Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH AUDIT INTERNAL,GCG,DAN KARAKTERISTIK

MANAJEMEN TERHADAP PROFITABILITAS

sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2014-
2018)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase
yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada
tingkat yang dapat diterima.Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara
laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,
profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba.Persaingan dalam
dunia usaha, khususnya pada industri perbankan membuat setiap perusahaan semakin
meningkatkan kinerjanya agar tujuan perusahaan dapat tercapai.Salah satu tujuan perusahaan
yaitu mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya.Salah satu upaya
untuk mencapai tujuannya, perusahaan harus selalu berusaha memaksimalkan labanya
sehingga dapat mencapai hasil dan tingkat laba yang optimal.Keberlangsungan hidup
perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya yaitu profitabilitas perusahaan itu
sendiri.

Teori Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu
penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi
sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
perusahaan untuk memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun hutang
jangka panjang (Syamsudin, 2000). Profitabilitas atau kemampuan laba merupakan kemampuan
perusahaan didalam menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan keuntungan dari investasi
keuangan. Myers dan Majluf (1984) berpendapat bahwa manajer keuangan yang menggunakan
packing order theory dengan laba ditahan sebagai pilihan pertama dalam pemenuhan kebutuhan dana
dan hutang sebagai pilihan kedua serta penerbitan saham sebagai pilihan ketiga, akan selalu
memperbesar profitabilitas untuk meningkatkan laba. Profitability ratio merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva 12 maupun modal sendiri (Agus Sartono, 2008). Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon
investor maupun pemegang saham karena berkaitan dengan harga saham serta dividen yang akan
diterima.

Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif pembiayaan, namun cara untuk
menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan sangat tergantung pada laba dan
aktiva atau modal yang akan dibandingkan dari laba yang berasal dari opersai perusahaan atau laba
netto sesudah pajak dengan modal sendiri. Dengan adanya berbagai cara dalam penelitian
profitabilitas suatu perusahaan tidak mengherankan bila ada beberapa perusahaan yang mempunyai
perbedaan dalam menentukan suatu alternatif untuk menghitung profitabilitas. Hal ini bukan
keharusan tetapi yang paling penting adalah profitabilitas mana yang akan digunakan, tujuannya
adalah semata-mata sebagai alat mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam perusahaan yang
bersangkutan.

Setiap entitas usaha akan selalu berusaha untuk mencapai tujuan usahanya, terutama untuk
memperoleh keuntungan. Dalam menjalankan usahanya dilakukan berbagai macam tindakan yang
diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga keuntungan perusahaan juga akan
meningkat. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan pada periode tertentu. Menurut Hadi Sulistiawaty (2012: 31), kinerja (performance) dapat
diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas pada periode tertentu sebagai bagian dari
keberhasilan pekerjaan. Informasi mengenai kinerja suatu perusahaan ini berguna, salah satunya untuk
menetapkan kebijakan selanjutnya yang akan diambil oleh manajemen. Oleh karena itu, kinerja
perusahaan sangat penting untuk diukur dan diketahui perkembangannya dari tahun ke tahun. Nora
Riyanti Ningrum (2012) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kinerja perusahaan yang tercermin
dalam laporan keuangan merupakan patokan suatu saham dapat dikatakan profitable atau tidak
profitable. Dalam usaha suatu perusahaan meningkatkan kinerjanya tentu ukuran kinerja dan faktor-
faktor yang dapat memperbaiki kinerja perusahaan, sangat penting untuk diketahui oleh perusahaan.
Apabila kinerja perusahaan dapat terukur maka nilai perusahaan akan dapat diketahui secara jelas oleh
pihak-pihak yang berkepentingan atau pihak-pihak yang melakukan pengambilan keputusan.
Peran audit internal sangatlah diperlukan dalam memeriksa laporan keuangan,dan
catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah
ditentukan.Keberadaan audit internal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
manajemen laba perusahaan.Audit internal melakukan pengendalian intern untuk mencegah
dan mendeteksi kecurangan dan melindungi sumber daya organisasi dan juga merupakan
suatu cara untuk mengarahkan,mengawasi,dan mengukur sumber daya organisasi.

Audit internal merupakan suatu fungsi penilian independen yang dibuat dalam
organsisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilakukan
organisasi.Dan tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam
memberikan pertanggung jawaban yang efektif.Boediono,Gideon ( 2005:176 ) menjelaskan
bahwa mekanisme good corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya
menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba.Laporan
keuangan harus menunjukkan informasi yang sebenarnya,agar tidak menyesatkan pihak
pengguna laporan.Kecenderungan manajemen dalam melakukan praktek manajemen laba
dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.Oleh karna itu perusahaan memerlukan
keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang efektif dalam mengidentifikasi dan
mengurangi adanya kepentingan yang berbeda agar tujuan perusahaan dapat tercapai.

Good corporate governance dapat didefinisakan sebagai susunan aturan yang


menentukan hubungan antara pemegang saham,manajer,kreditor,pemerintah,karyawan,dan
stakeholder serta menempatkan sesuai dengan hak dan tanggung jawabnya atau dengan kata
lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan sehingga dapat
meningkatkan perlindungan terhadap orang-orang berkepentingan terhadap perusahaan.

Manajemen merupakan ilmu tentang upaya pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
organisasi. Penerapan manajemen dimulai dari kegiatan perencanaan,penyerahan tugas ,
wewenang dan tanggung jawab ,memotivasi anggota organisasi dan mengontrol pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban
manajemen atas sumber daya yang di percayakan kepada pemakai yang ingin melihat apa
yang telah dilakukan atau di pertanggungjawaban manjemen berbuat demikian agar mereka
dapat membuat keputusan ekonomi.keputusan ini mencakup ,misalnya keputusan untuk
menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat
kembali atau mengganti manajemen.
Laporan keuangan yang di susun pihak manjemen berpotensi di pengaruhi kepentingan
pribadi, sementara pihak eksternal selaku pemakai laporan keuangan yang dapat di percaya .
menurut Chadegani, dkk(2011) , pengguna laporan keuangan hanya percaya informasi dalam
laporan keuangan tersebut andal jika ada seseorang yang memiliki independensi memastikan
reabilitas informasi itu . sikap independensi menunjukkan auditor tidak mudah dipengaruhi
sehingga laporan keuangan yang di sajikan tidak terdapat fraud.

