Anda di halaman 1dari 9

FISIOTERAPI KARDIOVASKULER

“ISCHEMIC HEART DISEASE”

KELOMPOK 10 :

1. AULIA ZERLINDA SYIHAB (P3.73.26.1.16.008)


2. FAHMI FAHRIZA (P3.73.26.1.16.018)
3. FARIDAH AFIFAH SUNARDI (P3.73.26.1.16.019)
4. FAUZIATIL FITRI (P3.73.26.1.16.021)
5. MUTIARA FITRI KENCANA (P3.73.26.1.16.033)

D-IV FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JAKARTA III
2018
ISCHEMIC HEART DISEASE

DEFINISI :

Penyakit Jantung Iskemia (PJI), dikenal juga Penyakit arteri coroner (PAK), didefinisikan sebagai
kekurangan oksigen dan penurunan atau tidak adanya aliran darah ke miokardium yang disebabkan
oleh penyempitan atau terhalangnya arteri koroner. PJI dapat terjadi pada Gejala Koroner Akut
(GKA), yang melibatkan angina pektoris tidak stabil dan Infark Miokardial Akut (IMA)
berhubungan dengan perubahan ECG baik peningkatan pada bagian ST (STEMI) atau peningkatan
bagian non-ST (NSTEMI). PJI dapat muncul juga sebagai Miokardial Infark (MI) didiagnosis
hanya oleh penanda biokimia, angina eksersional stabil kronis, iskemia tanpa gejala, atau iskemia
disebabkan vasospasmus arteri koroner (angina Prinzmetal atau varian) (Yulinah dkk, 2008).

MANIFESTASI KLINIS

1. Pain
a. Angina Pectoris ; Nyeri di retrosternal atau ke anterior chest Radiasi ke kedua lengan ,
tapi lebih sering lengan kiri (Miller ,1972). Nyeri seperti tertekan dan teremas oleh berat
oleh aktivitas fisik berat , ringan bila Rest , dan suplay darah jelek menyebabkan
akumulasi metabolisme menstimulasi Nerve Ending sekitar Myocardium dan nyeri paru-
paru seperti disayat silet,
b. Nyeri Myocardial Infarction ; lebih berat dan terasa lama tetapi distribusi dan kualitas
sama dengan Angina Pektoris .
 Depolarisasi adalah menurunnya elektronegatifitas bagian dalam sel artinya bagian
dalam sel menjadi lebih positif .
 Repolarisasi adalah kembalinya membran potensial ke nilai yang lebih negatif setelah
depolarisasi yaitu menuju potensial istirahat.
 Hiperpolarisasi adalah meningkatnya potensial dalam sel yaitu menjadi lebih negatif
menjadi lebih potensial istirahat .
2. Dyspnea
Sesak napas saat aktivitas berat dan sesudahnya dan saat Rest bila ada Udema Paru.
Myocardial Iskemia berat tidak bisa Lying kerena adanya gaya gravitasi yg menyebabkan
darah kembali ke jantung lebih banyak sehingga akan menyebabkan sesak nafas (menambah
beban pada Jantung yang mengalami gangguan), akibat organ abdomen menekan diaphragma
meningkatnya udema dan congestion paru. Dyspnoe bisa juga akibat anoksia jaringan
(kekurangan darah pada jaringan akibat kurangnya suplay darah dari jantung).

3. Perubahan warna kulit


 Kulit : keabu-abuan , pucat , biru khususnya muka
 Kebiruan indikasi syanosis perifer akibat meningkatnya CO2 darah oleh menurunnya
Cardiac Output
 Pucat / keabu-abuan kerena suplay darah arteri jelek /kurang .
4. Berkeringat
Utamanya tangan dan muka kerena reaksi sistem saraf simpathetic
5. Pulse (denyut nadi) DN normal = 60-100 denyutan/ menit
Pemeriksaannya diraba pada arteri radialis , carotis, dan dorsum pedis. Bradycardia = (DN di
bawah normal) dan Tachycardia = (DN di atas normal )  Palpasi lemah, irregular, hilang
atau tidak teraba akibat berkurangnya Cardiac output adalah Jumlah darah yang dipompa
keluar jantung dalam satu menit .Pulse kurang 40 X /menit bisa terjadi pada Heart Block.
6. Pyrexia
Suhu meningkat satu atau dua hari post oklusi yang menyebabkan infark akibat proses
nekrosis pada Myocardium
7. Cerebral Symptoms
 Anoxia Cerebral : menimbulkan pusing / pingsan kadang suka marah dan depressi
 Cardiac Syncope : hilangnya kesadaran tiba-tiba akibat menurunnya suplay darah ke
cerebral
8. Gangguan Kecepatan dan Irama Jantung
Diketahui dengan ECG/EKG terjadi gangguan IHD oleh ; Heart Block , Ventricular
Tachycardia , Extrasystole atau Ventricular Fibbrillation.

