D III KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA
Jl. Cilolohan No.35, Kahuripan, Tawang, Tasikmalaya, Jawa Barat 46115
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar
glukosa darah melebihi batas normal. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali maka
akan menimbulkan komplikasi-komplikasi yang dapat berakibat fatal, termasuk penyakit
jantung, ginjal, kebutaan, dan mudah terkena ateroskelosis.
Gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, lemas, dan berat badan turun
(meskipun nafsu makan meningkat), hiperglekimia, dan glukosuria. Gejala lain yang
mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan impoten pada
pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita, biasanya diabetes muncul pada usia
diatas 40 tahun dan anak-anak yang masing-masing berlainan sifatnya.
Jika tidak ditangani secara cepat dan tepat, dalam jangka panjang diabetes dapat
menimbulkan berbagai komplikasi. Jika tidak waspada, DM bisa mengakibatkan gangguan
pembuluh darah otak (stroke), pembuluh darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh
darah jantung (penyakit jantung koroner), pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), pembuuh
darah kaki (luka yang sukar sembuh/gangren).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umun
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah gambaran dari asuhan keperawatan
terhadap klien dengan diagnosa medis diabetes melitus dalam praktek nyata di
lapangan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian sampai
pendokumentasian.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus melaksanakan asuhan keperawatan melalui adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Diabetes Melitus
2. Menentukan diagnosis keperawatan yang muncul.
3. Menetukan perencanaan keperawatan.
4. Memberikan implementasi keperawatan yang sesuai dengan rencana.
5. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan.
6. Membuat dokumentasi hasil asuhan keperawatan.
C. Sistematika Penulisan
Karya Tulis ini terdiri dari 4 (empat) Bab yang disusun secara berurutan yaitu:
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan, dan sistematika
penulisan.
BAB 2 : TINJAUAN TEORI
a. Konsep Dasar Penyakit : Definisi, anatomi fisiologi, epidemiologi, etiologi,
gejala klinis, patofisiologi, klasifikasi, pemeriksaan diagnostik, prognosis dan
penatalaksanaan.
b. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan: Pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi
keperawatan.
BAB III : TINJAUAN KASUS
Hasil asuhan keperawatan yang meliputi : Gambaran kasus, analisa data, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : PENUTUP
Penutup yang terdiri dari Kesimpulan
BAB II
TINJAUAN TEORI
3. Epidemiologi
Angka rawat inap bagi penderita diabetes adalah 2,4 kali lebih besar pada
orang dewasa dan 5,3 kali lebih besar pada anak-anak bila dibandingkan dengan
populasi umum. Separuh dari kaseluruhan penderita diabetes yang berusia lebih
dari 65 tahun dirawat dirumah sakit setiap tahunnya.
4. Etiologi
Diabetes tipe 1
a. Faktor –faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I.
b. Faktor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Respon ini
merupakan respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor –faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor
genetik, imunologi dan lingkungan dalam etiologi diabetes tipe I merupakan
pokok perhatian riset yang terus berlanjut.
Diabetes tipe II :
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Selain itu terdapat pula faktor-faktor tertentu :
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik
Selain itu, terdapat beberapa faktor pencetus dari diabetes sebagai berikut :
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka
tubuh bersama mendapat peleburan zat dari bagian tubuh yang lain yaitu lemak
dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan
memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di
jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan
akan tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin.Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
6. Patofisiologi
Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukagon
meningkat sehingga terjadi pemecahan gula baru (Glukoneogenesis) yang
menyebabkan metabolisme lemak meningkat kemudian terjadi proses pembentukan
keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma akan
menyebabkan ketonuria (keton didalam urine) dan kadar natrium menurun serta PH
serum menurun yang menyebabkan asidosis. Difisiensi insulin menyebabkan
penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun sehingga kadar glukosa darah
dalam plasma tinggi (hiperglikemia).
Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul
glikosuria. Glukosuria ini akan menyebabkan deuresis osmotik yang meningkatkan
pengeluaran kemih (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi
dehidrasi. Glukosuria menyebabkan keseimbangan kalori negatif sehingga
menimbulkan rasa lapar (polifagfi).Penggunaan glukosa oleh sel menurun
mengakibatkan produksi metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh
menjadi lemah.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil (arteri kecil)
sehingga suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang akan
menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh . Karena suplai makanan dan oksigen
tidak adekuat yang mengakibatkan terjadinya infeksi dan terjadi ganggren atau
ulkus.
Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran ke retina menurun sehingga
suplai makanan dan oksigen berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur. Salah
satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur
dan fungsi ginjal sehingga terjadi nefropati. Diabetes mempengaruhi saraf – saraf
perifer, sistem saraf otonom dan sistem saraf pusat sehingga mengakibatkan
neuropati. (Price, 2000).
7. Klasifikasi
1) Non obesitas
2) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,
tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer. Biasanya terjadi
pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas. Diabetes tipe II
sering dijumpai dari tipe I, dan kira-kira ditemukan sebanyak 90% dari kasus
diabetes militus. Pada kebanyakan kasus, onset diabetes mellitus tipe II terjadi
diatas umur 30, sering kali diantara usia 50 dan 60 tahun, dan penyakit ini
timbul secara perlahan-lahan. Oleh karena itu, sindrom ini sering disebut sebagai
onset-dewasa. Akan tetapi, akhir-akhir ini dijumpai peningkatan kasus yang
terjadi pada individu yang berusia lebih muda, sebagian berusia kurang dari 20
tahun dengan diabetes mellitus tipe II. Tren tersebut agaknya berkaitan terutama
dengan peningkatan prevalensi obesitas, yaitu faktor resiko terpenting untuk
diabetes tipe II pada anak-anak dan dewasa.
a) Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya diatas 140mg/dl (SI
7,8 mmol/L) atau
b) kadar glukosa darah sewaktu yang diatas 200mg/dl (SI: 11,1 mmol/l) pada satu
kali pemeriksaan atau lebih. Jika kadar puasanya normal atau mendekati
normal, penegakan diagnosis harus berdasarkan tes toleransi glukosa.
c) Tes Toleransi Glukosa
Tes toleransi glukosa oral merupakan pemeriksaan yang lebih sensitive
daripada tes toleransi glukosa intravena yang hanya digunakan dalam situasi
tertentu (misalnya untuk pasien yang pernah mengalami operasi lambung).
TTGO dilakukan dengan cara pemberian larutan karbohidrat sederhana
beberapa faktor mempengaruhi TTGO yang mencakup metode analisis, sumber
spesimen (darah utuh, plasma atau serum, darah kapiler atau vena).
9. Prognosis
Diabetes yang tidak terkontrol merupakan penyebab utama kebutaan, stadium akhir
penyakit ginjal, dan amputasi anggota tubuh.
10. PENATALAKSANAAN
Konservatif
Secara teoritis, pengobatan diabetes mellitus tipe I adalah dengan
memberikan insulin secukupnya sehingga metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein pada pasien dapat senormal mungkin. Insulin tersedia dalam berbagai
bentuk. Insulin “regular” mempunyai durasi kerja yang lamanya 3-8 jam,
sedangkan insulin dalam bentuk lainnya (yang dipresipitasikan dengan seng atau
dengan berbagai derivate protein) diabsorpsi secara lambat dari tempat
penyuntikannya dan oleh karena itu mempunyai efek yamg lamanya 10-48 jam.
Biasanya, pasien diabetes tipe I yang berat seiap harinya diberi dosis tunggal
insulin yang mempunyai daya kerja untuk meningkatkan seluruh metabolism
karbohidrat setiap hari.
Pada orang dengan diabetes tipe II, diet dan olahraga biasanya
direkomendasikan untuk menurunkan berat dan mengurangi resistensi insulin. Jika
upaya tersebut berhasil, obat-obatan dapat diberikan untuk meningkatkan sensivitas
atau untuk merangsang produksi insulin didalam pankreas.
Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu :
a. Obat hipoglikemik oral
1) Sulfoniluera
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya lebih sedikit.
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah
normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin.Obat ini dianjurkan
untuk pasien gemuk (indek masa tubuh/IMT >30) sebagai obat tunggal.
Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan
obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor a glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim a glukosidase
didalam saluran cerna, sehingga menurunkan hiperglikemia pascprandial.
b. Insulin
Insulin diperlukan dalam keadaan :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang desertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali
Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
Efek samping terapi insulin:
1) Terjadinya hipoglikemia
2) Reksi imun insulin yang dapat menyebabkan alergi insulin atau resistensi
insulin
Cara penyuntikan insulin:
1) Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan),
dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap permukaan kulit.
2) Pada keadaan khusus diberikan intramuscular atau intravena secara bolus atau
drip.
3) Terdapat sediaan insulin campuran (mixed insulin) antara insulin kerja
pendek dan kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang tertentu.
Apabila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau diperlukan
perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara
kedua jenis insulin tersebut.
4) Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara penyimpanan terjamin,
semprit insulin dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh diabetes
yang sama.
Operatif
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat
hyperglikemik oral dan insulin. Pada penderita dengan diabetes mellitus harus
rantang gula dan makanan yang manis .
Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah,jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J1 : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan
1) Perencanaan diet
Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut:
a) Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vtamin dan mineral)
b) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai
c) Memenuhi kebutuhan energi
d) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan
mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara
yang aman dan praktis
e) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar meningkat.
2) Latihan
Manfaat dilakukannya latihan bagi penderita diabetes :
a) Mengendalikan kadar glukosa darah
b) Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
c) Membantu mengurangi stress
d) Memperkuat otot dan jantung
e) Meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL)
f) Membantu menurunkan tekanan darah
3) Pemantauan
Pada penderita diabetes diperlukan pemantauan kadar glukosa darah secara
mandiri agar tidak terjadi komplikasi yang nantinya menimbulkan akibat yang
fatal, penderita diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk mengendaliakan
kadar glukosa darah secara optimal. Cara ini memungkinkan deteksi dan
pencegahan hipoglikemia dan hiperglikemia, dan berperan dan menentukan
kadar glukosa darah normal yang kemungkinan akan mengurangi akan
mengurangi komplikasi diabetes jangka panjang.
4) Terapi (jika diperlukan)
Dengan memberikan insulin secukupnya sehingga metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein pada pasien dapat senormal mungkin.
5) Pendidikan
Edukasi diabetes adalah pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan
bagi penderita DM dengan tujuan merubah perilaku pasien untuk meningkat
pengetahuan pasien dalam mengatasi penyakitnya. Pendidikan awal akan
membahas pentingnya konsistensi atau kontinuitas pada kebiasaan makan,
hubungan antara makanan dengan insulin, dan adanya rencana makan yang
sesuai dengan kebutuhan masing.
1. Pengkajian
Pemeriksaan fisik
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
Kriteria hasil :
Tanda vital stabil
Nadi perifer dapat diraba
Turgor kulit dan pengisian kapiler baik
Haluaran urine tepat secara individu
Kadar elektrolit dalam batas normal
No Intervensi Rasional
1 Kaji faktor risiko riwayat penyakit Mengetahui faktor pemberat agar tidak
keluarga, kurang pengetahuan terjadi ketidakstabilan gula darah secara
tentang glukosa darah, gangguan berulang.
pola makan, dan olahraga.