Daftar Rata-Rata Rasio Keuangan ROA dan ROE, GCG,Karakeristik


Manajemen dan audit internal
Sektor Industri Barang Konsumsi yang Tercatat di BEI per
Desember Tahun 2011-2018

Tahun Audit Karakt Implementasi Profitabilitas


internal eritik GCG
(jumlah Manaj Rapat Rapat
rapat emen dekom dedik ROA (%) ROE (%)
auditor
internal)
2014 30 24.82 47 52 3.75 24.8
2015 33 21.06 40 64 3.31 21.06
2016 19 15.59 32 64 2.77 15.59
2017 16 14.59 34 62 2.98 14.59
2018 18 16.31 40 86 3.08 16.31
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia

Profitabilitas Sektor barang Konsumsi yang ada di Bursa Efek Indonesia mengalami
perubahan dari tahun-ketahun.Hal ini ditunjukkan oleh ROA yang mengalami peningkatan
dari tahun 2014-2015 namun terjadi penurunan pada tahun 2016- 2017,namun mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2018, ROE yang mengalami kenaikan dari tahun 2014-
2015,dan mengalami penurunan dari tahun 2015-2018 Dan dari tabel diatas dapat kita
ketahui rata rata rapat dewan komisaris dan dewan direksi dalam implementasi gcg, dan
juga jumlah rapat audit internal.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada 5 Perusahaan Publik sektor
industri barang konsumsi yang ada di BEI yang dan dimana Sub sektor Industri Barang
Konsumsi tersebut adalah Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, Wahana Interfood Nusantara
Tbk, Sentra Food Indonesia Tbk, Indofood CBP sukses Makmur Tbk, Garudafood Putra
Putri Jaya Tbk yang ada di Bursa Efek Indonesia dalam 5 tahun terakhir.
Selain data empiris, penelitian yang dilakukan Berdasarkan uraian latar belakang
masalah diatas Hal ini merupakan sebuah fenomena yang perlu dicaritahu dan ditelusuri
apakah ada pengaruh dari adanya pengaruh audit internal,GCG,karakteristik manajemen
terhadap Profitabilitas. Untuk mencari tahu kebenaran teori yang telah disebutkan oleh para
penemu teori diatas. Dari Latar belakang, hasil informasi pertumbuhan ekonom pada
Perusahaan sektor Barang Konsumsi fi 2014-2018 peneliti tertarik pada fenomena yang
terjadi pada tahun 2015.

Maka peneliti tertarik untuk meneliti kebenaran teori dengan fakta data empiris yang
telah terjadi dalam lima tahun berturut-turut pada perusahaan industry barang konsumsi di
Indonesia yaitu tahun 2014 sampain 2018 bahwa kegiatan pengaruh audit
internal,GCG,karakteristik manajemen terhadap Profitabilitas. Sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yaitu yang berjudul “PENGARUH AUDIT INTERNAL,GCG,DAN
KARAKTERISTIK MANAJEMEN TERHADAP PROFITABILITAS” Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah audit internal,GCG,dan karakteristik manajemen
sedangkan variabel dependennya adalah Profitabilitas .Data yang telah digunakan adalah
data sekunder.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut :

1. Apakah audit internal berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas ?


2. Apakah GCG berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas ?
3. Apakah karakteristik manajemen berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas ?
4. Apakah audit internal,GCG,dan karakteristik manajemen berpengaruh simultan
terhadap Profitabilitas ?

1.3. TUJUAN PENELITIAN


Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk menguji dan menganalisis apakah audit internal berpengaruh signifikan
terhadap Profitabilitas ?
2. Untuk menguji dan menganalisis apakah GCG berpengaruh signifikan terhadap
Profitabilitas ?
3. Untuk menguji dan menganalisis apakah karakteristik manajemen berpengaruh
signifikan terhadap Profitabilitas?
4. Untuk menguji dan menganalisis apakah audit internal,GCG,dan karakteristik
manajemen berpengaruh simultan terhadap Profitabilitas?

1.4. KEGUNAAN PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:


1. Bagi investor
Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai bahan masukan untuk berinvestasi pada perusahaan.
2. Bagi emiten,
Hasil penelitian ini diharapkan diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat
sebagai bahan masukan untuk mengambil keputusan dalam rangka meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
3. Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui tentang audit internal,GCG,dan karakteristik
manajemen terhadap profitabilitas sehingga perusahaan dapat mengetahui langkah
selanjutnya yang dapat dilakukan dalam mengatasi atau menghindari atau menghindari sedini
mungkin kebangkrutan

4 . Bagi pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan Sebagai sumber informasi, referensi dan bahan
pembanding untuk membahas penelitian selanjutnya yang berkaitan, serta menjadi sumber
informasi tambahan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan

5. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai audit internal,GCG,dan
karakteristik manajemen terhadap profitabilitas serta dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Audit Internal

a. Pengertian Audit Internal

Menurut Yahya Nuryanto (2010: 1):Audit Internal adalah suatu penilaian yang dilakukan
oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat dipercayainya, efisiensi,
kegunaan catatan-catatan (akuntansi) perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat
dalam perusahaan. Berhasil atau tidaknya audit internal di dalam perbankan, perlu
diadakannya perbandingan pengukuran kinerja sebelum dan sesudah pemeriksaan
dilaksanakan.

Tujuan dari Audit Internal adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, dan saran
mengenai kegiatan yang di audit. Berhasil atau tidaknya Audit Internal di dalam perbankan,
perlu diadakannya perbandingan. Perbandingan yang dimaksud ialah perbandingan
pengukuran kinerja sebelum dan sesudah pemeriksaan dilaksanakan, hasil dari pengukuran
kinerja tersebut dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perbankan dan dengan penilaian
kesehatan pihak bank dapat mengukur tingkat kinerja keuangannya.

Menurut Sukrisno Agoes (2004: 11) internal audit (pemeriksaan intern) adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan
keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen
yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan internal auditor 22 biasanya lebih rinci
dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.
Selanjutnya menurut The Intitute of Internal Auditor (IIA) Audit Internal merupakan
aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan
nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. IIA memperkenalkan Standards for the
Professional Practice of Internal Auditing-SPPIA (Standar) yang berisi definisi berikut:
“Audit Internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk
memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada
perusahaan”. Audit Internal membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan
menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola.
Ditambahkan pula bahwa Audit Internal merupakan profesi yang dinamis dan terus
berkembang yang mengantisipasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses dan
teknologi.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Audit Internal adalah suatu
proses yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dan
mengevaluasi kesesuaian kodisi atau informasi tersebut dengan aturan-aturan yang telah
dibuat dan menyampaikan kepada pihak-pihak yang 23 berkepentingan guna perbaikan
selanjutnya, sehingga dapat tercapai tujuan suatu oragnisasi atau entitas.

