Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Program keluarga berencana (KB) memiliki makna yang sangat strategis,
komprehensif dan fundamental dengan tujuan mewujudkan manusia Indonesia
yang sehat dan sejahtera. Di dalam Undang-undang (UU) nomor 53 tahun 2009
tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga menyebutkan
bahwa keluarga berencana ialah upaya untuk mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Sasaran utama dari
pelayanan program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) pada kisaran usia 15-
49 tahun. Pelayanan KB diberikan di berbagai unit pelayanan baik oleh
pemerintah maupun swasta.1,2,3
Selain pelayanan yang dilakukan di fasilitas kesehatan seperti Puskesmas,
program KB juga dapat diakses di luar puskesmas dengan program KB yang
dinamis yang disebut dengan Tim KB keliling (TKBK). Tugas yang dilaksanakan
oleh tim KB keliling tersebut berupa turun langsung ke sebuah wilayah atau desa
untuk melayani masyarakat yang ingin menggunakan alat kontrasepsi.
Penggunaan alat kontrasepsi yang dipilih lebih dikhususkan ke alat kontrasepsi
berjangka panjang atau biasa disebut dengan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP) seperti Intra Uterine Device (IUD) dan Implan.4
Situasi KB di Indonesia sendiri dibandingkan Negara-Negara di Asia Tenggara
dengan penggunaan alat kontrasepsi berada diperingkat keempat sebanyak 61%
setelah Vietnam.5 Di Provinsi Riau pengguna KB aktif pada tahun 2016 mencapai
66.78% dengan peserta KB baru 15%. Sedangkan pengguna KB aktif di
Kabupaten Pelalawan pada tahun 2016 mencapai 54.198 orang atau 78,5% dari
PUS. Salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Pelalawan adalah
Kecamatan Ukui yang merupakan salah satu kecamatan dengan pertumbuhan
cukup pesat di Provinsi Riau. Kecamatan Ukui memiliki 1 (satu) Puskesmas, 4
(empat) puskesmas pembantu dan 7 (tujuh) pos kesehatan Desa.
Pertumbuhan penduduk di Kecamatan Ukui cukup meningkat tinggi setiap
tahunnya. Dari data yang didapatkan pada tahun 2017 angka kelahiran mencapai
767 kelahiran sedangkan pada tahun 2018 meningkat mencapai 1022 kelahiran.
Sehingga, untuk menurunkan angka peningkatan kelahiran tersebut, Puskesmas
Ukui melakukan inovasi dari layanan KB dengan dibentuknya program inovasi
Lambe Keling atau disebut dengan layanan KB keliling. Program inovasi ini di
selenggarakan sejak tahun 2018 dengan tujuan untuk meningkatkan capaian KB
ke wilayah-wilayah yang cukup jauh dari Puskesmas Ukui, sehingga dapat
meningkatkan capaian penggunaan KB di masyarakat. Wilayah kerja Puskesmas
Ukui mencakup 1 (satu) kelurahan dan 11 (sebelas) desa dengan jarak desa terjauh
mencapai 35 km dari Puskesmas Ukui. Tujuan lain dari penyelengaraan program
ini ialah untuk menurunkan angka multiparitas yang sesuai dengan definisi KB.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Kepala Puskesmas Ukui,
pemegang program Lambe Keling, bidan desa dan kader PPKBD (Petugas
Pembina Keluarga Berencana Desa). Sejak dibentuk hingga saat ini, program
Lambe Keling berjalan sangat baik tetapi untuk pemasangan alat kontrasepsi
masyarakat lebih banyak menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek seperti pil
dan suntik, sedangkan untuk MKJP khususnya IUD sangat rendah. Dari data yang
didapatkan pengguna KB suntik mencapai 39.89% sedangkan MKJP sebanyak
21.55%. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan Tim KB keliling (TKBK) yang lebih
fokus terhadap pemasangan MKJP. Penyebab lain dari rendahnya angka
pemasangan MKJP ialah masyarakat masih belum paham mengenai MKJP yang
mengakibatkan munculnya kekhawatiran dari efek samping MKJP tersebut bila
digunakan, kurangnya sarana seperti meja ginekologi untuk memasang IUD serta
belum adanya sosialisasi KB oleh kader-kader Lambe Keling secara menyeluruh
terhadap PUS khususnya untuk membahas mengenai MKJP. Sosialisasi hanya
dilakukan secara perorangan kepada masyarakat yang sudah mendaftar untuk
pemasangan KB. Hal ini tidak sesuai dengan tugas dari TKBK yaitu
melaksanakan sosialisasi terhadap PUS, wawancara dan konseling KB. Oleh
sebab itu, Dokter Muda COME FK UNRI periode Januari-Maret 2019 ingin
melakukan optimalisasi program layanan KB keliling di wilayah kerja Puskesmas
Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau
1.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam makalah ini
adalah kurang optimalnya program layanan KB keliling di wilayah kerja
Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan.

1.3 Tujuan penelitian


1.3.1 Tujuan umum
Mengoptimalkan program layanan KB keliling di wilayah kerja
Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari kegiatan ini:
1. Mengidentifikasi permasalahan pada program inovasi Puskesmas Ukui,
Kabupaten Pelalawan.
2. Menentukan prioritas masalah mengenai program inovasi di wilayah kerja
Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan.
3. Menentukan analisis penyebab belum optimalnya layanan KB keliling di
wilayah kerja Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan
4. Menyusun alternatif pemecahan masalah untuk optimalisasi layanan KB
keliling di wilayah kerja Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan.
5. Mengimplementasikan plan of action dari kurang optimalnya layanan KB
keliling di wilayah kerja Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan
6. Melakukan check dari kurang optimalnya layanan KB keliling di wilayah
kerja Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan
7. Melakukan action dari kurang optimalnya layanan KB keliling di wilayah
kerja Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan.

1.4 Manfaat penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Peneliti
Mengaplikasikan ilmu yang telah dimiliki dalam upaya peningkatan
penggunaan KB khususnya pada program KB keliling di wilayah kerja
Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan.
2. Puskesmas Ukui
Membantu program Puskesmas dalam meningkatkan penggunaan KB di
wilayah kerja Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan.
3. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BBKBN)
Kecamatan Ukui
Membantu mensosialisasikan mengenai KB kepada masyarakat
Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan
4. Dokter Muda COME FK UNRI periode selanjutnya
Sebagai sumber informasi untuk pengembangan program mengenai
penggunaan KB di wilayah kerja Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana (KB)


2.1.1 Pengertian
Menurut WHO (World Health Organisation) KB adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif
tertentu, untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan
kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga.8,9
2.1.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk mencegah terjadinya pertemuan
antara sel sperma dan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. kontrasepsi
tebagi menjadi 2 yaitu :
A. Kontrasepsi tanpa alat
1. Senggama Terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan
sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan
dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar.9,10
2. Pantang berkala (sistem kalender)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam
masa subur. Selain sebagai sarana agar cepat hamil, kalender juga difungsikan
untuk sebaliknya alias mencegah kehamilan.9
B. Kontrasepsi dengan alat 10
1. Kondom
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang sudah
populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat
dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi penis sebelum dimasukkan ke
dalam liang vagina.

2. KB suntik
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
dengan melalui suntikan hormonal. Penggunaan suntik terbagi menjadi beberapa
yaitu :
a. KB suntik 1 bulan (kombinasi)
KB suntik 1 bulan ialah 25 mg depo medroksiprogestreon asetat dan 5 mg
esestradiol sipionat yang diberikan injeksi intramuscular (IM) sebulan sekali
(Cyclofem).10
b. KB suntikan 3 bulan.
Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan
kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat dan sangat
efektif. Obat ini termasuk obat depot. Noristerat termasuk dalam golongan
kontrasepsi ini. Mekanisme kerja kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi
hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk program postpartum oleh
karena tidak mengganggu laktasi.10
3. KB pil11
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil diperuntukkan bagi
wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan sementara
yang paling efektif bila diminum secara teratur. Jika seorang ibu ingin menyusui,
maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak
atau selama masih menyusui dan disarankan menggunakan cara pencegah
kehamilan yang lain.11
Jenis-jenis kontrasepsi Pil
a. Pil gabungan atau kombinasi
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin.
b. Pil khusus progestin (pil mini)
Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat
pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim
(merubah sekresi pada leher rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma.
Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium sehingga menghambat
perlekatan telur yang telah dibuahi.
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan
alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap
hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi
isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita yang ternyata
belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini. Karena itu, setiap calon
pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk
alat kontrasepsi ini.11,12
5. Kontrasepsi implan
Implan atau susuk adalah alat kontrasepsi bawah kulit yang dipasang pada
lengan atas. Alat kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah
dalam. Konsep kerja implan menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun atau 3 tahun.11,12
6. Kontrasepsi tubektomi (sterilisasi pada wanita)
Tubektomi adalah setiap tindakan bedah pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi
bisa dilakukan juga pada pria, yaitu vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu
pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat
kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena
kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali.11,12
7. Kontrasepsi vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.11,12
2.2 Tim KB Keliling (TKBK)
2.2.1 Definisi
Program Tim KB Keliling (TKBK) merupakan sebuah program dimana Dinas
Pengendalian Penduduk (PP) & KB yang bekerjasama dengan Dinas Kesehatan
melalui PLKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana) untuk memberikan
pelayanan KB berupa pembagian serta pemasangan alat kontrasepsi secara gratis
kepada aseptor di setiap desa atau kecamatan.12 Kegiatan ini melibatkan sejumlah
ahli medis untuk melakukan pemasangan atau pelepasan alat kontrasepsi kepada
para aseptor yaitu peserta KB yang menggunakan salah satu alat atau obat
kontrasepsi, khususnya kepada PUS.13,14
Kegiatan yang ada di dalam program ini tidak hanya memberikan pelayanan
atas alat kontrasepsi gratis saja, namun ada beberapa kegiatan lain yang juga
termasuk didalam pelayanan KB dinamis ini, yaitu sebagai berikut:13,14
A. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kejadian efek
samping, komplikasi dan kegagalan pada aseptor KB. Jika ditemukan maka segera
ditindaklanjuti sesuai dengan petunjuk yang telah ditetapkan. Dalam wawancara
pemantauan pasca pelayanan kontrasepsi, petugas lapangan mengajukan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi kepada klien. Jika
aseptor tidak memberika jawaban yang benar, petugas berkewajiban memberikan
pengetahuan kepada klien.
B. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya efek
samping, komplikasi dan kegagalan pada penggunaan semua jenis kntrasepsi.
C. Konseling
Konseling dianggap perlu dalam memberikan informasi untuk meningkatkan
kepatuhan terhadap terhadap penggunaan alat dan obat kontrasepsi, bagaimana
mengenali timbulnya efek samping, komplikasi dan kegagalan penggunaan
kontrasepsi serta cara penanggulangannya.

