sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2014-
2018)
BAB 1
PENDAHULUAN
Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase
yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada
tingkat yang dapat diterima.Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara
laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain,
profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mencapai laba.Persaingan dalam
dunia usaha, khususnya pada industri perbankan membuat setiap perusahaan semakin
meningkatkan kinerjanya agar tujuan perusahaan dapat tercapai.Salah satu tujuan perusahaan
yaitu mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya.Salah satu upaya
untuk mencapai tujuannya, perusahaan harus selalu berusaha memaksimalkan labanya
sehingga dapat mencapai hasil dan tingkat laba yang optimal.Keberlangsungan hidup
perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal diantaranya yaitu profitabilitas perusahaan itu
sendiri.
Teori Profitabilitas sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu
penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien. Efisiensi
sebuah usaha baru dapat diketahui setelah membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu
perusahaan untuk memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun hutang
jangka panjang (Syamsudin, 2000). Profitabilitas atau kemampuan laba merupakan kemampuan
perusahaan didalam menghasilkan laba. Profitabilitas mencerminkan keuntungan dari investasi
keuangan. Myers dan Majluf (1984) berpendapat bahwa manajer keuangan yang menggunakan
packing order theory dengan laba ditahan sebagai pilihan pertama dalam pemenuhan kebutuhan dana
dan hutang sebagai pilihan kedua serta penerbitan saham sebagai pilihan ketiga, akan selalu
memperbesar profitabilitas untuk meningkatkan laba. Profitability ratio merupakan rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva 12 maupun modal sendiri (Agus Sartono, 2008). Rasio ini sangat diperhatikan oleh calon
investor maupun pemegang saham karena berkaitan dengan harga saham serta dividen yang akan
diterima.
Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif pembiayaan, namun cara untuk
menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan sangat tergantung pada laba dan
aktiva atau modal yang akan dibandingkan dari laba yang berasal dari opersai perusahaan atau laba
netto sesudah pajak dengan modal sendiri. Dengan adanya berbagai cara dalam penelitian
profitabilitas suatu perusahaan tidak mengherankan bila ada beberapa perusahaan yang mempunyai
perbedaan dalam menentukan suatu alternatif untuk menghitung profitabilitas. Hal ini bukan
keharusan tetapi yang paling penting adalah profitabilitas mana yang akan digunakan, tujuannya
adalah semata-mata sebagai alat mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam perusahaan yang
bersangkutan.
Setiap entitas usaha akan selalu berusaha untuk mencapai tujuan usahanya, terutama untuk
memperoleh keuntungan. Dalam menjalankan usahanya dilakukan berbagai macam tindakan yang
diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga keuntungan perusahaan juga akan
meningkat. Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan pada periode tertentu. Menurut Hadi Sulistiawaty (2012: 31), kinerja (performance) dapat
diartikan sebagai aktivitas terukur dari suatu entitas pada periode tertentu sebagai bagian dari
keberhasilan pekerjaan. Informasi mengenai kinerja suatu perusahaan ini berguna, salah satunya untuk
menetapkan kebijakan selanjutnya yang akan diambil oleh manajemen. Oleh karena itu, kinerja
perusahaan sangat penting untuk diukur dan diketahui perkembangannya dari tahun ke tahun. Nora
Riyanti Ningrum (2012) menyatakan dalam penelitiannya bahwa kinerja perusahaan yang tercermin
dalam laporan keuangan merupakan patokan suatu saham dapat dikatakan profitable atau tidak
profitable. Dalam usaha suatu perusahaan meningkatkan kinerjanya tentu ukuran kinerja dan faktor-
faktor yang dapat memperbaiki kinerja perusahaan, sangat penting untuk diketahui oleh perusahaan.
Apabila kinerja perusahaan dapat terukur maka nilai perusahaan akan dapat diketahui secara jelas oleh
pihak-pihak yang berkepentingan atau pihak-pihak yang melakukan pengambilan keputusan.
