Proposal Kti
Proposal Kti
PENDAHULUAN
(protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat ditular melalui gigitan nyamuk
negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penyakit ini juga mempunyai
beberapa nama lain, seperti demam roma demam rawa, demam tropik,
orang yang bepergian ke daerah yang angka penularannya tinggi hingga kini
tersebar luas dengan derajat dan infeksi yang bervarasi (Prabowo, 2004).
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun (Riskesdas) tahun 2013, insiden malaria
sebesar 0,35% atau 3,5% 1.000 penduduk. Hasil survei malaria di 3 provinsi
dengan insiden tertinggi yaitu Papua (6,1%), Papua Barat (4,5%), dan Nusa
kesakitan malaria cenderung menurun satu pertiganya dari tahun 2005 (4,1%
1
1000 penduduk hingga tahun 2013 yaitu (1.38% 1000 penduduk) di Indonesia,
pernafasan dan pucat. Di antara lima jenis parasit malaria, yang dianggap
paling memerikan gejala akut dan mematikan yaitu falciparum. Malaria yang
darah akibat sel darah yang pecah, maka kepucatan dan lemas, merupakan
merozoit baru, yang meninggalkan sel darah merah dan bergerak melalui
saluran darah untuk menembus sel darah merah baru kebanyakan merozoit
menjadi bentuk jantan atau betina (gametosit) (juga dalam darah), yang
gejala klasik, maka ketika sel-sel darah merah pecah, secara klinis tubuh
masyarakat, berdasarkan API angka yang tinggi yaitu lebih dari 5%. Tahun
2008 jumlah penyakit malaria yang ditularan nyamuk mencapai 12,450 orang,
2
sedangkan 2009 mengalami peningkatan yaitu 19,346 orang yang positif, dari
40,675 orang memiliki gejala klinis malaria (demam, mengigil secara berkala
baik, sehingga diagnosis akurat dan monitor penyakit menjadi sulit dilakukan.
Peningkatan resistensi yang cepat dari obat antimalarial yang murah dan
manjur, peningkatan biaya dari obat yang efektif, dan spesifisitas yang rendah
daerah dengan transmisi yang tinggi dan kurang sumber daya atau pada
keadaan dimana diperlukan respon atau tindakan yang cepat sehingga secara
uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test) yang mudah dilakukan, tepat,
3
falciparum dan pLDH (Parasite Lactate Dehydrogenase) untuk mengetahui
Sediaan Apus dan Metode Rapid Test Pada Penderita Malaria di Wilayah
Tahun 2017.
Incidence (API) yang tinggi yaitu lebih dari 5% atau High Case Incidence
(HCL). Tahun 2008 jumlah penyakit malaria yang ditularan nyamuk mencapai
yang positif, dari 40,675 orang memiliki gejala klinis malaria (demam,
waktu, tentang, dan biaya, maka penelitian hanya mengambil dua variabel
yaitu metode sediaan apus dan metode rapid test sebagai variabel independen
4
1.4 Rumusan Masalah
5
1.6.2 Secara Praktisi
1. Bagi Peneliti
perbedaan metode sediaan apus dan metode rapid test pada penderita
sediaan apus dan metode rapid test pada penderita malaria di Puskesmas
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Malaria
7
Malaria penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk.
demam dan panas dingin, dan itu dapat menyebabkan kematian (Iskandar,
2010).
cerah, tetapi itu masih lazim terdapat beriklim panas dan beriklim subtropis
seperti di negara Afrika, Asia, Timur Tengah, Amerika Selatan dan Amerika.
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menular yang dapat membunuh,
dimana malaria tersebar luas, terutama Afrika dan India. (Iskandar, 2010).
hampir terjadi di seluruh dunia baik yang beriklim tropis maupun subtropis.
seluruh dunia, baik di daerah tropis, subtropis maupun daerah beriklim dingin.
