Anda di halaman 1dari 7

http://aimsinam.blogspot.com/2017/09/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.

html

KEBERPIHAKAN MEDIA MASSA SAAT INI

Dasar Dasar Jurnalistik

Tugas : Asep Rahmat Iskandar, SH. MH


NAMA : MIFTIA ANDINI

NPM : 183112351650447

PENDAHULUAN
Kata Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti tengah atau perantara.
Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok, kumpulan, atau orang
banyak. Menurut KBBI, media massa adalah sarana dan saluran resmi sebagai alat
komunikasi untuk menyebarkan berita dan pesan kepada masyarakat luas.Sedangkan
pengertian politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Polis” yang artinya
Negara Kota. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-
macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.

Media erat kaitannya dengan politik karna hubungan meraka yang saling
membutuhkan. Para pelaku politik memerlukan media sebagai wadah mengkampanyekan visi
dan misinya ataupun kegiatan yang dilakukan partainya demi menarik perhatian masayarakat.
Dan sebaliknya media massa pun membutuhkan berita untuk menyajikan informasi kepada
masyarakat luas. Dalam perkembangannya media massa memberi dampak yang cukup besar
dalam dunia politik, selain sebagai saluran informasi juga untuk pengambilan suatu
kebijakan-kebijakan bagi kelompok elite tertentu. Keberadaan media tidak hanya sebatas
penyalur informasi kepada masyarakat tetapi juga sebagai tranformasi dunia perpolitikan.
Dengan adanya media massa semakin terbuka pula ruang untuk memberikan saran, kritik,
serta pemberitaan yang aktual dan terpercaya untuk menyadarkan masyarakat akan sistem
politik yang demokratis (terbuka).

Gejolak pemilu tahun 2019 ini sangatlah terasa mengelisahkan bahkan bisa dikatakan
sebagai pemilu terburuk selama masa reformasi. Bagaimana tidak ? pola pemenangan capres
tahun 2019 sangat melibatkan media massa, yang menyebabkan media massa di indonesia
“terbelah” menjadi dua kubu berbeda untuk mendukung masing-masing paslon. Dan bahkan
media tidak lagi memegang prinsip kerjanya dimana hoax berhasil sampai disekeliling
masyarakat. Padahal, pada awalnya media merupakan alat untuk mengontrol kekuasaan
pemerintah atau sebagai “watch dog”. Media massa diposisikan sebagai pilar keempat dalam
demokrasi karena media massa memiliki kekuatan untuk menggerakkan opini rakyat
sehingga diharapkan kebijakan kebijakan pemerintah dapat dikontrol demi kepentingan
rakyat (Subiakto & Ida, 2012). Media tanpa disadari sangatlah mempengaruhi para
pembacanya bahkan mampu mempengaruhi pandangan politik pembacanya.

PEMBAHASAN
1.1 Keterlibatan Media dalam Ranah Politik

Pemilihan umum tahan 2019 merupakan pemilu terburuk selama reformasi. Banyak
sekali terlihat kecurangan-kecurangan untuk memaksakan masing-masing kandidat menjadi
sang pemenang. Hal ini pun disampaikan pula oleh mantan Wakil Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto “Ini pemilu yang terburuk sejak era
reformasi. Jangan sampai siapa yang menang, tapi siapa yang dilantik,”. Banyak
terungkapnya fakta kecurangan melalui media online ini menjadi kekhawatiran masyarakat.
Politik merupakan salah satu realitas sosial yang hidup di dalam bermasyarakat, politik
adalah salah satu cara untuk memperoleh kekuasaan untuk menguasai negeri ini. Dengan
begitu, para calon pemimpin negeri berlomba-lomba untuk mempamerkan visi dan misi
mereka melalui media massa dengan tampil dilayar kaya untuk menunjang popularitas.
Dengan berbagai kampanye yang disuguhkan oleh media untuk menarik perhatian
masyarakat. Hubungan antara media massa dengan dunia politik memang sulit untuk
terpisahkan.

Dengan semakin banyak terjunnya pemimpin-pemimpin media besar di Indonesia ke


ranah politik menyebabkan keberpihakan media massa saat ini tidak lagi se netral dahulu
dengan tidak memegang prinsip kerja sebagai seorang jurnalistik. Seperti Eric Thohir yang
dicetuskan mejadi Tim Ketua Kampanye (TKN) pada kubu capres dan cawapres Joko
Widodo- Ma’ruf Amin. Thohir adalah pemilik media besar di indonesia ia menguasai empat
media daring, empat media cetak, dan empat media berbasis broadcasting. Seperti beberapa
nama-nama Jak TV, Gen FM, Harian Republika, Parents Indonesia, hingga republika.co.id.
Ditambah lagi dengan dukungan Hary Tanoesoedibjo dan Surya Paloh. Hary Tanoe yang
memegang jaringan MNC Media meliputi RCTI, Global TV, Koran Sindo, Okezone, INews
TV. Sementara Surya Paloh pemiliki Media Group yang membawahi Media Indonesia dan
Metro TV. Menjadi basis kuat kubu pertahanan Joko Widodo- Ma’ruf Amin. Sedangkan Abu
Rizal Bakrie (ARB) yang merupakan ketua partai Golkar sekaligus pemilik media ANTV dan
TV One menentukan pilihan politiknya untuk mendukung Prabowo sebagai presiden RI.