2.2.2 Tujuan TKBK


Adapun tujuan umum dari di bentuknya program TKBK ini ialah untuk
meningkatkan kesertaan dan kelangsungan penggunaan kontrasepsi pada peserta
KB. Sedangkan tujuan khusus dari program ini ialah sebagai berikut :13,14
1. Meningkatkan pengetahuan PPKB/PLKB dan Instituinsi Masyarakat
Perdesaan (IMP) tentang pelayanan kontrasepsi
2. Meningkatkan pengetahuan peserta KB dalam mengenali risiko efek samping,
komplikasi dan kemungkinan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
3. Meningkatkan kepatuhan peserta KB dalam penggunaan kontrasepsi secara
benar untuk mencegah risiko terjadinya efek samping, komplikasi dan
kemungkinan kegagalan penggunaan kontrasepsi.
4. Meningkatkan kemampuan peserta KB dalam memahami dan menyikapi
kemudian mengambil keputusan apabila terjadi efek samping, komplikasi, dan
kemungkinan kegagalan penggunaan kontrasepsi.

2.2.3 Mekanisme Program TKBK


Mekanisme yang ada di dalam Program KB Dinamis atau TKBK ialah sebagai
berikut :13,14
A. Adanya sosialisasi oleh PLKB di suatu desa, memberitahukan bahwa pada
waktu yang telah ditentukan akan dilaksanakan program KB desa tersebut,
sehingga setelah masyarakat tahu mereka akan mempersiapkan diri dan
mendapatkan persetujuan dari suami atau istri.
B. PPKBD yang terdapat di desa-desa tempat akan mendata calon aseptor yang
menginginkan pelayanan KB, sert menanyakan alat kontrasepsi apa yang ingin
digunakan oleh calon aseptor. Dengan adanya pendataan seperti itu, maka
PLKB akan mempersiapkan berapa alat kontrasepsi yang akan dipersiapkan,
bahkan di sini PLKB akan menambah alat kontrasepsi yang mereka bawa
nantinya sehingga bisa dipastikan bahwa tidak akan ada kekurangan alat
kontrasepsi.
C. PLKB memastikan tempat untuk Program KB Dinamis dilaksanakan sudah
dipersiapkan, sehingga pada waktu yang telah ditentukan mereka telah siap.
Biasanya, program ini dilaksanakan di posyandu atau puskesmas pembantu
atau bisa juga di puskesmas. Namun, jika tempat tersebut berhalangan untuk
digunakan, maka pelayanan hanya akan dilaksanakan di mobil Pelayanan KB
yang memang sudah ada dari pemerintah. Selanjutnya kader KB akan
memberitahukan kepada calon aseptor untuk lokasi pelayanan KB.
D. PLKB beserta ahli medis tiba di lokasi pelayanan, para aseptor mendaftarkan
diri, sebelum pelayanan KB dilakukan PLKB serta ahli medis memberikan
arahan terlebih dahulu kepada aseptor seputar dampak yang akan aseptor
rasakan setelah memakai alat kontrasepsi pilihannya.
E. Aseptor diperiksa terlebih dulu tekanan darahnya agar tidak terjadi hal hal
yang tidak diinginkan nantinya. Setelah itu, aseptor mendapatkan pelayanan
berupa pemasangan alat kontrasepsi oleh ahli medis dan setelah itu
mendapatkan beberapa macam obat untuk pereda rasa sakit.

2.2.3 Sasaran pelayanan KB


A. Sasaran Langsung
Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49
tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan
seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS
diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif sehingga memberi efek
langsung penurunan fertilisasi.13,14
B. Sasaran Tidak Langsung
1. Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan
target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan
kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya, Sehingga program KB disini lebih
berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang
tidak diinginkan serta kejadian aborsi. 12,13
2. Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan
pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam
pelembagaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) serta
sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi.12
2.2.3 Target pelayanan KB
Adapun target pada pelayanan program KB yaitu menurunnya laju
pertumbuhan penduduk (LPP), menurunnya Angka kelahiran total atau Total
Fertility Rate (TFR) per WUS (15-49 tahun), Meningkatnya pemakaian
kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR), menurunnya kebutuhan
ber-KB yang tidak terpenuhi (unmet need), menurunnya Angka kelahiran pada
remaja usia 15-19 tahun (ASFR 15 – 19 tahun), menurunnya kehamilan yang
tidak diinginkan dari WUS (15-49 tahun)

2.2.5 Cakupan pelayanan KB


Pada pelayanan KB adapun cakupan pelayanan KB meliputi cakupan peserta
KB aktif atau CPR. Definisi dari CPR adalah angka yang menunjukan berapa
PUS yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan
dengan seluruh PUS.11,12 Informasi tentang besarnya CPR sangat bermanfaat untuk
menetapkan kebijakan pengendalian kependudukan serta penyediaan pelayanan
KB baik dalam bentuk mempersiapkan kontrasepsi seperti sterilisasi, pemasangan
AKDR, persiapan alat dan obat kontrasepsi, serta pelayanan konseling untuk
menampung kebutuhan dan menanggapi keluhan pemakaian kontrasepsi.13
Pada perhitungan CPR, persentase PUS yang sedang memakai suatu cara KB
dengan jumlah PUS, kemudian dikalikan dengan 100%. CPR metode moderen
adalah jumlah PUS yang menggunakan cara KB moderen dibagi jumlah PUS
dikalikan 100%. CPR berpengaruh pada pemakaian alat kontrasepsi. Apabila CPR
naik, maka jumlah PUS yang memakai alat kontrsepsi akan semakin banyak,
sebaliknya bila jumlah PUS yang memakai alat kontrasepsi cenderung kecil
apabila CPR turun. Berdasarkan data akseptor KB aktif tahun 2018, kabupaten
Pelalawan mencapai 76,26% atau sebesar 130.704 akseptor KB aktif.15
2.3 Layanan Metode Kb Keliling (lambe Keling)
Layanan metode KB Keliling (Lambe Keling) adalah salah satu program
inovasi dari Puskesmas Berlian Ukui. Lambe keling diadakan karena
keterbatasana wanita usia subur (WUS) dalam mengakses pelayanan KB ke
Puskesmas. Selain itu, cakupan pelayanan kesehatan yang belum mencapai target
yaitu target peserta KB aktif sebesar 87,46%, namun untuk pemasangan KB
MKJP hanya 21,55%.15
Program lambe keling memiliki tujuan yaitu mengakselerasi capaian KB,
meningkatkan mutu pelayanan KB serta meningkatkan capaian dengan
pemerataan pelayanan.15
Pada program lambe keling bidan Puskesmas Berlian Ukui akan melakukan
pemasangan dan pelepasan KB ke 12 desa yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Berlian Ukui.15 Alat kontrasepsi yang disediakan pada program Lambe
Keling yaitu KB pil, suntik, pemasangan dan pelepasan implan serta IUD. 14 Pada
kontrasepsi mantap pria dan wanita klien yang akan memasang KB dirujuk ke
RSUD Arifin Achmad Propinsi Riau.15
Program lambe keling bekerjasama dengan BKKBN yang mana terdiri dari
PLKB dan PPKBD. PUS yang akan memasang KB mendaftar ke PPKBD lalu
PPKBD akan melaporkan ke PLKB selanjutnya PLKB akan menginformasikan
kepada pemegang program lambe keling dan bidan puskesmas akan turun desa.15
2.4 Kerjasama Lintas Sektoral pada Program Lambe Keling
Program lambe keling telah dibentuk sejak tahun 2018 di Puskesmas Berlian
Ukui. Program lambe keling bekerjasama dengan BKKBN yang mana dalam hal
ini BKKBN sebagai penyedia alat kontrasepsi dan bidan Puskesmas Berlian Ukui
membantu dalam pemasangan dan pelepasan alat kontrasepsi.13,15
Program lambe keling perlu dukungan dan kerjasama lintas sektor. Kerjasama
lintas sektor pada program lambe keling berupa kerjasama dengan dinas kesehatan
kabupaten Pelalawan, camat Ukui, perangkat desa dan bidan desa. Kerjasama ini
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan pengetahuan masyarakat khususnya
PUS dalam menggunakan KB serta membantu dalam ketersediaan alat kontrasepsi
dan sarana prasana.15
Pada program lambe keling masih memiliki kendala yaitu kurangnya
kesadaran WUS untuk menggunakan MKJP terutama dalam pemasangan IUD.15
Salah satu kendala dalam pemasangan IUD yaitu tidak adanya tempat tidur
ginekologi di posbindu yang berada di 12 desa wilayah kerja Puskesmas Berlian
Ukui. Kerjasama lintas sektoral pada program lambe keling diharapkan dapat
membantu sarana dan prasana yang lebih baik.14,15

