0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan11 halaman
Tulisan ini membahas hubungan pengetahuan, sikap orang tua, dan peran perawat terhadap upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu tahun 2017. Penelitian menemukan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap orang tua, dan peran perawat dengan upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita. Perawat disarankan memberikan informasi kepada orang tua tentang pencegahan ulang pneumonia.
Tulisan ini membahas hubungan pengetahuan, sikap orang tua, dan peran perawat terhadap upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu tahun 2017. Penelitian menemukan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap orang tua, dan peran perawat dengan upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita. Perawat disarankan memberikan informasi kepada orang tua tentang pencegahan ulang pneumonia.
Tulisan ini membahas hubungan pengetahuan, sikap orang tua, dan peran perawat terhadap upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu tahun 2017. Penelitian menemukan adanya hubungan antara pengetahuan, sikap orang tua, dan peran perawat dengan upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita. Perawat disarankan memberikan informasi kepada orang tua tentang pencegahan ulang pneumonia.
Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan
Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
Hubungan Pengetahuan Sikap Orangtua dan Peran Perawat dengan Upaya
Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017.
Subang Aini Nasution, S.KM., M.Kes
DIII Kebidanan Universitas Adiwangsa Jambi
ABSTRAK
Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia dibawah 5 tahun (balita). Pneumonia terjadi pada 10%-15% dari semua infeksi pernafasan. Penderita pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu meningkat dari tahun 2015-2016. Pada tahun 2015, jumlah penderita Pneumonia pada balita adalah 180 balita., kemudian pada tahun 2016 mengalami kenaikan menjadi 194 balita. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap orang tua, dan peran perawat dengan upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang menderita Pneumonia di wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota Jambi dengan jumlah sampel 65 orang. Data yang terkumpul dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 65 responden sebagian (50,8%) baik dalam melakukan upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita, sebagian (53,8%) pengetahuan responden rendah tentang pencegahan ulang pneumonia, sebagian (55,4%) sikap responden kurang baik, dan sebagian (53,8%) peran perawat baik. Serta terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan (P-value 0,034), sikap orang tua (P-value 0,004), dan peran perawat (P-value 0,019) dengan upaya Pencegahan ulang pneumonia pada Balita di wilayah kerja puskesmas putri ayu tahun 2017. Diharapkan bagi perawat di Puskesmas Putri Ayu dapat memberikan informasi kepada orang tua yang anaknya menderita pneumonia untuk dapat melakukan upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita di rumah dengan memberikan nutrisi yang baik, menjauhkan anak dari pajanan asap rokok, memberikan obat secara teratur berdasarkan anjuran dokter,dll.
SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017
STIKES PRIMA JAMBI 107 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
Kata Kunci :Sikap, Pengetahuan, Peran Perawat, Upaya Pencegahan Ulang
Pneumonia pada Balita Daftar Bacaan : 24 (1997-2016)
SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017
STIKES PRIMA JAMBI 108 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
karena besarnya probabilitas bakteri
