Anda di halaman 1dari 14

HECTING

Dosen Pengampu:
Ns.Priyanto, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB

Disusun oleh:

Amalia Dyah Imanita

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2018
1. Definisi Hecting
Hecting atau penjahitan adalah tindakan untuk menyatukan menghubungkan kembali
jaringan tubuh yang terputus atau terpotong (mendekatkan) dan mencegah kehilangan
darah yang tidak perlu (memastikan hemostatis) mencegah infeksi dan mempercepat
proses penyembuhan.
2. Macam-macam jarum hecting
a) Taper. Ujung jarum taper dengan batang bulat atau empat persegi cocok
digunakan untuk menjahit daerah aponeurosis, otot, saraf, peritoneum, pembuluh
darah, katup.

b) Blunt. blunt point dan batang gepeng cocok digunakan untuk menjahit daerah usus
besar, ginjal, limpa, hati

c) Triangular. Ujung segitiga dengan batang gepeng atau empat persegi. Bisa
dipakai untuk menjahit daerah kulit, fascia, ligament, dan tendon.
d) Tapercut. Ujung jarum berbentuk segitiga yang lebih kecil dengan batang gepeng,
bisa digunakan untuk menjahit fascia, ligaments, uterus, rongga mulut, dan
sebagainya.

Untuk jarum tajam hampir selalu dipakai untuk semua jaringan, kecuali untuk
organ yang berlubang.

3. Macam-Macam Benang
a. Macam-macam benang jahit
Benang jahit untuk pembedahan dikenal dalam bentuk yang dapat diserap Tubuh
(absorbable) dan tidak diserap oleh tubuh.
1) Diserap oleh tubuh: catgut, cromic catgut, kelompok polyglactin (misalnya
Vicryl).
a) Catgut polos
Dibuat dari pita murni usus binatang yang dipintal menjadi jalinan diukur
secara elektronik dan kemudian dipulas. Benang ini sangat popular, tetapi
ada kecenderungan digantikan oleh benang sintetik yang dapat diserap
pada tahun belakangan ini.
b) Cromic catgut
Dibuat dari pita usus binatang, dipintal menjadi jalinan tepatnya menjadi
catgut polos. Dibuat sedemikian rupa sehingga kekuatan dari benang
tersebut dipertahankan untuk waktu yang lebih lama daripada catgut polos.
Absorbsi benang dapat melalui 2 mekanisme ialah melalui pencernaan oleh enzim
jaringan, misalnya Vicryl dan Dexon
1) Dexon
Benang ini tidak menghasilkan reaksi jaringan karena mereka larut, bila
dibandingkan dengan reaksi jaringan yang terjadi pada calgut. Tingkat
penyerapannya lebih lambat mungkin membutuhkan waktu beberpa Minggu.
Merupakan benang yang ideal untuk semua jahitan subnukleus, subkutikular,
dan penutupan luka. Melalui proses rejeksi immunologis, misalnya pada
catgut.
2) Tidak diserap oleh tubuh: sutera, katun, nylon, polypropilena (prolene),
benang-benang baja yang dibuat dari komponen besi, nikel, dan chronium.
a. Benang sutera
Terbentuknya menjadi jalinan yang padat yang dapat diikat dengan
mudah.Benang ini sangat populer dan digunakan secara luas dalam
penutupan luka.
b. Polipropilena
keuntungannya : lemas, dapat diikat dengan aman dan dapat digunakan
dengan mudah.Seperti benang monofilamen sintetik lainnya, simpul perlu
diperkuat denagn simpul tambahan dan sebagai tambahan.Kerusakan yang
didapat dari forsep dan pemegang jarum harus dihindarkan untuk
mencegah putusnya benang.Benang ini sangat halus dan cocok untuk
jahitan subkutikular.