BAB III
Optimalisasi Program LAMBE KELING (Layanan KB Keliling)
Di Puskesmas Ukui Kabupaten Pelalawan

3.1 Deskripsi Umum Puskesmas Ukui


3.1.1 Administrasi Pemerintahan
Kecamatan Ukui merupakan salah satu kecamatan Ukui di Kabupaten
Pelelawan dengan luas wilayah sebesar + 1.087,42 km2 yang terdiri dari 11
(sebelas) desa dan 1 (satu) kelurahan. Kecamatan Ukui memiliki penduduk
sebanyak 39.263 jiwa.25 Puskesmas Ukui adalah salah satu Unit Pelayanan Teknis
Daerah dibidang kesehatan yang merupakan perpanjangan tangan Dinas
Kesehatan Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Luas tanah wilayah Puskesmas
Ukui sekitar 86.000 m2 dan luas bangunan 800 m2 dengan wilayah kerja yang
terdiri dari 11 (sebelas) Desa dan 1 (satu) kelurahan ,yaitu Kelurahan Ukui satu,
Desa Air Emas, Desa Air Hitam, Desa Bagan Limau, Desa Bukit Gajah, Desa
Kampung Baru, Desa Lubuk Kembang Bunga, Desa Lubuk Kembang Sari,
Desa Silikuan Hulu, Desa Tri Mulya Jaya, Desa Bukit Jaya dan Desa Ukui
Dua. Puskesmas Ukui memiliki 4 Puskesmas pembantu, 7 Pos kesehatan desa, 1
Puskesmas Keliling Roda Empat, 45 posyandu, 2 Pos Usaha Kesehatan Kerja, 9
posyandu usila, dan 12 Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak
Menular serta 12 Pos TB desa.26
3.1.2 Keadaan Geografis
Puskesmas Ukui terletak di Kelurahan Ukui, Kecamatan Ukui Kabupaten
Pelalawan, yang berjarak 70 km dari Ibukota Kabupaten Pelalawan.
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Ukui adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : berbatas dengan Kecamatan Pangkalan Lesung
Sebelah selatan : berbatas dengan Kabupaten Indragiri Hulu
Sebelah barat : berbatas dengan Kabupaten Indragiri Hulu
Sebelah timur : berbatas dengan Kecamatan Pangkalan Lesung
3.1.3 Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Kec. Ukui berdasarkan Data Kecamatan Ukui yang
diterbitkan oleh Kantor Kecamatan Ukui tahun 2017 tercatat sebanyak 39.263
jiwa. Golongan umur terbanyak laki-laki maupun perempuan terdapat dalam
golongan produktif yaitu 20-24 tahun.
Tabel 3.1 Jumlah penduduk per desa tahun 2017 wilayah kerja Puskesmas Ukui
Jumlah rumah Penduduk
No Kelurahan/Desa Luas wilayah
tangga (jiwa)
1 Silikuan Hulu 51.23 3.68 2.295
2 Lubuk kembang sari 60.05 3.93 3.113
3 Lubuk kembang bunga 230.46 3.82 3.729
4 Air hitam 214.57 3.95 3.939
5 Kampung baru 43.46 3.71 2.888
6 Ukui Satu 18.95 4.11 5.831
7 Ukui dua 258.46 3.90 6.694
8 Bukit gajah 67.01 3.74 3.464
9 Bukit jaya 49.97 3.41 1.925
10 Air emas 47.86 3.90 2.328
11 Tri mulya jaya 32.93 3.54 1.544
12 Bagan limau 12.47 3.78 1.513
Jumlah total penduduk 39.163

3.1.4 Sosial Ekonomi


Berdasarkan Buku Profil Kecamatan Ukui menunjukkan bahwa sebagian
besar penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian, yakni 7094 KK sedang
di sektor lainnya adalah sebagai berikut :
a. Pertanian : 6.806 KK
b. Pedagang : 903 KK
c. Jasa : 226 KK
d. Lain-lain : 1.606 KK
3.1.6 Deskripsi keadaan
Puskesmas Ukui menempati lokasi di Kelurahan Ukui I Kecamatan Ukui,
Kabupaten Pelalawan yang beralamat di Jl. Lintas Timur Ukui Kab. Pelalawan
Riau.

3.2 Perencanaan Kegiatan


3.2.1 Identifikasi masalah di Puskesmas Ukui Kabupaten Pelalawan
Proses identifikasi masalah didapatkan melalui wawancara dan observasi
dengan Kepala Puskesmas Ukui, pemegang program Pelayanan Metode KB
Keliling (LAMBE KELING) dilayah kerja Puskesmas Ukui, wawancara
mengenai program lambe keling pada bidan desa di wilayah kerja Puskesmas
Ukui.
Penentuan masalah berdasarkan dari analisa program Lambe Keling di
Puskesmas Ukui yang ditampilkan pada table 3.2.
Tabel 3.2 Identifikasi Masalah pada Puskesmas Ukui
Aspek yang
Masalah Evidence based
dinilai
Program inovasi Belum optimalnya a. Hasil wawancara dengan Kepala
Puskesmas Ukui mengenai program Puskesmas :
layanan KB  Keterbatasan wanita usia subur (WUS)
keliling (lambe dalam mengakses layanan KB ke
keling) di wilayah puskesmas.
kerja Puskesmas  Angka multiparitas di Kecamatan Ukui
Ukui, Kabupaten yang masih cukup tinggi.
Pelalawan, Riau.  Cakupan pelayanan KB belum mencapai
target.

b. Hasil wawancara dengan pemegang


program :
 Masalah psikososial, banyaknya
masyarakat Ukui yang masih khawatir
dengan pemasangan dan efek samping
KB.
 Sosialisasi mengenai KB saat ini hanya
dilakukan kepada WUS yang ingin
memasang KB tanpa melibatkan
keseluruhan WUS.
 Pemasangan KB metode IUD masih
terbatas untuk dilaksanakan pada program
lambe keling karena keterbatasan alat
yaitu tempat tidur ginekologi.
 Bidan Puskesmas yang turun ke desa
menggunakan kendaraan beroda dua
Aspek yang
Masalah Evidence based
dinilai
sehingga terbatasnya mobilisasi untuk
menjalankan program lambe keling.

c. Hasil wawancara dengan bidan desa :


 Masyarakat masih mengalami masalah
psikososial yaitu khawatir dengan
pemasangan KB dan efek samping KB.

d. Data Sekunder Puskesmas Ukui


Berdasarkan data Puskesmas tahun 2018,
cakupan KB sebesar 87,46%.

e. Observasi Lapangan
 Kurangnya media informasi mengenai
sosialisasi metode KB di wilayah kerja
Puskesmas Ukui

Masih adanya Hasil wawancara dengan Kepala


angka kejadian Puskesmas, pemegang program, dan data
abortus di wilayah sekunder Puskesmas Ukui :
kerja Puskesmas  Puskesmas Ukui memiliki program
Ukui Kabupaten inovasi Komunitas Peduli Ibu Hamil dan
Pelalawan . Keselamatan Melahirkan (KOPI HITAM)
dalam penanggulangan kejadian abortus
di wilayah kerja Puskesmas Ukui.
 Sudah menurunnya angka abortus dalam
1 tahun berjalannya program yaitu dari
11 menjadi 3 kasus.

3.2.2 Penentuan prioritas masalah


Prioritas masalah ditentukan berdasarkan sistem seleksi yang
menggunakan 2 unsur, yaitu kriteria (urgensi atau kepentingan, solusi,
kemampuan mengubah, dan biaya) dan skor (nilai 1, 2, dan 3), yaitu:

1. Urgensi atau kepentingan


o Nilai 1 : tidak penting
o Nilai 2 : penting
o Nilai 3 : sangat penting

2. Solusi
o Nilai 1 : tidak mudah
o Nilai 2 : mudah
o Nilai 3 : sangat mudah

3. Kemampuan mengubah
o Nilai 1 : tidak mudah
o Nilai 2 : mudah
o Nilai 3 : sangat mudah

4. Biaya
o Nilai 1 : tinggi
o Nilai 2 : sedang
o Nilai 3 : rendah

Kriteria dan skor ditetapkan berdasarkan kesepakatan kelompok. Total


skor dari masing-masing kriteria merupakan penentu prioritas masalah, yaitu
masalah dengan total paling tinggi sebagai ranking pertama dan menjadi prioritas
masalah untuk dicari penyelesaian masalahnya. Penentuan prioritas masalah dapat
dilihat pada tabel 3.3 berikut ini.

