Anda di halaman 1dari 15

SERTIFIKASI GURU DALAM BIDANG PROFESI KEPENDIDIKAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok 6


Mata Kuliah: Profesi Keguruan

DOSEN PENGAMPU: MAHARIAH, MAG

DISUSUN OLEH:
Kelompok 6
Sem. V/PAI-5
DONI SAGITA MANURUNG (0301173468)
MAYSAROH HASIBUAN (0301173493)
NUR AINUN FITRI RANGKUTI (0301173472)
NURHASANAH POHAN (0301173466)
RIFQI MUTTAQIN ZEGA (0301172535)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATRA UTARA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas rahmat dan karunia-Nya kami kelompok 6 dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad
saw., atas segala jasa dan kesungguhannya menyampaikan risalah Allah di muka bumi dan
semoga beliau memberikan syafaatnya kita di hari kiamat.
Adapun hasil makalah ini kami perbuat yang berjudul Sertifikasi Guru dalam Bidang
Profesi Kependidikan. Hasil makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi
Keguruan. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati meminta maaf dan
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan ke
depannya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini. Khususnya kepada dosen pembimbing mata kuliah kami Ibunda
Mahariah, M.Ag.
Akhir kata semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat
menambah wawasan kita dalam mempelajari Profesi Keguruan serta digunakan sebagaimana
mestinya.

wassalamualaikum warohmatullaahi wabarokaatuh

Medan, 5 Desember 2019

Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 3

BAB II Sertifikasi Guru dalam Bidang Profesi Kependidikan ................................. 4


A. Sertifikasi Guru ........................................................................................................... 4
B. Alur Sertifikasi Guru Dalam Jabatan .......................................................................... 7
C. Peserta Sertifikasi…………………………………………………………………….9
D. Stratifikasi Kebijakan Pendidikan………………………………………………….10

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 12


A. Kesimpulan .............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu fakor penting untuk mewujudkan pendidikan yang menghasilkan dan
meningkatkan sumber daya manusia (sdm) yang berkualitas yaitu guru. Sejatinya, seorang guru
merupakan satu dari sekian banyak komponen proses pembelajaran yang ikut dan berperan
dalam pembentukan potensi, pengenbangan fitrah serta sumber daya anak didik. Untuk itu,
sudah seyogyanyalah seorang guru bertindak dan bekerja profesional pada bidang profesinya
untuk mencapai tujuan mulia tersebut.
Guru memegang kendali dan memiliki fungsi yang begitu strategis dalam
pembangunan pendidikan di negeri ini. Keberhasilan dan kemajuan pendidikan dalam suatu
negara memang sangat ditentukan oleh mutu dan kualitas gurunya. Maka tidak heran, salah
satu persoalan yang perlu dikaji dalam dunia pendidikan ialah mutu seorang guru yang juga
berkaitan dengan kinerja seorang guru.
Melalui Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2007, pemerintah Republik Indonesia
melaksanakan sertifikasi guru demi peningkatan mutu dan kesejahteraan seorang guru. Oleh
karenanya diharapkan pulalah hal tersebut dapat meningkatkan kinerja seorang guru sehingga
berdampak pada pembangunan dan pembenahan terhadap dunia pendidikan di indonesia dan
menghasilkan sumber daya manusia yang potensial yang dimiliki oleh anak didik nantinya.