c. Baja tahan karat dan penjepit atau Staples logam


Jahitan baja tahan karat dan penjepit logam telah digunakan bertahun-tahun
karena sifanya kaku.Pada luka terkontaminasi,bahan ini akan
meningkatkan kemungkinan infeksi.Peningkatan ini mungkin disebabkan
oleh iritasi mekanis dari kekuatannya dan bukan karena korosi.Sifat kaku
dari benang metalik ini mempersulit.
d. Dakron
Merupakan poliester yang kurang menimbulkan reaksi jaringan
dibandingkan dengan sutera.Karena koefisien gesekannya tinggi,bahan ini
sulit digunakan untuk menjahit. Luka gesekan yang ditimbulkan dakron
terhadap jaringan ini dapat diatasi dengan melapisinya dengan teflon.
e. Nilo
Kurang menimbulkan reaksi pada jaringan bila dibandingkan dengan
dakron dan bila digunakan pada luka kontaminasi akan menimbulkan
kemungkinan infeksi lebih rendah.
1) Benang nilon monofilamen akan kehilangan daya regangnya kurang
lebih sebesar 20% setelah digunakan 1 tahun.Bentuk nilon
monofilamen ini cukup kaku sehingga tidak membentuk simpul dengan
baik.
2) Benang nilon multufilamen akan kehilangan daya regangnya setelah 6
bulan tetapi lebih mudah untuk mengikatnya dibadingkan benang
monofilamen.
Catatan :
a. Pada luka infeksi hendaknya jangan di pakai benang-benang yang reaktif
(absorbable) dan yang multifilamen karena bakter-bakteri dapat bersarang di
sela-sela anyaman.
b. Pada keadaan ini lebih baik dipakai benang monofilamen dan yang tidak
dapat diserap.
c. Jangan mengubur benang dalam luka infeksi karena itu tembuskan jahitan
dari kulit untuk seluruh tebalnya luka,dan pada saatnya nanti benangnya akan
diangkat (dibuang).
4. Macam-macam jahitan luka
a. Jahitan Simpul Tunggal/Jahitan Terputus Sederhana/Simple Inerrupted Suture
Merupakan jenis jahitan yang sering dipakai dan dapat diaplikasikan pada semua
luka.
Teknik :
1) Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm
ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian
dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka.
2) Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable dengan jarak antara
1cm.
3) Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan
4) Benang dipotong kurang lebih 1 cm.
b. Jahitan terputus sederhana banyak dipakai untuk menjahit luka di kulit, karena
apabila ada pus (cairan) dapat dilepas satu atau dua jahitan dan membiarkan yang
lain.
c. Jahitan Matras Vertikal/Vertical Mattress suture/Donati/ Near to near and far to
bar
Jahitan dengan menjahit secara mendalam dibawah luka kemudian dilanjutkan
dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan luka yang
cepat karena di dekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. Jahitan matras vertikal
berguna untuk mendapatkan tepi luka secara tepat, tetapi tidak boleh dipakai di
tempat-tempat yang vaskularisasinya kurang.
Langkah-langkah penjahitan matras vertikal pada prinsipnya sama seperti pada
jahitan kulit terputus, perbedaan beberapa jenis jahitan adalah pada arah lintasan
benangnya dan mungkin juga letak simpulnya. Pada jahitan ini jarak antara kedua
penusukan lebih lebar karena akan dipakai untuk dua kali penusukan, dan sebelum
dilakukan pembuatan simpul jarum kembali ditusukkan pada kulit dekat tepi luka,
kemudian di arahkan keluar ke tepi luka dengan tidak terlalu dalam.
Selanjutnya dengan bantuan pinset chirurgis tepi kulit di seberangnya diangkat
untuk dilakukan penusukan dari arah dalam tepi luka sejajar dengan tempat
keluarnya jarum dari kulit seberangnya dan menembus ke arah kulit luar dekat
tepi luka dengan jarak sama dengan tempat penusukan kedua pada tepi luka
seberangnya. Pembuatan simpul dilakukan dengan mempertemukan dua ujung
benang panjang dan pendek, dengan teknik sama dengan pada jahitan kulit
terputus.
d. Jahitan matras Horizontal/Horizontal Mattress suture/Interrupted mattress
Jahitan dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul
dilanjutkan dengan penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan
pertama.Memberikan hasil jahitan yang kuat. Jahitan matras horizontal untuk
menautkan fascia, tetapi tidak boleh digunakan untuk menjahit subkutis karena
kulit akan bergelombang.
Teknik jahitan sama seperti pada jahitan matras vertikal akan tetapi dengan
arah horizontal.
e. Jahitan Jelujur sederhana/Simple running suture/ Simple continous/Continous
over and Dover
Jahitan ini sangat sederhana, sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya
menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak disarankan penggunaannya pada
jaringan ikat yang longgar. Jahitan jelujur, lebih cepat dibuat serta lebih kuat
tetapi kalau terputus seluruhnya akan terbuka.
Untuk mengerjakan jahitan jelujur, pertamakali adalah dengan membuat
satu jahitan seperti pada jahitan kulit terputus dan dibuat simpul, selanjutnya
benang panjang tidak dipotong tetapi melanjutkan dengan penusukan pada tepi
luka selanjutnya dengan tempat penusukan dan keluarnya benang yang sejajar,
sehingga tampak dari luar arah benang miring, tetapi dalam posisi tegak lurus di
dalam jaringan, seperti pada gambar.

f. Jahitan Jelujur Feston/Running locked suture/Interlocking suture


Jahitan kontinyu dengan mengaitkan benang pada jahitan sebelumnya,
biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan variasi jahitan jelujur
biasa. Jahitan jelujur terkunci, ini merupakan jahitan jelujur yang menyelipkan
benang di bawah jahitan yang telah terpasang.Cara ini efektif untuk menghentikan
perdarahan, tetapi kadang-kadang jaringan mengalami iskemia.
Pada jahitan ini tekniknya hampir sama dengan jahitan jelujur di atas, akan
tetapi dilakukan kuncian pada setiap satu jahitan, untuk kemudian dilakukan
penusukan selanjutnya, seperti pada gambar.

g. Jahitan Jelujur horizontal/Running Horizontal suture


Jahitan kontinyu yang diselingi dengan jahitan arah horizontal.

h. Jahitan Jelujur Intrakutan/Running subcuticular suture/Jahitan jelujur subkutikular


Jahitan jelujur yang dilakukan dibawah kulit, tehnik ini dapat
diindikasikan pada luka di daerah yang memerlukan kosmetik karena jahitan
terkenal menghasilkan kosmetik yang baik, namun tidak disarankan pada luka
dengan tegangan besar.
5. Indikasi jahitan
Indikasi penjahitan kulit pada umumnya adalah penanganan luka baru yang
terbuka seperti luka superfisial, luka yang bersih, ataupun luka operasi. Luka
terbuka dapat pula ditunda penutupannya, dan baru dilakukan penjahitan luka
setelah dinilai layak ditutup untuk penyembuhan.
Pada luka yang memungkinkan terjadinya infeksi, seperti luka gigitan manusia
atau gigitan hewan, sebaiknya tidak dilakukan penjahitan. Pada jenis luka ini,
perwatan luka dilakukan dengan secondary intention dimana dilakukan perwatan
tanpa penjahitan dengan monitoring berkala. Kekurangan dari metode ini adalah
besarnya risiko infeksi dan waktu penyembuhan yang lebih lama.

6. Persiapan Alat Hecting


1. Sarung tangan steril (2)
2. Duk lubang
3. Set alat bedah minor
4. Benang jahit
5. Jarum jahit
6. Kassa steril
7. Cairan normal saline (Nacl 0,9%)
8. Cairan antiseptic
9. Korentang steril dan tempatnya
10. Perlak pengalas
11. Obat anastesi
12. Plester
13. Gunting p;ester
14. Kom steril
15. Tempat sampah medis
16. Disposable syringe
17. Larutan H2O2 / perhidrol
18. Celemek
19. Masker
20. Trolly
7. Prosedur Hecting
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan peralatan
3. Mendekatkan alat : mengatur lingkungan dan menjaga privasi pasien
4. Mengatur posisi pasien ; memasang perlak pengalas, mendekatkan bengkok
5. Membuka set woubd hecting
6. Memakai handscoon steril
7. Melakukan pengkajian luka dengan cepat,tepat dan cemat
8. Menghentikan perdarahan luka dengan balut tekan
9. Mengambil pinset dan membersihkan luka menggunakan NaCl 0,9% dari arah
dalam luka keluar dengan prinsip aseptic
10. Melakukan anestesi luka menggunakan lidokain dengan teknk yang benar
11. Melepaskan handscoon steril
12. Menggunakan/ mengganti handscoon steril
13. Memasang duk steril
14. Melakukan pemeriksaan efek anestesi pada area yang akan dilakukan
penjahitan
15. Menyiapkan nailholder, pinset, jarum dan benang
16. Melakukan teknik penjahitan luka dengan tepat sesuai kebutuhan
17. Merapikan hasil penjahitan luka
18. Membersihkan area sekitar luka dengan prinsip aseptic
19. Memberikan sufratul pada area jahitan
20. Menutup luka dengan kassa steril selanjutnya diplester
21. Merapikan pasien dan membereskan peralatan
22. Melakukan evaluasi dan melepas handscoon
23. Melakukan terminasi dan dokumentasi tindakan

Anda mungkin juga menyukai