Tabel 3.3 Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan


No Masalah Urgensi Solusi Kemampuan Biaya Total Ran
untuk k
Mengubah
1 Belum 3 3 2 3 54 I
optimalnya
mengenai
program layanan
KB keliling
(LAMBE
KELING) di
wilayah kerja
Puskesmas Ukui
Kabupaten
Pelalawan
2 Masih adanya 3 2 2 2 24 II
angka kejadian
abortus di
wilayah kerja
Puskesmas Ukui
Kabupaten
Pelalawan.

Berdasarkan perhitungan total skor masing-masing kriteria untuk setiap


masalah didapatkan prioritas masalah yang menduduki rangking I adalah belum
optimalnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai KB di wilayah kerja
Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau.

3.2.3 Analisis Penyebab Masalah


Berdasarkan tabel penentuan prioritas masalah di atas, didapatkan prioritas
masalah utama adalah belum optimalnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai
KB di wilayah kerja Puskesmas Ukui Kabupaten Pelalawan

Tabel 3.4 Analisis penyebab masalah


Masalah Penyebab Timbulnya Evidence Based
Masalah
Belum Man Evidence Based
optimalnya
mengenai Belum optimalnya Wawancara dengan pemegang
program layanan keterlibatan puskesmas program :
KB keliling dalam program layanan  Belum adanya sosialisasi
(lambe keling) di KB Keliling (Lambe aktif yang dilakukan
wilayah kerja Keling) dalam wilayah pihak Puskesmas dalam
Puskesmas Ukui kerja Puskesmas Ukui. upaya peningkatan
Kabupaten pengetahuan pelayanan
Pelalawan. kontrasepsi di wilayah
kerja Puskesmas Ukui.
 Kegiatan lambe keling
dilaksanakan berdasarkan
permintaan peserta KB
yang ingin memasang
KB.

Method
Kurang efektinya Wawancara dengan pemegang
pelaksanaan program program:
Lambe Keling  Kegiatan lambe keling
dilakukan di rumah
Bidan Desa atau rumah
warga yang disepakati
Masalah Penyebab Timbulnya Evidence Based
Masalah
bersama.
 Kegiatan lambe keling
hanya dilakukan
berdasarkan permintaan
peserta KB yang ingin
memasang Kb.
 Kegiatan Lambe Keling
hanya akan dilaksanakan
jika terdapat minimal 5
WUS yang ingin
memasang KB.

Penyebab Timbulnya
Masalah Evidenced Based
Masalah
Belum optimalnya Wawancara dengan pemegang
kerjasama antara program :
Puskesmas dan PPKBD  Sosialisasi mengenai KB
(Petugas Pembina dan program lambe keling
hanya dilakukan
Keluarga Berencana
berdasarkan permintaan
Desa) dalam program dari peserta KB yang ingin
Layanan KB Keliling memasang KB tanpa
(Lambe Keling). melibatkan keseluruhan
WUS.

 Tidak adanya pembagian


kerja secara tertulis antara
puskesmas dan pihak
PPKBD dalam upaya
peningkatan pengetahuan
dan kepatuhan peserta KB
terhadap risiko terjadinya
efek samping, komplikasi,
dan kemungkinan
kegagalan penggunaan
kontrasepsi.

Market
Kurangnya pengetahuan Wawancara dengan Kepala
masyarakat tentang Puskesmas, pemegang program
layanan KB keliling dan Bidan Desa:
(lambe keling), KB, dan  Keterbatasan WUS untuk
keberadaan kader mengkases layanan KB di
PPKBD (Petugas puskesmas.
Masalah Penyebab Timbulnya Evidence Based
Masalah
Pembina Keluarga  Sosialisasi KB yang
Berencana Desa) di dilakukan berdasarkan
wilayah kerja Puskesmas permintaan peserta KB
Ukui. tanpa melibatkan
keseluruhan WUS.
 Masyarakat yang masih
khawatir dengan
pemasangan KB terutama
IUD dan implan.

Penyebab Timbulnya
Masalah Evidenced Based
Masalah

Material
Keterbatasan alat dalam Observasi di wilayah kerja
pemasangan KB metode puskesmas Ukui:
IUD dan media  Belum adanya tempat tidur
informasi mengenai ginekologi yang digunakan
program layanan KB untuk pemasangan IUD saat
Keliling (lambe keling) kegiatan lambe keling.
di wilayah kerja  Kurangnya media informasi
Puskesmas Ukui. untuk sosialisasi seperti
spanduk, leaflet, poster,
flipchart dan powerpoint di
wilayah kerja Puskesmas
Ukui.
3.2.4 Analisis Fishbone Ishikawa
Di bawah ini dapat dilihat hubungan antara keempat faktor tersebut dengan menggunakan Analisis Fishbone Ishikawa.

Market Man

Kurangnya pengetahuan masyarakat Belum optimalnya keterlibatan


tentang Kb, program layanan Kb puskesmas dalam layanan KB Keliling
Keliling (lambe keling) dan adanya (Lambe Keling) dalam wilayah kerja
keberadaan kader PPKBD di wilayah Puskesmas Ukui. Belum optimalnya
kerja Puskesmas Ukui. mengenai program
layanan KB
Keterbatasan alat dalam pemasangan  Kurang efektifnya pelaksanaan keliling (lambe
KB metode IUD dan media informasi program Lambe Keling. keling) di wilayah
mengenai program layanan Kb Keliling kerja Puskesmas
(lambe keling) di wilayah kerja  Belum optimalnya kerjasama Ukui Kabupaten
Puskesmas Ukui. antara Puskesmas dan PPKBD Pelalawan.
(Petugas Pembina Keluarga
Berencana Desa) dalam program
Material Layanan Method
Kb Keliling (Lambe
Keling).
Gambar 3.1 Diagram analisis tulang ikan (Fishbone Analysis Ishikawa)
3.2.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah didapatkan analisis penyebab masalah, direncanakan beberapa strategi dan alternatif pemecahan masalah seperti terlihat
dalam tabel 3.5 dibawah ini:
Tabel 3.5 Strategi dan alternatif pemecahan masalah & Plan of Action

Masalah Penyebab Alternatif Tujuan Sasaran Tempat Pelaksana Waktu Kriteria Instrumen
Masalah Pemecahan Kegiatan Keberhasilan Pengukuran
Kriteria
Masalah
Keberhasilan
Belum Man:
optimalnya Belum Merekomendasikan Diharapkan Kepala Puskesmas Dokter 4-6 Jangka Pendek: Dokumentasi
program optimalnya adanya sosialisasi dengan Puskesmas Ukui Muda Februari Diterimanya surat Surat
layanan KB keterlibatan aktif tanpa adanya COME FK 2019 rekomen-dasi Rekomendasi
Keliling puskesmas menunggu rekomendasi UNRI oleh Kepala
(lambe keling) dalam layanan permintaan peserta dapat Puskesmas utuk
di wilayah KB Keliling KB dengan dilakukannya mengadakan
kerja (Lambe Keling) mengadakan jadwal kegiatan jadwal rutin
Puskesmas di wilayah kerja rutin sosialisasi sosialisasi sosialisasi kepada
Ukui, Puskesmas Ukui. mengenai kegiatan aktif kepada masyarakat.
Kabupaten lambe keling masyarakat
Pelalawan dari tenaga Jangka panjang:
medis secara Meningkatnya
langsung. pengetahuan dan
ikut serta
masyarakat dalam
pelaksanaan
Lambe keling

Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Kriteria Pengukuran
Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu
Masalah Kegiatan Keberhasilan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
Method
Belum efektifnya Merekomendasikan Mengefektif- Kepala Puskesmas Dokter 4-6 Jangka pendek: Dokumentasi
pelaksanaan kepada pihak kan dan Puskesmas Ukui Muda FK Februari Diterimanya surat Surat
Lambe Keling di Puskesmas Ukui meminimali- UNRI 2019 rekomendasi oleh
wilayah kerja untuk menjalankan sir biaya, pihak Puskesmas Rekomendasi
Puskesmas Ukui. program lambe waktu, Ukui untuk
keling bersamaan sumber daya dilakukannya
dengan program manusia program lambe
puskesmas keliling (SDM) keling bersamaan
dalam dengan
menjangkau Puskesmas
seluruh desa Keliling.
di wilayah
kerja Jangka panjang:
Puskesmas Cakupan
Ukui. pemasangan K b
pada masyarakat
mengalami
peningkatan dan
mencapai target
keberhasilan
dalam wilayah
kerja Puskesmas
Ukui

Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Kriteria Pengukuran
Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu
Masalah Kegiatan Keberhasilan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
Belum Merekomendasikan Memfokus- Pemegang Puskesmas Dokter 4-6 Jangka pendek: Dokumentasi
optimalnya adanya pembagian kan masing- Program Ukui Muda FK Februari Diterimanya surat Surat
kerjasama antara kerja secara tertulis masing pihak UNRI 2019 rekomendasi Rekomendasi
Puskesmas dan anatara pihak dalam upaya adanya
PPKBD (Petugas Puskesmas dengan pelayanan pembagian kerja
Pembina PPKBD perihal maksimal secara tertulis
Keluarga peningkatan dan program antara
Berencana Desa) kepatuhan kegiatan puskesmas dan
dalam program masyarakat dalam lambe keling. PPKBD.
Layanan Kb penggunaan
Keliling (Lambe kontrasepsi secara Jangka
Keling). benar. panjang:
Peningkatan
kerjasama antara
puskesmas dan
PPKBD dalam
peningkatan
pelayanan
kontrasepsi secara
benar

Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Kriteria Pengukuran
Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu
Masalah Kegiatan Keberhasilan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
Memberikan Membantu Pemegang Puskesmas Dokter 4-6 Jangka pendek: Dokumentasi
pelatihan pihak program Ukui Muda FK Februari Diterimanya Flipbook
penggunaan puskesmas dan kader UNRI 2019 flipbook program
flipbook kepada dan kader PPKBD layanan KB
Puskesmas dan PPKBD Keliling (Lambe
Kader PPKBD dalam Keling) oleh
sosialisasi pihak Puskesmas
aktif kepada dan PPKBD
masyarakat dalam wilayah
kerja Puskesmas
Ukui.

