SHOLAT
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata Kuliah Praktikum Ibadah
Disusun oleh :
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan
sehat wal’afiat. Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada Muhammad SAW,
dimana nabi yang membawa ummat-Nya dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan bagi ummat-Nya.
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai ”Shalat“ karena
sebagai seorang umat Islam maka kita perlu mengetahui seluk beluk Sholat.
Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan-Nya. Saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu juga
dengan manusia sendiri.
Kelompok Tiga
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
ini : ” Sholat adalah sebaik-baik amalan yang ditetapkan Allah untuk hambanya”.
Begitupun dengan maksud hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas‟ud dan Anas
r.a.
Begitulah orang-orang yang beriman itu bukanlah orang yang
melaksanakan ritual dan gerakan-gerakan yang diperintahkan dalam sholat semata
tetapi dapat mengaplikasikannya dalam keseharianya. Sholat sebagai salah satu
penjagaan bagi orang-orang yang beriman yang benar-benar melaksanakannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia
telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam
agama suatu kesempitan. agama orang tuamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu , dan dalam ini, supaya Rasul itu
menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap
manusia, maka dirikanlah shalat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia
3
adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik
Penolong.” (QS. Al-Hajj : 78)
“…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-
orang yang beriman.” (QS. An-Nisa : 103)
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta orang-orang yang
ruku”.(QS. Al-Baqarah : 43)
Dan masih banyak lagi perintah di dalam kitabullah yang mewajibkan umat Islam
melalukan shalat. Paling tidak tercatat ada 12 perintah dalam Al-Quran lafaz
4
Surat Luqman ayat 17.
2.2 Pengertian Shalat, Syarat Wajib, Syarat Sah, Rukun, dan Hal-hal yang
membatalkan Shalat.
Shalat adalah ibadah yang utama dan berpahala sangat besar. Banyak hadits-
hadits yang menerangkan hal itu, akan tetapi dalam kesempatan ini kita cukup
menyebutkan beberapa di antaranya sebagai berikut:
5
1. Ketika Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam ditanya tentang amal yang
paling utama, beliau menjawab: "Shalat pada waktunya". (Muttafaq 'alaih)
2. Sabda Rasulullahshallallaahu alaihi wasallam :
"Bagaimana pendapat kamu sekalian, seandainya di depan pintu masuk
rumah salah seorang di antara kamu ada sebuah sungai, kemudian ia mandi
di sungai itu lima kali dalam sehari, apakah masih ada kotoran yang melekat
di badannya?" Para sahabat menjawab: "Tidak akan tersisa sedikit pun
kotoran di badannya." Bersabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Maka begitu pulalah perumpamaan shalat lima kali sehari semalam, dengan
shalat itu Allah akan menghapus semua dosa." (Muttafaq 'alaih)
3. Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam :
"Tidak ada seorang muslim pun yang ketika shalat fardhu telah tiba
kemudian dia berwudhu' dengan baik dan memperbagus kekhusyu'annya
(dalam shalat) serta ru-ku'nya, terkecuali hal itu merupakan penghapus
dosanya yang telah lalu selama dia tidak melakukan dosa besar, dan hal itu
berlaku sepanjang tahun itu." (HR. Muslim)
4. Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Pokok segala perkara itu adalah Al-Islam dan tonggak Islam itu adalah
shalat, dan puncak Islam itu adalah jihad di jalan Allah." (HR. Ahmad, At-
Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih)
6
Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan shalat dapat
dikelompokkan menjadi 2 (dua) macam yaitu :
7
2) Syarat-syarat Sah shalat.
Yaitu yang harus dipenuhi apabila seseorang hendak melakukan shalat.
Apabila salah satu syarat tidak dipenuhi maka tidak sah shalatnya.
Syarat-syarat tersebut ialah :
Suci dari hadats besar dan hadats kecil
Hadats kecil ialah tidak dalam keadaan berwudhu dan hadats
besar adalah belum mandi dari junub. Dalilnya adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala : Artinya :"Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai kedua mata kaki, dan
jika kamu junub maka mandilah." (Al-Maidah : 6)
Sabda rasulullah SAW :
Artinya : “"Allah tidak akan menerima shalat yang tanpa
disertai bersuci". (HR. Muslim)
Suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis
Adapun dalil tentang suci badan adalah sabda Rasulullah
shallallaahu alaihi wasallam terhadap perempuan yang keluar
darah istihadhah :
"Basuhlah darah yang ada pada badanmu kemudian
laksanakanlah shalat." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Adapun dalil tentang harusnya suci pakaian, yaitu firman Allah
Subhanahu wa Ta‟ala :
"Dan pakaianmu, maka hendaklah kamu sucikan." (Al-
Muddatstsir: 4)
Adapun dalil tentang keharusan sucinya tempat shalat yaitu
hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata :
"Telah berdiri seorang laki-laki dusun kemudian dia kencing di
masjid Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam , sehingga
orang-orang ramai berdiri untuk memukulinya, maka
bersabdalah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam,
'Biarkanlah dia dan tuangkanlah di tempat kencingnya itu satu
8
timba air, sesungguhnya kamu diutus dengan membawa
kemudahan dan tidak diutus dengan membawa kesulitan (HR
Al-Bukhari)
Masuk waktu Shalat
Shalat tidak wajib dilaksanakan terkecuali apabila sudah masuk
waktunya, dan tidak sah hukumnya shalat yang dilaksanakan
sebelum masuk waktunya. Hal ini berdasarkan firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala : "Sesungguhnya shalat itu adalah
kewajiban yang diten-tukan waktunya atas orang-orang yang
beriman." (An-Nisa' : 103).
Maksudnya, bahwa shalat itu mempunyai waktu tertentu. Dan
malaikat Jibril pun pernah turun, untuk mengajari Nabi
shallallaahu alaihi wasallam tentang waktu-waktu shalat. Jibril
mengimaminya di awal waktu dan di akhir waktu, kemu-dian ia
berkata kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam: "Di antara
keduanya itu adalah waktu shalat.”