3
BAB II
SERTIFIKASI GURU DALAM BIDANG PROFESI KEPENDIDIKAN
A. Pengertian Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru
a. Sertifikasi Guru
1. Pengertian sertifikasi guru
Sertifikasi guru merupakan suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang sudah
memiliki kompetensi dalam menjalankan pelaksanaan pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan
kata lain, sertifikasi guru merupakan suatu proses pengujian kompetensi yang memang
dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan
pemberian sertifikat pendidik. Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi bagi calon
atau guru yang ingin memperoleh pengakuan atau peningkatan kompetensi yang dipilihnya. 1
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 yakni tentang Guru
dan Dosen, dikemukakan bahwasanya sertifikasi ini adalah proses pemberian sertifikat
pendidik untuk guru dan dosen. Sedangkan sertifikat pendidik adalah suatu bukti formal yang
digunakan sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga
professional.
Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 yaitu tentang sistem pendidikan nasional. Pada pasal 61 menyatakan bahwa
sertifikat dapat berbentuk ijazah dan berbentuk sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat
yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan juga
simposium. Namun sertifikat akan diperoleh dari penyelenggaraan pendidikan dan lembaga
pelatihan setelah berhasil lulus uji kompetensi yang diselenggarakan satuan pendidikan
terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik itu untuk tenaga
kependidikan maupun non kependidikan yang ingin memasuki profesi guru.2
Istilah sertifikasi ini dapat diartikan sebagai surat keterangan (sertifikat) dari lembaga
berwenang yang diberikan kepada profesi sekaligus sebagai pernyataan (lisensi) dan pengkuan
terhadap kelayakan profesi untuk melaksanakan tugas. Sertifikasi pada dasarnya mengacu pada
sebuah proses pemberian pengakuan terhadap suatu profesi tertentu sebagai bukti kelayakan
yang bersangkutan untuk melakukan praktik profesinya. Bagi pendidik, maka sertifikasi
merupakan pengakuan terhadap profesi pendidik sekaligus pemberian ijin untuk melaksanakan

1
E. Mulyasa, Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 33-34.
2
Ibid, 39

4
praktik mendidik. berdasarkan definisi dari National Commission on Educational
Services (NCES), “certification is a procedure whereby the states evaluates and reviews a
teacher candidate’s credentials and provides him or her a license to teach.” Dalam hal ini,
sertifikasi diartikan sebagai prosedur untuk menentukan apakah seorang calon guru layak
diberikan ijin dan wewenang untuk mengajar.
Secara yuridis, sertifikasi merupakan “proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru
dan dosen.”Sertifikat pendidik itu sendiri merupakan bukti formal pengakuan yang diberikan
kepada seorang guru/dosen sebagai tenaga profesional. Adapun sertifikasi pendidik ini hanya
diberikan kepada seorang guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yakni memiliki
kualifikasi pendidikan minimal dan mempunyai kompetensi yang diharapkan. Maka, sertifikasi
guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah memenuhi standar
kualifikasi dan standar kompetensi.
2. Manfaat sertifikasi guru
Lebih lanjut dikemukakan bahwa sertifikasi guru dan tenaga kependidikan
mempunyai manfaat sebagai berikut:3
a) Pengawasan Mutu.
1) Lembaga sertifikasi telah mengidentifikasi dan menentukan seperangkat kompetensi-
kompetensi yang bersifat unik.
2) Untuk setiap jenis kompetensi tersebut dapat mengarahkan para praktisi untuk
mengembangkan kompetensinya secara berkelanjutan.
3) Peningkatan profesionalisme melalui mekanisme seleksi, baik pada waktu awal masuk
organisasi profesi maupun pengembangan karakter selanjutnya.
4) Proses seleksi yang lebih baik, program pelatihan yang lebih bermutu maupun usaha
belajar secara mandiri untuk mencapai peningkatan profesionalisme.
b) Penjaminan Mutu.
1) Adanya proses pengembangan profesionalisme dan evaluasi terhadap kinerja guru akan
menimbulkan persepsi masyarakat dan pemerintah lebih baik terhadap organisasi
profesi beserta anggotanya. Dengan demikian, maka pihak yang berkepentingan
khususnya pelanggan/pengguna bisa lebih menghargai organisasi profesi, pun
sebaliknya organisasi profesi akan memberikan jaminan atau melindungi para
pelanggan atau pengguna.