Jangka panjang
Meningkatnya
WUS yang ingin
memasang Kb
dan menjangkau
keseluruhan WUS
dalam wilayah
kerja Puskesmas
Ukui serta
menurunkan
angka
multipatitas.

Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Kriteria Pengukuran
Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu
Masalah Kegiatan Keberhasilan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
Market
Kurangnya Melakukan Meningkat- Masyarakat Pusat Dokter 14 Jangka pendek: 1.Dokumentasi
pengetahuan sosialisasi kan kecamatan Kesehatan Muda FK Februari Terlaksananya 2.Observasi
masyarakat mengenai program pengetahuan Ukui Desa Air UNRI 2019 penyuluhan Lapangan
tentang program lambe keling, KB masyarakat Emas, kepada 3.Lembar
lambe keling, dan keberadaan tentang Kecamatan masyarakat kuesioner (pre
KB, dan kader PPKBD di program Ukui mengenai dan post)
keberadaan kader wilayah Puskesmas lambe keling, program layanan
PPKBD dan Ukui. KB, dan kb, lambe keling,
PLKB keberadaan dan keberadaan
Kecamatan Ukui kader kader PPKBD dan
di wilayah kerja PPKBD di PLKB
Puskesmas Ukui. wilayah kerja Jangka panjang:
Puskesmas Meningkatnya
Ukui pengetahuan
masyarakat
mengenai
program lambe
keling, KB, dan
keberadaan kader
PPKBD dan
PLBD

Instrumen
Alternatif
Penyebab Pelaksana Kriteria Pengukuran
Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tempat Waktu
Masalah Kegiatan Keberhasilan Kriteria
Masalah
Keberhasilan
Material Menyarankan pihak Mempermu- Puskesmas Puskesmas Dokter 4-6 Jangka Pendek: - Dokumentasi
Keterbatasan alat puskesmas untuk dah Ukui Ukui Muda Februari Diterimanya surat - Surat
dalam menyediakan pemasangan FK UNRI 2019 rekomendasi Rekomendasi
pemasangan KB penyangga kaki KB metode mengenai
metode IU ginekologi IUD dalam pengadaan
program penyangga kaki
lambe keling tempat tidur
di wilayah ginekologi.
kerja Jangka panjang:
Puskesmas Peningkatan
Ukui. penggunaan
metode IUD di
Puskesmas Ukui

2.Kurangnya Menyediakan Mempermud Puskesmas Puskesmas Dokter 4-13 Jangka pendek: -


media informasi media informasi ah pihak Ukui Ukui Muda FK Februari Tersedianya - Dokumentasi
mengenai berupa powerpoint, puskemas UNRI 2019 media informasi
program lambe spanduk, leaflet, untuk berupa spanduk, - Spanduk
keling di wilayah poster tentang KB melakukan leaflet,
kerja Puskesmas penyuluhan powerpoint, - Poster
Ukui poster. - Powerpoint
Jangka panjang:
Peningkatan
pengetahuan
masyarakat
tentang lambe
keling.
3.2.6 Definisi Operasional
Berikut ini adalah definisi dari beberapa istilah yang digunakan dalam
optimalisasi program Lambe Keling di wilayah kerja Puskesmas Ukui:
1. Merekomendasikan adanya sosialisasi aktif tanpa menunggu permintaan
peserta KB dengan mengadakan jadwal rutin sosialisasi mengenai kegiatan
lambe keling adalah Dokter Muda menyarankan kepada Kepala Puskesmas
untuk merencanakan adanya pembuatan jadwal rutin sosialisasi kepada
masyarakat.
2. Merekomendasikan kepada pihak Puskesmas Ukui untuk melakukan program
Lambe keling bersamaan dengan Puskesmas keliling adalah Dokter Muda
menyarankan kepada Kepala Puskesmas untuk merencanakan kegiatan
tersebut pada tahun berikutnya sebagai optimalisasi pogram inovasi lambe
keling.
3. Memberikan pelatihan mengenai penggunaan flipbook secara aktif di
masyarakat kepada kader PPKBD adalah Dokter Muda melatih tenaga
PPKBD untuk menggunakan flipbook dengan tujuan kader PPKBD dapat
mensosialisasikan KB di wilayah kerjanya masing-masing.
4. Merekomendasikan adanya pembagian kerja secara tertulis antara pihak
Puskesmas dengan PPKBD perihal peningkatan dan kepatuhan masyarakat
dalam penggunaan kontrasepsi secara benar adalah Dokter Muda
menyarankan kepada pemegang program lambe keling untuk merancang
kembali pembagian kerja yang dilakukan anatra pihak Puskesmas dengan
kader PPKBD dalam optimalisasi pelayanan pengetahuan, kepatuhan, dan
kemampuan peserta KB dalam penggunaan kontrasepsi.
5. Melakukan sosialisasi berupa penyuluhan tentang program layanan lambe
keling, KB, dan keberadaan kader PPKBD dan PLKB Kecamatan Ukui pada
WUS oleh dokter muda dengan cara memaparkan dan menjelaskan dengan
tujuan meningkatkan pengetahuan WUS di wilayah kerja Puskesmas Ukui.
6. Merancang dan mencetak media informasi berupa satu buah spanduk
berukuran 3 meter x 1 meter untuk menginformasikan kegiatan sosialisasi
program lambe keling, poster berukuran 40 cm x 60 cm kepada pihak
Puskesmas Ukui untuk mempermudah sosialisasi, powerpoint dan flipbook
sebagai media informasi berisikan tentang definisi, jenis, cara pemasangan,
dan efek samping KB kepada pihak Puskesmas Ukui.
7. Merekomendasikan kepada pihak Puskesmas Ukui agar menyediakan
penyangga kaki untuk tempat tidur ginekologi adalah Dokter Muda
menyarankan kepada Kepala puskesmas untuk menganggarkan dana untuk
pengadaan kegiatan tersebut pada tahun berikutnya.

3.3 Do
Seluruh alternatif pemecahan masalah dapat terlaksana sesuai Plan of
action (PoA). Pelaksanaan kegiatan optimalisasi sosialisasi kepada masyarakat
mengenai KB di wilayah kerja Puskesmas Ukui Kabupaten Pelalawan dapat
dilihat pada tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Do kegiatan optimalisasi sosialisasi kepada masyarakat mengenai
KB di wilayah kerja Puskesmas Ukui Kabupaten Pelalawan

No. Kegiatan Keterangan

1. Merekomendasikan adanya sosialisasi aktif tanpa Terlaksana sesuai PoA


menunggu permintaan peserta KB dengan
mengadakan jadwal rutin sosialisasi mengenai
kegiatan lambe keling

2. Menyarankan kepada pihak Puskesmas Ukui Terlaksana sesuai PoA


untuk menjalankan program lambe keling
bersamaan dengan Puskesmas Keliling

3 Memberikan pelatihan mengenai penggunaan Terlaksana sesuai PoA


flipbook secara aktif di masyarakat kepada
Puskesmas dan kader PPKBD.
Merekomendasikan adanya pembagian kerja Terlaksana sesuai PoA
4 secara tertulis antara pihak Puskesmas dengan
PPKBD perihal peningkatan dan kepatuhan
masyarakat dalam penggunaan kontrasepsi secara
benar
Melakukan sosialisasi mengenai KB, program Terlaksana sesuai PoA
5 lambe keling dan keberadaan kader PPKBD dan
PLKB Kecamatan Ukui kepada WUS oleh dokter
muda dengan cara memaparkan dan menjelaskan
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan WUS
di wilayah kerja Puskesmas Ukui.
No. Kegiatan Keterangan
Menyediakan media informasi berupa power Terlaksana sesuai PoA
6 point, spanduk, leaflet, poster tentang KB.

Merokemendasikan kepada pihak puskesmas


7 untuk menyediakan penyangga kaki tempat tidur Terlaksana sesuai PoA
ginekologi.