Menutup Aurat
Aurat harus ditutup rapat-rapat dengan sesuatu yang dapat
menghalangi terlihatnya warna kulit. Hal ini berdasarkan
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : "Wahai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah setiap kali berada ditempat
sujud.” (Al-A‟Raf : 31)
Yang dimaksud dengan pakaian yang indah adalah yang
menutup aurat. sedangkan tempat sujud adalah tempat shalat.
Para ulama sepakat bahwa menutup aurat adalah merupakan
syarat sahnya shalat, dan barangsiapa shalat tanpa menutup
aurat, sedangkan ia mampu untuk menutupinya, maka
shalatnya tidak sah.
Menghadap Kiblat
Orang yang mengerjakan shalat wajib menghadap kiblat yaitu
menghadap ke arah Masjidil Charam. Hal ini berdasarkan
firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Sungguh Kami (sering)
9
melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu
berada, maka palingkanlah mukamu ke arahnya.” O(Al-
Baqarah : 144)
3) Rukun Shalat
Dalam sholat ada rukun-rukun yang harus kita jalankan, yakni :
1) Niat mengerjakan salat di dalam hati, sambil menentukan sebabnya,
(misalnya: Istisqa, Tahiyatul masjid, dan sebagainya), dan
menentukan waktunya, (misalnya: lohor, asar, dan berniat fardhu
dalam salat fardhu.
(Lengkapnya, misal: Saya niat salat fardhu asar empat rakaat …).
2) Takbiratul ihram. Membaca dengan suara yang terdengar oleh dirinya
sendiri sebagaimana rukun qauli lainnyaryaitu Allahu Akbar yang
menjadi rukun shalat yang kedua.
3) Berdiri dalam salat fardhu bagi orang yang mampu berdiri. (Bagi salat
sunat dan yang tidak mampu berdiri boleh sambil duduk).
4) Membaca surat Fatihaah berikut bismillah, semua tasydidnya, terus-
menerus, tertib, memperhatikan makhraj huruf-hurufnya dan tidak
salah baca yang dapat mengubah makna, (misalnya: an‟amta dibaca an
„amtu atau an‟amti dan selagainya). Salah baca yang tidak mengubah
makna hukumnya haram; tetapi tidak membatalkan (Alhamdu dibaca
Alhamda, Lillaahi dibaca Lillaahu dan sebagainya).
5) Rukuk, yaitu membungkuk dan kedua telapak tangan diletakkan pada
kedua lututnya. Dan disunatkan punggungnya lurus, rata.
6) Tuma‟ninah ketika rukuk, yakni diam sebentar seukuran membaca:
Subhaanal-laah.
7) I‟tidal, yaitu berdiri tegak (sebagaimana sebelumnya).
8) Tumaninah ketika I‟tidal.
9) Sujud dua kali, yaitu dengan meletakkan dahinya di atas tempat salat
serta dibuka, diberatkan seberat kepala sambil bersungkur, meletakkan
10
sedikit lututnya, kedua telapak tangannya dan semua ujung jari
kakinya.
10) Tumaninah ketika sujud.
11) Duduk di antara dua kali sujud.
12) Tumaninah ketika duduk.
13) Duduk untuk membaca tasyahud akhir dan yang sesudahnya.
14) Membaca tasyahud akhir, yang berarti semua penghormatan,
keberkahan, rahmat, dan kebaikan bagi Allah. Keselamatan, rahmat
Allah dan keberkahan-Nya bagimu wahai Nabi. Keselamatan bagi
kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Saya bersaksi bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah
utusan Allah.
15) Membaca salawat atas Nabi Muhammad saw. minimal dengan
mengucapkan, „Ya Allah! Rahmatilah Nabi Muhammad‟.
16) Membaca salam, minimal dengan mengucapkan, “As s
allaamu‟alaikum.‟
17) Tertib, berurutan seperti tersebut di atas. Kalau seseorang sengaja
meninggalkan ketertiban, misalnya bersujud sebelum rukuk, maka
batal shalatnya.Kalau terlupa bersujud sebelum rukuk lalu ingat, maka
wajib mengulangrnya, kecuali kalau ia ingat ketika mengerjakan
pekerjaan yang sama misalnya rukuk lagi pada rakaat selanjutnya,
atau sesudah rukuk yang sama, maka sempurnakanlah rakaatnya
dengan rukuk itu dan sia-sialah pekerjaan yang terlupakan itu.
(Singkatnya, rakaatnya harus ditambah sesuai dengan ketentuan).
11
Dengan sekali gerakan yang berlebih-lebihan (meloncat atau
menggerakkan seluruh badan tanpa sebab (udzur) syara‟.
Contoh tiga gerakan yang sering dikerjakan orang, misalnya
menggerakkan kepala dan kedua tangan, mengusap telinga, lalu dahi
sambil menggerakkan kepala. Kecuali menyapu telinga terus ke
hidung misalnya, kemudian sesudah agak lama terselang baru
bergerak lagi, maka tidak batal salatnya. Berarti hanya dua kali
gerakan yang terus-menerus.
2) Dengan menambah rukun fi‟ly (pekerjaan dengan sengaja, misalnya:
rukuk dua kali atau salat asar lima rakaat bukan karena lupa dan
sebagainya).
Dengan sekali gerakan karena bermain-main. Dengan makan atau
minum kecuali karena lupa dan yang ditelannya sedikit.
Keterangan :
Kalau lupa menelan sebiji nasi atau biji jambu, maka tidak batal.
Kalau sengaja menelan sisa-sisa kopi atau gula, maka perbuatan itu
membatalkan shalat.
Salat itu batal dengan berniat membatalkan salat (sekali pun pada
prakteknya tidak).
Menangguhkan membatalkan salat karena sesuatu, (misalnya:
berniat kalau teman datang, salatnya akan dibatalkan).