3
Ibid

5
2) Sertifikasi menyediakan informasi berharga bagi para pelanggan/pengguna yang ingin
mempekerjakan orang dalam bidang keahlian dan ketrampilan tertentu.4
Memang harus diakui, bahwa sertifikasi guru dalam dunia pendidikan kita adalah hal
yang masih sangat baru. Tetapi istilah sertifikasi sendiri sering kita dengar, semisal untuk
menyatakan kelayakan produk hasil suatu perusahaan yang dikenal dengan istilah sertifikasi
produk atau ISO, terlebih lagi untuk urusan sertifikat tanah dan rumah sudah jamak dikenal
oleh masyarakat luas. Namun, pada negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris,
Jepang, Korea Selatan, dan Singapura sertifikasi guru bukanlah hal yang baru. Sama halnya
sertifikasi guru di negara-negara maju tersebut, di Singapura dilakukan dengan tujuan untuk
dua hal. Pertama, untuk memperoleh penghargaan guru yang bagus atau guru yang efektif
sehingga memperoleh kenaikan gaji, melalui jalur threshold. Kedua, demi pengembangan diri
guru sebagai pengajar profesional tanpa dibebani tugas-tugas manajemen yang dilakukan
melalui jalur sertifikasi lanjutan yang dikenal dengan the advanced skills teacher.5
Kemudian disini penulis merumuskan bahwa manfaat dari sertifikasi guru ini sejatinya
untuk:
1) Melindungi profesi guru dari praktik yang tidak berkompentensi, yang bisa merusak
citra profesi guru.
2) Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak profesional dan tidak
berkualitas.
3) Meningkatkan kesejahteraan guru.
3. Tujuan Sertifikasi Guru
Tujuan dari sertifikasi guru sebagaimana dalam buku panduan Kemendiknas adalah
sebagai berikut:
a) Menentukan kelayakan seorang guru didalam melaksanakan tugasnya sebagai agen
pembelajaran dan perubahan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional
b) Meningkatkan suatu proses dan mutu pendidikan
c) Meningkatkan martabat guru atau pendidik
d) Meningkatkan profesionalisme guru pendidik.
Selanjutnya Jalal mengemukakan, tujuan dari sertifikasi guru antara lain:
a) Dapat sebagai penentu kelayakan guru didalam melakukan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan Nasional

4
Ibid, 35-36
5
Ibid, 37-38

6
b) Peningkatan proses dan mutu hasil pendidikan
c) Peningkatan martabat guru
d) Peningkatan profesionalitas guru
Sedangkan menurut Wibowo dalam bukunya E. Mulyasa, tujuan dari sertifikasi adalah
sebagai berikut:
a) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan
b) Melindungi masyarakat dari praktik yang kurang berkompeten, sehingga akan merusak
citra pendidik dan tenaga kependidikan di kemudian hari
c) Membantu dan melindungi segenap lembaga penyelenggara pendidikan, dengan
memberikan rambu-rambu dan instrumen untuk melaksanakan seleksi terhadap
pelamar yang berkompeten
d) Membangun citra di masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan
e) Memberikan jalan keluar dalam rangka peningkatan mutuk pendidik dan tenaga
kependidikan
B. ALUR SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN

Sesuai dengn Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Gueu Pasal 65 huruf
b dan Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi Guru
Dalam Jabatan, sertifikasi bagi guru dalam jabatan untuk memperoleh sertifikat pendidik
dilaksanakan melalui pola:

a. Uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio

Penilaian portofolio dilakukan melalui penilaian terhadap kumpulan berkas yang


mencerminkan kompetensi guru. Komponen penilaian portofolio, mencakup:

1. Kualifikasi akademik
2. Pendidikan dan pelatihan
3. Pengalaman mengajar
4. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
5. Penilaian dari atasan dan pengawas
6. Prestasi akdemik
7. Karya pengembangan profesi
8. Keikutsertaan dalam forum ilmih
9. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan social.
10. Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

7
Adapun alur kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio adalah sebagai berikut:

1. Guru dalam jabatan peserta sertifikasi guru yang memenuhi persyaratan,


menyususn portofolio dengan mengacu pada pedoman penyusunan portofolio.
2. Portofolio yang telah disusun kemudian diserahkan kepada Dinas Pendidikan
kabupaten/kota atau Dinas Pendidikan provinsi untuk diteruskan kepada Rayon
LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru untuk dinilai.
3. Penilaian portofolio dilakukan oleh 2 asesor yang relevan dan memiliki Nomor
Induk Asesor (NIA) dengan mengacu pada rubric penilaian portofolio.
4. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi guru dapat mencapai angka
minimal kelulusan dan memenuhi persyaratan kelulusan, dinytakan lulus dan
memperoleh sertifikat pendidik.
5. Apabila skor hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi guru telah dapat
mencapai angka minimal kelulusan dan memenuhi persyaratan kelulusan, tetapi
secara administrasi masih ada kekurangan peserta harus melengkapi kekurangan
tersebut.
6. Apabila hasil penilaian portofolio peserta sertifikasi guru belum mencapai angka
minimal kelulusan, maka LPTK menetapkan alterntif.
b. Pemberian sertifikat pendidik secara langsung

Pemberian sertifikat pendidik secara langsung dilakukan melalu verifikasi dokumen.