a. Tujuan dan Fungsi Audit Internal

Menurut Wiliam C. Boyton, Johnson dan Kell (2006: 8) tujuan Audit Internal adalah
untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang
efektif. Menurut Mulyadi (2002: 211) fungsi audit intern merupakan kegiatan penilaian yang
bebas yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi,
keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawab mereka.

b. Ruang Lingkup Audit Internal

Ruang lingkup kegiatan Audit Internal mencakup bidang yang sangat kompleks meliputi
seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif maupun operasional yaitu
meliputi: (1) evaluasi pengendalian internal; (2) evaluasi pengelolaan; (3) evaluasi proses
governance (A.W Tunggal, 2008). Lebih lanjut menurut Wheelen dan Hunger menjelaskan
mengenai esensi pelaksanaan Audit Internal adalah berada dalam tahap evaluasi dan
pengendalian, berdasarkan hasil evaluasi dan pengendalian ini para manajer perusahaan di
semua level menggunakan informasi (umpan balik) hasil 24 kinerja untuk melakukan
tindakan perbaikan berkesinambungan dan pemecahan masalah.

2.1.2 Pengertian Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)

Frasa Corporate Governance ( CG ) berasal dari dua kata, yaitu Corporate dan
Governance. Kata Corporate merupakan kata sifat ( adjective ) yang bermakna “ berbagai
sifat yang berkaitan dengan korporasi atau perusahaan “. Kata governance merupakan kata
benda ( noun ) yang bermakna pengelolaan. Governance diartikan sebagai kualitas hubungan
antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani dan dilindungi.

Secara sederhana GCG adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
untuk menciptakan nilai tambah serta mengurangi kemungkinan adanya kecurangan yang
terjadi. Menurut Surat Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pembinaan BUMN No.23/MPM.PBUMN/2000 tentang pengembangan praktek Good
Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan
perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Pengertian good
corporate governance menurut World Bank yang dikutip dalam Joni Emirzon (2007)
menyatakan bahwa: “ Good CorporateGovernance adalah kumpulan hukum, peraturan, dan
kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber
perusahaan bekerja dengan efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun bagi masyarakat sekitar secara
keseluruhan”.

Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia good corporate governance adalah suatu
sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan secara professional
berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responbilitas, independen serta
kewajaran dan kesetaraan. Tujuan utama dilaksanakannya goodcorporate governance adalah
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya dalam jangka panjang. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa good corporate governance adalah suatu sistem, tata
kelola, serta praktik penyelenggaraan bisnis yang baik dan profesional berlandaskan prinsip-
prinsip yang ada dan mengatur hubungan antara shareholder dan stakeholder untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan.

Terdapat 5 (lima) prinsip good corporate governance yang harus dilakukan oleh
perusahaan yang terdapat dalam Code of Corporate Governance yang diterbitkan oleh Bursa
Efek Indonesia. Kelima prinsip tersebut yaitu:

1. Keterbukaan Informasi (Transparency)Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan


informasi baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan kegiatan perusahaan. Menurut peraturan di pasar modal
Indonesia,yang dimaksud informasi material dan relevan adalah informasi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan atau kebijakan, naik turunnya harga saham
perusahaan, atau yang mempengaruhi secara signifikan risiko serta prospek usaha
perusahaan.

2. Akuntabilitas (Accountability)Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan


pertanggung jawaban perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
Masalah yang sering ditemukan di perusahaan-perusahaan Indonesia adalah kurangnya fungsi
pengawasan dewan komisaris atau justru sebaliknya, komisaris utama atau dewan komisaris
mengambil peran berikut wewenang yang seharusnya dijalankan direksi. Padahal, diperlukan
kejelasan tugas serta fungsi organ perusahaan agar terciptanya suatu mekanisme checks and
balance kewenangan dan peran dalam mengelola perusahaan. Kewajiban memiliki komisaris
independen dan komite audit sebagaimana yang ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia,
merupakan salah satu implementasi prinsip ini.

3. Pertanggungjawaban (Responsibillity) Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian


(kepatuhan) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku disini termasuk berkaitan
dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup, kesehatan atau
keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan sehat. Penerapan prinsip ini
diharapkan membuat perusahaan menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali
menghasilkan eksternalitas negatif yang harus ditanggung oleh masyarakat. Di luar hal itu,
lewat prinsip responsibility ini juga diharapkan dan kesempatan kerja pada segmen
masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar.

4. Kemandirian (Independency) Kemandirian merupakan prinsip penting dalam penerapan


good corporate governance di Indonesia. Independency atau kemandirian adalah
suatukeadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturankepentingan dan
pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidaksesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip – prinsipkorporasi yang sehat. Kemandirian terutama
sekali penting dalamproses pengambilan keputusan. Hilangnya kemandirian dalam
prosespengambilan keputusan akan menghilangkan objektivitas dalam pengambilan
keputusan tersebut. Kejadian ini akan sangat fatal bila ternyata harus mengorbankan
kepentingan perusahaan yang seharusnya mendapat prioritas perusahaan. Untuk
meningkatkan independency dalam mengambil keputusan bisnis, perusahaan hendaknya
mengembangkan beberapa aturan pedoman, dan praktik di tingkat corporate board, terutama
di tingkat dewan komisaris dan direksi yang oleh Undang-undang didaulat untuk mengurus
perusahaan dengan sebaik-baiknya.

5. Kesetaraan dan kewajaran (Fairness) Kesetaraan dan kewajaran (fairness) merupakan


perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul
berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness juga mencakup
adanya peraturan untuk melindungi hak-hak investor khususnya pemegang saham minoritas
dari berbagai bentuk kecurangan.

2.1.1.2 Mekanisme Good Corporate Governance

Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu yang tersistem untuk mempengaruhi


persyaratan tertentu. Mekanisme good corporate governance merupakan suatu prosedur dan
hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang melakukan
kontrol atau pengawasan terhadap keputusan. Penelitian mengenai good corporate
governance menghasilkan berbagai mekanisme yang bertujuan untuk meyakinkan bahwa
tindakan manajemen selaras dengan kepentingan stakeholder. Mekanisme good corporate
governance ada 2 kelompok:
1. Mekanisme Internal (Internal Mechanisme) adalah cara untuk mengendalikan perusahaan
dengan menggunakan struktur dan proses internal, seperti komposisi dewan direksi atau
komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif.

2. Mekanisme Eksternal (External mechanisme) adalah cara mempengaruhi perusahaan selain


dengan menggunakan mekanisme internal seperti pengendalian oleh pasar dan level debt
financing, peraturan hukum, investor, akuntan publik.