Keraguan membatalkan salat, (misalnya: hati merasa bimbang
karena ada orang yang memanggil, lalu timbul kebimbangan
membatalkan salatnya atau tidak), dengan semua sebab itu, maka
tetap batat.
Singkatnya, selama kita salat wajib bertekad tidak akan
mernbatalkan salat, sehingga andaikan seseorang salat di atas batu
di tengah sungai lalu tiba-tiba banjir, maka daripada membatalkan
salat, orang itu diperbolehkan salat sambil lari serta
membelakangi kiblat dan sebagainya, lalu ia merieruskan salat
dengan sempurna di tempat yang aman. (Seperti salat syiddatul-
khauf)
12
Terlewat satu rukun dengan disertai keraguan terhadap niat
takbiratul-ihram (apakah sudah atau belum dilakukan), atau masa
keragu-raguannya itu lama (misalnya: ketika akan rukuk merasa
ragu mengenai niat salat, dan selama rukuk masih juga, ragu, maka
batal salatnya bila sampai‟pada i‟tidal).
13
yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl [16]:
97)
6. Mengharapkan ampunan dan surganya Allah. Sebagaiman firman Allah :
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada
surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-
orang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang menafkahkan (hartanya),
baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-
orang yang berbuat kebajikan" (QS. Ali Imran [3]: 133-134)
7. Menyerahkan urusan kepada Allah (tawakkal)
14
Qayyim ketika menjelaskan perbedaan antara khusyu‟ iman dengan khusyu‟
nifaq berkata : “Khusyu‟ iman adalah: “khusyu‟nya hati kepada Allah
dengan sikap mengagungkan, memuliakan, sikap tenang, takut dan malu.
Hatinya terbuka untuk Allah dengan keterbukaan yang diliputi kehinaan
karena khawatir, malu bercampur cinta. Menyaksikan nikmat-nikmat Allah
dan kejahatan dirinya sendiri. Dengan begitu secara otomatis hati menjadi
khusyu‟ yang kemudian khusyu‟nya anggota badan. Adapun khusyu‟ nifaq
adalah : ia tampak pada permukaan badan dalam sifatnya yang dipaksakan
dan dibuat-buat, sementara hatinya tidak khusyu‟. Sebagian sahabat ada
yang berkata: “Saya berlindung kepada Allah dari khusyu‟ nifaq. Dikatakan
kepadanya apa, “Apakah khusyu‟ nifaq?” Ia menjelaskan “Jika badan
kelihatan khusyu‟ sementara hatinya tidak”. Adapun pengertian hamba yang
khusyu‟ kepada Allah adalah : seorang hamba yang nafsu syahwatnya
padam dan perasaan syahwatnya dalam hatinya tenang. Dengan begitu,
dadanya menjadi terang dan di dalamnya terpancar cahaya agung. Maka
kemudian matilah syahwat jiwanya, karena rasa takut dan adanya
ketenangan yang memenuhi hatinya. Dengan begitu padamlah seluruh
anggota badannya, hatinya tenang dan tuma‟ninah kepada Allah . Ia
berdzikir kepada-Nya dengan perasaan tenteram yang diberikan Rabb
kepadaNya, dengan begitu, ia tunduk dan berserah diri kepada Allah .
Sedangkan orang yang tunduk adalah orang yang tenang. Sebab yang
disebut dengan tanah yang tenang adalah tanah yang tidak bergerak dan
karenanya air bisa menggenang. Begitu pula hati yang tunduk, ia merasakan
ketenangan dan kekhusyu‟an, seperti belahan bumi yang tenang yang di
atasnya air bisa mengalir kemudian menggenang di atasnya.
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah Shallallahu‟alaihi
Wasallam pernah berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-
Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu‟, dari jiwa
yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan”.(HR Muslim).
Dalam hadits yang agung ini, Rasulullah Shallallahu‟alaihi
Wasallam menggandengkan empat perkara yang tercela ini, sebagai isyarat
bahwa ilmu yang tidak bermanfaat memiliki tanda-tanda buruk, yaitu hati
15
yang tidak khusyu‟, jiwa yang tidak pernah puas, dan doa yang tidak
dikabulkan, nu‟uudzu billahi min dzaalik. Imam Ibnu Rajab al-Hambali
berkata: “Hadits ini menunjukkan bahwa ilmu yang tidak menimbulkan
(sifat) khusyu‟ dalam hati maka ini adalah ilmu yang tidak bermanfaat”.
Maka hadits ini merupakan argumentasi yang menunjukkan bahwa sifat
khusyu‟ adalah termasuk buah yang manis dan agung dari ilmu yang
bermanfaat.
Tumakninah
Rasulullah SAW selalu melakukan tumakninah dalam setiap
sholatnya, hingga seluruh anggota badan Rasulullah SAW
menempati posisi semula. Bahkan Rasulullah SAW memerintahkan
16
orang yang buruk shalatnya supaya untuk melakukan tumakninah,
sebagaimana sabda beliau ; {“ Tidak sempurna Sholat mereka (salah
seorang dari kalian), kecuali dengannya (tumakninah) “}.
17
Meyakini bahwa Allah SWT akan mengabulkan permintaannya
yang sedang melaksanakan sholat
Rasulullah SAW pernah bersabda dalam hadits Qudsi yakni ; {“
Allah SWT berfirman, „Aku membagi sholatku dengan hamba-Ku
menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku setiap apa yang dia minta.
Jika mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, Aku berfirman,
hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Jika dia mengucapkan Maaliki
Yaumiddiin, Aku berfirman, hamba-Ku telah memuliakan dan
mengagungkan-Ku “} (HR. Muslim).