Peran audit internal sangatlah diperlukan dalam memeriksa laporan keuangan,dan
catatan akuntansi perusahaan maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah
ditentukan.Keberadaan audit internal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
manajemen laba perusahaan.Audit internal melakukan pengendalian intern untuk mencegah
dan mendeteksi kecurangan dan melindungi sumber daya organisasi dan juga merupakan
suatu cara untuk mengarahkan,mengawasi,dan mengukur sumber daya organisasi.
Audit internal merupakan suatu fungsi penilian independen yang dibuat dalam
organsisasi dengan tujuan menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilakukan
organisasi.Dan tujuan audit internal adalah untuk membantu manajemen organisasi dalam
memberikan pertanggung jawaban yang efektif.Boediono,Gideon ( 2005:176 ) menjelaskan
bahwa mekanisme good corporate governance memiliki kemampuan dalam kaitannya
menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba.Laporan
keuangan harus menunjukkan informasi yang sebenarnya,agar tidak menyesatkan pihak
pengguna laporan.Kecenderungan manajemen dalam melakukan praktek manajemen laba
dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.Oleh karna itu perusahaan memerlukan
keberadaan peraturan dan mekanisme pengendalian yang efektif dalam mengidentifikasi dan
mengurangi adanya kepentingan yang berbeda agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Manajemen merupakan ilmu tentang upaya pemanfaatan sumber daya yang dimiliki
organisasi. Penerapan manajemen dimulai dari kegiatan perencanaan,penyerahan tugas ,
wewenang dan tanggung jawab ,memotivasi anggota organisasi dan mengontrol pelaksanaan
kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban
manajemen atas sumber daya yang di percayakan kepada pemakai yang ingin melihat apa
yang telah dilakukan atau di pertanggungjawaban manjemen berbuat demikian agar mereka
dapat membuat keputusan ekonomi.keputusan ini mencakup ,misalnya keputusan untuk
menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat
kembali atau mengganti manajemen.
Laporan keuangan yang di susun pihak manjemen berpotensi di pengaruhi kepentingan
pribadi, sementara pihak eksternal selaku pemakai laporan keuangan yang dapat di percaya .
menurut Chadegani, dkk(2011) , pengguna laporan keuangan hanya percaya informasi dalam
laporan keuangan tersebut andal jika ada seseorang yang memiliki independensi memastikan
reabilitas informasi itu . sikap independensi menunjukkan auditor tidak mudah dipengaruhi
sehingga laporan keuangan yang di sajikan tidak terdapat fraud.
Profitabilitas Sektor barang Konsumsi yang ada di Bursa Efek Indonesia mengalami
perubahan dari tahun-ketahun.Hal ini ditunjukkan oleh ROA yang mengalami peningkatan
dari tahun 2014-2015 namun terjadi penurunan pada tahun 2016- 2017,namun mengalami
peningkatan kembali pada tahun 2018, ROE yang mengalami kenaikan dari tahun 2014-
2015,dan mengalami penurunan dari tahun 2015-2018 Dan dari tabel diatas dapat kita
ketahui rata rata rapat dewan komisaris dan dewan direksi dalam implementasi gcg, dan
juga jumlah rapat audit internal.
Dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian pada 5 Perusahaan Publik sektor
industri barang konsumsi yang ada di BEI yang dan dimana Sub sektor Industri Barang
Konsumsi tersebut adalah Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, Wahana Interfood Nusantara
Tbk, Sentra Food Indonesia Tbk, Indofood CBP sukses Makmur Tbk, Garudafood Putra
Putri Jaya Tbk yang ada di Bursa Efek Indonesia dalam 5 tahun terakhir.
Selain data empiris, penelitian yang dilakukan Berdasarkan uraian latar belakang
masalah diatas Hal ini merupakan sebuah fenomena yang perlu dicaritahu dan ditelusuri
apakah ada pengaruh dari adanya pengaruh audit internal,GCG,karakteristik manajemen
terhadap Profitabilitas. Untuk mencari tahu kebenaran teori yang telah disebutkan oleh para
penemu teori diatas. Dari Latar belakang, hasil informasi pertumbuhan ekonom pada
Perusahaan sektor Barang Konsumsi fi 2014-2018 peneliti tertarik pada fenomena yang
terjadi pada tahun 2015.