2.1.1.3 Tujuan Good Corporate Governance

Menurut Wardani (2008) penerapan prinsip good corporate governance secara


konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan sebagai berikut:

1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.

2. Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.

3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja

ekonomi perusahaan.

4. Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari stakeholders terhadap

perusahaan.

5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

Sedangkan menurut FCGI (Forum for Corporate Governance Indonesia) tujuan Good
corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Good corporate governance dimaksudkan untuk:

a. Mengatur hubungan-hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan


direksi.

b. Mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan yang signifikan dalam strategi korporasi.


Korporasi adalah mekanisme yang dibangun agar berbagai pihak dapat memberikan
kontribusi berupa modal, keahlian (expertise), dan tenaga, demi manfaat bersama.
c. Memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki segera. Industri
pasar modal telah berkembang. Secara teoritis, pratik goodcorporate governance dapat
meningkatkan nilai (valuation) perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka,
mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang
menguntungkan diri sendiri, dan umumnya good corporate governance dapat meningkatkan
kepercayaan investor.

2.1.1.4 Teori Keagenan ( Agency Theory )

Teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu good corporate
governance dan earning management. Agensi teori mengakibatkanhubungan yang asimetri
antara pemilik dan pengelola, untuk menghindari terjadihubungan yang asimetri tersebut
dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep good corporate governance yang bertujuan untuk
menjadikan perusahaan menjadi lebihsehat. Penerapan good corporate governance
berdasarkan pada teori agensi, yaitu teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara
manajemen dengan pemilik,manajemen sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan
memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kontrak. Agen sebagai pihak yang bertugas
untuk mengelola perusahaan mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas
perusahaan, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Di sisi lain, prinsipal tidak
memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Ketidakseimbangan informasi inilah
yang disebut dengan asimetri informasi (asymmetric information). Oleh karena itu,
pengertian informasi asimetri adalah adanya informasi yang tidak seimbang karena adanya
distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Prinsipal seharusnya
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat keberhasilan agen. Namun
informasi tentang ukuran keberhasilan agen tidak disajikan seluruhnya. Akibatnya, informasi
yang diperoleh prinsipal kurang lengkap sehingga tidak dapat menjelaskan kinerja agen
dalam mengelola kekayaan prinsipal yang telah dipercayakan kepada agen. Dengan hal ini
terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak
berusaha untuk mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga munculah informasi
asimetri antara manajemen dengan pemilik yang dapat memberikan kesempatan kepada
manajer untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai
kinerja ekonomi perusahaan (Sefiana, 2009).

Jensen and Mecking (1976) dalam Toruan (2014) menyebutkan manajer suatu
perusahaan sebagai “agen” dan pemegang saham “principal”. Pemegang saham yang
merupakan principal mendelegasikan pengambilan keputusan bisnis kepada manajer yang
merupakan perwakilan atau agen dari pemegang saham. Permasalahan yang muncul sebagai
akibat sistem kepemilikan perusahaan seperti ini bahwa adalah agen tidak selalu membuat
keputusan – keputusan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan terbaik principal. Salah
satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan agen yang berbeda
dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan cenderung untuk mengejar tujuan
pribadi.

Terdapat cara-cara langsung yang digunakan pemegang saham untuk mengawasi manajemen
perusahaan sehingga membantu memecahkan konflik keagenan. Pertama, pemegang saham
mempunyai hak untuk mempengaruhi cara perusahaan dijalankan melalui voting dalam rapat
umum pemegang saham , hak voting pemegang saham merupakan bagian penting dari aset
keuangan mereka. Kedua, pemegang saham melakukan resolusi dimana suatu kelompok
pemegang saham secara kolektif melakukan lobby terhadap manajer (mewakili perusahaan)
berkenaan dengan isu-isu yang tidak memuaskan mereka. Pemegang saham juga mempunyai
opsi divestasi (menjual saham mereka), divestasi memprestasikan suatu kegagalan dari
perusahaan untuk mempertahankan investor, dimana divestasi diakibatkan oleh
ketidakpuasan pemegang saham atas aktivitas manajer (Warsono, 2009).
Konsep Agency Theory adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agen. Principal
memperkerjakan agen untuk melakukan tugas dalam rangka memenuhi kepentingan
principal.

2.1.1.5 Dewan Komisaris

Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta
memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi. Dalam melaksanakan tugas, dewan komisaris bertanggung jawab kepada RUPS.
Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas
pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
Kinerja Dewan komisaris dievaluasi berdasarkan unsur – unsur penilaian kinerja yang
disusun secara mandiri oleh dewan komisaris. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap
akhir periode tutup buku. Hasil penilaian kinerja dewan komisaris disampaikan dalam RUPS.
Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dapat dirinci sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan Perseroan oleh Direksi serta
memberikan persetujuan dan pengesahan atas rencana kerja dan anggaran tahunan Perseroan.
2. Mengadakan rapat atau pertemuan secara berkala untuk membahas pengelolaan
operasional Perseroan.
3. Mengawasi pengelolaan Perseroan atas kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direksi dan
memberikan masukan jika diperlukan.
4. Menominasikan dan menunjuk calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi untuk
diajukan dan disetujui dalam RUPS Tahunan.
5. Menentukan jumlah remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi, berlandaskan
pada wewenang yang diberikan dalam RUPS Tahunan.
6. Menunjuk dan menetapkan anggota Komite Audit.

Anggota dewan komisaris telah memenuhi jumlah, komposisi, kriteria dan independensi
sesuai Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE03/PM/2000 dimana jumlah anggota dewan
komisaris saat ini adalah 7 (tujuh) orang dengan 3 (tiga) orang diantaranya atau sama dengan
43% anggota dewan komisaris adalah Komisaris Independen.

2.1.1.6 Komisaris Independen

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata – mata demi kepentingan perusahaan.
Tugas komisaris independen adalah menjamin transparansi dan keterbukaan
laporan keuangan perusahaan, memperlakukan yang adil terhadap pemegang saham minoritas
dan stakeholder lainnya. Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk
mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat
melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.

2.1.1.7 Ukuran Perusahaan

Menurut Suwito dan Herawaty (2005) dalam Kurniasih & Ratna Sari ukuran
perusahaan adalah pengelompokan perusahaan kedalam beberapa kelompok, diantaranya
perusahaan besar, sedang, kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk
mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan.
Sedangkan menurut Sidharta (2000) ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat
dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total perusahaan juga dapat digunakan untuk
mengukur besar kecilnya perusahaan, karena biaya-biaya yang mengikuti penjualan
cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi memilih
kebijakan akuntansi yang mengurangi laba.
Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset, karena total asset
perusahaan bernilai besar maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikan ke
dalam logaritma naturan (Ghozali,2006).
Menurut Setiadi (2007) ukuran perusahaan yang biasa dipakai untuk menentukan tingkatan
perusahaan adalah:
1. Tenaga kerja merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar
atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu.
2. Tingkat penjualan merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu.
3. Total utang merupakan jumlah utang perusahaan pada periode tertentu.
4. Total asset, merupakan keseluruhan asset yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu.