18
jum‟at. Khutbah jum‟at dan shalat jum‟at mempunyai hubungan yang
tak terpisahkan. Keduanya saling melengkapi. Oleh karena itu,
Sebelum khotib naik mimbar sering di bacakan peraturan, bahwa pada
saat khatib naik mimbar (mulai khutbah) jamaah dilarang berbicara,
berisyarat dan sejenisnya. Barang siapa melakukanya maka sia-sialah
jumatanya. Shalat jum‟at dapat dilakukan di dalam kota maupun
diluar kota, seperti di masjid, di kantor, atau di lapangan yang
sekelilingnya ada penduduknya. Hal ini Rasullalah SAW, bersabda:
Artinya:
Jum‟at yang pertama kali di lakukan nabi SAW. yaitu ketika beliau
hampir sampai di madinah seraya bertempat dan mendirikan jumatan
di Quba, lalu beliau masuk madinah dan salat jumat di rumah Bani
Salim bin Auf‟. ( HR. Bukhari dan Abu Daud )
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan
shalat pada hari jum‟at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat
Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui.”)QS. Al jumuah: 9)
19
1. Diadakan pada suatu tempat di mana para jamaah shalat jum‟at,
2. Dilakukan secara berjamaah. Para ulama berbeda pendapat tentang
batasan jumlah minimal jamaah. Abu Hanifah berpendapat
sekurang- kurangnya 4 orang termasuk imam. Imam Syafi‟i dan
Ahmad bin Hambal mempersyaratkan 40 orang laki-laki dewasa.
Sedangkan Imam Malik hanya memberi kriteria, jamaah jum‟at
harus mencapai jumlah yang layak untuk
3. Dilakukan sepenuhnya pada waktu Dzuhur, yaitu ketika matahari
tergelincir
4. Harus di dahului dua khutbah sebelum shalat dengan memenuhi
syarat dan rukunnya.
2. Shalat Jamaah
a. Pengertian Shalat Jamaah
Shalat jamaah adalah shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih
secara bersama-sama dengan satu orang didepan sebagai imam dan
yang lainya dibelakang menjadi makmum. Shalat jamaah termasuk
salah satu keistimewaan yang diberikan dan disyariatkan secara
khusus bagi umat islam. Karena di dalamnya mengandung nilai-nilai
pembiasaan diri untuk patuh, bersahabat, berani, dan tertib aturan,
disamping nilai sosial untuk menyatukan hati dan menguatkan ikatan.
20
Shalat berjamaah hukumnya sunah muakad, artinya sunah yang
dikuatkan atau sunah yang sangat penting untuk di kerjakan.
Sehubungan dengan ini, Allah SWT. Berfirman dalam Al Quran
surah An Nisa ayat 102 yang berbunyi:
Artinya:
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu
kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka
hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) bersamamu”.(QS.
An Nisa: 102).
Di samping itu bagi orang yang mengerjakan shalat berjamaah, maka
dilipatgandakan pahalanya sampai 27 kali lipat di banding dengan
shalat sendiri. Hal ini sesuai sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya:
Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW. bersabda: “kebaikan shalat
berjamaah itu melebihi shalat sendirian sebanyak 27 derajat”.(HR.
Bukhari dan Muslim)
22
juga tidak boleh membarengi dalam tindakanya, tetapi
memperhatikan dan mengawasinya, mengikuti segala gerak-
geraknya dan tidak berbeda maupun mendahului secara sama.
makmum mengetahui status dan keadaan imam, apakah
imamnya termasuk orang yang muqim (penduduk setempat)
atau orang musafir, jika makmum tidak mengetahui ststus dan
keadaan imam, maka tidak boleh mengikutinya.
23
Ialah penggabungan shalat yang dilaksanakan pada waktu shalat
yang pertama, misalnya shalat dhuhur dengan shalat ashar
dikerjakan pada saat waktu shalat Dhuhur.
Niat Shalat Jamak Takdim Dhuhur dengan Ashar
Jamak Takhir
Shalat Jamak yang dilaksanakan pada waktu sholat yang
terakhir,misalnya shalat Dhuhur dengan shalat Ashar dilaksanakan
pada saat waktu shalat ashar.
Niat shalat jamak takhir (pada shalat dhuhur dan ashar)
2) Shalat Qashar
a) Pengertian
Artinya : “Niat shalat fardhu dzuhur secara qashar dua rakaat karena
Allah”
Selain firman Allah di atas juga terdapat hadits-hadits dari Ya‟la Bani
Unayyah dan Hadits Aisyah
25
menempuh jarak perjalana tiga mil atau tiga fasakh, beliaau
shalat dua rakaat‟.”(Riwayat Ahmad, Muslim dan Abu Dawud)
Shalat yang di qasar itu adalah shalat adaan (tunai), bukan shalat
qada
Berniat qasar ketika takbiratul ikhram
Shalat yang di qasar itu adalah shalat adaan (tunai), bukan shalat
qada
Berniat qasar ketika takbiratul ikhram
Tidak boleh menjadi ma‟mum kepada orang yang tidak
melaksanakan shalat qasar.
26
b. Shalat sunnah yang dikerjakan secara munfarid ( sendiri -
sendiri ). Status hukumnya ada yang muakkad seperti: shalat
sunnah rawatib dan tahajud. Ada pula yang status hukumnya
sunnah biasa ( ghairu muakkad ) seperti: shalat tahiyatul
masjid, shalat dhuha, shalat witir, dan lain -lain.
27
8) Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada
Idul Adha tentang hokum-hukum Qurban
9) Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya
10) Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri, pada Shalat Idul
Adha sebaliknya.
28
Artinya : "Aku niat shalat idul adha dua rakaat (imam/makmum)
karena Allah"
c. Shalat tarawih
Shalat tarawih ialah shalat sunnah yang dikerjakan pada malam hari di
bulan ramadhan. Hukum nya sunnah muakad, artinya sunnah yang
sangat dianjurkan bagi laki-laki ataupun perempuan. Waktu shalat
tarawih adalah setelah shalat isya sampai terbit fajar.
Cara melaksanakan tarawih :
a) bagi yang mengerjakan 20 rakaat, setiap 2 rakaat salam. Bagi yang
mengerjakan 8 rakaat boleh dilakukan 2 kali salam boleh juga 4
kali salam.
b) Salat tarawih boleh dilakukan dengan cara sendirian (munfarid).
