Anda di halaman 1dari 12

ABSTRAK

Dicanangkan pertama kali sebagai proyek Besi Baja Trikora oleh Presiden
Soekarno, PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. berdiri pada tahun 1970 dan telah
berkembang menjadi produsen baja terbesar di Indonesia. Fasilitas produksi
perseroan terletak di Kota Cilegon, Provinsi Banten, yang memiliki 7 plant yaitu
DRP (Direct Reduction Plant), HSM (Hot Strip Mill), BSC (Blast Furnace
Complex), BSP (Billet Steel Plant), SSP (Slab Steel Plant), WRM (Wire Rod
Mill), CRM (Cold Rolling Mill).

Proses produksi lembaran baja krakatau mulai dari Direct Reduction Plant.
Besi proses pabrik ini adalah pelet menjadi besi menggunakan gas alam dan uap.
Setrika kemudian dimasukkan ke dalam tungku busur listrik di Slab Steel Plant
dan Billet Steel Plant. Dalam tungku-tungku ini, setrika dicampur dengan skrap,
besi briket panas, dan bahan tambahan lainnya untuk menghasilkan dua jenis baja,
yaitu Slab dan Billet. Proses selanjutnya, baja pelat dipanaskan dan digulung
gulungan dan pelat. Hasil dari pabrik ini banyak digunakan untuk suku cadang
otomotif, bangunan kapal, struktur umum, dan aplikasi lainnya. Selanjutnya,
gulungan canai panas dapat diproses, digulung kembali, dan diolah secara kimia
dalam Cold Rolling Mill yang menjadi gulungan dan lembaran canai dingin. Ini
umumnya digunakan untuk memproduksi badan mobil, kaleng, peralatan rumah
dan kantor, pipa, drum dan aplikasi lainnya.

Baja billet digulung dalam Wire Rod Mill menjadi batang kawat yang biasanya
digunakan untuk kabel piano, boits dan mur, kabel baja, pegas, dan applictions
lainnya. Saat ini, Krakatau Steel sedang membangun Blast Furnace Complex yang
mencakup 3 (tiga) pabrik produksi baru yaitu Blast Furnace Plant, Sinter Plant,
dan Coke Oven Plant. Output utama Blast Furnace Complex adalah logam panas
dan akan digunakan sebagai bahan baku di fasilitas pembuatan baja yang ada.

Kata Kunci:
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Industri Baja di Indonesia

Baja merupakan salah satu bahan konstruksi yang sangat dibutuhkan dalam
pembangunan suatu negara. Tingkat pemakaian baja yang semakin banyak seiring
dengan pesatnya perkembangan suatu negara.

Perkembangan baja di Indonesia diawali di tahun 1960, dimana Presiden


Soekarno mencanangkan Proyek Besi Baja Trikora untuk meletakkan dasar
industri nasional yang tangguh. Pembangunan sempat mengalami kemunduran
berkaitan dengan adanya pemberontakan PKI pada tahun 1965. Sepuluh tahun
kemudian pada tanggal 31 Agustus 1970 berdirilah PT Krakatau Steel (Persero).
Dengan memanfaatkan kembali peralatan-peralatan Proyek Besi Baja
Trikora, yaitu pabrik kawat baja, pabrik baja tulangan dan pabrik baja profil, maka
tahun 1977 Presiden Soeharto meresmikan pabrik produsen baja terbesar di
Indonesia itu. Pada 9 Oktober 1979, Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Besi
Spons model Hylsamodul I dan II dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun, Pabrik
Bilet Baja dengan kapasitas 500 ribu ton per tahun, Pabrik Batang Kawat dengan
kapasitas 220 ribu ton per tahun, serta fasilitas infrastruktur berupa Pusat
Pembangkit Listrik Tenaga Uap 400 MW, Pusat Penjernihan Air dengan kapasitas
2000 liter per detik, Pelabuhan Cigading serta Sistem Telekomunikasi. Tanggal 24
Februari 1983 di resmikan beroperasinya Pabrik Slab Baja (EAF), Pabrik Baja
Lembaran Panas dan Pabrik Besi Spons unit 2 PT Krakatau Steel oleh Presiden
Soeharto. Pada tahun 1976, PT Ispat Indo berdiri di Sidoarjo Surabaya oleh
seorang imigrandari India Laksmi Mittal dan istrinya. Diatas tanah bekas
persawahan seluas 16,5 hektar, Mittal mendirikan bangunan yang dijadikan pabrik
bernama PT Ispat Indo. Disinilah Mittal mulai menyingsingkan lengan
sepenuhnya. Ia menanamkan modal US$ 15.000.000 (Rp. 135 Miliar) untuk
mendirikan dan memulai mengoperasikannya.