2.1.1.8 Kepemilikan Manajerial

Dalam agency theory dikatakan bahwa kepentingan antara manajer selaku pengelola
perusahaan dengan pemegang saham akan bertentangan. Menurut Jansen (1993) dalam Faizal
(2004), hipotesis pemusatan kepentingan (convergence of interest hypothesis) menyatakan
bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham
manajerial maka semakin baik kineja perusahaan. Dengan semakin baik nya kinerja
perusahaan maka diharapkan harga saham perusahaan akan meningkat juga.
Penelitian yang dilakukan Christiawan dan Tarigan (2007) menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan rata-rata kinerja perusahaan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, meskipun rata-rata kinerja perusahaan dengan
kepemilikan manajerial lebih baik. Dalam penelitian Aprina (2012) disimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

2.1.1.9 Kepemilikan Institusional

Keberadaan investor institusional dianggap mampu mengoptimalkan pengawasan kinerja


manajemen dengan memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen
selaku pengelola perusahaan.Hasil penelitian Kartikawati (2007) menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap profitabilitas perusahaan.Kepemilikan
institusional ditunjukkan dengan tingginya persentase saham perusahaan yang dimiliki oleh
pihak institusi.Yang dimaksud dengan pihak institusi dalam hal ini berupa LSM, perusahaan
asuransi, bank, perusahaan investasi, bank, perusahaan investasi maupun perusahaan
swasta.Shleifer and Vishny (1999) mengemukakan bahwa institutional shareholders
memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Hal ini akan
berpengaruh positif bagi perusahaan tersebut, baik dari segi peningkatan profitabilitas
perusahaan maupun peningkatan kinerja usaha.

2.1.3 Definisi Profitabilitas

1.1. Pengertian Profitabilitas

Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam


persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan
laba pada tingkat yang dapat diterima.

Sofyan Syafri Harahap (2008:219),mendefinisikan profitabilitas adalah sebagai


berikut: Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba
melalui semua kemampuan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya.

Munawir (2004:33) mengatakan hal yang senada mengenai profitabilitas, yaitu:


Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode
waktu tertentu. Sedangkan, definisi profitabilitas menurut Brigham dan Houston
(2006:107) Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.

Profitabilitas dapat ditetapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang


relevan.Salah satu tolak ukur tersebut adalah dengan rasiokeuangan sebagai salah satu
analisa dalam menganalisa kondisi keuangan, hasil operasi dan tingkat profitabilitas
suatu perusahaan.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba


(keuntungan) dalam suatuperiode tertentu.Pengertian yang semakna dengan ini
dikemukakan oleh Husnan (2001) bahwa profitabilitas merupakan kemampuansuatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan
modal saham tertentu.

Sedangkan Menurut Michelle & Megawati (2005) Profitabilitas adalah kemampuan


perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian dividen
perusahaan. Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Pada gilirannya,
profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas
investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat
menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya,
sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor menarik
dananya.Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai
evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.Dalam kegiatan operasional
perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan
perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua
sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Pengguna
semua sumber daya tersebut memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang
tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang dikurangkan dengan
beban pokok penjualan dan beban-beban lainnya.
1.1.1. Pengukuran Profitabilitas

Laba yang dicapai sesuai target dapat memberikan kesejahteraan bagi


stakeholders,dapat meningkatkan mutu produk, serta dapat digunakan untuk melakukan
investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut
harusmampu untuk memenuhi target yang telah ditetapkan.Untuk mengukur tingkat
keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio profitabilitas (Kasmir, 2014:196).
Menurut Irham Fahmi (2011:135), rasio profitabilitas adalah: Rasio yang mengukur
efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan oleh besar kecilnya tingkat
keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.

Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Hendra S. Raharjaputra (2009:205) yang
mengatakan bahwa: Rasio profitabilitas perusahaan yaitu rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba
perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan, maupun
modal sendiri (shareholders equity).

Kasmir (2014:196) menjelaskan bahwa hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat
evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau
tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen
yang baru terutama setelah manajemen lamamengalami kegagalan Oleh karena itu, rasio
profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah


Rasio Pengembalian Aset (Return on Assets Ratio), Return on Equity Ratio (Rasio
Pengembalian Ekuitas).

Tingkat pengembalian aset merupakan rasio profitabilitas untuk menilai persentase


keuntungan (laba) yang diperoleh perusahaan terkait sumber daya atau total asset
sehingga efisiensi suatu perusahaan dalam mengelola asetnya bisa terlihat dari
persentase rasio ini. Rumus Rasio Pengembalian Aset sebagai berikut. ROA = Laba
Bersih : Total Aset

Return on Equity Ratio (ROE) merupakan rasio profitabilitas untuk menilai


kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham
perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam persentase. ROE dihitung dari penghasilan
(income) perusahaan terhadap modal yang diinvestasikan oleh para pemilik perusahaan
(pemegang saham biasa dan pemegang saham preferen). Return on equity menunjukkan
seberapa berhasil perusahaan mengelola modalnya (net worth), sehingga tingkat
keuntungan diukur dari investasi pemilik modal atau pemegang saham perusahaan. ROE
yaitu rentabilitas modal sendiri atau yang disebut rentabilitas usaha. Rumus Return On
Equity sebagai berikut. ROE = Laba Bersih Setelah Pajak : Ekuitas Pemegang saham.

1.1.2. Tujuan dan Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas memiliki tujuan dan tidak hanya bagi pihak internal, tetapi juga
bagi pihak ekternal atau diluar perusahaan, terutama pihakpihak yang memiliki
kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas menurut Kasmir
(2014:197), adalah:

1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal sendiri.