ASSESSMENT
 Pemeriksaan vital sign

1. Tekanan darah

2. Denyut nadi

3. Respirasi rate

4. Temperature
 Pemeriksaan dyspnea

Dispnea adalah sensasi subjektif yang sulit diukur karena sangat bervariasi antara
individu dan dapat dipengaruhi oleh keadaan mental seseorang. Dua alasan utama melakukan
pengukuran terhadap dispnea adalah untuk membedakan beratnya gejala antar individu dan
menilai perjalanan dispnea individu. Metode psikofisik dan skala klinis telah digunakan untuk
menilai dispnea walaupun manfaat klinis pengukurannya masih dalam perdebatan.

Psikofisik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara rangsang dan respons. Ilmu ini
digunakan untuk menilai dispnea dengan cara mengukur perubahan persepsi pola bernapas
akibat penambahan beban dari luar.

Skala klinis. Ada beberapa skala klinis yang digunakan dalam usaha menderajatkan dispnea
yaitu:

1. Visual analogue scale (VAS= sklala analog visual)

Digunakan untuk menilai dispnea selama uji latih. Subjek diminta memberikan penilaian
tentang sesaknya dengan cara menandai garis vertical atau horizontal yang panjangnya 10
cm sesuai dengan intensitas sesaknya. Derajat 0 untuk tidak sesak sama sekali sampai
derajat 10 untuk sesak berat. Skala ini paling sering digunakan karena pemakaiannya lebih
sederhana dan reproduksibel.

2. Skala Borg yang dimodifikasi

Skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan tiap nilai mempunyai
deskripsi verbal untuk membantu penderita menderajatkan intensitas sesak dari derajat
ringan sampai berat. Nilai tiap deskripsi verbal tersebut dibuat skor sehingga tingkat
aktivitas dan derajat sesak dapat dibandingkan antar individu. Skala ini memiliki
reproduksibilitas yang baik pada individu sehat dan dapat diterapkan untuk menentukan
dispnea pada penderita penyakit kardiopulmoner serta untuk parameter statistik.

