. Akar serabut, tebal dan
berkayu, berkerumun membentuk bonggol, adaptif pada lahan berpasir pantai.

 Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu tampak, khas tipe monokotil
dengan pembuluh menyebar (tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang baik digunakan
untuk bangunan.
 Daun tersusun secara majemuk, menyirip sejajar tunggal, pelepah pada ibu tangkai daun
pendek, duduk pada batang, warna daun hijau kekuningan.

 Bunga tersusun majemuk pada rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga
jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di pangkal karangan, sedangkan
bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar, diameter 10 cm sampai 20 cm
atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat; buah tersusun dari mesokarp
berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi bagian endokarp yang keras
(disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang hanya dilindungi oleh
membran yang melekat pada sisi dalam endokarp.

 Endospermium berupa cairan yang mengandung banyak enzim, dan fasa padatannya
mengendap pada dinding endokarp ketika buah menua; embrio kecil dan baru membesar
ketika buah siap untuk berkecambah (disebut kentos).

 Kelapa secara alami tumbuh di pantai dan pohonnya mencapai ketinggian 30 m. Ia


berasal dari pesisir Samudera Hindia, namun kini telah tersebar di seluruh daerah tropika.
Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga ketinggian 1000 m dari permukaan laut, namun akan
mengalami pelambatan pertumbuhan.

Pemanfaatan

 Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkan orang. Akar kelapa menginspirasi penemuan teknologi penyangga
bangunan Cakar Ayam (dipakai misalnya pada Bandar Udara Soekarno Hatta) oleh
Sedijatmo.

 Batangnya, yang disebut glugu dipakai orang sebagai kayu dengan mutu menengah, dan
dapat dipakai sebagai papan untuk rumah.
 Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut
janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat atau berbagai bentuk
hiasan yang sangat menarik, terutama oleh masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai
upacara, dan menjadi bentuk kerajinan tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai
janur).

 Tangkai anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu menjadi
sapu.

 Tandan bunganya, yang disebut mayang (sebetulnya nama ini umum bagi semua bunga
palma), dipakai orang untuk hiasan dalam upacara perkawinan dengan simbol tertentu.
Bunga betinanya, disebut bluluk (bahasa Jawa), dapat dimakan. Cairan manis yang keluar
dari tangkai bunga, disebut (air) nira atau legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai
penyegar atau difermentasi menjadi tuak.

 Bagian dalam tempurung kelapa, memperlihatkan "daging" buah kelapa.

 Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian mesokarp yang berupa
serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali,
keset, serta media tanam bagi anggrek.

 Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah bagian endokarp, dipakai sebagai bahan
bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan bahan baku berbagai bentuk kerajinan
tangan.

 Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang melekat di dinding
dalam batok ("daging buah kelapa") adalah sumber penyegar populer.

 Daging buah muda berwarna putih dan lunak serta biasa disajikan sebagai es kelapa
muda atau es degan. Cairan ini mengandung beraneka enzim dan memilki khasiat
penetral racun dan efek penyegar/penenang.

 Beberapa kelapa bermutasi sehingga endapannya tidak melekat pada dinding batok
melainkan tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi ini disebut (kelapa) kopyor.
Daging buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras.

 Sarinya diperas dan cairannya dinamakan santan. Daging buah tua ini juga dapat diambil
dan dikeringkan serta menjadi komoditi perdagangan bernilai, disebut kopra.
 Kopra adalah bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Cairan buah tua
kelapa biasanya tidak menjadi bahan minuman penyegar dan merupakan limbah industri
kopra. Namun demikian dapat dimanfaatkan lagi untuk dibuat menjadi bahan semacam
jelly yang disebut nata de coco dan merupakan bahan campuran minuman penyegar.

 Daging kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai penambah aroma pada daging serta dapat
dimanfaatkan sebagai obat rambut yang rontok dan mudah patah.
Jambu air

 Jambu air adalah tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal
dari Asia Tenggara.

 Jambu air sebetulnya berbeda dengan jambu semarang (Syzygium samarangense), kerabat
dekatnya yang memiliki pohon dan buah hampir serupa. Beberapa kultivarnya bahkan
sukar dibedakan, sehingga kedua-duanya kerap dinamai dengan nama umum jambu air
atau jambu saja.