1.1.3. Manfaat Rasio Profitabilitas


Manfaat yang diperoleh oleh pihak diluar perusahaan, terutama pihak-pihak yang
memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan.Manfaat penggunaan rasio
profitabilitas adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
2.2 Penelitian Terdahulu

Judul Abstrak Variabel Kesimpulan


Independen
dan
Dependent
ABSTRAK Variabel
Metode penelitian menggunakan Independent Kepemilikan
Structure Effect deskriptif : Structure manajerial
Ownership of teknik analisis kuantitatif dan effect berpengaruh
Profitability as well sampling jenuh; sedangkan ukuran ownership of positif
Impact on populasi adalah profitability signifikan
Stock price orang, yang terdiri dari berbagai Dependent : terhadap
Sector companies dewan direktur, pengawas, manajer, Stock price profitabilitas
That finance dan
Listing in Laos. administrator. Data primer yang
Period 2009-2013 dibutuhkan dalam penelitian ini
diperoleh dengan menggunakan
metode survei yang
melibatkan kuesioner dan
melakukan wawancara terstruktur.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan statistik oleh
menggunakan analisis jalur

Penelitian ini bertujuan untuk Variable


Structure Effect menguji pengaruh antara tata kelola Independent Kepemilikan institusional
Ownership and Good perusahaan terhadap kinerja : Ownership berpengaruh
Corporate Governance keuangan , baik secara langsung and Good negatif signifikan,
On performance maupun tidak langsung melalui Corporate sedangkan kepemilikan
Finance on risiko kredit dan risiko operasional. Governance manajerial tidak berpengaruh
Banking company Penelitian ini menggunakan terhadap profitabilitas
Registered in Malaysia pendekatan kuantitatif. Dependent :
Year 2011-2012 Pengambilan sampel menggunakan On
metode sampel jenuh. Terdapat 27 performance
perbankan yang memenuhi kategori Finance
sebagai sampel. Selanjutnya, Partial
Least Square (PLS) digunakan
untuk analisis dan pengujian
hipotesis dan software Free Statistic
Calculation for Sobel Test versi 4
untuk pengujian variabel risiko
kredit dan risiko operasional
sebagai mediasi.

Prinsip-prinsip ini dan Variable Kepemilikan


metode masih mewakili sebagian Independent institusional
Pengaruh Struktur besar dasar dari bidang ini hari ini, : Kepemilika berpengaruh
Kepemilikan dan tetapi banyak kemajuan telah dan positif
Ukuran Perusahaan dibuat, terkait dengan platform Ukuran terhadap
Terhadap teoretis dan model serta prosedur Perusahaan profitabilitas,
Profitabilitas praktis. Tujuan dari Dependent: sedangkan
pada Perusahaan Real makalah yang diundang saat ini Profitabilitas kepemilikan
Estate yang Terdaftar adalah untuk melakukan tinjauan manajerial
di BEI kemajuan ini, dengan fokus khusus tidak
pada hal mendasar berpengaruh
ide dan pemikiran yang mendasari terhadap
ini. Kami telah mencari tren dalam profitabilitas
perspektif dan pendekatan,
dan kami juga merefleksikan di
mana pengembangan lebih lanjut
bidang risiko diperlukan dan harus
didorong.
Makalah ini ditulis untuk pembaca
dengan berbagai jenis latar
belakang, tidak hanya untuk para
ahli tentang risiko.
Kuesioner yang dimodifikasi, Variabel Kepemilikan
dibagi menjadi dua bagian Independent manajerial,
Pengaruh Struktur dikembangkan dan dikelola untuk : Struktur Kepemilikan
Kepemilikan Terhadap dewan direksi bank tertentu, pejabat kepemilikan Institusional
Profitabilitas pada manajemen risiko senior dan staf Independent Tidak
Perusahaan Manufaktur terpilih. Itu : Berpengaruh
di Indonesia Bagian pertama dari kuesioner Profitabilitas Terhadap
mencakup lima aspek: memahami Profitabilitas
risiko dan manajemen risiko,
identifikasi risiko, penilaian dan
analisis risiko, pemantauan risiko,
dan tata kelola perusahaan
dan praktik manajemen risiko.
Bagian ini termasuk 32 pertanyaan
tertutup berdasarkan
skala interval. Bagian kedua terdiri
dari dua pertanyaan tertutup
berdasarkan ordinal
skala berurusan dengan dua topik:
metode identifikasi risiko, dan
risiko yang dihadapi sampel
bank.

ABSTRAK Variabel Artikel ini memungkinkan untuk


Manajemen Risiko Sepanjang rantai pasokan apa pun, Independent memahami masalah risiko yang terkait
Dalam Rantai Pasokan: banyak insiden yang kurang lebih : Manajemen dengan rantai pasokan dan pengaruhnya
Karakterisasi Dan kritis dapat mencegah perusahaan Resiko terhadap
Analisis Empiris memperoleh tingkat kinerja logistik Dependent : kinerja logistik. Hasil empiris pada
terhadap profitabilitas yang diharapkan. Mengetahui cara Profitabilitas sampel penting dari perusahaan industri
mengantisipasi dan mengelola Maroko mengkonfirmasi
Lhoussaine Ouabouch Oleh karena itu risiko rantai bahwa risiko yang terkait dengan rantai
pasokan merupakan pendekatan pasokan secara negatif mempengaruhi
penting untuk mempertahankan kinerja logistiknya:
keunggulan kompetitif. Itu
Tujuan artikel ini adalah untuk
mengevaluasi dampak risiko terkait
dengan berfungsinya suatu
persediaan
rantai pada kinerja logistiknya.