PERINGKAT INTENSITAS

0 Tidak sesak sama sekali

0,5 Sesak sangat ringan sekali

1 Sesak sangat ringan


2 Sesak ringan

3 Sesak sedang

4 Sesak kadang berat

5 Sesak berat

7 Sesak sangat berat

10 Sesak sangat berat sekali, hampir maksimal

 Pemeriksaan Spesifik

1. Mobilitas thorax (chest)


Gerakan simestris chest dilakukan dengan kedua tangan diatas chest pasien dan periksa
pengembangan tiap bagian chest selama inspirasi dan expirasi. Dilakukan dengan cara :
a. Dengan palpasi
 Expansi upper lobus
Pasien lying, kedua thumb di mid sternal line sternal notch, ari-jari extensi di
atas kedua clavicula, pasien full expirasi lalu deep inspirasi.
 Expansi middle lobus
Pasien lying, kedua ujung thumb di pracessus xyphoideus dan jari-jari di
extensikan ke lateral costa, pasien full expirasi lalu deep inspirasi.
 Expansi lower lobus
Pasien sitting, kedua ujung thumb du medulla spinalis (sejajar lower costa) dan
jari-jari diekstensikan sejajar costa, pasien ekspirasi full lalu deep inspirasi.
 Selama pasien full expirasi dan inspirasi, cek apakah gerakan chest simetris atau
tidak.
b. Dengan meteran
Pengembangan chest dapat juga du ukur dengan meteran pada 3 tempat yaitu Upper
lobus : axilla, middle lobus : processus xipoid dan lower lobus : subcostal. Dilakukan
dengan meletakkan meteran secara melingkar antara axilla, processus xipoid dan
subcosta, dengan ujung berada pada pertengahan dada. Dimulai saat pasien full
expirasi lalu deep inspirasi, catat hasil penambahan pengembangan chest.
2. Nyeri dinding dada
a. Nyeri dinding dapat dipalpasi diarea dinding anterior, posterior dan lateral.
b. Dilakukan dengan menekan lembut tiap area dinding dada lalu anjurkan pasien untuk
inspirasi dalam kemudian tanyakan pada pasien dimana terasa paling nyeri.
c. Nyeri dinding dada akan meningkat sering terjadi saat ditekan langsung atau dipalpasi
selama pasien inspirasi dalam. Nyeri dinding dada akibat angina tidak berubah bila di
palpasi.
3. Perkusi
Yaitu suatu teknik pemeriksaan ketukan atau pukulan dengan jari-jari tangan yang
dilakukan untuk memeriksa atau evaluasi penekanan paru-paru khususnya ratio udara
dalam paru-paru.
Prosedur
 Tempatkan jari tengah lurus di antara space intercosta dan ujung jari tengah tangan
yang lain mengetuk pelan jari yang di intercosta tersebut. Prosedur atau ketukan
diulang beberapa kali pada beberapa tempat dibagian area kiri dan kanan pada anterior
dan posterior dinding dada.
 Bunyi resonant(normal): bervariasi bergantung ketebalan jaringan di bawahnya
 Bunyi dull(datar) apabila terjadi peningkatan ketebalan jaringan yang berlebihan
dalam paru-paru dibandingkan dengan udara, misalnya tumor, atau konsolidasi cairan
 Bunyi hiperesonanse atau tymfani jika jumlah udara melebihi normal dalam paru-paru
, misalnya pasien emfisiema
 Jika ditemukan bunyi yang tidak simetris kanan dan kiri dicatat kemudian pasien harus
konsultasi ke dokter untuk melakakuakn tes objektif misalnya X-Ray.
4. Aulkultasi
Adalah suatu tekhnik pemeriksaaan dengan mendengar bunyi nafas menggunakan
stateskop untuk evaluasi paru-paru.
a. Bunyi nafas normal dan abnormal terjadi akibat gerakan udara pada dinding airway
(jalan nafas) selama inspirasi dan ekspirasi(sistem respirasi)
b. Bunyi nafas diidentifikasikan untuk mengetahui :
 Area paru-paru yang mengalami hambatan berat dan area letak sputum untuk
menentukan posisi postural darainase akan dilakukan.
 Untuk menentukan apakah postural drainase efektif atau tidak
 Untuk menentukan apakah paru-paru telah bersih ayau belum dan apakaah
postural drainase dilanjutkan atau dihentikan.
c. Prosedur
 Posisi pasien duduk comfortable dan rileksasi lalu memakai stateskop, dan
tempatkan stateskop langsung diatas kulit anterior dan posterior dinding dada
pasien.
 Stateskop digerakkan dengan pola simetris (S) pada dinding dada anterior dan
posterior lalu posisi lateral dinding dada setinggi T2,T6,T10
 Anjurkan pasien inspirasi dalam melalui hidung lalu ekspirasi melalui mulut
beberapa kali dan bersamaan dengan itu terapis menggerakkan statskop pada tiap
titik pada dinding dada anterior dan posterior
 Evealuasi: catat kualitas dan intensitas bunyi akhir pernafasab apakah normal atau
abnormal.

d. Bunyi nafas normal diklasifikasikan bergantung pada Tracheal, bising dan keras yang
terdengar hanya diatas trakea dengan kualitas bunyi saat inspirasi dan ekspirasi

 Pemeriksaan tambahan

a. EKG (Elektrokardiografi)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang konveks dan diikuti
gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q menjadi lebar (lebih dari 0,04
sec) dan dalam (Q/R lebih dari ¼).

b. Laboratorium

 Creatin fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat Hal ini terjadi karena
kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal
0-1 mU/mL.
 SGOT (Serum Gluramic Oxalotransaminase Test) Nomal kurang dari 12 mU/mL.
kadar enzim ini naik pada 12-24 jam setelah serangan.
 LDH (Lactic De-Hydrogenase) Normal kurang dari 195 mU/mL. kadar enzim
biasanya baru mulai naik setelah 48 jam.
c. Pemeriksaan lain : Ditemukan peninggian LED, Lekositosis ringan, dan kadang
Hiperglikemi ringan.
d. Kateterisasi : Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
e. Radiology : Pembesaran dari jantung.

Anda mungkin juga menyukai