Maka peneliti tertarik untuk meneliti kebenaran teori dengan fakta data empiris yang
telah terjadi dalam lima tahun berturut-turut pada perusahaan industry barang konsumsi di
Indonesia yaitu tahun 2014 sampain 2018 bahwa kegiatan pengaruh audit
internal,GCG,karakteristik manajemen terhadap Profitabilitas. Sehingga peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yaitu yang berjudul “PENGARUH AUDIT INTERNAL,GCG,DAN
KARAKTERISTIK MANAJEMEN TERHADAP PROFITABILITAS” Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah audit internal,GCG,dan karakteristik manajemen
sedangkan variabel dependennya adalah Profitabilitas .Data yang telah digunakan adalah
data sekunder.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui tentang audit internal,GCG,dan karakteristik
manajemen terhadap profitabilitas sehingga perusahaan dapat mengetahui langkah
selanjutnya yang dapat dilakukan dalam mengatasi atau menghindari atau menghindari sedini
mungkin kebangkrutan
Hasil penelitian ini diharapkan Sebagai sumber informasi, referensi dan bahan
pembanding untuk membahas penelitian selanjutnya yang berkaitan, serta menjadi sumber
informasi tambahan referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan
5. Bagi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan mengenai audit internal,GCG,dan
karakteristik manajemen terhadap profitabilitas serta dapat dijadikan referensi untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Yahya Nuryanto (2010: 1):Audit Internal adalah suatu penilaian yang dilakukan
oleh pegawai perusahaan yang terlatih mengenai ketelitian, dapat dipercayainya, efisiensi,
kegunaan catatan-catatan (akuntansi) perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat
dalam perusahaan. Berhasil atau tidaknya audit internal di dalam perbankan, perlu
diadakannya perbandingan pengukuran kinerja sebelum dan sesudah pemeriksaan
dilaksanakan.
Tujuan dari Audit Internal adalah untuk membantu pimpinan perusahaan (manajemen)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, dan saran
mengenai kegiatan yang di audit. Berhasil atau tidaknya Audit Internal di dalam perbankan,
perlu diadakannya perbandingan. Perbandingan yang dimaksud ialah perbandingan
pengukuran kinerja sebelum dan sesudah pemeriksaan dilaksanakan, hasil dari pengukuran
kinerja tersebut dapat digunakan untuk menilai keberhasilan perbankan dan dengan penilaian
kesehatan pihak bank dapat mengukur tingkat kinerja keuangannya.
Menurut Sukrisno Agoes (2004: 11) internal audit (pemeriksaan intern) adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan
keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen
yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan internal auditor 22 biasanya lebih rinci
dibandingkan dengan pemeriksaan umum yang dilakukan oleh KAP.
Selanjutnya menurut The Intitute of Internal Auditor (IIA) Audit Internal merupakan
aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberikan
nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. IIA memperkenalkan Standards for the
Professional Practice of Internal Auditing-SPPIA (Standar) yang berisi definisi berikut:
“Audit Internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk
memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada
perusahaan”. Audit Internal membantu organisasi dalam mencapai tujuannya dengan
menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian dan proses tata kelola.
Ditambahkan pula bahwa Audit Internal merupakan profesi yang dinamis dan terus
berkembang yang mengantisipasi terhadap perubahan dalam struktur organisasi, proses dan
teknologi.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Audit Internal adalah suatu
proses yang dilakukan secara sistematis untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dan
mengevaluasi kesesuaian kodisi atau informasi tersebut dengan aturan-aturan yang telah
dibuat dan menyampaikan kepada pihak-pihak yang 23 berkepentingan guna perbaikan
selanjutnya, sehingga dapat tercapai tujuan suatu oragnisasi atau entitas.
Menurut Wiliam C. Boyton, Johnson dan Kell (2006: 8) tujuan Audit Internal adalah
untuk membantu manajemen organisasi dalam memberikan pertanggungjawaban yang
efektif. Menurut Mulyadi (2002: 211) fungsi audit intern merupakan kegiatan penilaian yang
bebas yang terdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi,
keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan
tanggung jawab mereka.