Tahun 2015 telah dilaporkan lebih dari 3,2 miliar penderita malaria yang
dari 1 juta orang meninggal dunia akibat malaria terutama pada anak-anak dan
8
2.1.2 Penyebab Malaria
2015). Ada 170 jenis plasmodium, tapi hanya empat yang menyebabkan
9
Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya pertahanan
a. Gejala utama:
2. Sakit kepala.
3. Nyeri otot.
b. Gejala klinis:
4. Sakit kepala yang berat terus menerus khususnya pada infeksi karena
plasmodium falciparum.
diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF akan dibawa aliran darah ke
10
akibat demam terjadi vasodilasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan
sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran
darah selama kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk ke dalam
sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon
Siklus ini di sebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang
11
a. Ketika menggigit manusia, nyamuk anopheles betina infektik yang
manusia.
sel-sel hati pecah dan parasit aseksual yang pecah melepaskan merozoit.
Merozoit yang berasal dari sel hati masuk ke aliran darah dan
Di dalam sel darah merah, merizoit dari sel hati umumnya menjadi
trofozoit (tahap cincin) dan tumbuh menjadi skizon, lalu skizon yang
(gametoit).
tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk
dormant yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran
darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit
12
tergantung speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni.
Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar
akan menginfeksisel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer
(Putra, 2011).
Siklus hidup nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama
berbeda- beda. Dalam siklus hidup nyamuk terdapat empat stadia, yaitu
stadium telur, larva, pupa, dan dewasa. Stadium dewasa sebagai nyamuk yang
hidup di alam bebas, sedang ketiga stadia yang hidup dan berkembang di
berikut :
b. Para zigot pada gilirannya menjadi motil dan memanjang atau ookista
hidup manusia.
13
Berdasarkan siklus pupa akan keluar nyamuk/stadium dewasa.
dan betina. Nyamuk jantan keluar lebih dahulu dari nyamuk betina, setelah
nyamuk jantan keluar, maka jantan tersebut tetap tinggal di dekat sarang
(breeding places). Kemudian setelah jenis yang betina keluar, maka si jantan
Betina yang telah kawin akan beristirahat untuk sementara waktu (1-2 hari)
kemudian baru mencari darah. Setelah perut penuh darah betina tersebut akan
telurnya. Selama hidupnya nyamuk betina hanya 1 kali kawin (Putra, 2013).
untuk memenuhi kebutuhan zat putih telur yang diperlukan. Waktu yang
inkubasi pada inokulasi darah lebih pendek dari infeksi sporozoit. Secara
14
Infeksi melalui transfuse darah, masa inkubasinya tergantung pada jumlah
parasit yang masuk dan biasanya bisa sampai kira-kira 2 bulan (Maha, 2015).
siklus reproduksi aseksual (pembelahan diri dalam tubuh manusia atau hewan)
terjadi dalam waktu 24 jam. Lebih cepat dibandingkan siklus 48 jam pada
nyamuk maka protein eritrosit akan di cerna oleh enzim tripsin kemudian oleh
15
dalam darah akan segera keluar dari eritrosit selanjutnya akan mengalami
nyamuk adalah P vivax 8-10 hari, P palcifarum 9-10 hari, P ovale 12-14 hari
dengan masa inkubasi 9-30 hari tergantung jenis parasit dan cara
badan terasa lemas, sakit kelapa, tidak nafsu makan, kadang-kadang disertai
diatas disertai dengan pembesaran limfa, sedangkan pada kasus malaria berat,
Terdapat dua daur yakni daur aseksual (skizogoni) terjadi di dalam hospes
dalam nyamuk.
16
1. Skizogoni
sporozoit mulai memasuki sel parenkim hati untuk memulai stadium ekso-
eritrositik karena belum masuk keadaan sel darah merah. Dari sel hati
sel hati masuk sel darah merah, maka disebut stadium pra-eritrositik
(Nirmala, 2015).
Dalam sel darah merah mulai tampak adanya benang kromatin kecil
dan ameboid adalah tropozoit dalam sel darah merah tumbuh menjadi skizon
merozoit. Sel darah merah yang penuh dengan merozoit akan pecah, parasit
yang pecah, parasit yang dapat menghindari fagositosis memasuki sel darah
2. Sporogoni
betina tidak kromotik membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir
17
parasit. Sedangkan dalam gamet jantan terbentuk beberapa filament seperti
jam setalah nyamuk menghisap darah zigot berubah menjadi seperti cacing
2015).
maka sporozoit masuk ke dalam darah jaringan bersama air ludah, kemudian
(Prabowo, 2004).
18
Penyakit malaria dikenal ada berbagai cara penularan malaria :
b. Secara mekanik.
Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan
19
dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien, dimana alat suntik
(P.Knowlesi).
parasit ke aliran darah. Menuju hati kemudian melipat gandakan diri (Harjana,
2013).
dengan parasit yang rensisten terhadap klorokum, bisa diberikan kuinin atau
kuinidin secara intravena. Pada malaria lain jarang tejadi resintensi terhadap
20
klorokuin, karena itu biasanya diberikan klorokuin dan primakuin (Irianto,
2015).
dalam darah.
2.7.2 Pencegahan
21
7. Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas
sarang nyamuk.
tebal dan tipis sekaligus pada sebuah kaca objek gelas. Apus darah tebal
1. Alat dan bahan : Mikroskop, kaca objek yang bersih, lanset steril,
kapas, pensil gelas, methanol, etanol 70%, rak pewarna, botol semprot,
pinset kaca objek, timer, rak kaca objek, larutan pewarna giemsa, botol
atau rata.
22
b. Sentuhkan pinggiran sebuah kaca objek lain, sebagai “penghapus”
pinggiran tersebut.
metanol.
f. Angkat dengan pinset kaca objek, letakan pad arak kaca objek.
23
2.8.2 Sedian Darah Tebal
1. Alat dan bahan : Mikroskop, kaca objek yang bersih, rak pewarna
rak kaca objek, timer, larutan pewarna, botol tetes berisi metanol, air
dapar pH 7,2.
a. Pegangan kaca objek pada kedua pada kedua tepi atau sudutnya
c. Rata tetesan tersebut untuk membuat apusan darah tebal dan rata.
f. Angkat dengan pinset kaca objek, letakkan pada arak kaca objek.
24
2.8.3 Diagnosis Laboratorium Parasit Malaria
daerah transmisi rendah dan penting untuk daerah yang ada infeksi
bentuk-bentuk cincin dan gametosit dalam darah tepi, alat dalam, juga di
dalam jantung, dan hanya beberapa skizon terdapat di dalam darah (Irianto,
2015).
malaria, darah tebal maupun tipis, untuk melihat parasit intraseluler dengan
25
standard bagi tes diagnostik malaria lain. Dasar pemeriksaan ini adalah
relatif murah, tetapi memerlukan tenaga mikrokopis yang terlatih khusus dan
tertentu seperti waktu pengambilan sampel yang tepat, volume darah yang
malaria ini mempunyai nilai sensitifitas tinggi. Jika dilakukan oleh tenaga
yang berkemampuan tinggi, metoda ini dapat mendeteksi 5-10 parasit per uL
darah tetapi pada umumnya 100 parasit per uL darah. Keuntungan lain metode
ini adalah dapat mengetahui spesies, stadium maupun kepadatan parasit, tidak
pada pengecatan DNA parasit dengan acridine orange dan dilihat dengan
berada dalam lapisan buffy coat yang terbentuk setelah sentrifugasi darah
dalam tabung kapiler yang dilapisi oleh acridine orange. Kelemahan metode
26
ini adalah tidak dapat membedakan spesies plasmodium, tidak dapat untuk
parasit. Antar peteknik laboratorium dilakukan uji buta (blinding), yaitu tiap
sampel yang sama atau dari hasil uji peteknik laboratorium lainnya ketika
27
3.0 Pemeriksaan Imunologis Malaria Dengan Metode Imunokromatografi
Darah memakai sampel dari tabung mikro (micro tube) yang berisi EDTA
Gambar 1.
berwarna merah muda. Garis yang paling atas (garis pertama) merupakan
garis kendali (kontrol). Garis dibawahnya (garis kedua) merupakan garis uji
28
untuk Plasmodium vivax. Garis yang terbawah (garis ketiga) adalah garis uji
positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji terbawah akan berwarna
merah muda, sedangkan garis tengah tidak terlihat. Bila untuk Plasmodium
vivax positif, maka garis kendali (kontrol) dan garis uji kedua saja yang
menggunakan anti
falciparum dan anti pLDH untuk mengetahui antigen pLDH yang terdapat di
Plasmodium vivax, dengan zat kromogen klorida emas (gold chloride) yang
29
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
(protozoa) dari genus plasmodium, yang dapat di tular melalui gigitan nyamuk
Test/RDTs).
kerangka konsep pada penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan
Kerangka Konsep
Sediaan apus
Malaria
Rapid Test
30
3.2 Hipotesis
Metode Sediaan Apus dan Rapid Test Pada Penderita Malaria di Wilayah
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.1 Populasi
32
4.3.2 Sampel Penelitian
test.
2017.
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan langsung sampel
33
4.6 Pengolahan Data
1. Editing
check list apakah jawaban yang ada di check list sudah lengkap, jelas,
2. Coding
berbentuk angka/bilangan.
3. Processing
Setelah semua isian kuesioner/check list terisi penuh, benar dan sudah
4. Cleaning
34
4.7 Analisis Data
Analisis univariat data dapat juga menunjukan komposisi populasi yang lebih
variabel dependen merupakan salah satu dari objektif penelitian dalam bidang
1. Kejadian Malaria
(Achmadi, 2012).
35
Negatif (-) tidak ditemukan parasit malaria.
2. Rapid Test
2011).
36
BAB V
matahari rata-rata antara 2,4-7,6 jam dan tekanan udara antara 1.007,4-
1.011 MBS.
luas wilayah lebih kurang 398,86 km2 dan jumlah rumah tangga 6.831.
desa, yaitu: Desa Benteng Kota, Desa Air Lintang, Desa Tempilang ,
Desa Sinar Surya, Desa Tanjung Niur, Desa Sangku, Desa Buyan
bangsa seperti antara lain suku bangsa asli, suku Jawa, suku
37
Palembang dan keturunan Tionghoa. Alat transportasi yang
daerah tertentu.
desa.
Simpang Teritip
38
4. Sebelah Timurberbatasan dengan Kecamatan Puding Besar
Kabupaten Bangka
b. KB
2. Pelayanan Pengobatan
a. Pengobatan umum
b. Pengobatan gigi
c. Rujukan
3. Penyuluhan Kesehatan
a. Penyuluhan di Posyandu
b. Penyuluhan di Puskesmas
c. Penyuluhan di Sekolah-sekolah
4. Laboratorium
a. Darah rutin
b. Urine rutin
c. Feses
d. Test kehamilan
e. Pemeriksaan sputum
5. Klinik Sehat
39
a. Pemberian vitamin A dan tablet tambah darah
a. BCG
b. Polio
c. DPT
d. Hepatitis
e. Campak
f. Anti tetanus
Tabel 5.1
Tenaga Kerja Puskesmas Tempilang Kabupaten Bangka Barat
No Tenaga Kerja Jumlah
1 Dokter 3 orang
2 Bidan 19 orang
4 SKM 2 orang
5 Farmasi 1 orang
6 Gizi 2 orang
7 Sanitasi 1 orang
9 Analis 2 orang
40
5.2 Hasil Penelitian
independen (sediaan apus dan rapid test). Jumlah sampel dalam penelitian
ini sebanyak 40 responden dan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
2017.
kategori yaitu positif dan negatif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel
5.2 berikut:
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Pemeriksaan
Sediaan Apus
No Sediaan apus Frekuensi Persentase (%)
1 Positif
24 60.0
2 Negatif
16 40.0
Jumlah
40 100.0
41
5.2.1.2 Rapid test
Dalam penelitian ini variabel rapid test dibagi menjadi dua kategori
yaitu positif dan negatif. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.3
berikut:
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Pemeriksaan
Rapid Test
malaria dan tidak malaria. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.4
berikut:
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi dan Persentase Responden Berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Malaria
No Malaria Frekuensi Persentase (%)
1 Malaria 29 72.5
2 Tidak malaria 11 27.5
42
Jumlah 40
sediaan apus dan rapid test, dengan dua katagori hasil pemeriksaan positif
dan negatif. Hasil perbedaan pemeriksaan sedian apus dan rapid test dapat
43
Tabel 5.5
Uji Statitistik T Berpasangan
Perbedaan Hasil Pemeriksaan Sedian Apus dan Rapid Test
Terhadap Penderita Malaria
Pemeriksaan
0,496. Pada pemeriksaan rapid test malaria mean 1,28 dengan standar deviasi
0,452. Terlihat nilai mean perbedaan antara pemeriksaan sediaan apus dan
rapid test 0,125 dengan standar deviasi 0,335. Hasil uji statistik didapatkan
nilai p Value 0,023 kurang dari nilai α=0,05 maka dapat disimpulkan ada
perbedaan yang bermakna antara hasil pemeriksaan sediaan apus dan rapid
test.
5.3 Pembahasan
5.3.1 Pemeriksaan Malaria
kategori yaitu positif (bila ditemukan parasit stadium dalam sediaan darah)
dan negatif (bila tidak ditemukan parasit dalam darah). Pada hasil penelitian
44
bentuk cincin yaitu 29 responden (72,5%) sedangkan yang negatif sebanyak
yang bermakna antara metode sediaan apus dan rapid test dengan hasil
penyakit malaria terutama malaria Tropika selain itu juga daerah Bangka
payau dan genangan air tawar. Adanya krisis ekonomi tahun 1997
45
arah perbukitan sehingga hampir setiap tahunnya sering terjadi bencana
banjir bandang, terutama pada musim penghujan. Daerah pantai dan rawa
Tetapi para pengusaha kurang menyadari bahwa kolam tambak yang tidak
rawa, sungai, selokan, kolam ikan, kolam kangkung, kolam tempat minum
kasus, tingginya kasus ini diakibatkan oleh banyaknya genangan air yang
menilai berbagai unsur sel darah tepi, seperti eritrosit, leukosit, dan
parasit seperti malaria, mikrofilaria, dan lain-lain. Dari hasil penelitian yang
46
(40,0%). Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan
hasil penelitian tersebut yang dilakukan dari bulan Januari - bulan Juni
malaria sedangkan sampel hasil negatif malaria 246 (40,6%) dari total
Rakhman, dkk (2012) maka pada penelitian kedua tersebut hasil positif
malaria pada sampel darah yang sedikit dengan tes imunokromatografi. Tes
47
Kecamatan Tempilang didapatkan hasil penelitian 29 (72,50%) hasil positif
atau poliklonal, satu sebagai antibodi penangkap, dan satu sebagai antibodi
deteksi. Antibodi monoclonal bersifat lebih spesifik tapi kurang sensitif bila
tersebut hasil nilai prediksi positif 73,6%, nilai prediksi negatif 72,1%.
yang diambil, maka nilai positif lebih tinggi dibandingkan nilai negatif
pada penderita malaria mengunakan metode rapid test maka lebih tinggi
dilihat secara persentase ada perbedaan (12,5%) hasil yang lebih akurat
48
rapid test dibandingkan sediaan apus. Kemudian kita lihat uji statistik T
dan rapid test 0,125 dengan perbedaan standar deviasi 0,335. Hasil uji
statistik didapatkan nilai p value 0,023 nilai kurang dari α=0,05 maka
metode sediaan apus 84 positif malaria sedangkan untuk rapid test 101
literatur yang ada, maka sejalan ada perbedaan yang bermakna pemeriksaan
sediaan apus dan rapid test. Dilihat dari metode sediaan apus ini memiliki
plasmodium.
bisa untuk mengunakan rapid test secara tepat, dalam pemeriksaan malaria
metode rapid test lebih mudah digunakan dan hasilnya pun lebih akurat
49
para ilmuwan, ahli laboratorik, serta peklinik merekomendasikan untuk
50
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Tempilang Kabupaten Bangka Barat pada bulan Juli 2017 didapat hasil
malaria.
malaria.
51
6.2 Saran
6.1. Kepada rektor Universitas Kader Bangsa
Lebih meningkatkan sarana dan prasarana di Universitas
malaria.
yang telah dilakukan karena metode rapid test lebih cepat dan
malaria.
lebih banyak pada penelitian perbedaan sediaan apus dan rapid test
52