Tetapi lebih utama dilakukan dengan berjamaah.
c) Niat melakukan shalat tarawih :
Lafadz niat shalat sunnah tarawih :
“ Ushollii sunatan Tarawehi rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa-an
(immaan/ma'muman ) lillaahi ta'aalaa “.
Artinya :
"Niat aku sholat sunah tahajud dua raka'at ( imam/ ma'mum)
menghadap qiblat karena Allah".
d) Sarat,rukun,bacaan,dan cara mengerjakan salat tarawih sama
dengan salat fardhu (diawali dengan takbiratul ikhrom,dan diakhiri
dengan salam).
e) Setiap 2 rakaat, atau 4 rakaat selesai salam disunnahkan membaca
dzikir dan do‟a.
d. Shalat Witir
Shalat Witir adalah shalat sunnah yang biasanya mengiringi shalat
tarawih. Bilangan rakaatnya
Adalah ganjil. Shalat witir disunnahkan untuk dilakukan setiap malam
setelah shalat isya,bukan hanya pada bulan ramadhan saja.
29
Cara melaksanakan shalat witir :
1) Jika shalat witir dikerjakan 3 rakaat,maka boleh 2 kali salam, yakni
2 rakaat kemudian diakhiri dengan salam. Lalu berdiri lagi shalat
satu rakaat kemudian tahiyat akhir diakhiri dengan salam.
Boleh langsung 3 rekaat 1 salam.
2) Jika shalat witir dikerjakan 5 rakaat , 7 rakaat , 9 rakaat , atau 11
rakaat maka boleh dikerjakan setiap 2 rakaat salam dan yang
terakhir 1 rakaat salam, atau yang terakhir langsung 3 rakaat
salam tanpa tahiyat awal.
3) Niat shalat witir,
Lafadz niat shalat witir :
“ Ushollii sunatan witir rok'aataini mustaqbilal qiblati adaa-an
lillaahi ta'aalaa “.
Artinya :
"Niat aku sholat sunah witir dua raka'at menghadap qiblat karena
Allah
30
a) Mengerjakan shalat sebanyak 2 rakaat,boleh dilakukan sendiri-
sendiri , tetapi lebih utama dikerjakan secara berjamaah.
b) Berniat melakukan shalat sunat gerhana (matahari atau bulan)
c) Membaca do‟a iftitah(pembukaan).
d) Membaca surah alfatihah dan ayat al-quran dari surah yang
panjang, seperti surah albaqarah atau surah lain yang hampir sama
panjangnya dengan surah tersebut. Namun, jika dibaca surah yang
pendek, shalat ini pun sah.
e) Rukuk dengan waktu yang hampir menyamai waktu berdiri.
f) Berdiri dan membaca surah al-fatihah, diikuti dengan membaca
surah yang lebih pendek dari surah yang pertama.
g) Ruku dengan waktu menyamai waktu berdiri
h) Itidal
i) Sujud
j) Duduk diantara 2 sujud
k) Sujud
l) Kembali berdiri untuk melakukan rakaat kedua yang caranya sama
dengan rakaat yang pertama, hanya rakaat kedua lebih pendek dari
rakaat yang pertama.
m) Membaca tasyahud dan shalawat nabi
n) Salam
Adapun bacaan takbir,al-fatihah,surah,dan salam dalam shalat
gerhana bulan dinyaringkan sedangkan dalam shalat gerhana
matahari tidak dinyaringkan. Lafadz niat shalat gerhana :
“ Ushalli sunnatal khusuufi rak'ataini lillahita'aalaa “
Artinya : "Aku niat shalat gerhana bulan 2 rakaat karena Allah"
f. Shalat Istiqa‟
Shalat sunat yang dikerjakan untuk memohon hujan kepada Allah
SWT.
Niatnya :
31
“ Ushalli sunnatal Istisqaa-i rak'ataini (imamam/makmumam)
lillahita'aalaa „.
Artinya : "Aku niat shalat istisqaa 2rakaat (imam/makmum)
karena Allah"
Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa :
1) 3hari sebelumnya agar ulama memerintahkan umatnya bertaobat
dengan berpuasa dan meninggalkan segala kedzaliman serta
menganjurkan beramal shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu
mengakibatkan hilangnya rejeki dan datangnya murka Allah.
"Apabila kami hendak membinasakan suatu negeri, maka lbh dulu
kami perbanyak orang-orang yg fasik, sebab kefasikannyalah
mereka disiksa, lalu kami robohkan (hancurkan) negeri mereka
sehancur-hancurnya" (Q.S.Al Isra:16).
2) Pada hari ke-4 semua penduduk termasuk yang lemah dianjurkan
pergi kelapangan dengan pakaian sederana dan tanpa wangi-
wangian untuk shalat Istisqa'
3) Usai shalat diadakan khutbah 2kali. Pada khutbah pertama
hendaknya baca istigfar 9x dan pada khutbah kedua 7x.
Pelaksanaan khutbah istisqa berbeda dgn khutbah lainnya, yaitu :
a) Khatib disunatkan memakai selendang.
b) Isi khutbah menganjurkan byk beristigfar,berkeyakinan bhw
Allah SWT akan mengabulkan permintaan mereka.
c) Saat berdo'a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.
d) Saat berdo'a pada khutbah kedua, khatib hendaknya
menghadap kiblat membelakangi makmumnya.
niat shalat sesuai dengan sholat mana yang akan kita kerjakan.
32
Salat tahiyatul masjid adalah salat yang dilakukan untuk menghormati
masjid. Salat dilakukan sebelum duduk. Jumlah rakaat nya sebanyak
dua rakaat
Cara melaksanakan salat tahiyatul masjid :
1) Niat salat tahiyatul masjid.