PENDAHULUAN sebagai penyebab pneumonia dan Batuk pilek merupakan penyakit dengan bukti – bukti empiris yang kuat yang umumnya terjadi pada anak – anak sehingga terapi standar pneumonia terutama balita. Batuk pilek yang diikuti menggunakan antimicrobials (Rizanda, dengan nafas cepat atau sesak 2006). menunjukkan adanya gejala peradangan Terdapat berbagai faktor resiko pada paru, apabila sudah menyerang yang menyebabkan tingginya angka paru maka sudah masuk tahap serius mortalitas pneumonia pada balita di dan harus segera diobati karena dapat negara berkembang. Faktor resiko menimbulkan kematian, keadaan seperti tersebut adalah: pneumonia yang terjadi ini yang disebut sebagai pneumonia pada masa bayi, berat badan lahir (Rizanda, 2006). Pneumonia rendah (BBLR), tidak mendapat merupakan peradangan paru – paru imunisasi, tidak mendapat ASI yang yang dapat disebabkan oleh bakterial adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, (staphylococcus, pneumococcus, atau tingginya prevalens kolonisasi bakteri streptococcus) atau infeksi viral patogen di nasofaring, dan tingginya (Respiratory Syncytial Virus). (Harwina, pajanan terhadap polusi udara (polusi 2010). industri atau asap rokok) (Nastiti, 2012). Di Indonesia, insiden pneumonia Pneumonia hingga saat ini masih cenderung meningkat tajam dari 5 per tercatat sebagai masalah kesehatan 10.000 penduduk tahun 1990 menjadi utama pada balita di negara 212,6 per 10.000 penduduk pada tahun berkembang. Pneumonia merupakan 1998. (Depkes, 2000). Hasil survei penyebab utama morbiditas dan kesehatan nasional (Surkesnas) tahun mortalitas anak berusia dibawah 5 tahun 2001 yang menunjukkan bahwa proporsi (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian balita akibat ISPA masih terlalu kematian balita diseluruh dunia, lebih tinggi yakni sebesar 28% dan 80% kasus kurang 2 juta balita, meninggal setiap kematian ISPA pada balita adalah akibat tahun akibat pneumonia, sebagian besar pneumonia. Angka kematian balita terjadi di Afrika dan Asia Tenggara akibat pneumonia pada akhir tahun 2000 (Nastiti, 2012). di Indonesia diperkirakan sekitar 9/1000 Pneumonia terjadi pada 10% - balita, berarti rata-rata 1 anak balita 15% dari semua infeksi pernapasan, indonesia meninggal akibat pneumonia insiden pada anak yang berusia kurang setiap 5 menit (Depkes, 2004). dari 5 tahun adalah 40 dalam 1000; pada Pneumonia jika dilakukan anak yang berusia 9 sampai 15 tahun, intervensi secara efektif, akan insidens menurun sampai 9 dalam 1000 mengurangi angka kematian, yaitu (Cecily & Linda, 2009). Menurut Mary dengan memperbaiki manajemen kasus (2005), pneumonia rata – rata terjadi dan memastikan adanya penyediaan pada dua sampai empat balita dalam antibiotik yang tepat secara teratur populasi 100 orang balita. melalui fasilitas perawatan tingkat Di negara – negara berkembang, pertama. Pedoman ini kemudian bakteri merupakan penyebab utama dari dikembangkan dan diintegrasikan ke pneumonia pada balita. Diperkirakan program manajemen terpadu balita sakit besarnya persentase bakteri sebagai / MTBS. Pneumonia tetaplah tinggi penyebabnya adalah sebesar 50%. Oleh meskipun sudah lebih dari 25 tahun SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017 STIKES PRIMA JAMBI 109 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
penerapan MTBS di Indonesis bukan karena ibunya tidak sekolah,
(Kartasasmita, 2010). melainkan karena anak – anak tersebut mendapatkan makanan yang kurang Menurut Azis (2008), ada tiga komponen dalam penerapan MTBS, memadai, ataupun terlambat di bawa ke yaitu meningkatkan keterampilan pelayanan kesehatan (Rizanda, 2006). petugas kesehatan dalam tatalaksana Pendidikan ibu yang lebih tinggi akan kasus balita sakit, memperbaiki sistem memudahkan ibu menyerap informasi kesehatan agar penanganan penyakit atau pengetahuan untuk menuju hidup pada balita lebih efektif, dan sehat serta mengatasi masalah memperbaiki praktek keluarga dan kesehatannya (Depkes RI, 2005). masyarakat dalam perawatan dirumah Pengetahuan dan sikap mengenai dan upaya pencarian pertolongan kasus kesehatan akan berpengaruh terhadap balita sakit. Penilaian Pneumonia dalam perilaku sebagai hasil jangka panjang MTBS adalah adanya keluhan batuk, dari pendidikan kesehatan hal itu sulit untuk bernapas, tarikan dinding dikarenakan dari pengetahuan dan sikap dada kedalam, dan napas cepat. itulah akan tercipta upaya pencegahan Dikatakan Pneumonia berat jika adanya kekambuhan yang dilakukan orangtua tanda bahaya umum, tarikan dinding terhadap balitanya (Notoatmojo, 2007). Dampak ketidaktahuan orangtua, banyak dada kedalam, dan adanya stridor, dikatakan pneumonia apabila ditemukan balita yang masuk rumah sakit dengan tanda frekuensi napas yang sangat gejala yang berat dan kemungkinan cepat, dan batuk bukan pneumonia untuk sembuh sangat kecil sehingga apabila tanda dan gejala hanya batuk banyak balita yang meninggal akibat saja. Salah satu penatalaksanaan pneumonia. Upaya-upaya baik promotif, pneumonia dalam MTBS adalah preventif dan kuratif perlu dilakukan kunjungan ulang pada balita setelah 2 dalam rangka menanggulangi hari, memiliki tujuan untuk menilai pneumonia, upaya tersebut antara lain derajat pneumonia, melakukan memberikan pendidikan kesehatan bagi perawatan dan pengobatan dengan orangtua yang balitanya menderita antibiotika (WHO, 2006). pneumonia yang berkunjung ke Rumah Sakit, imunisasi untuk meningkatkan Pada umumnya orangtua kekebalan tubuh balita dan pengobatan menganggap batuk, pilek tidak pada penderita pneumonia (Rizanda, membahayakan karena penyakit ini 2006). dapat mengenai balita berulang kali. Menurut Rizanda (2006), perawat Tetapi mereka tidak mengerti bahwa merupakan salah satu tenaga kesehatan penyakit ini dapat berkembang menjadi sedangkan puskesmas merupakan penyakit yang berat terutama saat daya sarana pelayanan kesehatan, peran tahan tubuh balita menurun, misalnya perawat di puskesmas sebagai komplikasi pneumonia. pelaksana pelayanan kesehatan kepada (Ngastiyah,2012). masyarakat. Dalam pemberian Tingkat pengetahuan juga pelayanan kesehatan tersebut ada berdampak besar dalam kejadian beberapa program yang dijalankan oleh pneumonia balita, dan ini biasanya puskesmas, salah satu programnya berkaitan erat dengan pendidikan ibu. adalah program pemberantasan penyakit Tingginya morbiditas atau mortalitas menular. Program ini mempunyai tujuan SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017 STIKES PRIMA JAMBI 110 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
untuk menurunkan angka kesakitan dan berdarah dengue. Pendekatan ini
angka kematian akibat penyakit menular dilakukan dengan tujuan untuk melihat serta pencegahan melalui imunisasi. hubungan antara variabel Independen dan Salah satu penyakit menular tersebut variabel Dependen pada waktu yang adalah penyakit Infeksi Saluran bersamaan. Pernafasan Akut (ISPA). Menurut Perry & Potter (2005) pencegahan penyakit Populasi dan Sampel diklasifikasikan menjadi 3 yaitu (1) pencegahan primer yang mencakup Populasi adalah wilayah peningkatan kesehatan dan pencegahan generalisasi yang terdiri dari obyek atau penyakit, (2) pencegahan sekunder yang subyek yang mempunyai kuantitas dan mencakup deteksi dini terhadap penyakit karakteristik tertentu yang ditetapkan dan komplikasinya, (3) pencegahan oleh peneliti untuk dipelajari dan tersier mencakup usaha untuk kemudian ditarik kesimpulannya mempertahankan kesehatan yang (Sugiyono, 2006). Populasi pada optimal setelah mengalami suatu penelitian ini adalah balita yang penyakit atau ketidakmampuan. menderita penyakit Pneumonia di Berdasarkan survey awal yang wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota dilakukan penulis pada 5 orangtua yang Jambi Tahun 2017, dengan jumlah balitanya menderita pneumonia, mereka populasi 194. mengatakan tidak mengetahui Sampel adalah sebagian dari bagaimana cara pencegahan ulang jumlah dan karakteristik yang dimiliki pneumonia pada balita dan orangtua oleh populasi (Sugiyono, 2006). Sampel tidak memberikan obat secara teratur, dalam penelitian ini adalah balita yang karena kurangnya pengetahuan dari menderita penyakit Pneumonia di orangtua, sikap orangtua dan informasi wilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Kota yang diberikan oleh perawat sehingga Jambi. mengakibatkan beberapa balita harus mengalami kambuh ulang pneumonia yang tanpa diketahui orangtua penyakit Analisa Data ini merupakan penyakit yang berbahaya. Dari uraian diatas, maka peneliti Analisis univariat Analisis ini tertarik untuk melakukan penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan pengetahuan, sikap distribusi frekuensi dan proporsi dari orangtua, dan peran perawat dengan berbagai variabel yang diteliti, baik upaya pencegahan ulang pneumonia variabel independen yaitu pengetahuan, pada balita di wilayah kerja Puskesmas sikap, dan peran petugas kesehatan Putri Ayu Kota Jambi Tahun 2017. maupun variabel dependen yaitu penatalaksanaan diare pada balita oleh ibu. Analisis ini dapat disajikan dalam METODE PENELITIAN bentuk tabel, hologram, dan diagram.
Penelitian ini menggunakan Cross Analisis bivariat Analisis ini
Sectional untuk melihat hubungan peran bertujuan untuk membuktikan ada petugas, pengetahuan dan motivasi tidaknya hubungan yang bermakna keluarga terhadap pertolongan pertama antara variabel pada penderita penyakit demam
SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017
STIKES PRIMA JAMBI 111 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
independen dengan variabel dan motivasi. Faktor pendukung meliputi
dependen, analisis menggunakan uji ketersediaan sarana kesehatan dan statistik chi square dan derajat akses pelayanan kesehatan. Faktor kemaknaan p 0,05. Sehingga apabila pendorong meliputi dukungan sosial, hasil perhitungan menunjukkan nilai p sikap dan perilaku petugas kesehatan. alpa (0,05), maka dikatakan secara Pada umumnya, orang tua yang statistik kedua variabel yang diteliti balitanya pernah mengalami pneumonia terdapat hubungan yang bermakna. lebih dari satu kali, biasanya tidak melakukan upaya pencegahan ulang HASIL PENELITIAN pneumonia pada balita dengan baik, 1. Gambaran Upaya Pencegahan orangtua tidak segera membawa Ulang Pneumonia Pada Balita anaknya ke Rumah Sakit ataupun Berdasarkan hasil penelitian Puskesmas saat keadaan anak sudah diketahui bahwa sebanyak 33 (50,8%) memburuk, dan anak juga tidak responden sudah baik dalam melakukan diberikan gizi yang baik saat sakit, upaya pencegahan ulang pneumonia sedangkan orangtua yang melakukan pada balita, tetapi ada sebanyak 32 upaya pencegahan ulang pada balita (49,2%) responden masih kurang baik tidak mengalami kambuh ulang. dalam melakukan upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita, hal ini 2. Hubungan Pengetahuan Dengan dikarenakan orang tua tidak mengetahui Upaya Pencegahan Ulang cara atau tindakan apa yang harus Pneumonia Pada Balita. mereka lakukan untuk mencegah agar Hasil analisa data diketahui pneumonia pada balita tidak terulang sebagian besar 35 (53,,8%) responden lagi, orangtua tidak segera membawa yang berpengetahuan rendah tidak anaknya ke Rumah Sakit ataupun melakukan upaya pencegahan ulang Puskesmas saat keadaan anak sudah pneumonia pada balita. Hasil uji statistik semakin berat, tidak menjaga kebersihan menunjukkan ada hubungan yang rumah, tidak memberikan obat secara bermakna antara pengetahuan dengan teratur, dan disertai dengan kurang upaya pencegahan ulang pneumonia diberikan gizi yang baik pada balita. pada balita dengan p-value (0,034). Semakin tinggi pengetahuan, sikap Hasil penelitian ini sejalan dengan orang tua, dan peran perawat, maka penelitian Muchlastriningsih (2007) semakin banyak ibu yang tahu dengan melakukan penelitian pada 400 bagaimana cara atau tindakan yang bisa ibu yang mempunyai balita diketahui dilakukan untuk upaya pencegahan bahwa sebanyak 52,91% pengetahuan ulang pneumonia pada balita, begitu ibu rendah tentang penatalaksanaan juga sebaliknya, semakin rendah pneumonia di rumah. Rendahnya pengetahuan, sikap orang tua, dan penatalaksanaan pneumonia yang baik peran perawat maka para orang tua yang dilakukan ibu di rumah karena tidak bisa melakukan upaya pencegahan adanya faktor ketidaktahuan ibu tentang ulang pneumonia pada balita. pneumonia dan penatalaksanaan Green (1980) dalam Notoadmojo pneumonia di rumah. (2007) mengidentifikasi bahwa perilaku Sebagian besar responden yang kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor mengetahui dan melakukan upaya predisposisi yang meliputi pengetahuan, pencegahan ulang pneumonia pada sikap, kepercayaan diri, tradisi, persepsi balita karena mereka tidak ingin anaknya mengalami kekambuhan ulang. SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017 STIKES PRIMA JAMBI 112 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
Sebagian besar responden yang tidak pengetahuannya tersebut (Notoadmodjo,
melakukan upaya pencegahan ulang 2003). Dalam hal ini, orang tua yang pneumonia pada balita karena mereka mengetahui tentang upaya pencegahan tidak mengetahui bagaimana cara ulang pneumonia pada balita. melakukan upaya pencegahan, kurang Perawat berperan sebagai mendapat informasi dari perawat, dan penyuluh yang dapat memberikan mereka menganggap napas yang sesak, informasi pada orang tua mengenai dan disertai batuk merupakan hal yang penyakit pneumonia, bahaya pneumonia biasa dialami oleh balita. dan bagaimana cara menangani Dari analisa kuesioner diketahui pneumonia pada balita. Pemberian bahwa pengetahuan responden rendah informasi yang dapat dilakukan adalah terutama tentang pengertian Pnemonia, dengan memberikan penyuluhan secara gejala-gejala pneumonia, penyebab kontiniu dan melakukan survei ke rumah- pneumonia, dan cara menangani balita rumah pada responden sehingga dapat yang menderita Pneumonia. diketahui permasalahan yang dihadapi Pengetahuan yang rendah dapat masyarakat (Rizanda, 2006). mempengaruhi ibu dalam melakukan Mengingat masih banyaknya penanganan Pneumonia pada balita. orangtua yang berpengetahuan rendah Menurut Notoatmodjo (2003:128), mengenai upaya pencegahan ulang pengetahuan merupakan domain yang pneumonia pada balita, maka perlu sangat penting untuk terbentuknya upaya peningkatan informasi pada orang tindakan seseorang. tua saat mereka ke puskesmas, melalui Pengetahuan mempengaruhi konsultasi maupun pemberian lembar perilaku dan sikap, perilaku yang tidak balik tentang upaya pencegahan ulang didasari oleh pengetahuan tidak akan pneumonia pada balita. berlangsung lama. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan 3. Hubungan Sikap Dengan Upaya berlangsung lama, maka semakin tinggi Pencegahan Ulang Pneumonia pengetahuan akan semakin banyak juga Pada Balita. orang tua yang melakukan upaya Hasil analisa data diketahui pencegahan ulang pneumonia pada sebagian besar 36 (55,4%) orang tua balita, semakin rendah pengetahuan yang memiliki sikap kurang baik dalam maka akan semakin sedikit orang tua melakukan upaya pencegahan ulang yang melakukan upaya pencegahan pneumonia pada balita. Hasil uji statistik ulang pneumonia pada balita (Rizanda, menunjukkan ada hubungan yang 2006). bermakna antara sikap dengan upaya Seseorang yang berperilaku baik pencegahan ulang pneumonia pada dalam kesehatan dimulai dari adanya balita, dengan p-value (0,004). kesadaran dalam mengetahui manfaat Dari analisa kuesioner didapatkan, sesuatu terhadap dirinya, setelah sebagian besar responden memiliki menyadari kemudian seseorang merasa sikap yang kurang baik dalam tertarik, dalam ketertarikan timbul sikap melakukan upaya pencegahan ulang yang sudah lebih baik lagi. Setelah pneumonia pada balita, hal tersebut merasa tertarik seseorang mulai terjadi dikarenakan orang tua mencoba melakukan sesuatu sesuai menganggap informasi mengenai upaya degan apa yang dikehendaki baru pencegahan ulang pneumonia itu kemudian berprilaku sesuai dengan penting tidak terlalu penting, dan orang SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017 STIKES PRIMA JAMBI 113 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
tua juga tidak segera membawa anaknya
ke rumah sakit ataupun puskesmas yang dikemukakan oleh Notoatmodjo apabila anak memiliki tanda gejala (2003:121) untuk berperilaku sehat, dengan napas yang cepat. Sebagian masyarakat kadang-kadang bukan responden ternyata memiliki sikap yang hanya perlu pengetahuan dan sikap baik karena mereka menganggap napas positif, dan dukungan fasilitas saja, yang cepat adalah hal yang tidak boleh melainkan diperlukan perilaku contoh dianggap biasa saja, oleh sebab itu (acuan) dari para tokoh masyarakat, mereka segera membawa anaknya ke tokoh agama, para petugas, lebih-lebih rumah sakit atau ke puskesmas agar para petugas kesehatan. Pemberian tidak memperberat keadaan balitanya. contoh misalnya mengenai cara Hasil penelitian ini sejalan dengan pemberian kompres, cairan yang harus penelitian Muchlastriningsih (2007) diberikan pada balita yang menderita dalam penelitiannya tentang peranan ibu pneumonia. Dengan pemberian contoh dalam penanganan ISPA pada balita di ini diharapkan ibu dapat menangani Jawa Barat didapatkan bahwa sikap ibu balita yang menderita pneumonia terhadap penatalaksanaan pneumonia di dengan baik. Kegiatan tersebut dapat rumah negatif. Sebagian besar ibu dilakukan pada kegiatan yang ada di mengatakan bahwa balita yang terkena masyarakat seperti posyandu, arisan pneumonia merupakan hal yang biasa dan lain-lain. dan penyebabnya berhubungan dengan 4. Hubungan Peran Perawat Dengan perubahan perilaku balita. Ibu tidak Upaya Pencegahan Ulang berusaha mencari pengobatan karena Pneumonia Pada Balita dianggap hal yang biasa terjadi pada balita. Hasil penelitian diketahui sebagian Menurut Notoatmodjo (2003:125) besar 35 (53,8%) responden sikap adalah reaksi atau respon mengatakan peran perawat sudah baik seseorang yang masih tertutup terhadap dalam memberikan informasi tentang stimulus atau objek. Sikap tidak upaya pencegahan ulang pneumonia langsung dilihat, tetapi hanya dapat pada balita. Hasil uji statistik ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku menunjukkan ada hubungan yang tertutup. bermakna antara perawat dengan upaya pencegahan ulang pneumonia pada Menurut Notoatmodjo (2003:125) balita, dengan p-value (0,019). sebelum seseorang berperilaku, ia harus Berdasarkan analisa kuesioner, tahu dulu apa manfaatnya bagi sebagian besar responden menilai keluarganya, dirinya baru kemudian ia bahwa peran perawat sudah baik dalam berfikir tersebut ia akan menilai dari segi memberikan informasi mengenai upaya keuntungan dan kerugiannya. Dalam pencegahan ulang pneumonia pada berfikir tersebut timbul keinginan untuk balita, tetapi sebagian responden menilai bertindak. bahwa peran perawat masih kurang Melihat uraian di atas maka baik, responden menilai perawat tidak petugas kesehatan perlu memberikan memberikan informasi yang jelas informasi kepada orangtua tentang mengenai upaya pencegahan ulang bagaimana cara pencegahan pneumonia pneumonia, dan tidak memberitahu apa yang baik. Hal ini sesuai dengan teori akibatnya apabila tidak ditangani dengan serius. SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017 STIKES PRIMA JAMBI 114 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
Semakin sering perawat memberikan pengkajian terhadap keluarga dan
informasi tentang upaya pencegahan diskusi bersama terhadap keprihatinan- ulang pneumonia pada balita maka akan keprihatinan dan masalah-masalah semakin banyak orangtua yang mengerti keluarga, maka perawat keluarga dan dan melakukan upaya pencegahan keluarga perlu memutuskan apakah ulang pneumonia, sedangkan apabila intervensi keluarga yang akan dilakukan. perawat tidak sering memberikan Kriteria untuk membuat keputusan informasi mengenai upaya pencegahan termasuk keinginan dan motivasi pasien ulang pneumonia maka akan semakin keluarga dalam menerima bantuan dan sedikit juga orangtua yang melakukan mencoba memecahkan masalah- upaya pencegahan ulang. masalahnya dan tingkat berfungsinya Menurut Green (1980) dalam keluarga, tingkat keterampilan keluarga Notoatmodjo (2005:28) bahwa salah itu sendiri, serta sumber-sumber yang satu faktor yang mempengaruhi perilaku tersedia (Friedman, 2002:67). seseorang adalah adanya peran petugas Peran perawat dalam hal ini adalah kesehatan. Pengetahuan, sikap dan sebagai komunikator, seharusnya fasilitas yang tersedia kadang-kadang menyampaikan informasi kepada orang belum menjamin terjadinya perilaku tua agar orang tua melakukan upaya seseorang atau masyarakat. Sering pencegahan ulang pneumonia pada terjadi, bahwa masyarakat sudah tahu balita karena itu merupakan hal yang manfaat tindakan tersebut dan juga telah sangat penting. Mengingat masih kurang tesedia di lingkungannya fasilitas baiknya peran perawat dalam pelayanan kesehatan, tetapi mereka memberikan informasi, maka perawat belum mengikuti tindakan tersebut perlu meningkatkan penyuluhan tentang karena alasan yang sederhana, yakni upaya pencegahan ulang pneumonia pak kiai atau tokoh masyarakat yang pada balita dan dampak apabila hal dihormatinya tidak atau belum mengikuti tersebut tidak dilakukan (Rizanda, 2006). program tersebut. Dalam hal ini jelas Selain itu, perawat juga perlu terlihat bahwa toma (tokoh masyarakat) mengetahui atau mengenali pneumonia merupakan faktor penguat (reinforcing) itu sendiri, biasanya balita akan bagi terjadinya perilaku seseorang atau mengalami pernapasan yang cepat masyarakat. (sesak), batuk, demam tinggi, mual dan Perawat merupakan salah satu muntah, gelisah. Perawat juga perlu pemberi pelayanan kesehatan, harus melakukan tindakan dini agar tidak mampu untuk melakukan upaya untuk memperburuk keadaan balita, seperti promosi dan pemeliharaan kesehatan mengkaji adanya distres pernapasan, serta mencegah terjadinya penyakit. memberi obat sesuai indikasi, dan Adapun peran perawat yaitu melakukan memberikan informasi kepada orangtua intervensi keperawatan keluarga, tahap (Mary, 2005). intervensi ini diawali dengan penyelesaian perencanaan perawat. SIMPULAN Impelementasi dapat dilakukan oleh Dari hasil penelitian dan banyak orang : yaitu klien (individu dan pembahasan didapatkan beberapa keluarga), perawat dan anggota tim kesimpulan sebagai berikut: perawatan kesehatan yang lain, keluarga 1. Sebagian besar responden (50,8%) luas, dan orang-orang lain dalam sudah baik dalam melakukan upaya jaringan kerja sosial keluarga. Mengikuti SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017 STIKES PRIMA JAMBI 115 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