Adapun alur pemberian sertifikat secara langsung adalah sebagai berikut.

1. Guru yang berkualifikasi akademi S-2/S-3 dan sekurang-kurangnya golongan


IV/B atau guru yang memiliki golongan serendah-rendahnya IV/C
mengumpulkan dokumen.
2. Dokumen yang telah disusun kemudian diserahkan kepada Dinas Pendidikan
kabupaten/kota atau Dinas Pendidikan provinsi untuk diteruskan ke LPTK
penyelenggara sertifikasi guru sesuai wilayah rayon dengan surat pengantar
resmi.
3. LPTK penyelenggara sertifikasi guru melakukan verifikasi dokumen. Verifikasi
dokumen dilakukan oleh 2 asesor yang relevan dan memiliki Nomor Induk
Asesor (NIA) dengan mengacu pada rubric verifikasi dokumen
4. Apabila dokumen yang dikumpulkan oleh peserta dinyatakan memenuhi
persyaratan, kepada peserta diberikan sertifikat pendidik. Sebaliknya, apabila

8
dokumen yang dikumpulkan tidak memenuhi persyaratan, peserta dikembalikan
ke Dinas Pendidikan di wilayahnya dan diberi kesempatan untuk mengikuti
sertifikasi guru melalui uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio.

Uji kompetensi dalam bentuk penilaian portofolio dan pemberian sertifikat pendidik
secara langsung kepada peserta sertifikasi guru dilaksanakn oleh Rayon LPTK Penyelenggara
Sertifikasi Guru yang terdiri dari LPTK Induk dan LPTK Mitra. Dikoordinasikan oleh
Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG).6

C. Peserta sertifikasi

Guru dalam jabatan peserta sertifikasi melaksanakan aktivitas sebagai berikut

1. Mengikuti sosialisasi sertifikasi guru yang diselengarakan oleh dinas pendidikan


kabupaten/kota. Dengan meteri minimal, mengikuti (a) presedur dan tata cara
pendaftaran : (b) prosedur dan tata cara sertifikasi guru dalam jabatan: (c) syarat
mengikuti sertifikasi: (d) prosedur penyusunan portofolio/dokumen dan penjelasan
tentang pendaftaran (e) jadwal penyerahan portofolio/dokumen
2. Mempelajari berbagai persaratan peserta sertifikasi
a. Persyaratan umum
1. Guru yang masih aktif mengajar disekolah dibawah binaan derpatemen
pendidikan nasional, yaitu guru yang mengejar disekolah umum, kecuali guru
agama. Sertifikasi guru bagi guru agama(termasuk guru agama yang memili
NIP 13) dan semua guru yang mengajar dimadrasah (termasuk guru dibidang
studi umum yang memiliki NIP 13) diselengarakan derpatemen agama dengan
kuota dan aturan penatapan peserta dari derpetemen agama.
2. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pebdidikan pormal yang di
angkat sebelum berlakunya peraturan pemerintah no 74 tahun 2008 tentang
guru,satu desember 2008 (pasal 67).
3. Guru bukan PNS harus memiliki SK sebagai guru tetap dari penyelengara
pendidikan sedangkan guru bukan PNS pada sekolah negri harus memiliki SK
dari dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.
4. Pada tanggal 1 januari 2011 belum memasuki usia 60 tahun.
5. Memiliki no unik pendidikan tenaga kependidikan(NUPTK).