Seiring dengan berjalannya waktu, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. terus


berupaya untuk meningkatkan usahanya agar dapat memuaskan konsumen, baik
dari segi kuantitas, kualitas, harga, maupun pengolahan lingkungan yang
terencana. Oleh karena itu, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. telah menerapkan
ISO 9001:2000 dan ISO 14001 sebagai landasan dasar kualitas internasional.
Sehingga produk yang dihasilkan perusahaan tidak kalah dengan produk impor.

1.2 Maksud dan Tujuan Pendirian Pabrik


Maksud dan tujuan dari pendirian pabrik adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi kebutuhan baja di Indonesia
2. Meningkatkan devisa Negara melalui ekspor baja keluar negeri
3. Membuka lapangan kerja baru sehingga dapat mengurangi angka
pengangguran.
1.3 Sejarah dan Pendirian PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. adalah perusahaan baja terbesar dan
merupakan industri baja terintegrasi yang pertama di Indonesia. BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) yang berlokasi di Cilegon, Banten ini berdiri
pada tanggal 31 Agustus 1970, berdasarkan peraturan pemerintah Republik
Indonesia no. 35 tahun 1970.
Pada tanggal 30 Agustus 1970 pemerintah melalui PP No. 35 tahun 1970,
menetapkan kelanjutan proyek Pabrik Baja Cilegon dengan merubahnya
kedalam bentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT). Sejak saat itu pabrik
baja Cilegon berubah menjadi PT Krakatau Steel. Sementara itu pada tanggal
23 Oktober 1971, akte pendirian PT Krakatau Steel ditandatangani dihadapan
notaris.
Gagasan didirikannya industri baja ini berasal dari perdana menteri Ir. Juanda
tahun 1956. Namun gagasan ini baru terealisasi pada tahun 1960 dengan
ditandatanganinya kontrak pembangunan pabrik baja Cilegon antara RI
dengan All Export Import Corporation (Tjazpromex Pert) of Moscow, dengan
kontrak nomor 080 tanggal 7 Juni 1960.
Tujuan pemerintah mendirikan PT Krakatau Steel, menurut pasal 1 peraturan
pemerintah, adalah untuk menyelesaikan dan mengoperasikan proyek industri
baja bekas bantuan Rusia dan mengembangkan industri baja di Indonesia
dalam arti luas.
PT. Krakatau Steel juga mulai menjadi perusahaan yang membuka sahamnya
kepada khalayak luas. Hal ini terjadi seiring dengan IPO (Initial Public
Offering) yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel sehingga nama lengkap
pabrik baja nasional ini menjadi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Semenjak melakukan IPO, PT. Krakatau Steel dituntut untuk melakukan
peningkatan secara berkesinambungan (Continuous Improvement). Usaha
untuk melakukan continuous improvement dimulai dengan mendirikan
proyek, yaitu menyelesaikan proyek Blast Furnace di Cilegon saat ini.
Dengan bantuan konsultan Inggris, PT. Krakatau Steel mengadakan perubahan
rencana dengan membatalkan pemasangan dapur peleburan baja karena
teknologinya sudah tidak sesuai. Sementara proyek bekas bantuan Rusia
belum selesai dibangun, PT. Krakatau Steel dengan bantuan Pertamina pada
tahun 1974 memutuskan untuk memperluas produksi agar dapat membuat
billet, bahkan dapat langsung membuat baja lembaran, slab, dan hot strip.
Setelah tahun 1975, pembangunan terus dilakukan oleh PT Krakatau Steel.
Pada tahun 1977 pabrik Besi Beton, pabrik Besi Profil, dan pelabuhan
Cigading diresmikan oleh presiden Soeharto. Tahun 1985 pabrik Hot Strip
Mill mampu mengekspor besi baja ke Negara-negara ASEAN, Negara Timur