Literatur terbaru tentang Variabel : Literatur manajemen risiko menekankan


Alat Risiko untuk manajemen risiko telah Resiko pada penggunaan alat risiko sebagai
Penilaian Risiko menyarankan bahwa pemilihan alat penilaian,Res komponen fundamental risiko
Strategis: Sebuah Studi penilaian risiko dapat dipengaruhi iko Strategis proses manajemen dan tampaknya
Eksplorasi berdasarkan jenis risiko yang Dependent : menyarankan penggunaan gabungan
dikelola. Secara khusus, penilaian Studi teknik kuantitatif dan kualitatif untuk
Antonio Costantini risiko strategis tampaknya Eksplorasi penilaian risiko strategis. Tujuan dari
menyiratkan penggunaan keduanya makalah eksplorasi ini adalah untuk
teknik kuantitatif dan kualitatif. menyelidiki apakah karakterisasi ini
Studi eksplorasi ini menyelidiki berlaku dalam praktik, dengan menguji
apakah karakterisasi ini berlaku dua proposisi dan memberikan beberapa
praktik, berdasarkan survei yang wawasan tentang penggunaan dan
mempertimbangkan sampel acak kepentingan yang dirasakan
dari 61 perusahaan manufaktur dari serangkaian teknik penilaian risiko di
besar dari Italia. Hasil antara perusahaan manufaktur besar di
Tekankan bahwa perusahaan yang Italia.
disurvei cenderung menggunakan
kuantitatif (probabilistik dan non-
probabilistik) dan kualitatif
teknik (peta risiko) untuk
mengevaluasi risiko strategis.
Analisis juga menunjukkan bahwa
teknik kuantitatif
dianggap sama pentingnya dengan
yang kualitatif, dan bahwa mereka
secara keseluruhan cukup relevan.
Hasilnya menunjukkan itu
apa literatur manajemen risiko yang
diajukan tentang penggunaan alat
untuk penilaian risiko strategis
secara luas selaras dengan
tanggapan dari Chief Financial
Officer
Proyek konstruksi terkenal rentan Variabel Tidak ada proyek konstruksi yang bebas
dengan tingkat risiko tinggi itu Independent risiko: risiko dapat dikelola,
Panduan untuk tidak dapat diabaikan tetapi dapat : Manajemen diminimalkan, dibagikan,
Manajemen Risiko di dikelola. Para peneliti telah Resiko ditransfer atau diterima; tapi itu tidak bisa
Indonesia mempelajari banyak aspek diabaikan. Perusahaan konstruksi
Proyek Konstruksi: manajemen risiko termasuk Independent harus mengadopsi pendekatan manajemen
Sekarang identifikasi, analisis / penilaian, : Proyek risiko yang tepat tidak hanya untuk
Pengetahuan dan Arah respon dan Konstruksi menyelesaikannya
Masa Depan kontrol. Terlepas dari kenyataan proyek sesuai dengan tujuan proyek
bahwa studi difokuskan pada mereka tetapi juga untuk menjaga daya
manajemen risiko dalam konstruksi saing mereka di industri konstruksi.
proyek telah meningkat, tampaknya Meskipun peneliti telah menarik sangat
ada sejumlah publikasi besar
studi yang meringkas apa yang perhatian pada setiap langkah proses
telah disajikan dalam literatur. Di manajemen risiko, dalam bab ini,
dalam ditujukan
Berkenaan dengan, bab ini untuk menyajikan literatur mutakhir
bertujuan untuk menyajikan dengan menganalisis kontribusi penelitian
literatur yang ada tentang dalam
manajemen risiko dari domain manajemen risiko.
perspektif holistik dan memberikan Meskipun subjek manajemen risiko yang
panduan untuk arah masa depan. ditemukan dalam literatur telah mencapai
Dengan tujuan ini, a kejenuhan
tinjauan literatur sistematis telah Intinya, peneliti konstruksi masih
dilakukan dengan menghadirkan mempelajari berbagai aspek risiko
area yang difokuskan manajemen melalui penerapan berbagai
oleh para peneliti dan juga yang metodologi penelitian.
diabaikan, dengan menunjukkan
tren dalam penelitian
selama bertahun-tahun dan dengan
mendiskusikan kesenjangan
penelitian untuk studi potensial.
Proposisi nilai manajemen risiko Variabel Dalam memeriksa praktik ERM dari 12
perusahaan (ERM) selalu Independent perusahaan sampel dan kinerjanya dalam
Studi tentang dipertanyakan ketika perusahaan Manajemen periode yang sangat fluktuatif antara 2008
Manajemen Risiko berjuang untuk membenarkan Resiko,Resik dan 2009, kami menemukan bahwa secara
Perusahaan dan Kinerja waktu dan upaya o Bisnis umum, pengawasan Dewan terhadap
Bisnis ERM membutuhkan. Krisis ERM dikaitkan dengan kinerja unggul
ekonomi global pada tahun 2008 dalam pelestarian dan penciptaan nilai.
Linshan Li dan 2009 memberikan peluang Dengan berfokus pada karakteristik 5
yang sangat baik untuk menguji perusahaan dengan RC khusus, kami
dampak ERM. Dalam studi ini, menemukan bahwa ada fitur RC tertentu
kami akan menganalisis yang diinginkan
kemampuan 12 perusahaan sampel seperti dalam komposisi RC dan
untuk melestarikan dan komitmen anggota yang dapat
menciptakan nilai dalam berkontribusi
wajah segudang ketidakpastian. untuk kinerja yang lebih baik. Juga
Analisis kami terutama berfokus ditemukan bahwa ada hubungan antara
pada indikator keuangan yang Pengawasan ERM oleh Dewan dan
dikumpulkan dari laporan tahunan ukuran serta kompleksitas perusahaan.
dan pengungkapan online. Secara keseluruhan ada
Saat melihat keberadaan komite mungkin bukti yang cukup untuk
risiko (RC) dan komite audit (AC), mengatakan bahwa pengawasan formal
komponen, dan pedoman operasi, ERM di Dewan
kami pertama-tama memperhatikan meningkatkan kinerja dan diperlukan
bahwa di antara untuk mempertahankan perusahaan yang
12 perusahaan, 5 perusahaan beroperasi di luar a
memiliki Board RC yang terpisah, skala dan kompleksitas tertentu
4 melakukan pengawasan ERM
hanya melalui AC, dan 3
perusahaan tidak memiliki
pengawasan Dewan ERM sama
sekali.
Secara umum, analisis kami tentang
profitabilitas, likuiditas, dan harga
saham menunjukkan hal itu
Pengawasan dewan ERM dikaitkan
dengan kinerja yang unggul. Kami
berusaha
untuk menjelaskan beberapa
pengecualian yang ditemukan
dalam penelitian ini dan
menemukan bahwa ini terkait
dengan kinerja industri umum dan
strategi yang diadopsi oleh masing-
masing perusahaan. Melalui
eksplorasi kualitatif karakteristik
RC,
fitur yang diinginkan mengenai
komposisi RC, frekuensi rapat
komite
pola, jumlah posisi dewan dan
pengawasan Dewan pada komite
memberikan beberapa saran tentang
apa yang sebenarnya membuat
RCtick. Pemeriksaan lebih dekat
dari elemen-elemen ini
mengungkapkan hubungan yang
masuk akal antara aspek kualitatif
RC dan kinerja outlier dalam
penelitian kuantitatif.
2. 3 Kerangka Berpikir

Audit
Internal

ℎ1

Profitabilit
Good Corporate
ℎ2
Government as

ℎ3

Karakteristik
Manajemen

ℎ4

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis

Berdasarkan Teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut:

h1: Audit Internal berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba

h2: Good Corporate Government berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba


h3: Karakteristik Manajemen berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba

h4: Audit Internal, Good Corporate Government dan karakteristik manejemen secara simultan
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


Agar penelitian ini sesuai dengan yang diharapkan maka penulis membatasi ruang lingkup
penelitian yaitu,perusahaan perbankan

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder.Data Sekunder
adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada
.Sumber data sekunder adalah catatan atau dokumentasi perusahaan,publikasi pemerintah dan
seterusnya (Uma Sekaran, 2011).

