Ischemic Heart Disease5
Ischemic Heart Disease5
KELOMPOK 10 :
D-IV FISIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JAKARTA III
2018
ISCHEMIC HEART DISEASE
DEFINISI :
Penyakit Jantung Iskemia (PJI), dikenal juga Penyakit arteri coroner (PAK), didefinisikan sebagai
kekurangan oksigen dan penurunan atau tidak adanya aliran darah ke miokardium yang disebabkan
oleh penyempitan atau terhalangnya arteri koroner. PJI dapat terjadi pada Gejala Koroner Akut
(GKA), yang melibatkan angina pektoris tidak stabil dan Infark Miokardial Akut (IMA)
berhubungan dengan perubahan ECG baik peningkatan pada bagian ST (STEMI) atau peningkatan
bagian non-ST (NSTEMI). PJI dapat muncul juga sebagai Miokardial Infark (MI) didiagnosis
hanya oleh penanda biokimia, angina eksersional stabil kronis, iskemia tanpa gejala, atau iskemia
disebabkan vasospasmus arteri koroner (angina Prinzmetal atau varian) (Yulinah dkk, 2008).
MANIFESTASI KLINIS
1. Pain
a. Angina Pectoris ; Nyeri di retrosternal atau ke anterior chest Radiasi ke kedua lengan ,
tapi lebih sering lengan kiri (Miller ,1972). Nyeri seperti tertekan dan teremas oleh berat
oleh aktivitas fisik berat , ringan bila Rest , dan suplay darah jelek menyebabkan
akumulasi metabolisme menstimulasi Nerve Ending sekitar Myocardium dan nyeri paru-
paru seperti disayat silet,
b. Nyeri Myocardial Infarction ; lebih berat dan terasa lama tetapi distribusi dan kualitas
sama dengan Angina Pektoris .
Depolarisasi adalah menurunnya elektronegatifitas bagian dalam sel artinya bagian
dalam sel menjadi lebih positif .
Repolarisasi adalah kembalinya membran potensial ke nilai yang lebih negatif setelah
depolarisasi yaitu menuju potensial istirahat.
Hiperpolarisasi adalah meningkatnya potensial dalam sel yaitu menjadi lebih negatif
menjadi lebih potensial istirahat .
2. Dyspnea
Sesak napas saat aktivitas berat dan sesudahnya dan saat Rest bila ada Udema Paru.
Myocardial Iskemia berat tidak bisa Lying kerena adanya gaya gravitasi yg menyebabkan
darah kembali ke jantung lebih banyak sehingga akan menyebabkan sesak nafas (menambah
beban pada Jantung yang mengalami gangguan), akibat organ abdomen menekan diaphragma
meningkatnya udema dan congestion paru. Dyspnoe bisa juga akibat anoksia jaringan
(kekurangan darah pada jaringan akibat kurangnya suplay darah dari jantung).
ASSESSMENT
Pemeriksaan vital sign
1. Tekanan darah
2. Denyut nadi
3. Respirasi rate
4. Temperature
Pemeriksaan dyspnea
Dispnea adalah sensasi subjektif yang sulit diukur karena sangat bervariasi antara
individu dan dapat dipengaruhi oleh keadaan mental seseorang. Dua alasan utama melakukan
pengukuran terhadap dispnea adalah untuk membedakan beratnya gejala antar individu dan
menilai perjalanan dispnea individu. Metode psikofisik dan skala klinis telah digunakan untuk
menilai dispnea walaupun manfaat klinis pengukurannya masih dalam perdebatan.
Psikofisik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara rangsang dan respons. Ilmu ini
digunakan untuk menilai dispnea dengan cara mengukur perubahan persepsi pola bernapas
akibat penambahan beban dari luar.
Skala klinis. Ada beberapa skala klinis yang digunakan dalam usaha menderajatkan dispnea
yaitu:
Digunakan untuk menilai dispnea selama uji latih. Subjek diminta memberikan penilaian
tentang sesaknya dengan cara menandai garis vertical atau horizontal yang panjangnya 10
cm sesuai dengan intensitas sesaknya. Derajat 0 untuk tidak sesak sama sekali sampai
derajat 10 untuk sesak berat. Skala ini paling sering digunakan karena pemakaiannya lebih
sederhana dan reproduksibel.
Skala ini berupa garis vertical yang diberi nilai 0 sampai 10 dan tiap nilai mempunyai
deskripsi verbal untuk membantu penderita menderajatkan intensitas sesak dari derajat
ringan sampai berat. Nilai tiap deskripsi verbal tersebut dibuat skor sehingga tingkat
aktivitas dan derajat sesak dapat dibandingkan antar individu. Skala ini memiliki
reproduksibilitas yang baik pada individu sehat dan dapat diterapkan untuk menentukan
dispnea pada penderita penyakit kardiopulmoner serta untuk parameter statistik.
PERINGKAT INTENSITAS
3 Sesak sedang
5 Sesak berat
Pemeriksaan Spesifik
d. Bunyi nafas normal diklasifikasikan bergantung pada Tracheal, bising dan keras yang
terdengar hanya diatas trakea dengan kualitas bunyi saat inspirasi dan ekspirasi
Pemeriksaan tambahan
a. EKG (Elektrokardiografi)
Adanya gelombang patologik disertai peninggian S-T segmen yang konveks dan diikuti
gelombang T yang negative dan simetrik. Kelainan Q menjadi lebar (lebih dari 0,04
sec) dan dalam (Q/R lebih dari ¼).
b. Laboratorium
Creatin fosfakinase (CPK). Iso enzim CKMB meningkat Hal ini terjadi karena
kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal
0-1 mU/mL.
SGOT (Serum Gluramic Oxalotransaminase Test) Nomal kurang dari 12 mU/mL.
kadar enzim ini naik pada 12-24 jam setelah serangan.
LDH (Lactic De-Hydrogenase) Normal kurang dari 195 mU/mL. kadar enzim
biasanya baru mulai naik setelah 48 jam.
c. Pemeriksaan lain : Ditemukan peninggian LED, Lekositosis ringan, dan kadang
Hiperglikemi ringan.
d. Kateterisasi : Angiografi koroner untuk mengetahui derajat obstruksi.
e. Radiology : Pembesaran dari jantung.