Niatnya :
“ Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi rak'ataini lillahi Ta'aalaa “
Artinya : "aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid 2 rakaat karena
Allah"
2) Bacaan dan gerakan salat tahiyatul masjid sama seperti salat fardu
lima waktu.
b. Shalat Tahajud
Shalat tahjud adalah shalat sunah yang di kerjakan setelah tidur pada
malam hari antara waktu solat isya sampai dengan fajar sidiq
(menjelang subuh). Waktu yang paling utama adalah dua per tiga
malam,sekitar pukul 02.00 dini hari. Jumlah rakaat paling sedikit dua
rakaat dan paling banyak tidak dibatasi.
Cara melaksanakan salat tahajud :
1) Niat shalat tahajud
“ Ushalli sunnatal tahajjudi rak'ataini lillahi Ta'aalaa “
Artinya : "aku niat shalat sunnah tahajjud 2rakaat krn Allah"
2) Bacaan dan gerakan salat tahajud sama seperti salat fardlu lima
waktu
3) Salam dan do‟a
c. Salat Istikharah
Salat istikharah adalah salat sunah yang dilakukan untuk memohon
petunjuk dari Allah SWT dalam menentukan pilihan terbaik diantara
dua pilihan atau lebih. Jumlah nya dua rakaat.
Cara melaksanakan shalat istikharah :
33
1) Niat shalat istikharah:
“ Ushalli sunnatal Istikharah rak'ataini lillahi Ta'aalaa “
Artinya :
"aku niat shalat sunnah Istikharah 2 rakaat krn Allah”
2) Bacaan dan gerakan shalat istikharah sama seperti shalat fardlu
lima waktu
3) Salam dan do‟a
d. Shalat Dhuha
Shalat dluha adalah shalat sunah yang dilakukan pada waktu pagi hari,
sekurang kurang nya dua rakaat dan rakaat sebanyak banyak nya 12
rakaat. Adapun waktu lebih kurang dari pukul 07.00 pagi sampai
masuk waktu dzuhur .
Cara melaksanakan shalat dluha :
1) Niat shalat dluha
Niatnya :
Ushalli sunnatal Dhuha rak'ataini lillahi Ta'aalaa
Artinya : "aku niat shalat sunnah dhuha 2rakaat krn Allah”
2) Bacaan dan gerakan shalat duha sama seperti shalat fardu lima
waktu.
3) Salam dan do‟a
34
Shalat ini dikerjakan sebagaimana shalat yang lain dengan ikhlas
sampai salam.
35
Lafadz niat shalat taubat:
“ Ushalli sunnatal Taubati rak'ataini lillahi Ta'aalaa “
Artinya:“Aku niat shalat sunnat taubat dua rakaat karena Allah
ta‟ala.”Allahu Akbar.
36
dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat
sesudah Isya‟ dan dua rakaat sebelum Subuh. Adapun riwayat
yang menyebutkan: “…Dua rakaat sebelum shalat Ashar”, maka
ini adalah riwayat yang lemah karena menyelisihi riwayat yang
lebih kuat yang kami sebutkan sebelumnya.
3) Keutamaan yang disebutkan dalam hadits di atas adalah bagi orang
yang menjaga shalat-shalat sunnah rawatib dengan
melaksanakannya secara kontinyu, sebagaimana yang dipahami
dan dikerjakan oleh Ummu Habibah radhiyallahu „anha, perawi
hadits di atas dan demikian yang diterangkan oleh para ulama
4) Jika seseorang tidak bisa melakukan Shalat sunnah rawatib pada
waktunya karena ada udzur (sempitnya waktu, sakit, lupa dan lain-
lain) maka dia boleh mengqadha (menggantinya) di waktu lain. Ini
ditunjukkan dalam banyak hadis shahih
5) Dalam hadis ini terdapat peringatan untuk selalu mengikhlaskan
amal ibadah kepada Alah Ta‟ala semata-mata.
6) Hadits ini juga menunjukkan keutamaan amal ibadah yang
dikerjakan secara kontinyu. Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam bersabda: “Amal (ibadah) yang paling dicintai Allah
Ta‟ala adalah amal yang paling kontinyu dikerjakan meskipun
sedikit.”
7) Semangat dan kesungguhan para sahabat dalam memahami dan
mengamalkan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu „alaihi
wa sallam, inilah yang menjadikan mereka lebih utama dalam
agama dibandingkan generasi yang datang setelah mereka.
37
d) 4 raka‟at atau 2 raka‟at sebelum Ashar
e) 2 raka‟at sebelum Magrib
f) 2 raka‟at sesudah Magrib
g) 2 raka‟at sebelum Isya‟
h) 2 raka‟at sesudah Isya‟
38
“Di masa Rasulullah SAW kami shalat dua raka‟at setelah
terbenamnya matahari sebelum shalat Magrib”(HR Imam Bukhari
dan Muslim)
39
sesudah Isya, dan dua rakaat sebelum Subuh”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
1) Sholat Sunat Rawatib ghoiru Muakkad yaitu sholat sunah yang
kurang dianjurkan untuk dilaksanakan, karena Nabi
Muhammad Saw tidak selalu melaksanakannya. Sholat sunah
Rawatibghairu Muakkad terdiri dari :
a) Dua rakaat sebelum Sholat Zuhur
b) Dua rakaat sesudah Sholat Zuhur.
c) Empat rakaat sebelum Sholat Ashar.
d) Dua rakaat sebelum Sholat Magrib.
e) Dua rakaat sebelum Sholat Isya.