2. pencegahan ulang pneumonia Pernapasan Akut Untuk
pada balita, sebagian responden Penanggulangan Pneumonia Pada (53.8%) pengetahuan responden Balita. Jakarta. rendah, sebagian (55.4%) sikap responden rendah tentang upaya Departemen Kesehatan Republik pencegahan ulang pneumonia Indonesia. 2005 Pelayanan pada balita, dan sebagian (53,8%) Keperawatan, Depkes RI, Jakarta peran perawat sudah baik dalam Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. upaya pencegahan pneumonia Jakarta: EGC. pada balita. 3. Terdapat hubungan yang Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan bermakna antara pengetahuan Anak Dengan Gangguan Sistem dengan upaya pencegahan ulang Pernapasan. Jakarta: Trans Info Media. pneumonia pada balita diwilayah kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun Lamesshow,S.(1997). Besar Sampel 2017. dalam Penelitian Kesehatan. Gadjah 4. Terdapat hubungan yang Mada University Press : bermakna antara sikap dengan Yogyakarta upaya pencegahan ulang Lynda juall carpenito. 2009. Diagnosis pneumonia pada balita diwilayah keperawatan aplikasi pada praktik klinis. kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun Edisi 9. EGC. Jakarta. 2017 . 5. Terdapat hubungan yang Mary. 2005. Panduan Belajar bermakna antara peran perawat Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta. dengan upaya pencegahan ulang pneumonia pada balita diwilayah Misnadiarly, 2008. Pneumonia Pada kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun Anak, Balita, Orang dewasa, Usia Lanjut 2017. Edisi I. Pustaka Obor Populer. Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Nastiti. 2012. Buku Ajar Respirologi
Anak. Edisi Pertama. Jakarta: Badan Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penerbit IDAI. Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Rineka Cipta, Jakarta. EGC. Jakarta. Azwar S, 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar, Notoatmodjo. 2010. Metodologi Jakarta. Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cecily dan Linda. 2009. Buku Saku Cipta. Keperawatan Pediatri Edisi 5. EGC. Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Jakarta. dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. David. 2008.Dasar – Dasar Pediatri. EGC. Jakarta Nursalam.2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Departemen Kesehatan Republik Pedoman skripsi, tesis dan instrument Indonesia. 2004. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran SCIENTIA JOURNAL Vol. 6 No. 02 Desember 2017 STIKES PRIMA JAMBI 116 Hubungan Pengtahuan Sikap Orangtua dan peran perawat dengan Upaya Pencegahan Ulang Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Putri Ayu Tahun 2017
penelitian keperawatan. Salemba
Medika, Jakarta.
Nursalam. (2002). Pendekatan Praktis
Metodologi Riset Keperawatan.Jakarta: Sagung seto
Potter dan Perry, 2005. Buku Ajar
Fudamental Keperawatan ; Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 Vol 2. EGC. Jakarta
Purwanto, Heri, 2006. Pengantar
Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Rizanda. 2006. Pneumonia Balita: Di
Indonesia Dan Peranan Kabupaten Dalam Menanggulanginya. Padang: Andalas University Press.