3.4 Check
Setelah kegiatan intervensi (Do) dilakukan, selanjutnya melihat
bagaimana keadaan sesudah intervensi. Hal tersebut akan dijelaskan pada tabel
3.7

Tabel 3.7 Check kegiatan optimalisasi sosialisasi kepada masyarakat


mengenai KB di wilayah kerja Puskesmas Ukui Kabupaten Pelalawan

No Deskripsi Keadaan Kegiatan Deskripsi keadaan setelah


Sebelum Intervensi intervensi
1. Belum optimalnya Merekomendasikan Jangka pendek:
keterlibatan pemegang adanya sosialisasi Diterimanya surat
program dalam layanan aktif tanpa rekomendasi oleh pihak
KB Keliling (Lambe menunggu Puskesmas Ukui.
Keling) di wilayah kerja permintaan peserta
Puskesmas Ukui. KB dengan Jangka panjang
mengadakan jadwal Belum dapat dinilai
rutin sosialisasi keberhasilannya
mengenai kegiatan
lambe keling

2. Belum efektifnya Menyarankan Jangka pendek


pelaksanaan program kepada pihak Diterimanya surat
LAMBE KELING KB di puskesmas Ukui rekomendasi oleh pihak
wilayah kerja Puskesmas untuk menjalankan Puskesmas Ukui. Jangka
Ukui program lambe panjang
keling bersamaan Belum dapat dinilai
dengan program keberhasilannya.
puskesmas keliling
No Deskripsi Keadaan Kegiatan Deskripsi keadaan setelah
Sebelum Intervensi intervensi
3 Belum optimalnya Merekomendasikan Jangka pendek :
kerjasama antara adanya pembagian Diterimanya surat
Puskesmas dan PPKBD kerja secara tertulis rekomendasi oleh
(Petugas Pembina antara pihak pemegang program
Keluarga Berencana Puskesmas dengan Puskesmas Ukui.
Desa) dalam program PPKBD perihal
Layanan KB Keliling peningkatan dan Jangka panjang :
(Lambe Keling). kepatuhan Belum dapat dinilai
masyarakat dalam keberhasilannya.
penggunaan
kontrasepsi secara
benar.

4. Belum optimalnya Memberikan Jangka pendek:


kerjasama antara pelatihan mengenai Diterimanya flipbook
Puskesmas dan PPKBD penggunaan program layanan KB
(Petugas Pembina flipbook secara aktif Keliling (Lambe Keling)
Keluarga Berencana di masyarakat oleh pihak Puskesmas dan
Desa) dalam program kepada Puskesmas PPKBD dalam wilayah
Layanan KB Keliling dan kader PPKBD. kerja Puskesmas Ukui.
(Lambe Keling).
Jangka panjang :
Belum dapat dinilai
keberhasilannya.

5. Kurangnya pengetahuan Melakukan Jangka pendek :


masyarakat tentang KB, sosialisasi mengenai Terlaksananya
program layanan lambe KB, lambe keling, penyuluhan oleh Dokter
keling, dan kader dan keberadaan Muda FK UNRI di desa
PPKBD dalam wilayah kader PPKBD dan Air Emas Kecamatan
kerja Puskesmas Ukui. PLKB di wilayah Ukui.
kerja Puskesmas
Ukui Jangka panjang :
-Adanya
peningkatanpengetahua
n mengenai KB dan
lambe keling dari hasil
nilai rata-rata 80%
menjadi 95%
- Menurunnya angka
multiparitas belum
dapat dinilai
keberhasilannya.
No Deskripsi Keadaan Kegiatan Deskripsi keadaan setelah
Sebelum Intervensi intervensi
6 Keterbatasan alat dalam Menyarankan pihak Jangka pendek :
pemasangan KB metode puskesmas untuk Diterimanya surat
IUD di wilayah kerja menyediakan rekomendasi mengenai
Puskesmas Ukui penyangga kaki pengadaan penyangga
tempat tidur kaki tempat tidur
ginekologi. ginekologi.

Jangka panjang :
Belum dapat dinilai
keberhasilannya.

7 Kurangnya media Menyediakan media Jangka pendek :


informasi mengenai informasi berupa Tersedianya media
program lambe keling di leaflet, poster, dan informasi mengenai KB di
wilayah kerja Puskesmas flipbook tentang Puskesmas Ukui dan
Ukui KB. Puskesmas Pembantu
Desa Air Emas.

Jangka panjang
Adanya peningkatan
pengetahuan mengenai
KB dan lambe keling dari
hasil nilai rata-rata pretest
80% menjadi 95%

Kegiatan yang pertama dilakukan adalah menyarankan kepada pihak


puskesmas Ukui untuk mengadakan sosialisasi aktif dengan adanya jadwal rutin
sosialisasi mengenai kegiatan lambe keling, merekomendasikan menjalankan
program lambe keling bersamaan dengan program puskesmas keliling,
merekomendasikan adanya pembagian kerja secara tertulis antara pihak
Puskesmas dengan PPKBD perihal peningkatan dan kepatuhan masyarakat dalam
penggunaan kontrasepsi secara benar dan dilanjutkan dengan menyaranakan
pihak puskesmas untuk menyediakan penyangga kaki tempat tidur ginekologi.
Setelah dilakukan diskusi kepada kepala Puskesmas Ukui dan ketua program
lambe keling hal ini sangat menjadi perhatian khusus bagi pihak puskesmas untuk
segera dilaksanakan kedepannya. Terlebih setelah didapatkannya peningkatan
jumlah peserta lambe keling yang meningkat dua kali lipat di desa Air Emas
Kecamatan Ukui dan adanya peserta yang ingin memasang IUD ketika program
lambe keling dilaksanakan bersamaan dengan program puskesmas keliling.
Kegiatan yang kedua adalah sosialisasi mengenai KB dan program lambe
keling di wilayah kerja Puskesmas Ukui. Penyuluhan dihadiri oleh Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana (PPKB) Kecamatan Ukui, 2 orang
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Desa (PPKBD) desa Air Emas
serta 31 orang masyarakat. Sebelum dilkukan sosialisasi, dilakukan pengenalan
kader PPKBD dan PLKB Kecamatan Ukui serta memberikan surat rekomendasi
adanya pembuatan jadwal rutin dan sosialisasi mengenai penggunaan flipbook
sebagai sarana untuk sosialisasi mengenai KB dan program lambe keling di
wilayah kerja Puskesmas Ukui. Dilanjutkan dengan pemberian kuesioner pre test
tentang pengetahuan mengenai KB dan program lambe keling terhadap peserta
yang hadir dan didapatkan 16 kuesioner yang terisi. Setelah diberikan penjelasan
materi mengenai KB dan program lambe keling diharapkan pengetahuan
masyarakat mengalami peningkatan. Saat kegiatan dilaksanakan masyarakat
tampak antusias serta penuh perhatian terhadap sosialisasi yang diberikan yang
tampak dari peran aktif dalam sesi tanya jawab. Setelah sosialisasi dilaksanakan,
kuesioner post test dibagikan dan didapatkan sebanyak 16 kuesioner yang terisi.
Gambar 3.2 menunjukkan tingkat pengetahuan peserta sebelum dilakukan
sosialisasi.

Gambar 3.2 Tingkat pengetahuan peserta sebelum dilakukan penyuluhan


Berdasarkan gambar 3.2 dapat dilihat bahwa gambaran pengetahuan dari 13
responden sebelum dilakukan pelatihan. 73% responden memiliki tingkat
pengetahuan baik, 20% responden memiliki pengetahuan sedang dan 6,6%
memiliki pengetahuan yang kurang. Nilai rata-rata dari 15 responden adalah
80,5%. Hasil tingkat pengetahuan masyarakat setelah dilakukan pelatihan dapat
dilihat pada gambar 3.3
Gambar 3.3 Tingkat pengetahuan masyarakat setelah dilakukan pelatihan
Pada gambar 3.3 dapat dilihat bahwa presentasi pengetahuan yang baik dari
16 responden mengalami peningkatan yaitu 93%, dan 6,6% responden yang
memiliki pengetahuan yang sedang. Nilai rata-rata kesepuluh responden juga
meningkat, yaitu 95,3%. Hasil analisis dilakukan dengan menggunakan Uji
Wilcoxon, didapatkan angka significancy sebesar 0,00 (p<0,05), sehingga dengan
hasil tersebut dapat disimpulkan terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna
antara sebelum sosialisasi dan sesudah pelatihan.
Kegiatan ketiga yaitu memberikan media informasi mengenai program
lambe keling berupa poster untuk mengajak masyarakat mengikuti program lambe
keling yang telah terpasang di depan Puskesmas Pembantu Desa Air Emas
Kecamatan Ukui. Media leaflet mengenai KB telah diterima oleh PPKB
Kecamatan Ukui dan masyarakat. Leaflet tersebut diharapkan dapat sebarluaskan
ke masyarakat untuk mengoptimalkan implementasi KB pada program lambe
keling. Selain itu kader juga diberikan flipbook mengenai KB dan program lambe
keling untuk memudahkan bidan dan PPKBD melakukan penyuluhan kepada
masyarakat.
Dari pemberian media informasi tersebut diharapkan informasi mengenai
KB dan program lambe keling, dan adanya kader PPKBD dan PPKB Kecamatan
Ukui dapat diterima dengan baik, dapat menjadi bahan edukasi bagi masyarakat
dan menjadi pengingat dalam sosialisasi KB dan program lambe keling.

3.5. Action
Alternatif pemecahan masalah pada makalah ini berupa penyuluhan
mengenai KB dan program lambe keling dapat dijadikan standarisasi dalam
kegiatan optimalisasi peningkatan getahuan masyarakat dalam program lambe
keling di wilayah kerja Puskesmas Ukui. Alternatif pemecahan masalah berupa
rekomendasi adanya jadwal rutin sosialisasi yang diselenggarakan oleh
puskesmas, menjalankan program lambe keling bersamaan dengan program
puskesmas keliling, merekomendasikan adanya pembagian kerja secara tertulis
antara pihak Puskesmas dengan PPKBD perihal peningkatan dan kepatuhan
masyarakat dalam penggunaan kontrasepsi secara benar dan rekomendasi pihak
puskesmas untuk menyediakan penyangga kaki tempat tidur ginekologi serta
memberikan media informasi seperti poster, leaflet serta flipbook tentang KB dan
program lambe keling kepada pihak Puskesmas Ukui belum dapat dinilai
keberhasilannya karena memerlukan waktu untuk dievaluasi lebih lanjut.