40
Adapun lafal niat sholat sunah rawatib sbb:
Niat Sholat sunah rawatib qobliyah Subuh (sebelum sholat subuh)
artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum Subuh dua rakaat karena
Allah”
Niat Sholat sunah rawatib qobliyah Zuhur (sebelum sholat Zuhur)
artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum zuhur dua rakaat karena
Allah”
Niat Sholat sunah rawatib ba‟diyah Zuhur (sesudah sholat Zuhur)
artinya: “Saya niat sholat sunah sesudah Zuhur dua rakaat karena
Allah”
Niat Sholat sunah rawatib qobliyah Asar (sebelum sholat Asar)
artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum asar dua rakaat karena Allah”
Niat Sholat rawatib qobliyah Magrib (sebelum sholat Magrib)
artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum Magrib dua rakaat karena
Allah”
Niat Sholat sunah rawatib ba‟diyah Magrib (sesudah sholat
Magrib)
artinya: “Saya niat sholat sunah sesudah Magrib dua rakaat karena
Allah”
Niat Sholat rawatib qobliyah Isya‟ (sebelum sholat Isya‟)
artinya: “Saya niat sholat sunah sebelum Isya‟ dua rakaat karena
Allah”
41
Niat Sholat rawatib ba‟diyah Isya‟ (sesudah sholat Isya‟)
artinya: “Saya niat sholat sunah sesudah Isya‟ dua rakaat karena
Allah”
43
3. Kontrol negara
Ketaqwaan individu dan kontrol masyarakat tidak selalu dapat
berjalan baik jika keduanya berada dalam kondisi keimanan yang lemah,
sehingga perlu ditegakkannya sistem peradilan yang ditegakkan oleh
negara untuk mencegah individu dan masyarakat jatuh dalam kemaksiatan.
Dalam Islam, setiap pelangggaran dan penyimpangan terhadap aqidah dan
hukum Islam, termasuk meninggalkan sholat adalah tindak kejahatan yang
wajib diadili bagi para pelakunya.
Hukuman bagi orang yang tidak sholat termasuk hukum ta‟zir
yang akan ditentukan berdasarkan ijtihad Kholifah. Bentuknya bisa berupa
hukum cambuk sampai hukuman mati (berdasar pertimbangan alasan
meninggalkan sholat). Jika meninggalkan sholat karena alasan malas
berarti dia hanya bermaksiat, tetapi jika alasannya karena tidak lagi
meyakini kewajiban sholat sebagai syariat Allah yang wajib dikerjakan,
maka dia jatuh pada hukum kufur (murtad), hukumannya dibunuh.
Demikianlah sistem Islam menjaga individu dan masyarakat agar
senantiasa tunduk kepada aturan-aturan Allah SWT. Perintah Menegakkan
sholat memiliki arti : 1) melaksanakan kewajiban sholat. Setiap individu
mukkallaf memiliki taklif menjalankan kewajiban sholat sehingga
terpenuhinya syarat dan rukunnya. 2) Menegakkan kewajiban sholat
berarti juga “menegakkan sistem peradilan Islam” yang akan memberikan
sanksi bagi orang-orang yang melalaikan sholat.
Tentunya kondisi yang demikian ini tidak akan terwujud pada saat
kaum muslimin hidup dalam naungan Sistem kufur (kapitalis) seperti
sekarang ini. Bahkan atas dasar Hak Asasi Manusia (HAM), sebuah ide
yang diagungkan di dalam peradaban Kapitalime, orang-orang yang tidak
sholat di negeri ini dan di negeri-negeri Islam yang lain, dibenarkan atau
bahkan dilindungi oleh negara. Mereka (Kapitalisme) berpendapat urusan
sholat adalah urusan masing-masing individu dengan Tuhan-Nya, dimana
masyarakat dan negara tidak boleh mencampurinya. Jika masyarakat dan
44
Negara mencampurinya, berarti telah melanggar HAM dan itu adalah
kejahatan yang akan ditumpas dan diadili. Maka tak heran meskipun di
negeri ini mayoritas masyarakatnya kaum muslimin, banyak dari mereka
yang meninggalkan kewajiban sholatnya dengan enteng tanpa merasa
berdosa.
Lebih jauh lagi, Kapitalime telah mencetak masyarakatnya menjadi
masyarakat kapitalis yang memiliki pemikiran sekuler yang berpandangan
bahwa agama harus dipisahkan dari sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Walhasil, banyak dari mereka yang rajin Ibadah Sholat tetapi di sisi lain
maksiat juga jalan terus. Mereka mengaku muslim ketika berada di dalam
masjid / ketika sholat, tapi di sisi lain kehidupan dunianya, merapa pada
bangga dengan syariat-syariat kufur yang memancar dari peradaban kufur
baik, Kapitalis maupun Sosialis.
Muslimah sekarang ini lebih bangga dengan cara berpakaiannya
orang kafir yang membuka auratnya daripada busana muslimah yang
menutup auratnya dengan sempurna. Lebih bangga menjalankan ekonomi
kapitalis dengan konsep ribanya dan menolak sistem ekonomi Islam,
dengan alasan kalau menerapkan sistem ekonomi kapitalis lebih banyak
untungnya, atau rajin sholatnya tapi enggan membayar zakat maal.
Inilah pandangan kaum muslimin saat ini tentang penerapan syariat
Islam dalam kehidupan. Keimanannya kepada Islam hanya dalam masalah
peribadatannya, tetapi kufur dalam syariat yang lain (kehidupan). Padahal
perintah menegakkan kewajiban sholat berarti juga perintah wajib untuk
tunduk dan taat kepada syariat Allah yang lain. Sholat seperti inilah yang
dikatakan memiliki pengaruh dalam dimensi sosial individu muslim.
Sholat yang mampu mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar.
Sholatnya seorang mukmin memilki unsur ruhiyah di dalamnya,
dia mengetahui secara pasti bahwa Allah SWT selalu mengawasinya
dalam setiap gerakan dan bacaan sholatnya. Sehingga dia pun berusaha
menghadirkan jiwa yang khusyu‟ ketika sholat. Tidak terburu-buru ketika
sholat tetapi dengan khusyu dan sabar dia menyelesaikan setiap rukun-
rukun sholat sampai seluruh rukunnya terpenuhi dengan sempurna.
