Anda di halaman 1dari 7

BAB III

KONSEP DASAR ASN

3.1 Identifikasi Nilai-Nilai Dasar Profesi Asn


Lembaga Administrasi Negara sesuai amanat Undang-Undang No. 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Pemerintah No. 11 tahun 2017 tentang
Manajemen PNS terkait dengan Pendidikan dan Pelatihan terintegrasi bagi Calon
Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama satu (satu) tahun masa percobaan, telah
menetapkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 Tahun 2018
tentang Pelatihan Dasar Calon PNS.
Pelatihan ini memadukan pembelajaran klasikal dan non-klasikal di tempat
Pelatihan dan di tempat kerja, yang memungkinkan peserta mampu untuk
menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan, merasakan manfaatnya serta
membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi), sehingga terpatri dalam dirinya sebagai
karakter PNS yang professional. Peserta Pelatihan Dasar CPNS nantinya diharapkan
mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara mengalami
sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat tugas melalui pembiasaan
(habituasi), sehingga peserta pelatihan dasar CPNS dapat merasakan manfaatnya
secara langsung.
Berdasarkan Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 12 tahun 2018
Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, Penyelenggaraan Pelatihan
Dasar untuk membentuk PNS sebagai pelayan masyarakat yang berkarakter dan
profesional yaitu PNS yang karakternya dibentuk oleh sikap perilaku bela negara, nilai-
nilai dasar PNS, kedudukan dan peran PNS dalam NKRI sehingga mampu
melaksanakan tugas dan perannya secara profesional sebagai pelayan publik.
Nilai-nilai dasar PNS tercermin dalam ANEKA yang merupakan landasan dalam
menjalankan profesi ASN. Adapun nilai-nilai dasar PNS tersebut adalah Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Berikut ini penjelasan
masing-masing nilai dari ANEKA dimaksud, adalah:

12
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas mengacu pada harapan implisit atau eksplisit bahwa keputusan atau
tindakan seseorang akan di evaluasi oleh pihak lain dan hasil evaluasinya dapat berupa
reward atau punishment. Akuntabilitas yang dilakukan oleh PNS akan teruji ketika PNS
tersebut mengalami permasalahan dalam transparansi dan akses informasi,
penyalahgunaan kewenangan, penggunaan sumber daya milik negara dan konflik
kepentingan. Seorang PNS dapat dikatakan PNS yang akuntabel apabila mampu
mengatasi masalah-masalah tersebut.

Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Indikator


dari nilai-nilai dasar akuntabilitas, yaitu:
a. Tanggung jawab adalah kewajiban tingkah laku atau perbuatan dalam
melaksanakan suatu pekerjaan.
b. Jujur adalah keterusterangan pada perilaku tanpa adanya kebohongan atau
penipuan.
c. Kejelasan Target dalam menjelaskan cara, tindakan ataupun proses kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan.
d. Netral artinya bersikap seimbang, tidak memihak kepada siapapun
e. Mendahulukan kepentingan publik
f. Keadilan adalah kondisi kebenaran sama rata secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang.
g. Transparansi Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok/instansi
h. Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.
i. Partisipatif adalah suatu keterlibatan baik fisik, mental dan emosional serta ikut
bertanggung jawab untuk mencapai suatu tujuan.
2. Nasionalisme

Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap


bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Diharapkan dengan
nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki orientasi berpikir
13
mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara. Pegawai ASN akan berpikir
tidak lagi sektoral dangan mental blocknya, tetapi akan senantiasa mementingkan
kepentingan yang lebih besar yakni bangsa dan negara.
Indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme adalah religius (patuh ajaran agama),
hormat menghormati, kerjasama, tidak memaksakan kehendak, jujur, amanah (dapat
dipercaya), adil, persamaan derajat, tidak diskriminatif, mencintai sesama manusia,
tenggang rasa, membela kebenaran, persatuan, rela berkorban, cinta tanah air,
memelihara ketertiban, disiplin, musyawarah, kekeluargaan, menghormati keputusan,
tanggung jawab, kepentingan bersama, gotong royong, sosial, tidak menggunakan hak
yang bukan miliknya, hidup sederhana, kerja keras, dan menghargai karya orang lain.
3. Etika Publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan
baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus
utama dalam pelayanan publik, yakni pelayanan publik yang berkualitas dan relevan,
sisi dimensi reflektif, dan modalitas etika.
4. Komitmen Mutu
Indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu, yaitu:
1) Efektifitas adalah tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja, diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi penggunaan sumber daya sehingga
dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3) Inovasi adalah hasil pemikiran baru yang akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan publik yang berbeda dari sebelumnya.
4) Orientasi Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui
harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja.

Karakteristik ideal dari tindakan yang efektif dan efisien antara lain: penghematan,
ketercapaian target secara tepat sesuai dengan yang direncanakan, pekerjaan dapat

14
diselesaikan dengan cepat dan tepat, serta terciptanya kepuasan semua pihak:
pimpinan, pelanggan, masyarakat, dan pegawai itu sendiri.