BAB IV
PEMBAHASAN

Program KB merupakan program nasional yang mempunyai beberapa


manfaat khususnya manfaat kepada ibu. Tujuan penggunaan KB ialah untuk
menghindari kondisi terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak maupun terlalu dekat
yang dikenal dengan 4T. Program KB juga menjadi salah satu fokus kegiatan di
Puskesmas Ukui yang dibuktikan dengan adanya program inovasi layanan KB
keliling (Lambe Keling). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas
dan pemegang program Lambe Keling di Puskesmas Ukui didapatkan masalah
pokok berupa belum optimalnya program layanan KB keliling di wilayah kerja
Puskesmas Ukui, Kabupaten Pelalawan. Identifikasi penyebab masalah tersebut
dilakukan melalui wawancara, observasi lapangan dan data sekunder Puskesmas.
Dari hasil tersebut didapatkan beberapa masalah yaitu belum optimalnya
keterlibatan pemegang program dalam layanan KB Keliling (Lambe Keling) di
wilayah kerja Puskesmas Ukui, belum efektifnya pelaksanaan program lambe
keling diwilayah kerja Puskemas Ukui, belum optimalnya kerjasama antara
Puskesmas dan PPKBD (Petugas Pembina Keluarga Berencana Desa) dalam
program Layanan KB Keliling (Lambe Keling), kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai KB, lambe keeling, keberadaan kader PPKBD di wilayah
kerja Puskesmas Ukui dan keterbatasan alat dalam pemasangan KB metode IUD
serta kurangnya media informasi mengenai program Lambe Keling di wilayah
kerja Puskesmas Ukui. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka disusunlah
beberapa alternatif pemecahan masalah.
Pelaksanaan lambe keling di wilayah kerja Puskesmas Ukui dirasakan
belum optimalnya keterlibatan pemegang program dalam program layanan KB
Keliling (Lambe Keling) dalam wilayah kerja Puskesmas Ukui sehingga
diperlukan alternatif pemecahan masalah berupa saran dalam bentuk surat
rekomendasi kepada pihak Puskesmas Ukui untuk mengadakan sosialisasi aktif
melalui adanya pembuatan jadwal rutin. Hal ini sesuai dengan tujuan khusus
dibentuknya Tim KB Keliling yaitu meningkatkan pengetahuan PPKBD/PLKB
dan Instusi Masyarakat Pedesaan (IMP) tentang pelayanan kontrasepsi,
meningkatkan pengetahuan peserta KB dan kepatuhan peserta KB, serta
meningkatkan kemampuan peserta KB dalam menyikapi efek samping dan
kemungkinan kegagalan penggunaan kontrasepsi. 13,14 Sosialisasi merupakan suatu
cara yang digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, pernyataan ini sesuai
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Novi Hendrika yang menyebutkan
bahwa terdapat peningkatan pengetahuan responden setelah diberikan sosialisasi.18
Hal yang sama juga dilakukan pada daerah Sumatera Utara, bahwa dalam rangka
meningkatkan target pencapaian KB, dilakukan sosialisasi program rutin untuk
memberi pemahaman bagi warga di pelosok dan desa terpencil agar mendapatkan
pelayanan maksimal.
Selanjutnya didapatkan masalah menegani belum efektifnya kegiatan
lambe keling sehingga diperlukan alternatif pemecahan masalah berupa saran
dalam bentuk surat rekomendasi kepada pihak Puskesmas Ukui untuk
menjalankan waktu pelaksanaan program Lambe Keling bersamaan dengan
kegiatan Puskesmas keliling yang ditandatangani oleh ketua program pendidikan
Community Oriented Medical Education (COME) Fakultas Kedokteran
Universitas Riau. Diharapkan dengan adanya surat rekomendasi ini dapat
membantu pihak Puskesmas Ukui dalam melaksanakan program Lambe Keling
bersamaan dengan Puskesmas Keliling sehingga dapat menghemat serta
meminimalisir waktu, biaya dan tenaga bagi petugas Puskesmas Ukui. Hal ini
sesuai dengan penelitian Budiman Chandra (2009) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan keterpaduan KB dan pelayanan kesehatan memberikan manfaat
berupa kemudahan pelayanan yang paripurna disatu kesempatan dan satu tempat
sekaligus sehingga tidak terjadi pemborosan waktu, dana dan tenaga. 16 Sehingga
diharapkan kemudahan pelayanan kesehatan dan pelayanan KB dalam program
Lambe Keling dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat Ukui melalui kegiatan
Puskesmas Keliling.
Alternatif pemecahan masalah terhadap belum optimalnya kerjasama antara
Puskesmas dan PPKBD (Petugas Pembina Keluarga Berencana Desa) dalam
program Layanan KB Keliling (Lambe Keling) adalah saran dalam bentuk surat
rekomendasi adanya pembagian kerja secara tertulis antara pihak Puskesmas
dengan PPKBD perihal peningkatan dan kepatuhan masyarakat dalam
penggunaan kontrasepsi secara benar. Diharapkan dengan adanya surat
rekomendasi dapat memfokuskan masing-masing pihak dalam upaya pelayanan
maksimal program kegiatan lambe keling. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Evy Setyowati (2016) bahwa terdapat peran aktif PLKB dan PPKBD
dengan Puskesmas di Desa Kebonagong, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo dalam
meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam program BKKBN melalui adanya
pembinaan dan sosialisasi secara terjadwal pada tempat layanan tertentu seperti
perkumpulan PKK, posyandu, dan pos lansia.17 Selain itu diberikan pelatihan
mengenai penggunaan flipbook secara aktif di masyarakat dengan harapan sebagai
sarana pembantu pihak PKKBD dan puskesmas dalam mensosialisasikan layanan
KB kepada masyarakat di wilayah Puskesmas Ukui. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Evy Setyowati (2016) di Desa Kebonagong, Kecamatan
Sukadono, Sidoarjo yang menyatakan bahwa kendala yang dihadapi PPKBD
tersebut adalah sarana-prasarana yang kurang dalam menunjang kinerja PPKBD
dalam mensosialisasikan layanan KB.17 Sehingga diharapkan penggunaan
flipbook ini dapat membantu pihak PPKBD Puskesmas Ukui untuk sosialisasi.
Alternatif pemecahan masalah terhadap kurangnya pengetahuan masyarakat
mengenai keberadaan kader PPKBD, KB dan program layanan Lambe Keling di
wilayah kerja Puskesmas Ukui adalah dengan memperkenalkan kader PPKBD
dan PLKB Kecamatan Ukui kepada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Ukui,
sosialisasi mengenai KB dan program Lambe Keling diliayah kerja Puskesmas
Ukui. Sebelum dan sesudah sosialisasi tersebut, peserta yang hadir diharuskan
mengisi kuesioner. Kuisioner yang diberikan merupakan berisi pertanyaan-
pertanyaan mengenai KB dan Program layanan KB keliling. Dari 16 kuesioner
didapatkan 1 orang memiliki pengetahuan yang buruk mengenai program Lambe
Keling, pengetahuan yang sedang sebanyak 3 orang dan pengetahuan yang baik
sebanyak 12 orang. Setelah dilakukan sosialisasi, didapatkan adanya peningkatan
pengetahuan yang ditandai dengan peningkatan pengetahuan yang baik sebanyak
15 orang dan pengetahuan yang sedang sebanyak 1 orang. Hasil ini kemudian
dilakukan uji Wilcoxon pada kuesioner sebelum dan sesudah sosialisasi diperoleh
hasil uji significancy 0,00. Dengan demikian, dapat disimpulkan terdapat adanya
perbedaan pengetahuan kader yang bermakna antara sebelum dan sesudah
penyuluhan. Sosialisasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan, pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Novi Hendrika yang menyebutkan bahwa terdapat peningkatan
pengetahuan responden setelah diberikan sosialisasi.18 Sosialisasi merupakan
suatu proses yang selalu terjadi dalam kehidupan. Hal ini berlaku dalam berbagai
aspek di kehidupan sosial seperti sosialisasi untuk diadakannya sebuah program
ataupun peraturan dari pemerintahan yang membutuhkan promosi dalam
pengenalan. Sosialisasi berpengaruh pada interaksi sosial untuk memperoleh
pengetahuan, sikap dan nilai dalam lingkungan bermasyarakat sehingga
menghasilkan partisipasi sosial yang efektif dan peningkatan pengetahuan. 19 Hasil
yang sama juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rohmawati Ely
pada tahun 2011 yaitu adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan pada
Wanita Usia Subur (WUS) Desa Wonolopo Kecamatan Mijen, Kota Semarang
setelah mendapatkan penyuluhan mengenai kontrasepsi Implan dibandingkan
dengan sebelum penyuluhan.20
Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap kepala puskesmas dan
pemegang program Lambe Keling di Puskesmas Ukui didapatkan adanya
keterbatasan alat yaitu meja ginekologi dalam pemasangan KB metode IUD di
wilayah kerja Puskesmas Ukui. Oleh karena itu, alternatif pemecahan masalah
dalam kasus ini adalah memberikan saran dalam bentuk surat rekomendasi kepada
pihak Puskesmas Ukui untuk menyediakan penyanggga kaki tempat tidur
ginekologi. Hal ini sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dari
BKKBN yang menyebutkan bahwa pemasangan IUD menggunakan tempat tidur
ginekologi.21
Identifikasi masalah sebelumnya adalah kurangnya media informasi
mengenai program Lambe Keling di wilayah kerja Puskesmas Ukui. Alternatif
pemecahan masalah yang dilakukan ialah menyediakan media informasi berupa
pamflet, poster serta flipbook mengenai KB dan program Lambe Keling.
Penyuluhan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari media penyuluhan. Dengan
adanya media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami
sehingga target penyuluhan dapat mempelajari pesan tersebut dengan mudah.
Berdasarkan fungsinya media informasi terdiri dari media cetak, media elektronik,
dan media luar ruangan. Media cetak dapat berupa poster dan flipbook. Selain itu
poster juga dapat diklasifikasikan sebagai media luar ruangan.19 Media promosi
kesehatan adalah semua sarana atau upaya menampilkan pesan atau informasi
yang ingin disampaikan oleh komunikator baik melalui media cetak, elektronik,
media luar ruangan sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan
akhirnya dapat mengubah prilaku kearah positif terhadap kesehatan. Media
promosi kesehatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan masyarakat. Berbagai media promosi kesehatan yang dapat
digunakan seperti leaflet, poster, dan flipbook.19 Pada saat dilaksanakan sosialisasi
mengenai KB dan program Lambe Keling pada tanggal 14 Februari 2019, media
informasi yang disediakan berupa spanduk, materi penyuluhan, flipbook, pamflet,
serta poster mengenai KB dan Lambe Keling. Hal ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Novrilia pada tahun 2013 bahwa sosialisasi program keluarga
berencana berdampak positif terhadap pengetahuan dan perilaku keluarga
(pasangan usia subur) untuk menggunakan kontrasepsi.22
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan diantaranya ialah kurangnya
kehadiran masyarakat dalam acara sosialisai program Lambe Keling dan
kurangnya kerja sama dengan pihak Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) kecamatan Ukui mengenai pelaksanaan sosialisasi program Lambe
Keling serta keterbatasan waktu sehingga tidak bisa menjangkau seluruh desa di
Kecamatan Ukui.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Simpulan dari kegiatan yang sudah dilakukan di Puskemas Ukui adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi permasalahan pada program inovasi di Puskesmas Ukui berupa
program layanan metode KB keliling atau Lambe Keling di wilayah kerja
Puskesmas Ukui.
b. Prioritas masalah yang didapatkan ialah belum optimalnya program KB
Keliling (lambe keling) di wilayah kerja Puskesmas Ukui.
c. Penyebab masalah belum optimalnya mengenai program layanan KB
keliling (Lambe Keling) di wilayah kerja Puskesmas Ukui Kabupaten
Pelalawan adalah belum efektifnya pelaksanaan program Lambe Keling,
belum optimalnya kinerja dari PPKBD (Petugas Pembina Layanan Keluarga
Berencana Desa) dalam sosialisasi layanan KB Keliling, kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang layanan KB keliling (lambe keling) di
wilayah kerja Puskesmas Ukui, kurangnya pengetahuan tentang keberadaan
kader PPKBD di wilayah kerja Puskesmas Ukui, keterbatasan alat dalam
pemasangan KB metode IUD dan media informasi mengenai program
layanan KB Keliling (lambe keling) di wilayah kerja Puskesmas Ukui.
d. Beberapa alternatif pemecahan masalah yaitu menyarankan kepada pihak
puskesmas Ukui untuk menjalankan program lambe keling bersamaan
dengan program puskesmas keliling, menyarankan kepada pihak PPKBD
untuk sosialisasi secara aktif mengenai KB kepada masyarakat melalui
pembuatan jadwal rutin, memberikan pelatihan mengenai penggunaan
flipbook kepada PKKBD secara aktif di masyarakat, melakukan sosialisasi
mengenai KB dan program lambe keling, melakukan pengenalan kader
PPKBD dan PLKB kepada masyarakat wilayah kerja Puskesmas Ukui,
menyarankan pihak puskesmas untuk menyediakan penyangga kaki tempat
tidur ginekologi dan menyediakan media informasi berupa powerpoint,
spanduk, leaflet, poster dan flipbook tentang KB.
e. Terlaksananya kegiatan sosialisasi optimalisasi program lambe keling
kepada Wanita Usia Subur (WUS) dan kader Petugas Pembina Keluarga
Berencana Desa (PPKBD) dan Pembina Lapangan Keluarga Berencana
(PLKB) Kecamatan Ukui di desa Air Emas, Kecamatan Ukui wilayah kerja
Puskesmas Ukui pada tanggal 14 Februari 2019.
f. Dari evaluasi yang dilakukan dengan cara pengisian kuesioner sebelum dan
sesudah penyuluhan didapatkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan
masyarakat setelah mengikuti penyuluhan.
g. Berdasarkan evaluasi setelah penyuluhan didapatkan dampak positif dari
kegiatan sosialisasi optimalisasi program layanan KB Keliling (Lambe
Keling) dalam jangka pendek, sehingga perlu pemantauan lebih lanjut oleh
pihak puskesmas dalam jangka panjang.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan tentang optimalisasi program lambe
keling di wilayah kerja Puskesmas Ukui adalah:
1. Kepada Kepala Puskesmas Ukui, agar mengoptimalkan program lambe
keling dengan melakukan program lambe keling bersamaan dengan
program puskesmas keliling dan menyediakan penyangga kaki tempat tidur
ginekologi serta melakukan sosialisi yang khusus mengenai MKJP.
2. Kepada Kader PPKBD dan PLKB Kecamatan Ukui di wilayah kerja
Puskesmas Ukui agar dapat meningkatkan sosialisasi aktif mengenai KB
kepada masyarakat dengan adanya pembuatan jadwal rutin dan melakukan
sosialisasi aktif menggunakan media informasi berupa flipbook.
3. Kepada Dokter Muda Kepaniteraan Klinik COME berikutnya untuk
memfollow up alternatif pemecahan masalah yang telah diberikan untuk
meningkatkan optimalisasi program lambe keling di wilayah kerja
Puskesmas Ukui.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Situasi keluarga berencana di