 Nama-nama lainnya adalah jambu ayer mawar (Malaysia), jambu aie (Min.), jambu cai
(Sd.), jambu wer (Jw.), jhambhu wir (Md.), nyambu er (Bl.), kumpas, kumpasa, kombas,
kembes (bahasa-bahasa di Sulut), jambu jene, jambu salo (Sulsel), jambu waelo, kuputol
waelo, lutune waele, kopo olo (aneka bahasa di Seram dan sekitarnya), dan lain-lain.[1]
Juga jambu kancing (Ind.), untuk kultivar yang buahnya kecil-kecil.

 Di negara-negara lain, jambu ini dikenal sebagai machom phupa atau chomphu pa (Thai),
tambis (Fil.), bell fruit, water apple (Ingg.) dan lain-lain. [3]

Pemerian botanis
 Umumnya bagian-bagian tumbuhan jambu air berukuran lebih kecil dan kurang berbau
aromatis apabila dibandingkan dengan jambu semarang.
 Jambu air umumnya berupa perdu, dengan tinggi 3-10 m. Sering dengan batang bengkak-
bengkok dan bercabang mulai dari pangkal pohon, kadang-kadang gemangnya mencapai
50 cm.

 Daun tunggal terletak berhadapan, bertangkai 0,5-1,5 cm. Helaian daun berbentuk
jantung jorong sampai bundar telur terbalik lonjong, 7-25 x 2,5-16 cm, tidak atau sedikit
berbau aromatis apabila diremas.
 bunga dalam malai di ujung ranting (terminal) atau muncul di ketiak daun yang telah
gugur (aksial), berisi 3-7 kuntum. Bunga kuning keputihan, dengan tabung kelopak lk. 1
cm panjangnya; daun mahkota bundar sampai menyegitiga, 5-7 mm; benang sari antara
0,75-2 cm dan tangkai putik yang mencapai 17 mm.

 Buah bertipe buah buni, berbentuk gasing dengan pangkal kecil dan ujung yang sangat
melebar (sering dengan lekukan sisi yang memisahkan antara bagian pangkal dengan
ujung); 1,5-2 x 2,5-3,5 cm; bermahkota kelopak yang berdaging dan melengkung; sisi
luar berwarna putih sampai merah.

 Daging buah putih, banyak berair, hampir tidak beraroma; berasa asam atau asam
manis, kadang-kadang agak sepat. Biji berukuran kecil, 1-2(-6) butir.

Kegunaan
 Jambu air, seperti halnya jambu semarang dan jambu bol, biasa disajikan sebagai buah
meja. Ketiga jenis jambu ini memiliki pemanfaatan yang kurang lebih serupa dan dapat
saling menggantikan.

 Buah-buah ini umumnya dimakan segar, atau dijadikan sebagai salah satu bahan rujak.
Aneka jenis jambu ini juga dapat disetup atau dijadikan asinan.

 Kayunya yang keras dan berwarna kemerahan cukup baik sebagai bahan bangunan,
asalkan tidak kena tanah. Hanya biasanya ukurannya terlalu kecil. Baik pula digunakan
sebagai kayu bakar.

 Di daerah Kuningan, daun jambu air biasa digunakan sebagai pembungkus tape ketan.
Tape Kuningan terkenal manis dan banyak berair.

Asal usul dan penyebaran


 Asal usul pohon buah ini tidak diketahui dengan pasti, namun diperkirakan dari wilayah
Asia Tenggara.

 Sejak dahulu tanaman ini telah dipelihara sebagai pohon buah-buahan di kawasan ini,
mulai dari wilayah Indocina hingga ke bagian timur Nusantara.
Jambu batu

 Jambu batu atau juga dikenali sebagai jambu biji[1] di Indonesia, merupakan buah-
buahan tropika. Nama saintifik jambu batu adalah Psidium guajava, Linn dari keluarga
"Myrtaceae". Jambu batu banyak terjual di pasar-pasar termasuk pasar tani, dan pasar
sayur.

 Jambu batu dipercayai berasal dari kawasan antara Peru dan Mexico. Jambu batu tersebar
ke merata kawasan tropika dan sub tropika. Di Malaysia kawasan penanaman secara
komersil bermula pada pertengahan tahun 1980.

Anda mungkin juga menyukai