6
Jamil Suprihatiningrum, , Guru Profesional (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.:2016) hal. 228-231

9
3. Persyaratan khusus untuk uji kompetensi melalui penilaiaan portofolio.
a) Memiliki kualifikasi akademik sarjana(S-1) atau diploma empat( D-IV) dari program
studi yang memiliki izin peneyelenggaraan.
b) Memilik masa kerja sebagai guru(PNS atau bukan PNS) minimal 5 tahun pada satu
satuan pendidikan dan pada saat Undamg-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen terbit yang bersangkutan sudah menjadi guru.
c) Guru dan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang belum
memiliki kualifikasi akademik S-1 ./D-lV apabila sudah, memenuhi syarat sebagai
berikut
1) Pada 1 januari 2010 menjapai usia 50 tahun dan mempunyai pengalam kerja 20
tahun sebagai guru.
2) Mempunyai golongan lV /a atau memiliki memenuhi angka kridit komulatif
setara dengan golongan IV/a.
Studi yang relavan dengan mata pelajaran atau rumpun mata pelajaran yang
diampunya.atau guru kelas dan guru bimbingan dan konseling atau
konselor,dengan golongan sekurang-kurangnya lV/b atau yang memenuhi
angka kredit kumulatif secara dengan golongan lV/b.
3) Mengisi formulir pendaftaran dan menyerahkan ke dinas pendidkan kabupaten
/kota atan dinas pendidikan provinsi(guru SLB) sesuai dengan jawaban yang
diterapkan .
4) Peserta dengan pola penilaian portofolio,sebanyak dua rangkap kemudian
menyerahkan ke dinas pendidikan kabupaten /kota atau dinas pendidikan
provinsi bagi peserta guru SLB.7

D. Stratifikasi kebijakan pendidikan

Kebijakan pendidikan merupakan produk sistem dan politik pendidkan,oleh karenanya


stratifikasi kebijakan pendidikan pada dasarnya sangat luas dan beragam ,dari yang bersifat
makro seperti UUD 1945(konsitusi Negara) ,keputusan atau peraturan presiden,peraturan
menteri pendidikan,hingga yang bersifat mikro seperti desa,peraturan sekolah,dan lain-lain.

7
Ibid hal. 235-237

10
Berdasarkan UU no.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah,kebijkan dan
kewenangan pengelolaan pemerintahan ada yang bersifat sentralistik,dalam artian
kewenangannya ditentukan oleh pemerintahan pusat,da nada kewenangan pemrintahanya yang
diserahkan kepada daerah dalam pengelolaannya atau desentralisasi,termasuk dalam hal ini
kebijakan dibidang pendidikan .

Stratifikasi kebijakan pendidikan juga dapat dilihat dari daya ikat terhadap wilayah
pemberlakuan,dalam konteks ini,ada kebijakan pendidikan yang bersifat nasional ,dan ada
yang bersifat daerah,artinya ada kebijakan pendidikan yang berlaku disuatu provinsi,atau
berlaku disuatu kabupaten/kota tertentu saja.sedangkan bila dilihat dari sisi cakupannya,ada
kebijakan pendidikan yang bersifat makro,ada juga kebijakan pendidikan yang bersifat mikro.

Secara ringkas,stratifikasi kebijakan pendidikan meliputi :

1. Kebijakan pendidikan di tingkat pusat,yaitu kebijakan pendidikan yang diterapkan oleh


lembaga pemerintah di tingkat pusat dan mempunyai runag lingkup nasional.karena
ruang cakupannya secara nasional,maka kebijakan ini akan berlaku disemua wilayah
NKRI.Contoh kebijakan ini seperti pelaksanaan seleksi nasional masuk perguruan
tinggi negeri (SNMPTN),dan Ujian Nasional (UN).

Peraturan pemrerintah merupakan kebijakan pendidikan yang dibuat dalam rangka


mengoperasikan undang-undang,kekuasaan pembuatannya ada pada kepalah pemerintah,yaitu
presiden produk kebijakan pendidikan dalam bentuk pp antara lain:pp no 55 tahun 1998 tentang
perubahan atas pp no,28 tahun 1990 tentang pendidikan dasar,pp no 41 tahun 2009 tentang
tunjangan profesi guru dan dosen,tunjangan khusus guru dan dosen,serta tunjangan kehormatan
professor,dan lain-lain.