Ruang lingkup kegiatan Audit Internal mencakup bidang yang sangat kompleks meliputi
seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administratif maupun operasional yaitu
meliputi: (1) evaluasi pengendalian internal; (2) evaluasi pengelolaan; (3) evaluasi proses
governance (A.W Tunggal, 2008). Lebih lanjut menurut Wheelen dan Hunger menjelaskan
mengenai esensi pelaksanaan Audit Internal adalah berada dalam tahap evaluasi dan
pengendalian, berdasarkan hasil evaluasi dan pengendalian ini para manajer perusahaan di
semua level menggunakan informasi (umpan balik) hasil 24 kinerja untuk melakukan
tindakan perbaikan berkesinambungan dan pemecahan masalah.
Frasa Corporate Governance ( CG ) berasal dari dua kata, yaitu Corporate dan
Governance. Kata Corporate merupakan kata sifat ( adjective ) yang bermakna “ berbagai
sifat yang berkaitan dengan korporasi atau perusahaan “. Kata governance merupakan kata
benda ( noun ) yang bermakna pengelolaan. Governance diartikan sebagai kualitas hubungan
antara pemerintah dan masyarakat yang dilayani dan dilindungi.
Secara sederhana GCG adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan
untuk menciptakan nilai tambah serta mengurangi kemungkinan adanya kecurangan yang
terjadi. Menurut Surat Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan
Pembinaan BUMN No.23/MPM.PBUMN/2000 tentang pengembangan praktek Good
Corporate Governance adalah prinsip korporasi yang sehat yang perlu diterapkan dalam
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan semata-mata demi menjaga kepentingan
perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan. Pengertian good
corporate governance menurut World Bank yang dikutip dalam Joni Emirzon (2007)
menyatakan bahwa: “ Good CorporateGovernance adalah kumpulan hukum, peraturan, dan
kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber
perusahaan bekerja dengan efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun bagi masyarakat sekitar secara
keseluruhan”.
Sedangkan menurut Bursa Efek Indonesia good corporate governance adalah suatu
sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan secara professional
berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responbilitas, independen serta
kewajaran dan kesetaraan. Tujuan utama dilaksanakannya goodcorporate governance adalah
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya dalam jangka panjang. Berdasarkan definisi yang telah disebutkan
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa good corporate governance adalah suatu sistem, tata
kelola, serta praktik penyelenggaraan bisnis yang baik dan profesional berlandaskan prinsip-
prinsip yang ada dan mengatur hubungan antara shareholder dan stakeholder untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan.
Terdapat 5 (lima) prinsip good corporate governance yang harus dilakukan oleh
perusahaan yang terdapat dalam Code of Corporate Governance yang diterbitkan oleh Bursa
Efek Indonesia. Kelima prinsip tersebut yaitu:
ekonomi perusahaan.
perusahaan.
Sedangkan menurut FCGI (Forum for Corporate Governance Indonesia) tujuan Good
corporate governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
berkepentingan. Good corporate governance dimaksudkan untuk:
Teori agensi merupakan dasar yang digunakan untuk memahami isu good corporate
governance dan earning management. Agensi teori mengakibatkanhubungan yang asimetri
antara pemilik dan pengelola, untuk menghindari terjadihubungan yang asimetri tersebut
dibutuhkan suatu konsep yaitu konsep good corporate governance yang bertujuan untuk
menjadikan perusahaan menjadi lebihsehat. Penerapan good corporate governance
berdasarkan pada teori agensi, yaitu teori agensi dapat dijelaskan dengan hubungan antara
manajemen dengan pemilik,manajemen sebagai agen secara moral bertanggung jawab untuk
mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan
memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kontrak. Agen sebagai pihak yang bertugas
untuk mengelola perusahaan mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas
perusahaan, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Di sisi lain, prinsipal tidak
memiliki informasi yang cukup tentang kinerja agen. Hal inilah yang mengakibatkan adanya
ketidakseimbangan informasi antara prinsipal dan agen. Ketidakseimbangan informasi inilah
yang disebut dengan asimetri informasi (asymmetric information). Oleh karena itu,
pengertian informasi asimetri adalah adanya informasi yang tidak seimbang karena adanya
distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan agen. Prinsipal seharusnya
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat keberhasilan agen. Namun
informasi tentang ukuran keberhasilan agen tidak disajikan seluruhnya. Akibatnya, informasi
yang diperoleh prinsipal kurang lengkap sehingga tidak dapat menjelaskan kinerja agen
dalam mengelola kekayaan prinsipal yang telah dipercayakan kepada agen. Dengan hal ini
terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak
berusaha untuk mencapai kemakmuran yang dikehendaki, sehingga munculah informasi
asimetri antara manajemen dengan pemilik yang dapat memberikan kesempatan kepada
manajer untuk melakukan manajemen laba dalam rangka menyesatkan pemilik mengenai
kinerja ekonomi perusahaan (Sefiana, 2009).