Indonesia. 2013.

2. Manuaba IBG. Pelayanan keluarga berencana. Dalam : Manuaba IBG (eds).


Kapita Selekta Penatalaksanaan rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC;
2001. hal.715 -719.

3. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Program manajemen pelayanan


keluarga berencana. 2014.

4. Rahma M. Pengendalian pertumbuhan penduduk pelaksanaan program KB


dinamis/tim Kb keliling. Skripsi Fakultas ilmu sosial Universitas Bandar
Lampung. 2016.

5. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Data dan informasi profil


kesehatan Indonesia. 2017.

6. Dinas kesehatan Provinsi Riau. Profil kesehatan Provinsi Riau. 2016.

7. Dinas kesehatan Kabupaten Pelalawan. Profil kesehatan. 2016.


8. Saifuddin A B. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Edisi kedua.
Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006., hal 19-25.

9. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi kedua cetakan ketiga. Jakarta;


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2002,hal 17-20.

10. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri. Edisi ke-21.Volume 2.


Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2006, hal 309-45.

11. Saifuddin A B. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi


pertama.cetakan kedua. Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2001. Hal 200-5

12. Sarwono. Kontrasepsi; Dalam Ilmu Kandungan. Jakarta; Yayasan Bina


Pustaka sarwono; 2002.hal. 235-7.

13. Murtiningsih S. Materi KIE Keluarga Berencana Bagi Penyluh KB, Jakarta:
Direktorat Advokasi dan KIE BKKBN. 2007.hal 100-11.

14. Priatna B. Buku Saku Pemantauan Akseptor Pasca Pelayanan Kontrasepsi


Bagi PKB/PLKB dan IMP, Jakarta: BKKBN.2014
.
15. Profil BLUD Puskesmas Ukui. Pelalawan. 2017.

16. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta:


EGC.2019.

17. Setyowati E. Peran Petugas Lapangan Keluarga Berencana dan Pembantu


Pembina Keluarga Berencana Desa dalam Mensosialisasikan Alat
Kontrasepsi. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Sidoarjo. 2016

18. Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian. Unila. 2011. Lampung. [dapat


diakses di digilib.unila.ac.id/11678/3/TINJAUAN%20PUSTAKA.pdf

19. Hendrika Novi. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat desa


Padang Pelasan dalam upaya pemberdayaan masyarakat miskin melalui
sosialisasi koperasi. Jakarta. 2008.

20. Rohmawati E, Suprapti, Darmayanti FN. Perbedaan pengetahuan sebelum


dan sesudah penyuluhan tentang kontrasepsi implan. Universitas
Muhamadiyah Semarang. 2011.

21. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).


Pedoman manajemen pelayanan keluarga berencana. Jakarta. 2014.

22. Nainggolan Novrilia. Dampak Sosialisasi Program Keluarga Berencana


Dalam Pengambilan Keputusan Keluarga Untuk Menggunakan Kontrasepsi
di Kecamatan Samarinda Ulu Kota Samarinda. Universitas Mulawarman
Samarinda. Samarinda. 2013

Anda mungkin juga menyukai