Tingkat kebijakan khusus sebagai penentu tingkat kebijkan ini adalah para menteri
pendidikan dan kebudayaan.bentuk kebijakannya seperti keputusan menteri,contoh kebijkan
pendidikan yang bersifat khusus pada level kementerian antara lain.

a. Keputusan mendiknas RI no.056/p/2007 tentang pembentukan


konsorsium sertifikasi bagi guru.
b. Permendiknas RI no.36 tahun 2007 tentang penyaluran tunjangan
profesi bagi guru.

11
c. Peraturan bersama mendiknas dan kepala BKKN
no.03/V/PB/2010:nomor 14 tahun 2010,tentang petunjuk pelaksanaan
jabatan fungsional guru dan angka kreditnya:
d. Permendikbud RI no 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum
2013

Tingkat kebijakan teknis lazim disebut kebijakan operatif,karena kebijkan ini


merupakan pedoman pelaksanaan,penentu kebijkan ini berada pada pejabat eselon 2
kebawah,seperti direktrorat jenderal atau pimpinan lembaga non-departemen produk.

Dalam konteks kebijakan pendidikan,sebuah rumusan kebijakan tampaknya sangat


bergantung pada beberapa besar pemahaman pengambilan atau penentu kebijakan tersebut
terhadap pendidikan.oleh karena itu ,biasanya para pengambil kebijakan selalu memiliki staf-
stafnya khusunya yang berfungsi sebagai staf ahli.agar segala kebijkaan dikeluarkan,maksud
dari kebijkan tersebut harus terlebih dahulu disosialisasikan kepada masyarakat umum
memperoleh berbagai masukan,termasuk misalnya perlu diseminasikan,lokakarya,temu
ilmiah,dan sebagainya.

Dalam upaya memformulasikan sebuah kebijakan,termasuk kebijkan pendidikan yang


baik,paling tidak ada dua kriteria yang harus dipenuhi,yaitu(1) rumusan kebijakan pendidikan
tidak mendiktekan keputusan spesifik atau menciptakan lingkungan tertentu(2) rumusan
kebijkan pendidikan dapat dipergunakan mengadapi masalah atau situasi yang timbul secara
berulang.artinya, baik waktu,tenaga,biaya yang banyak dihabiskan tidak hanya sekedar
dipergunakan memecahkan satu masalah atau situasi tertentu saja,tapi diupayahkan lebih
menyeluruh atau holistic,bahkan diharapkan sekaligus dapat memprediksi kejadian yang
dating. Persoalan pendidikan secara umum selama ini belum tersentuh dengan baik.apa yang
dimaksud dengan sukses pendidikan masih saja mendewakan ranah kognitif sehingga
keberhasilan pendidikan hanya mengukur pencapaian nilai-nilai akademis.guru sering menjadi
pihak yang dipersalahkan ketika pendidikan menunjukkan hasil yang mengecewakan karena
itu,perlu diadakan berbagai upaya seriud untuk meningkatkan mutu dan kualitas guru sehingga
hasil pendidikan lebih baik.8

8
H. M. Hasbullah. Kebijakan pendidikan (Jakartya: PT. Raja Grafindo Persada:2015) hlm 162-163

12
BAB III
KESIMPULAN
1. Sertifikasi merupakan suatu proses pemberian sertifikat pendidik baik kepada guru dan
dosen setelah lulus dari uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan
ataaupun lembaga sertifikasi.
2. Manfaat yaang diperoleh dari sertifikasi adalah pengembangan dan peningkatan kompetensi
dan profesionalitas seorang guru dalam mengajar.
3. Tujuan dari sertifikasi ini pada hakikatnya ialah menyejahterakan para guru-guru ataupun
dosen, kemudian hal inilah yang akan memengaruhi kinerja dalam mengajar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Dikmenum.

E. Mulyasa, 2005. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Mulyasa E. 2007. Standar Kompetensi Dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudarmayanti, 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja, Bandung: Mandar Maju.

Supardi, 2014. Kinerja guru. Jakarta: Grafindo.

Hasbullah, H, M,2015. Kebijakan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Suprihatiningrum, Jamil, 2016. Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

14

Anda mungkin juga menyukai