Jensen and Mecking (1976) dalam Toruan (2014) menyebutkan manajer suatu
perusahaan sebagai “agen” dan pemegang saham “principal”. Pemegang saham yang
merupakan principal mendelegasikan pengambilan keputusan bisnis kepada manajer yang
merupakan perwakilan atau agen dari pemegang saham. Permasalahan yang muncul sebagai
akibat sistem kepemilikan perusahaan seperti ini bahwa adalah agen tidak selalu membuat
keputusan – keputusan yang bertujuan untuk memenuhi kepentingan terbaik principal. Salah
satu asumsi utama dari teori keagenan bahwa tujuan principal dan tujuan agen yang berbeda
dapat memunculkan konflik karena manajer perusahaan cenderung untuk mengejar tujuan
pribadi.
Terdapat cara-cara langsung yang digunakan pemegang saham untuk mengawasi manajemen
perusahaan sehingga membantu memecahkan konflik keagenan. Pertama, pemegang saham
mempunyai hak untuk mempengaruhi cara perusahaan dijalankan melalui voting dalam rapat
umum pemegang saham , hak voting pemegang saham merupakan bagian penting dari aset
keuangan mereka. Kedua, pemegang saham melakukan resolusi dimana suatu kelompok
pemegang saham secara kolektif melakukan lobby terhadap manajer (mewakili perusahaan)
berkenaan dengan isu-isu yang tidak memuaskan mereka. Pemegang saham juga mempunyai
opsi divestasi (menjual saham mereka), divestasi memprestasikan suatu kegagalan dari
perusahaan untuk mempertahankan investor, dimana divestasi diakibatkan oleh
ketidakpuasan pemegang saham atas aktivitas manajer (Warsono, 2009).
Konsep Agency Theory adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agen. Principal
memperkerjakan agen untuk melakukan tugas dalam rangka memenuhi kepentingan
principal.
Dewan Komisaris merupakan organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab
secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta
memastikan bahwa perusahaan melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan atau jenjang
organisasi. Dalam melaksanakan tugas, dewan komisaris bertanggung jawab kepada RUPS.
Pertanggungjawaban dewan komisaris kepada RUPS merupakan perwujudan akuntabilitas
pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam rangka pelaksanaan prinsip-prinsip GCG.
Kinerja Dewan komisaris dievaluasi berdasarkan unsur – unsur penilaian kinerja yang
disusun secara mandiri oleh dewan komisaris. Pelaksanaan penilaian dilakukan pada tiap
akhir periode tutup buku. Hasil penilaian kinerja dewan komisaris disampaikan dalam RUPS.
Tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dapat dirinci sebagai berikut:
1. Melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan Perseroan oleh Direksi serta
memberikan persetujuan dan pengesahan atas rencana kerja dan anggaran tahunan Perseroan.
2. Mengadakan rapat atau pertemuan secara berkala untuk membahas pengelolaan
operasional Perseroan.
3. Mengawasi pengelolaan Perseroan atas kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direksi dan
memberikan masukan jika diperlukan.
4. Menominasikan dan menunjuk calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi untuk
diajukan dan disetujui dalam RUPS Tahunan.
5. Menentukan jumlah remunerasi bagi anggota Dewan Komisaris dan Direksi, berlandaskan
pada wewenang yang diberikan dalam RUPS Tahunan.
6. Menunjuk dan menetapkan anggota Komite Audit.
Anggota dewan komisaris telah memenuhi jumlah, komposisi, kriteria dan independensi
sesuai Surat Edaran Ketua Bapepam-LK No. SE03/PM/2000 dimana jumlah anggota dewan
komisaris saat ini adalah 7 (tujuh) orang dengan 3 (tiga) orang diantaranya atau sama dengan
43% anggota dewan komisaris adalah Komisaris Independen.
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi,
anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk
bertindak independen atau bertindak semata – mata demi kepentingan perusahaan.
Tugas komisaris independen adalah menjamin transparansi dan keterbukaan
laporan keuangan perusahaan, memperlakukan yang adil terhadap pemegang saham minoritas
dan stakeholder lainnya. Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk
mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance) di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat
melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih
memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Menurut Suwito dan Herawaty (2005) dalam Kurniasih & Ratna Sari ukuran
perusahaan adalah pengelompokan perusahaan kedalam beberapa kelompok, diantaranya
perusahaan besar, sedang, kecil. Skala perusahaan merupakan ukuran yang dipakai untuk
mencerminkan besar kecilnya perusahaan yang didasarkan kepada total aset perusahaan.
Sedangkan menurut Sidharta (2000) ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dilihat
dari total aktiva perusahaan pada akhir tahun. Total perusahaan juga dapat digunakan untuk
mengukur besar kecilnya perusahaan, karena biaya-biaya yang mengikuti penjualan
cenderung lebih besar, maka perusahaan dengan tingkat penjualan yang tinggi memilih
kebijakan akuntansi yang mengurangi laba.
Penelitian ukuran perusahaan dapat menggunakan tolak ukur aset, karena total asset
perusahaan bernilai besar maka hal ini dapat disederhanakan dengan mentransformasikan ke
dalam logaritma naturan (Ghozali,2006).
Menurut Setiadi (2007) ukuran perusahaan yang biasa dipakai untuk menentukan tingkatan
perusahaan adalah:
1. Tenaga kerja merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar
atau bekerja di perusahaan pada suatu saat tertentu.
2. Tingkat penjualan merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu.
3. Total utang merupakan jumlah utang perusahaan pada periode tertentu.
4. Total asset, merupakan keseluruhan asset yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu.
Dalam agency theory dikatakan bahwa kepentingan antara manajer selaku pengelola
perusahaan dengan pemegang saham akan bertentangan. Menurut Jansen (1993) dalam Faizal
(2004), hipotesis pemusatan kepentingan (convergence of interest hypothesis) menyatakan
bahwa kepemilikan saham manajerial dapat membantu penyatuan kepentingan antara
pemegang saham dengan manajer, semakin meningkat proporsi kepemilikan saham
manajerial maka semakin baik kineja perusahaan. Dengan semakin baik nya kinerja
perusahaan maka diharapkan harga saham perusahaan akan meningkat juga.
Penelitian yang dilakukan Christiawan dan Tarigan (2007) menyimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan rata-rata kinerja perusahaan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, meskipun rata-rata kinerja perusahaan dengan
kepemilikan manajerial lebih baik. Dalam penelitian Aprina (2012) disimpulkan bahwa
kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Hendra S. Raharjaputra (2009:205) yang
mengatakan bahwa: Rasio profitabilitas perusahaan yaitu rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menciptakan tingkat keuntungan baik dalam bentuk laba
perusahaan maupun nilai ekonomis atas penjualan, aset bersih perusahaan, maupun
modal sendiri (shareholders equity).
Kasmir (2014:196) menjelaskan bahwa hasil pengukuran dapat dijadikan sebagai alat
evaluasi kinerja manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau
tidak. Kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk menggantikan manajemen
yang baru terutama setelah manajemen lamamengalami kegagalan Oleh karena itu, rasio
profitabilitas ini sering disebut sebagai salah satu alat ukur kinerja manajemen.
Rasio profitabilitas memiliki tujuan dan tidak hanya bagi pihak internal, tetapi juga
bagi pihak ekternal atau diluar perusahaan, terutama pihakpihak yang memiliki
kepentingan dengan perusahaan. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas menurut Kasmir
(2014:197), adalah:
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal sendiri.