Adapun periode penelitian adalah tahun 2014 – 2018. Data yang dipergunakan berupa Nilai
Perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data penelitian ini
diambil dari:

1. Laporan keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI

2. Profil perusahaan tercatat di BEI dari idx.co.id

3.3 POPULASI DAN SAMPEL

3.3.1 Populasi

Menurut Azwar (1999:77) populasi didefenisikan sebagai kelompok subjek yang


hendak dikenakan generalisasi penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah sebagian
perusahaan Konsumsi yang ada di Bursa Efek Indonesia yang adadi Indonesia yang dipilih
peneliti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu sebanyak 4 perusahaan. Perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangan yang diaudit
secara berturut-turut dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018.
3.3.2 Sampel

Sampel adalah suatu proses memilih sebagian dari unsur populasi yang jumlahnya
mencukupi secara statistic sehingga dengan mempelajari sampel memahami karakteristik-
karakteristiknya akan diketahui tentang keadaan populasi. Dalam penelitian ini diambil
sampling yaitu Industri barang konsumsi yang ada di BEI

1. Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA)


2. Wahana Interfood Nusantara (COCO)
3. Sentra Food Indonesia (FOOD)
4. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP)
5. Garuda Food Putra-Putri Jaya (GOOD)

3.4 Jenis dan Defenisi Variabel

Adapun jenis dan defenisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Variabel Dependen

Profitabiltas
Variabel dependen adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s
menuerut White et al. (2002) Dalam Retno dan Priantinah (2012) Tobin’s sapat dirumuskan
sebagai berikut :

Keterangan :

Q : Nilai Perusahaan
EMV : Nilai pasar ekuitas, diperoleh dari hasil perkalian harga saham peneutup akhir tahun
dengan jumlah saham beredar pada akhir tahun.
EBC : Nilai buku dari ekuitas,diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total
kewajiban
D : Nilai buku dari total utang
ROE = Laba Bersih Setelah
Pajak Rata−rata Ekuitas
ROA= Laba Sebelum Pajak Rata−rata
Total Aset

2. Variabel Independen

a. Audit Internal

Kepemilikan manajerial diukur dalam jumlah saham yang dimiliki oleh direksi dan komisaris
terhadap jumlah seluruh saham yang beredar (Vionela, 2007).

KepMen = saham yang dimiliki direksi dan komisaris

Total saham yang beredar

b. GCG

Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi atau lembaga
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi, dan institusi
lainnya.Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah lembar
saham yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar
secara keseluruhan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑖𝑛𝑠𝑡𝑖𝑡𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙


Kepemilikan Institusional = 𝑥 100 %
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

c. Karakteristik Manajemen

Current Ratio (CR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Current Ratio (CR) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
3.5 Teknik Analisis Data

3.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal
atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas akan dilakukan dengan menggunakan One
Sample Kolmogrov – Smirnov test dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika taraf signifikan lebih besar dari 5 % atau 0,05.

3.5.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2013).Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal (variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol).

Dalam mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat
dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai cut
off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).

3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda.

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen ( X1,x2….., X3) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah
masing – masing berhubungan positif atau negatif.
Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y’ = a + b1X1 + b2X2 + …. + bnXn

Keterangan :

Y = Variabel dependen ( nilai yang diprediksikan )

a = Konstanta ( nilai Y’ apabila X1 , X2 , . . . . Xn = 0 )

b = Koefisien regresi ( nilai peningkatan ataupun penurunan )

X = Variabel independen

3.5.4 Uji Heteroskedastisitas

Pada uji homoskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup
memiliki varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang
seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama
dikatakan terjadi heterokedastisitas (Rumengan, 2013:106). Untuk menguji apakah terdapat
heteroskedastisitas dapat digunakan Uji Glejser. Jika tingkat signifikansi α berada diatas 5%
(0,05) berarti tidak terjadi heteroskedastisitas tetapi jika berada dibawah 5% berarti terjadi
gejala heteroskedastisitas. Model regresi yang baik tidak memiliki heteroskedastisitas.

Selain uji Glejser, pengujian heteroskedastisitas dapat juga dilakukan dengan


menggunakan grafik scatterplot dan uji Spearman rho. Pengujian dengan grafik scatterplot
dilakukan dengan cara melihat hubungan antara variabel dependennya (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID) apakah terdapat pola tertentu pada grafik scatterplot.

3.5.5 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2013).Dalam penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Waston (DWtest). Untuk pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi disesuaikan dengan tabel keputusan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis nol Keputusan Jika


Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 <d <dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl </ d <4
Tidak ada korelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negative Tidak ditolak du < d < 4 - du

3.5.6 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menguji apakah Hipotesis diuji dengan
menggunakan F-test dan t-test yang akan dijelaskan di bawah ini.

3.5.7 Uji Statistik t

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (H0)
yang akan diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:

H0 : bi = 0

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama
dengan nol, atau:

H1 : bi ≠ 0

Artinya, variabel independen tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap


variabel dependen. Untuk menguji hipotesis menggunakan uji statistik t, dilakukan dengan
cara membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Kriteria pengambilan
keputusannya sebagai berikut:

1. Apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan menerima Ha.


Artinya, suatu variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
2. Apabila t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan menulak Ha.
Artinya, suatu variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

3.5.8 Uji Statistik Deskriptif


Ghozali (2013) menyatakan bahwa statistic deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi).

3.5.9 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengujian regresi, terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi


klasik.Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi,
dan heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini, asumsi klasik yang dianggap paling penting
adalah:

1. Memiliki distribusi normal


2. Tidak terjadi Multikolinearitas antar variabel independen
3. Tidak terjadi Autokorelasi antar residual setiap variabel independen.

3.5.10 Uji Signifikasi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F berguna untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (H0) yang akan diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, atau:

H0 : b1 : b2 : b3 = 0

Artinya, kepemilikan institusional, DER, dan CR tidak memiliki pengaruh yang


signifikan terhadap profitabilitas. Selanjutnya hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua
parameter secara simultan sama dengan nol, atau:

H1 : b1 : b2: b3≠ 0

Artinya, kepemilikan institusional, DER, dan CR memiliki pengaruh yang signifikan


terhadap profitabilitas.

Untuk menguji hipotesis menggunakan statistik F, dilakukan dengan cara


membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Kriteria pengambilan
keputusannya adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak dan menerima Hi, berarti semua
variabel independen secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen.
2. Apabila nilai F-hitung < F-tabel, maka H0 diterima dan menolak Hi, berarti masing-
masing variabel independen secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai