Anda di halaman 1dari 39

1.

Isu permasalahan fisik dan non fisik


2. Tabel indikator kekumuhan, peta, dan sketsa/gambar permasalahan
lingkungan
3. Konsep permukiman, blokplan, sketsa ide penanganan masalah, suasanan
kebertetanggaan, potongan lingkungan pada penggal jalan
PERMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN :
1. DARI SEGI FISIK
• Ukuran persil/tanah sempit.
• Pola penggunaan tanah tidak teratur.
• Letak dan bentuk bangunan tidak teratur.
• Prasarana fisik lingkungan di bawah standar atau sama sekali tidak ada.
• Kesehatan lingkungan sangat rendah.
• Pembuangan air limbah RT dan sampah kurang sempurna >>>
menimbulkan wabah penyakit.
• Jaringan jalan internal tidak teratur, kondisi bangunan terbuat dari
material temporer/semi permanen

• Sajoto( 1986)
• Prayitno, Budi. 2016. Skema Inovatif Penanganan Permukiman.UGM.
2. DARI SEGI SOSIAL
Lingkungan hunian padat dalam area yang terbatas.
Mayoritas pendapatan penduduk rendah.
Tingkat pendidikan masyarakat rata-rata rendah.
Hubungan antara individu masih erat (kegotong-royongan) dibanding
dengan masyarakat kota lainnya.
3. DARI SEGI HUKUM
Kawasan kumuh terbentuk tanpa melalui prosedur perundang-
undangan yang ada >>> disebabkan karena langka dan mahalnya harga
tanah di perkotaan.
4. DARI SEGI EKONOMI
• Masyarakat dengan pola mata pencaharian yang heterogen.
• Produktifitas kesehatan lingkungan rata-rata rendah.
• Sektor perekonomian bersifat informal (antara lain: penarik becak,
buruh,
• pedagang kaki lima, dan lain-lain).
• Tingkat daya tabung penduduk umumnya rendah >>> karena tingkat
• pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
PENYEBAB TIMBULNYA PERMUKIMAN KUMUH
Penyebab utama munculnya permukiman kumuh antara lain:
• Urbanisasi dan migrasi yang sangat tinggi, terutama bagi kelompok
• masyarakat berpenghasilan rendah.
• Sulit mencari pekerjaan.
• Sulit mencicil dan menyewa rumah.
• Kurang tegasnya pelaksanaan peraturan perundang-undangan,
• Program perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati para pemilik
rumah.
• Disiplin warga yang rendah.
KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH DI PERKOTAAN
SESUAI CIRI DARI DIRJEN CIPTA KARYA:
• Kepadatan penduduk tinggi > 200 jiwa/Ha.
• Kepadatan bangunan tinggi > 110 bangunan/Ha.
• Kondisi prasarana buruk (jalan, air bersih, sanitasi, drainase,
persampahan)
• Kondisi bangunan rumah tidak permanen atau semi permanen dan
tidak memenuhi persyaratan minimal.
• Rawan terhadap banjir, kebakaran, penyakit, masalah keamanan dan
kriminalitas.
Permasalahan secara umum bidang perumahan
dan permukiman di Indonesia yang ada pada saat
ini adalah sebagai berikut:
-> Belum mantapnya pelayanan dan akses terhadap hak
atas tanah untuk perumahan, khususnya bagi kelompok
masyarakat miskin dan berpendapatan rendah.

Kapasitas pemerintah daerah juga masih relatif terbatas


untuk dapat melaksanakan secara efektif
penyelenggaraan administrasi pertanahan yang
memadai, yang dapat menjamin kecukupan persediaan
lahan, yang dapat mengembangkan pasar lahan secara
efisien dan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan, yang
dapat mengurangi hambatan hukum dan sosial terhadap
akses yang adil dan seimbang kepada lahan,
-> Belum efisiennya pasar perumahan

Proses perijinan pembangunan perumahan dan


sertifikasi hak atas tanah yang masih
memprihatinkan, relatif mahal dan kurang
transparan;

.
-> Rendahnya tingkat pemenuhan
kebutuhan perumahan yang layak
dan terjangkau.
a. Tingginya kebutuhan perumahan
yang layak dan terjangkau masih
belum dapat diimbangi karena
terbatasnya kemampuan
penyediaan baik oleh masyarakat,
dunia usaha dan pemerintah.
Secara nasional kebutuhan
perumahan masih relatif besar,
b. Ketidakmampuan masyarakat miskin dan
berpenghasilan rendah untuk mendapatkan
rumah yang layak dan terjangkau.
c. Belum tersedianya dana jangka
panjang bagi pembiayaan
perumahan yang menyebabkan
terjadinya mismatch pendanaan
dalam pengadaan perumahan.
-> Menurunnya kualitas
lingkungan permukiman
a. Secara fungsional, sebagian
besar kualitas perumahan dan
permukiman masih terbatas dan
belum memenuhi standar
pelayanan yang memadai sesuai
skala kawasan yang ditetapkan,
baik sebagai kawasan perumahan
maupun sebagai kawasan
permukiman yang berkelanjutan.
3. Menurunnya kualitas lingkungan
permukiman
b. Dampak dari semakin terbatas atau
menurunnya daya dukung lingkungan di
antaranya adalah dengan meningkatnya
lingkungan permukiman kumuh pertahunnya,
sehingga luas lingkungan permukiman kumuh
seperti pada tahun 2000 telah mencapai
sekitar 47.500 ha yang tersebar tidak kurang
dari sekitar 10.000 lokasi.
3. Menurunnya kualitas lingkungan
permukiman
c. Secara visual wujud lingkungan, juga
terdapat kecenderungan yang kurang positif
bahwa sebagian kawasan perumahan dan
permukiman telah mulai bergeser menjadi
lebih tidak teratur, kurang berjati diri, dan Jabodetabek
kurang memperhatikan nilai-nilai
kontekstual sesuai sosial budaya setempat
serta nilai-nilai arsitektural yang baik dan
benar.

Bandung
Upaya Penanggulangan Peremajaan / Perbaikan
Permukiman Kumuh
Peremajaan permukiman, khususnya permukiman kumuh diartikan
sebagai pembongkaran sebagian atau seluruh permukiman kumuh
yang sebagian besar atau seluruhnya berada di atas tanah milik
pemerintah/instansi tertentu, yang kemudian di tempat yang sama
dibangun sarana dan fasilitas perumahan, prasarana serta bangunan-
bangunan lainnya sesuai rencana tata ruang kota bersangkutan.
JENIS DAN BENTUK PEREMAJAAN
Jenis-jenis dan bentuk peremajaan permukiman kumuh, antara
lain:
— Program perbaikan kampung
— Relokasi dan penataan lingkungan permukiman kumuh dengan
membangun rumah susun yang disewakan
— Penataan daerah kumuh dengan memasukkan penghuni lama
untuk menyewa dengan biaya murah
— Pembangunan rumah susun sederhana dengan memberi
kesempatan penghuni lama menempati dengan berbagai
kemudahan
Komponen yang dibangun/ditingkatkan kualitasnya pada peremajaan
dan perbaikan lingkungan permukiman kumuh di berbagai kota-kota
besar di Indonesia meliputi:
a. SARANA DAN PRASARANA
— Pembangunan rumah susun sederhana dan rumah susun sewa bagi penghuni
lingkungan yang diremajakan maupun yang dari luar wilayah relokasi.
— Perbaikan lingkungan pemugaran rumah yang dapat dijadikan contoh.
— Penyuluhan tentang lingkungan sehat bagi masyarakat penghuni
lingkungan kumuh.
— Pengembangan dan peningkatan prasarana jalan, baik jalan lingkungan dan
jalan setapak, serta jalan akses lainnya.
— Peningkatan dan pengembangan saluran drainase.
— Peningkatan dan pengembangan saluran pembuangan limbah dan sistim
sanitasi lingkungan.
b. FASILITAS DAN UTILITAS
— Pembangunan gedung serbaguna bagi warga masyarakat
— Pembangunan sarana ibadah seperti masjid.
— Pembangunan lapangan olahraga
— Peremajaan pasar
— Pembangunan fasilitas fungsional seperti: perkantoran, perdagangan,
pertokoan, dan fasilitas pelayanan lainnya.
— Pembangunan jaringan kelistrikan.
— Pengembangan dan peningkatan jaringan air bersih.
— Pengembangan dan peningkatan sistim persampahan.
c. LINGKUNGAN
Perencanaan, penataan dan pengembangan lingkungan yang disesuaikan dengan
kondisi internal lingkungan serta diserasikan dengan rencana tata ruang kota dan
wilayah secara serasi.
KAMPUNG
KUMUH
SKEMA DAN KONSEP PENANGANAN KAMPUNG KUMUH

Kampung
kumuh
PEMUGARAN
PEREMAJAAN
Kepmen Kimpraswil No.403/KPTS/M2002 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat).

Peraturan ini mengatur ketentuan dalam pembangunan Rumah sederhana


Sehat yang meliputi :
A. Ketentuan Umum yang mencakup :
1. Kebutuhan Minimal Massa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam)
2. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan
3. Kebutuhan Minimal Kesehatan dan Keselamatan

B. Ketentuan Teknis yang mencakup:


1. Dasar Perancangan
2. Spesifikasi teknis dan kebutuhan bahan
3. Metode pelaksanaan pembangunan
PARAMETER LINGKUNGAN PERMUKIMAN
KondisiFisikRumah
TOLOK UKUR KUANTITATIF
KRITERIA KONDISI RUMAH Buruk, Nilai (3) Sedang, Nilai (2) Baik, Nilai (1)
KRITERIA: KRITERIA: KRITERIA:
1. Kondisi bangunan rumah (KepMen Lapuk/rusak, tak terawat, tidak tahan Mudah rusak, dirawat, tak tahan cuaca, Awet, dirawat, tahan cuaca, permanen.
PU No. 441/KPTS/1988) cuaca, non-permanen. Umur: 2-3 tahun semi permanen. Umur: 9-15 tahun
Umur: 4-8 tahun

(…………..unit rumah) (……………..unit rumah) (…………..unit rumah)


2. Kondisi lantai (KepMen PU No. Tanah, lembab Sebagian diplester/ dikeramik Lantai dikeramik
441/KPTS/1988)
(…………..unit rumah) (……………..unit rumah) (…………..unit rumah)
3. Kondisi ventilasi (KepMen PU Tidak ada jendela Jendela hanya satu sisi ruang Ada jendela di dua sisi ruang
No. 468/KPTS/1988)
(…………..unit rumah) (……………..unit rumah) (…………..unit rumah)

4. Genangan air hujan / Seluruh halaman tergenang, lama surut Sebagian halaman tergenang, cepat Tidak adag enangan
kotor (SK SNI T-07-1990-F) surut
(…………..unit rumah) (……………..unit rumah) (…………..unit rumah)
5. Kepadata nBangunan (Luas Bangunan diatas 70% halaman kurang Bangunan antara 60% - 70% dari luas Bangunan kurang dari 60% dari luas lahan
rumah/halaman) (%)(RDTRK dari 30%luas lahan lahan
setempat)

(…………..unit rumah) (……………..unit rumah) (…………..unit rumah)


6. Pembagian Ruang Semua aktivitas dilakukan dalam 1 rg Ada Rg. Serba Guna (R.Tamu = R.Tidur) Ada sendiri-sendiri untuk tiap-2
kegiatan
(…………..unit rumah) (……………..unit rumah) (…………..unit rumah)
7. KepadatanHunian ( luasrumah Kurang dari 4(m2 / org) Antara 4 s/d 9 (m2 / org) Diatas 9 (m2 / org)
per orang) (m2/org) (Standar
(…………..unit rumah) (……………..unit rumah) (…………..unit rumah)
WHO)
KETENTUAN PEMBANGUNAN UNTUK GUNA LAHAN PERUMAHAN PERKOTAAN DAN PERMUKIMAN PERDESAAN

Guna lahan perumahan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan kepadatannya, yaitu :

1. perumahan kepadatan tinggi


2. perumahan kepadatan sedang, dan
3. perumahan kepadatan rendah.
4. Permukiman perdesaan/Perkampungan (BPD)

Ketentuan Pembangunan untuk Guna Lahan Perumahan

GSB TINGGI
KDB MAKS KDH MIN GSB DEPAN
PENGGUNAAN LAHAN KLB MAKS SAMPING BANGUNAN
(%) (%) (m)
(m) (lantai)
perumahan kepadatan tinggi 50 1.0 40.0 R R B
perumahan kepadatan sedang 60 1.2 28.0 R R B
perumahan kepadatan rendah 60 2.4 28.0 R R B
Permukiman 52.0
40 0.4 R R B
perdesaan/Perkampungan
B = bergantung pada letak bangunan tersebut, dengan prinsip bahwa tinggi maksimum bangunan
adalah pada bidang kemiringan 450 dari sumbu (as) jalan.
R = dihitung menggunakan rumus yang sesuai.
KETENTUAN PEMBANGUNAN
Amplop Bangunan (Building Envelope)

a: Daerah Milik Jalan (Damija)


b: Garis Sempadan Bangunan (GSB depan)
c: Kedalaman Persil
d: Jarak Bebas Belakang (GSB belakang)
e: Jarak Bebas Samping (GSB samping)
f : Muka Persil
g: Ketinggian Bangunan
h: Koefisian Dasar Bangunan (KDB)

h
f

a b d
c
Untuk Pendalaman Materi Lihat :

1. Baca UU Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman


2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan
Perumahan.
4. Keputusan Menteri Kimpraswil No.403/KPTS/M2002 tentang Pedoman Teknis
Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat).
5. http://www.pu.go.id

Anda mungkin juga menyukai