Audit
Internal
ℎ1
Profitabilit
Good Corporate
ℎ2
Government as
ℎ3
Karakteristik
Manajemen
ℎ4
Hipotesis
Berdasarkan Teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai
berikut:
h4: Audit Internal, Good Corporate Government dan karakteristik manejemen secara simultan
berpengaruh terhadap Profitabilitas.
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data Sekunder.Data Sekunder
adalah data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada
.Sumber data sekunder adalah catatan atau dokumentasi perusahaan,publikasi pemerintah dan
seterusnya (Uma Sekaran, 2011).
Adapun periode penelitian adalah tahun 2014 – 2018. Data yang dipergunakan berupa Nilai
Perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data penelitian ini
diambil dari:
3.3.1 Populasi
Sampel adalah suatu proses memilih sebagian dari unsur populasi yang jumlahnya
mencukupi secara statistic sehingga dengan mempelajari sampel memahami karakteristik-
karakteristiknya akan diketahui tentang keadaan populasi. Dalam penelitian ini diambil
sampling yaitu Industri barang konsumsi yang ada di BEI
Adapun jenis dan defenisi variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Dependen
Profitabiltas
Variabel dependen adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s
menuerut White et al. (2002) Dalam Retno dan Priantinah (2012) Tobin’s sapat dirumuskan
sebagai berikut :
Keterangan :
Q : Nilai Perusahaan
EMV : Nilai pasar ekuitas, diperoleh dari hasil perkalian harga saham peneutup akhir tahun
dengan jumlah saham beredar pada akhir tahun.
EBC : Nilai buku dari ekuitas,diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total
kewajiban
D : Nilai buku dari total utang
ROE = Laba Bersih Setelah
Pajak Rata−rata Ekuitas
ROA= Laba Sebelum Pajak Rata−rata
Total Aset
2. Variabel Independen
a. Audit Internal
Kepemilikan manajerial diukur dalam jumlah saham yang dimiliki oleh direksi dan komisaris
terhadap jumlah seluruh saham yang beredar (Vionela, 2007).
b. GCG
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi atau lembaga
seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan-perusahaan investasi, dan institusi
lainnya.Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah lembar
saham yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar
secara keseluruhan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
c. Karakteristik Manajemen
Current Ratio (CR) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva
lancar yang dimiliki.
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
Current Ratio (CR) =
𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
3.5 Teknik Analisis Data
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal
atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas akan dilakukan dengan menggunakan One
Sample Kolmogrov – Smirnov test dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Data
dinyatakan berdistribusi normal jika taraf signifikan lebih besar dari 5 % atau 0,05.
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2013).Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi,
maka variabel-variabel ini tidak orthogonal (variabel independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol).
Dalam mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas didalam model regresi dapat dilihat
dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi. Nilai cut
off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤
0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013).
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen ( X1,x2….., X3) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah
masing – masing berhubungan positif atau negatif.
Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Keterangan :
X = Variabel independen
Pada uji homoskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup
memiliki varians yang sama diantara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan ini yang
seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama
dikatakan terjadi heterokedastisitas (Rumengan, 2013:106). Untuk menguji apakah terdapat
heteroskedastisitas dapat digunakan Uji Glejser. Jika tingkat signifikansi α berada diatas 5%
(0,05) berarti tidak terjadi heteroskedastisitas tetapi jika berada dibawah 5% berarti terjadi
gejala heteroskedastisitas. Model regresi yang baik tidak memiliki heteroskedastisitas.
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya) (Ghozali, 2013).Dalam penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan
menggunakan uji Durbin-Waston (DWtest). Untuk pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi disesuaikan dengan tabel keputusan hipotesis sebagai berikut:
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan menguji apakah Hipotesis diuji dengan
menggunakan F-test dan t-test yang akan dijelaskan di bawah ini.
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (H0)
yang akan diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:
H0 : bi = 0
Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama
dengan nol, atau:
H1 : bi ≠ 0
Uji statistik F berguna untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013). Hipotesis nol (H0) yang akan diuji adalah apakah semua parameter
dalam model sama dengan nol, atau:
H0 : b1 : b2 : b3 = 0
H1 : b1 : b2: b3≠ 0