Hal ini dapat terlihat keterlibatan media sangatlah besar terjadi pada setiap pemilihan
umum apalagi pemilihan umum tahun 2019 . Media memiliki pengaruh besar sebagai media
komunikasi politik. Dengan menggandeng bos-bos besar dari berbagai macam media massa
untuk merauk kemudahan menarik perhatian masyarakat. Dan disinilah simpang siur
masyarakat akan informasi yang benar sulit ditemukan. Keberpihakan media tidak lagi
berpihak pada kepentingan rakyat melainkan kepentingan individu. Bos-bos media massa
yang berlomba-lomba membuat pemberitaan yang saling menjatuhkan antara kedua paslon
capres dan cawapres dengan menguak/menaikan image-image negative pasangan tersebut.
Menampilkan berbagai pencitraan pasangan Capres dan Cawapres. Misalnya saja, Metro TV
hanya menampilkan semua hal baik tentang Jokowi, dan beberapa berita mengenai Prabowo,
meskipun berita yang mereka siarkan hanyalah berita-berita yang lebih banyak merugikan
pihak Prabowo. Begitu pula sebaliknya, pihak TV One yang merupakan basis pertahanan
Prabowo terhadap berita-berita buruk tentangnya. TV One juga merupakan salah satu
produsen berita-berita positif mengenai Prabowo. Hingga rakyat tidak diberi ruang untuk
mencerna pemberitaan yang hadir di layar kaca. Peneliti Remotivi Muhamad Heychael
melontarkan anggapannya kepada Tirto.id “Di AS, dukungan media terhadap calon presiden
dilandasi nilai dan gagasan yang membentuk identitas media. Di Indonesia, dukungan lahir
karena kepentingan pemilik media.”

1.2 Peran media masa dalam pers

Di Indonesia, menurut UU No. 40/1999 tentang Pers, peran media adalah sebagai
berikut: 1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; 2.Menegakkan nilai-nilai dasar
demokrasi; 3. Mendorong terwujudnya supremasi hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM); 4.
Menghormati kebhinnekaan ;5.Mengembangkan pendapat umum (public opinion)
berdasarkan informasi yang cepat, akurat, dan benar; 6.Melakukan pengawasan, kritik,
koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; 7.
Memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Hal tersebut seakan tidak berlaku lagi.
Keberpihakan media saat ini memang menjulang kontroversi. Tidak adanya sifat indenpensi
dari berbagi media untuk bersikap netral dan menjadi cover both side (dua sisi). Hingga
masyarakat tidah mendapat informasi yang benar dan akurat, serta dibodohi dengan
pendidikan politik yang di sediakan oleh media. Kebanyakan media justru lebih memilih
menjadi media partisian yang lebih mengedepankan pemberitaan yang vulgar sesuai dengan
kepentingan atau elit tertentu bahkan mengabaikan berbagai aspek jurnalistik. Menyebabkan
berbagai pihak masyarakat menganggap pemberitaan itu hal yang murni kebenarannya. Ini
juga disebabkan pula dari sifat malas masyarakat untuk mencari pemberitaan yang benar
adanya dan hanya menerima apa yang disampaikan media masa saja. Dengan begitu, konflik
dalam masyarakat dapat mudah terjadi, mereka akan mengalami kesulitan untuk medapatkan
berita mengenai aksi tersebut di karenakan semua pemilik media merupakan pendukung
pemerintah yang tidak akan memberitakan sebuah peristiwa yang kiranya akan merugikan
posisi pemerintah.

1.3 Kepentingan media massa terkait pilpres

Kepentingan bisnis pada media masa juga menjadi salah satu hal penyebab media
massa tidak netral dan lebih mementingkan keuntungannya sendiri. Karena biaya untuk
mempromosikan untuk sekali iklan saja tidaklah murah. Mereka harus menyiapkan anggaran
yang cukup besar. Bisnis iklan dalam pemilihan umum tentu sangat menggiurkan bagi para
memiliki media massa. Mereka tidak memandang lagi siapapunun yang mereka dukung, yang
mereka pentingkan adalah laba yang menguntungkan bagi mereka. Kebebasan pers yang
didapatkan media setelah lama terkungkung pada masa Orde Baru pada akhirnya kalah
dengan kepentingankepentingan praktis yang sangat menguntungkan media. Media
merelakan dirinya ‘dibayar’ oleh pemilik modal dan pelaku politik untuk memuluskan
kepentingan-kepentingannya. Kepentingan yang ada di balik media, menenggelamkan ‘cita-
cita mulia’ media untuk bekerja ber atas nama rakyat.

Kepentingan dalam hal ini tidak hanya terjadi pada tahun 2019 tetapi juga tahun 2014.
Dimana media online detik.com dan okezone.com, akan diketahui dengan jelas bahwa
detik.com adalah media online yang berpihak kepada Jokowi, begitu pula dengan
okezone.com yang hampir seluruh pemberitaannya adalah mengenai Prabowo. Keduanya
berlomba-lomba dalam menjatuhkan pasangan capres dan cawapres yang tidak mereka usung
dengan cara menhadirkan berita-berita terkait kasus yang menjerat bagi masing-masing
pasangan capres dan cawapres. Pilihan-pilihan politik masyarakat sangat dipengaruhi oleh
pilihan-pilihan politik media yang diikutinya. Di sisi lain, pilihan-pilihan politik media
merupakan pilihan politik pemilik media yang memiliki kepentingan politiknya sendiri. Dan
kepentingan media di Indonesia mengikuti kepentingan pemilik modalnya.
KESIMPULAN

Kasus pemilihan umum tahun ini menjadi bukti konkrit bagaimana keberpihakan
media massa saat ini terkait dengan pemilihan umum yang ditentukan oleh orientasi pemilik
media yang sebagian besar adalah seorang politikus besar. Terdapat berbagai kepentingan
dalam diri media, mulai dari kepentingan ideologi, kepentingan politik, dan kepentingan
pasar. Ini disebabkan posisi media yang partisian, yaitu media yang mementingakn golongan
tertentu, apalagi media media swasta biasa bekerja untuk kepentingannya. Harus disadari
bahwa media juga memiliki tanggung jawab besar kepada masyarakat terkait moral untuk
memberitakan realitas-realitas yang ada dalam masyarakat. Keterlibatan media dalam politik
di Indonesia begitu dalam sehingga sulit untuk melihat sikap netral mereka ataupun pilihan
untuk tidak masuk ke ranah politik dan tetap memilih berjuang atas nama kepentingan rakyat.
Pada kenyataannya tidak semua media memberikan kontribusi yang positif bagi pendidikan
politik di masyarakat, dan justru memberikan hal-hal yang sulit untuk dicerna masyarakat.

Seharusnya, media dijalankan oleh orang-orang independen yang tidak berhubungan


atau terlibat dengan partai politik ataupun simpatisan satu golongan tertentu, namun sulit
menampik kenyataan yang ada saat ini dimana media justru dimiliki oleh para tokoh yang
bersaing di ranah politik Indonesia. Dengan begitu mudahnya para media menampilkan sosok
rival politik meskipun sebenarnya masyarakat perlu mengetahui secara objektif dan gamblang
mengenai kelebihan kedua pihak capres dan cawapres secara adil dan menyeluruh.
Kepentinga-kepentingan konglomerat dan tujuan-tujuan politik telah dijadikan kebutuhan
bagi media untuk saat ini. Media yang seharusnya menjadi gerbang utama masyarakat
menganggali informasi yang netral dan tidak berkubu beratas naman kan keadilan untuk
rakyat kini tinggal anggan. Pada akhirnya, masyarakatpun harus menjadi lebih bijaksana
dalam menerima dan mengolah informasi yang mereka terima dari media massa, serta
mengumpulkan dan membandingkan informasi dari banyak pihak agar tidak terjebak dalam
paradigma politik dan konglomerasi media. Prinsip-prinsip untuk mendirikan media pun juga
harus lebih dijunjung lagi untuk mengedepankan kepentingan rakyat daripada kepentingan
individu.
DAFTAR PUSAKA

1. Adhi Bhaskara. 2018. “Bukan Gagasan, Apalagi Nilai Keberpihakan Bos Media
Tiap Pilpres” di https://tirto.id/bukan-gagasan-apalagi-nilai-keberpihakan-bos-media-
tiap-pilpres-cZSZ (diakses pada 20 Mei).
2. Aldilah Bagas. 2012. Perana Pres di http://aldilah-bagas-
d.blog.ugm.ac.id/2012/06/17/peranan-pers/ (diakses pada 20 Mei)
3. Teguh setiawan. 2019. Netralisasi Media dalam Konsentrasi Politik 2019 di
https://www.kompasiana.com/teguh01190/5c21930baeebe15d1b63c767/netralitas-
media-dalam-kontestasi-politik-2019?page=all (diakses pada 20 Mei)
4. Usman Santosa. 2018. Keberpihakan Media Mssa pada Pilpres 2019 di
https://www.kompasiana.com/usmansantosa/5bade31443322f783233fb45/keberpihak
an-media-massa-pada-pilpres-2019 (diakses pada 20 Mei)
5. Intan Permata. 2018. Keberpihakan Media Massa dalam Pemilihan Umum
Presiden 2014. Jurnal Penelitian Komunikasi, 21(1): 73-86

Anda mungkin juga menyukai