Tengah, Jepang, Korea, China, Amerika serta Inggris.
Tanggal 28 Agustus 1989 PT Krakatau Steel bersama Sembilan perusahaan
strategis lain yaitu, PT. Boma Bisma Indra, PT Dahana, PT INKA, PT IPTN,
PT. LEN, PT. Barata Indonesia, PT. PINDAD dan PT. PAL masuk dalam
lingkungan Badan Pengelola Industri Strategis (BPIS) yang diketuai Prof Dr.
Ing BJ Habibie dengan status Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis
(BUMNIS) berdasarkan Keppres No. 44.
Dalam proses produksi, teknologi yang dikembangkan oleh PT. Krakatau
Steel adalah pembuatan besi dengan Direct Reduction dengan peleburan di
dapur listrik (Electric Arc Furnace), yang bahan bakunya berasal dari bijih
besi import ataupun scrap. Peningkatan kapasitas produksi baja dari rencana
semula yang hanya 100.000 ton/tahun di tingkatkan menjadi 500.000
ton/tahun untuk pembuatan billet, dan 1,5 juta ton/tahun untuk pembuatan
slab.
Berdasarkan proyeksi kebutuhan baja dalam negeri dan hasil negosiasi dengan
kontraktor-kontraktor dari Jerman, disusunlah rencana untuk pengembangan
PT Krakatau Steel selanjutnya untuk jangka waktu 1975-1985. Pembangunan
yang dilaksanakan sampai sekarang masih mengikuti rencana induk tersebut,
hanya beberapa proyek yang diatur kembali jadwal pembangunannya untuk
disesuaikan dengan keadaan penyelesaian dari tiap-tiap tahap selalu ditandai
dengan peresmian oleh presiden yaitu:
1. Peresmian HSM (Hot Strip Mill) bulan Februari 1983
2. Peresmian CRM (Cold Rolling Mill) tahun 1985.
Pada 10 November 1990 dilaksanakan peletakan batu pertama perluasan
PT. Krakatau Steel oleh Menteri Muda Perindustrian RI, Ir. Tungky
Ariwibowo selaku Direktur Utama PT Krakatau Steel. Proyek perluasan ini
direncanakan selesai sekitar tahun 1993/1994. Diantara proyek perluasan
adalah pabrik besi spons, DR I-HYL III, SSP dan HSM. Sasaran program
perluasan dan modernisasi pabrik PT Krakatau Steel adalah:
1. Peningkatan kapasitas produksi dari 1,5 juta ton menjadi 2,5 juta
ton/tahun.
2. Peningkatan kualitas.
3. Peragaman jenis baja yang dihasilkan.
4. Efisisensi produksi.
Mulai tahun 2005 ini, PT. Krakatau Steel mencanangkan rencana
pengembangan ke depan dengan obsesi menjadi perusahaan pemroduksi baja
terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Salah satu indikasinya adalah
dengan kapasitas produksi 20 juta ton/tahun. Usaha dalam rangka mencapai
obsesi itu diantaranya dengan melakukan kunjungan ke China dan Meksiko.
Berikut ini adalah rincian singkat beberapa sejarah lanjutan setelah PT.
Krakatau Steel (Persero) Tbk. Berdiri di tahun 1970 hingga saat ini:
1. 1977 - Pengoperasian pabrik besi profil (Bar Mill)
2. 1979 – Pengoperasian DRP (Direct Reduction Plant), BSP (Billet Steel
Plant), WRM (Wire Rod Mill)
3. 1983 – Pengoperasian SSP (Slab Steel Plant) dan HSM (Hot Roll Mill)
4. 1991 – CRMU merger dengan PT. Krakatau Steel (Persero)
5. 1993 – Pengoperasian HYL III dan Slab Stel Plant
6. 2010 – PT. Krakatau Steel menjual saham dan berubah menjadi PT.
Krakatau Steel (Persero) Tbk.
7. 2012 – Dimulainya Pembangunan Pabrik Blast Furnace Complex
8. 2013 – Beroperasi PT. Krakatau Posco (Kerjasama PT. Krakatau Steel
dengan Posco (Pohang Iron & Steel Corporation) dari Korea.
9. 2015 – Dimulainya pembangunan pabrik PT. Krakatau Nippon Steel
Sumikin (PT. KNSS)
10. 2016 – PT. Krakatau Osaka Steel (KOS) resmi beroperasi.
11. 2017 – PT. Krakatau Nippon Steel Sumikin (KNSS) mulai beroperasi.
12. 2018 – Penyalaan Perdana Pabrik Blast Furnace.

1.4 Kapasitas Produksi


PT Krakatau Steel sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit yang saling
mendukung, yaitu:
1.4.1. Pabrik Besi Spons (Direct Reduction Plant)
Direct Reduction Plant adalah pabrik yang mengolah Iron Ore Pellet (IOP)
menjadi Sponge Iron (besi spons). Mengolah bahan baku bijih besi dalam bentuk
pellet menjadi besi spons yang berbentuk pellet juga. DRP beroperasi
menggunakan proses kontinu dengan 2 reaktor poros.
Nama Plant Kapasitas Produksi

Kapasitas: 1000.000 tpy

HYL-I OP. Rate: 500.000 tpy

Teknologi Hylsa (Mexico)

Ferrostaal (Germany)

Kapasitas Desain: 1.500.000 tpy


HYL-III
Teknologi Hylsa (Mexico)

Ferrostaal (Germany)
1.4.2. Pabrik Billet Baja (Billet Steel Plant)
Pabrik billet baja adalah pabrik yang membuat baja dalam bentuk
batangan yang digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan baja profil, baja
tulang beton, dan baja kawat.

Nama Plant Kapasitas Produksi

Kapasitas: 675.000 tpy


BSP Teknologi ManGHH (Germany)

Concast (Germany)

1.4.3. Pabrik Baja Slab (Slab Steel Plant)


PT Krakatau Steel memiliki dua pabrik baja slab, yaitu SSP I yang dibangun
tahun 1982 dan SSP II yang dibangun tahun 1993. Pabrik ini memproduksi baja
berbentuk lembaran.
Nama Plant Kapasitas Produksi

Kapasitas 1.000.000 tpy


SSP 1
Teknologi Concast(Germany)

SSP 2 Kapasitas desain 800.000 tpy

Teknologi VAI (Austria)

1.4.4. Pabrik Baja Lembaran Panas (Hot Strip Mill)


Pabrik Baja Lembaran Panas atau Hot Strip Mill (HSM) merupakan pabrik yang
menghasilkan baja lembaran tipis berupa coil, plat, dan sheet dengan proses
pemanasan sampai suhu ± 1250oC, yang merupakan pemrosesan lanjutan dari
baja lembaran yang dihasilkan oleh pabrik slab baja dan kemudian dilakukan
pengerolan panas (milling).

Jenis Produk Kapasitas Produksi

Kapasitas 2.000.000 tpy


Coil
Teknologi ManGHH (Germany)

Strip Kapasitas 165.000 tpy

1.4.5. Pabrik Baja Batang Kawat (Wire Rod Mill)


Pabrik batang kawat atau wire rod beroperasi tahun 1979 dengan kapasitas
awal 220.000 ton/tahun, menggunakan teknologi SMS dari Jerman,
kapasitasnya meningkat menjadi 450.000 ton/tahun pada tahun 1992 karena
penambahan equipment dari Morgan USA.
Nama Plant Kapasitas Produksi