5. Anti Korupsi
Kesadaran diri anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan spiritual, dengan
selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai manusia di muka bumi, dan selalu
ingat bahwa seluruh ruang dan waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan,
dapat menjadi benteng kuat untuk anti korupsi.
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi, yaitu:
1) Jujur adalah lurus hati, tidak curang, tidak berbohong. Orang yang jujur akan
konsisten dengan apa yang dikatakan dengan apa yang dilakukan.
2) Peduli adalah memperhatikan serta melibatkan diri dalam suatu persoalan,
keadaan/kondisi di sekitar kita.
3) Mandiri membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan
menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi
mencapai keuntungan sesaat.
4) Disiplin adalah sikap mental untuk melakukan hal-hal yang seharusnya, pada saat
yang tepat dan benar-benar menghargai waktu.
5) Tanggung Jawab adalah menyelesaikan pekerjaan sesuai amanah yang diberikan
dengan baik, tidak mengelak, berani menghadapi dan memikul segala akibat atas
pekerjaan yang dilakukan.
6) Kerja Keras adalah kegiatan yang dilakukan dengan sunguh-sungguh tanpa
mengenal lelah atau berhenti sebelum targetnya tercapai.
7) Sederhana adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan berupaya
memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia tidak
tergoda untuk hidup dalam gelimang kemewahan.
8) Berani, seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk
menyatakan kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya
penyimpangan dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia tidak takut
dimusuhi dan tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-
hal yang menyimpang.

9) Adil, pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia
terima sesuai dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan

15
lebih dari apa yang ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan
memberi kompensasi yang adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia
juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran bagi masyarakat dan
bangsanya.

3.2 Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

3.2.1 Manajemen ASN (MASN)


Untuk mewujudkan birokrasi yang profesional dalam menghadapi
tantangantantangan perlu dibangun Aparatur Sipil Negara yang memiliki integritas,
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi
dan nepotisme, kemampuan menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat,
kemampuan menjalankan peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan
bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945. Untuk menjalankan
kedudukannya berdasarkan Pasal 10 Undang-Undang No. 5 tahun 2014, pegawai ASN
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, perekat dan pemersatu
bangsa. Tugas Pegawai ASN menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11
mengatakan bahwa tugas dari ASN adalah melaksanakan kebijakan publik yang dibuat
oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Peran ASN terdapat dalam pasal 12
Undang-Undang No. 5 Tahun 2014, yaitu sebagai perencana, pelaksana dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dari pernyataan diatas jelaslah bahwa ASN dibentuk untuk professional dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Asas penyelenggaraan kebijakan dan manajemen ASN, yaitu:
1) Asas kepastian hukum
2) Profesionalitas
3) Proporsionalitas
4) Keterpaduan

16
5) Delegasi
6) Netralitas
7) Akuntabilitas
8) Efektif dan efisien
9) Keterbukaan
10) Non diskriminatif
11) Persatuan dan kesatuan
12) Keadilan dan kesetaraan
13) Kesejahteraan

3.2.2 Pelayanan Publik (PP)


Menurut Dwiyanto dalam Modul Pelayanan Publik, mengatakan bahwa pelayanan
publik adalah semua jenis pelayanan untuk menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan
oleh masyarakat yang memenuhi kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang
memiliki eksternalitas tinggi dan sangat diperlukan masyarakat serta penyediaanya
terkait dengan upaya mewujudkan tujuan bersama yang tercantum dalam konstitusi
maupun dokumen perencanaan pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan
kebutuhan dasar warga, mencapai tujuan strategis pemerintah dan memenuhi
komitmen dunia internasional. Paradigma administrasi publik sebagai bagian dari teori
manajemen pelayanan publik:
1) Old Public Administration (OPA) melihat pelayanan publik merupakan segala
kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah saja, negara sebagai satu satunya
lembaga yang dianggap mampu menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi
oleh masyarakat.
2) New Public Management (NPM) melihat kekurangan dari OPA yang hanya
dikuasai pemerintah, maka NPM memunculkan peran swasta dalam pemberian
pelayanan publik, sayangnya NPM terlalu berorientasi pada keuntungan.
3) New Public Service (NPS) melihat kekurangan dari OPA dan NPM, maka NPS
melibatkan partisipasi masyarakat sebagai pemberi mandat pada pemerintah,
maka masyarakat memiliki peran aktif dalam pengambilan keputusan dan
kebijakan

17
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah
organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua, adalah penerima layanan
(pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur
ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima
layanan/pelanggan.
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan prima
adalah partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif
dan efisien, aksesibel, akuntabel dan berkeadilan.

3.2.3 Whole of Government (WoG)


Definisi Whole of Government (WoG) menurut United States Institute of Peace
(USIP) adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan upaya kolaboratif dari
instansi pemerintah untuk menjadi kesatuan menuju tujuan bersama, juga dikenal
dengan kolaborasi, kerjasama antar instansi, actor pelayanan dalam menyelesaikan
suatu masalah pelayanan. Dengan kata lain, WoG menekankan pelayanan yang
berintegrasi sehingga prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan dalam melayani
permintaan masyarakat dapat selesai dengan waktu yang singkat. Kemunculan WoG
didorong oleh sejumlah faktor-faktor pendorong internal maupun eksternal. Guncangan
globalisasi yang menghadirkan berbagai kontradiksi (paradoks) di berbagai sektor
kehidupan seperti korupsi, kemiskinan, dominasi pasar bebas di sektor ekonomi dan
lain-lain yang sulit diatasi dengan cara dan pendekatan biasa (in the box) membuat
WoG menjadi keniscayaan yang tidak terhindarkan. Salah satu bentuk penerapan WoG
di sektor pelayanan publik adalah e-government. E-government adalah salah satu
faktor pendorong strategis (strategic enabler) yang memungkinkan WoG dapat
dilaksanakan, karena peran dan fungsi e-government adalah menciptakan jejaring kerja
(network) kolaboratif sehingga fungsi integrasi intra dan inter agensi/instansi dapat
dilaksanakan. Keberadaan jejaring kerja yang ditopang oleh e-government berpotensi
menjadi tuas pengungkit (leverage) bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi,
social dan lingkungan, termasuk di dalamnya pelayanan publik. Berdasarkan hal itu,
maka e-government harus dilaksanakan di berbagai level pelayanan publik.

18

Anda mungkin juga menyukai