45
Pun demikian dalam kehidupan sehari-harinya. Ketika seorang
bersaksi dalam sholat bahwa tidak ada illah (Tuhan) yang patut disembah
kecuali Allah, sesungguhnya dia telah mengesakan Allah dalam
penghambaan maupun dalam pensucian serta menafikkan secara pasti
penghambaan terhadap selain Allah dalam bentuk apa pun, baik berupa
materi, kesenangan dunia, atau peraturan hukum-hukum kufur. Seorang
mukmin yang sholat pasti akan memilih dengan benar pekerjaan apa yang
bisa dia lakukan untuk memberi nafkah keluarganya . Bukan hanya dari
sisi besarnya materi yang didapat tetapi juga halal dan haramnya pekerjaan
itu.
Ketika dia diberi amanah memegang jabatan maka seorang
mukmin yang sholat akan menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.
Dia tidak akan berani menyelewengkan dan menyalahgunakan
kekuasaannya untuk mencuri uang rakyat yang bukan menjadi haknya.
Semua ini dilakukannya karena dia menyadari bahwa pada hari kiamat
nanti ia akan dihidupkan kembali oleh Allah dan akan dihisab terhadap
amal perbuatannya selama di dunia, termasuk amanah jabatan yang
dipegangnya.
Inilah sikap taqwa yang lahir dan dibentuk dalam sholat yang dia
yakini secara pasti tanpa ada keraguan sedikit pun. Kesabaran yang
dibentuk dalam sholat menjadikan pribadinya seorang yang sabar dalam
menjalankan ketaatannya kepada Allah SWT di semua aspek
kehidupannya. Senantiasa tunduk dan taat kepada semua aturan Allah
tanpa ada pengecualian, baik ketika dia dalam sholat ataupun di luar
sholat.
Khotimah
Syariat Islam yang diturunkan Allah SWT adalah sebuah syariat
yang sempurna dan menyeluruh, yang tersusun atas hablumminallah dan
hamblumminnas. Tidak ada kompensasi dalam penjalanan sebuah hukum
satu dengan yang lainnya. Sehingga jangan merasa puas dengan ibadah
mahdoh saja kemudian menyangka di akhirat semuanya beres.
46
Tidak. Setiap orang akan diadili dalam berbagai urusan :
kenegaraan, kemasyarakatan, muamalah, keluarga, dsb, bahkan bisa
hancur lebur amalan sholat dan peribadatan lainnya jika dia jatuh kafir
karena mengkufuri sebagian ayat-ayat Al Qur‟an, meskipun hanya satu
ayat saja. Sebab mengimani sebagian ayat al-Qur‟an dan mengkufuri
sebagian yang lain dihukumi oleh Al Qur‟an sebagai kekufuran yang
nyata. Sebagaimana disebutkan dalam QS. An Nisa 150-151. Dan barang
siapa jatuh kafir sampai dia mati dalam kekafirannya, maka tempatnya
adalah neraka jahannam, kekal di dalamnya. Naudzu billah min dzalik.
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan
oleh Allah SWT. Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini
tidak menjadi masalah karena di dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang
menjelaskan secara terperinci mengenai praktek shalat. Tugas dari seorang
muslim hanyalah melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir,
semua perbedaan mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar
karena masing-masing memilki dasar dan pendafaatnya masing-masing dan
tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya
memiliki paidah untuk kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di
perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah satu paidahnya yakni supaya umat
islam selalu mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan manfaat yang
lainnya yakni bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.
Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat”
dengan waktu yang cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di
dunia maupun akherat kelak, kami memohon maaf apbila dalam pemaparan yang
kami sampaikan ini terdapat banyak kesalahan dalam makalah ini, kami juga
mengharapkan kritik dan sarann yang sifatnya membangun untuk makalah-
makalah kami selanjutnya.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca terutama pada dosen mata kuiah ini, agar dapat
pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Atas kritik dan saranya,
penulis ucapkan terima kasih.
48
DAFTAR PUSTAKA
Syukur, Amin. 2003. Pengantar Studi Islam. Semarang :CV. Bima Sakti.
Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan agama islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Al-Qardhawi, Yusuf. 1993. Konsep Ibadah Dalam Islam. Surabaya:Central
Media:1993.
Hasbi ash Shiddieqy, Hasbi. 1991. Kuliah Ibadah. Yogyakarta: Bulan Bintang.
Shalih Su‟ad, Ibrahim. 2011. Fiqih Ibadah. Jakarta: Amzah.
Abduh Al manar, Abduh. 1999. Ibadah dan Syari‟ah. Surabaya: PT. Pamator.
WJS. Poerwadarminta, WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Zar, Sirajudin. 2004. Filsafat Islam, Filsuf dan Filsafatnya. Jakarta: Raja
Grafindo.
Koto, Alaiddin. 2012. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Al-Qurdlawi, Yusuf. 2000. Fiqih Ibadah.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Al Jurjawi, Ali Ahmad. 1994. Hikmatut Tasyri‟ wa Falsafatuhu. Baerut: Daarul
Fikr.
Rifa‟I Muh, Rifa‟i. 1999. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT.
Karya Toha Putra.
http://studymuslim.blogspot.co.id/2012/02/pengertian-shalat-hukum-syarat-
rukun.html
Ayyub, Syaikh Hasan. Terjemah Fiqh Ibadah.Terj. Abdul Rosyad.Jakarta:
PUSTAKA AL- KAUTSAR,2004.
Azzam, Abdul Aziz Muhammad. Fiqh Ibadah. Jakarta: Azmah, 2009.
Ni‟am, Syamsun. Pendidikan Agama Islam. Semarang: Aneka Ilmu, 2004.
Rifa‟i, MOH. Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: Toha Putra, 2006.
Ulfah, Isnatin. Fiqh ibadah. Ponorogo: STAIN Po press, 2009
Rasjid, Sulaiman. 2009. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Syafi‟i, M. Pedoman Ibadah. Surabaya: ARKOLA
Darajat, Zakiyah. 1995. Ilmu Fiqh. Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf
Jawwad, Muhniyah. Muhammad. 2006. Fiqh Lima Madzhab. Jakarta: Lentera
49