Kapsitas 450.000 tpy


Wire Rod Mill
Kapasitas awal 220.000 tpy
(WRM)
Teknologi SMS (Germany) & Morgan (USA)

1.4.6. Pabrik Baja Lembaran Dingin (Cold Rolling Mill)


Pabrik ini diselesaikan tahun 1986 dengan menggunakan teknologi CLECIM dari
Perancis. Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin atau Cold Rolling Mill
(CRM) merupakan pabrik yang menghasilkan baja lembaran tipis seperti divisi
HSM, tetapi hasil produksinya berdimensi lebih tipis, dengan proses tarik dan
tekan yang merupakan pemrosesan lanjutan dari baja produksi HSM. Hasil
produksi dalam bentuk gulungan atau coil.

Nama Plant Kapasitas Produksi

Kapasitas 650.000 mtpy

Cold Rolling Mill (CRM) Kapasitas awal 850.000 mtpy

Teknologi CLECIM (Perancis)

1.5 Lokasi Pabrik


PT Krakatau Steel terletak sekitar 110 Km dari Jakarta dengan luas
keseluruhannya 350 Ha. PT Krakatau Steel terletak di kawasan industri
Krakatau, tepatnya di jalan Industri No.5 PO BOX 14 Cilegon 42435. Kantor
pusat PT Krakatau Steel terletak di Wisma Baja, dan Gatot Subroto Kav. 54
Jakarta. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi pabrik adalah:
A. Faktor Primer
1. Dengan dengan Laut
Letak plant dekat dengan laut sehingga dapat memudahkan
pengangkutan bahan baku dan produk menggunakan kapal.
2. Pemasaran
Lokasi yang terletak dekat dengan Ibukota (Jakarta) yang menjadi
sentral pembangunan di pulau Jawa dan Indonesia. Selain itu,
merupakan pintu gerbang bagi perdagangan ekspor dan impor di
Indonesia.
4. Utilitas
Kebutuhan utama pekerja dan operasional pabrik akan kebutuhan air
dipenuhi dengan dekatnya lokasi pabrik dengan Waduk Krenceng.
Air dari waduk tersebut diproses oleh Fluid Center Plant yang
nantinya akan digunakan untuk kebutuhan plant dan juga kebutuhan
MCK (Mandi Cuci Kakus).
5. Transformasi
Distribusi bahan baku dan pemasaran produk yang baik
harus ditunjang dengan sarana transportasi yang memadai.
Daerah Cilegon yang berada tidak jauh akses jalan tol dan
jalur kereta api akan memudahkan akses ke daerah
pemasaran.
B. Faktor Sekunder
1. Tanah yang Cukup Luas
Untuk mendirikan pabrik baja sangat dibutuhkan area yang luas
untuk membangun plant-plant yang akan memproduksi baja. Di daerah
Cilegon masih banyak tanah kosong sehingga memungkinkan untuk
mendirikan suatu pabrik di daerah tersebut.
2. Tenaga Kerja
Banyaknya tenaga kerja di sekitar pabrik memudahkan PT
Krakatau Steel untuk merekrut sebanyak mungkin tenaga kerja yang
handal dan potensial. Selain itu juga tidak menutup kemungkinan adanya
tenaga kerja yang berasal dari luar lingkungakan pabrik.
3. Bengkel
Adanya bengkel dalam kawasan pabrik sehingga memudahkan
dalam perawatan, dan pembesihan alat.

Berikut ini adalah gambar peta lokasi dari PT Krakatau Steel


(Persero) Tbk. dapat dilihat pada Gambar
Gambar Lokasi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.

Berdasarkan arah mata angin, PT Krakatau Steel dibatasi oleh :


a. Arah Utara berbatasan dengan Kawasan Industri Krakatau.
b. Arah Timur berbatasan dengan Kawasan Industri Krakatau.
c. Arah Selatan berbatasan dengan Jalan Raya Anyer.
d. Arah Barat berbatasan dengan Selat Sunda.

Anda mungkin juga menyukai