2 Anjurkan pasien untuk Untuk memantau kadar gula darah
memeriksakan kadarglukosa darah
secara rutin, waktu dan dosis obat,
diet, aktivitas
3 Libatkan keluarga pasien untuk Memberikan informasi pada keluarga
perencanaan makan untuk memahami kebutuhan nutrisi
pasien
4 Identifikasi persepsi dan harapan Meberikan motivasi kepada klien
klien tentang pengobatan yang tentang harapan kesembuhan klien.
sedang dilakukan
5 Ajari klien untuk mengembangkan Kestabilan gula darah tidak hanya
strategi pencegahan untuk diperoleh dari pengobatan tetapi dari
menjaga ketidakstabilan gula pencegahan yang dilakukan klien.
darah
6 Berikan pengetahuan pada klien Mengurangi ansietas terhadap kondisi
tentang kondisi dan pengobatan dan pengobatan yang dilakukan
yang sedang dilakukan
7 Kolaborasi Konsultasikan dengan Membantu
ahli gizi tentang diet yang tepat menyeimbangkan/mengontrol kadar
untuk diabetes tipe I gula darah
4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi
a) Cairan terpenuhi, tidak terjadi dehidrasi
b) Kekurangan nutisi dapat diatasi, kontrol berat badan teridentifikasi
c) Tidak terjadi ketidakstabilan gula darah
d) Resiko terjadinya infeksi dapat dicegah.
e) Pasien tidak mengalami resiko injuri
f) Pasien memahami tentang penyakitnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Laporan Kasus
1. PENGKJIAN
a. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.K
Umur : 51 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Manonjaya, Sukadana Ciamis
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
No Register : 0606554
Diagnosa Medis : Ulkus Pedis Sinistra dengan gangren gas
Tanggal Masuk : 25 November 2019
Tanggal Pengkajian : 29 November 2019
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn .W
Umur : 58 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wirausaha
Hub dengan pasien : Suami
Alamat : Dusun Manonjaya, Sukadana Ciamis
f. DATA BIOLOGIS
1. Penampilan umum
P : 82 x/menit S : 39,2OC
BB : 50 Kg TB : 155 Cm
NO ADL DI RUMAH DI RS
1. Nutrisi
a. Makan
- Jenis menu Nasi, sayur, daging, tahu Bubur, telur, sayur
tempe
- Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
- Porsi
1/3 porsi 4 sendok makan
- Pantangan
- Keluhan Makanan manis -
- Mual
b. Minum
- Jenis menu Teh manis, kopi, air Bening, Air bening
jus
- Frekuensi 1 botol 2 botol
- Jumlah
1,5 liter 3 liter
- Pantangan
- Keluhan Kopi, teh manis -
- -
2. Istirahat dan Tidur
a. Malam
- Berapa jam 8 jam 8 jam
- Dari jam ...s/d... 21.00-05.00 21.00-05.00
- Kesukaran tidur - -
b. Siang
- Berapa jam 1 jam 2 jam
- Dari jam...s/d... 13.00-14.00 13.00-15.00
- Kesukaran - -
3. Eliminasi
a. BAK
- Frekuensi 5-6 x/hari 10 x/hari
- Jumlah 2000 ml 4000 ml
- Warna Kuning jernih Kuning jernih
- Bau
Khas Khas
- Kesulitan
- -
b. BAB
- Frekuensi 1 x/hari 1 x/hari
- Konsistensi Lembek Lembek
- Warna Kuning Hitam
- Bau Khas Khas
- Kesulitan
- -
4. Personal Hygiene
a. Mandi
- Frekuensi 2 x/hari 1 x/hari
- Sabun Sabun batang -
- Gosok gigi 2 x/hari 1 x/hari
b. Berpakaian
- Ganti pakaian 2 x/hari 1 x/hari
5. Mobilitas dan Aktivitas
- Aktivitas Aktivitas Ringan Berbaring, miring
(Membereskan rumah) kanan, miring kiri,
tidur dan makan
- Kesulitan Luka pada kaki Luka pada kaki
Infus = 1000 cc
Feses = 100 cc
IWL = 15 x BB / 24
IWL = 15 x 50 / 24
= 31 cc
g. Sistem Genitourinaria
1) Inspeksi : Tidak terpasang kateter
2) Palpasi : Tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada nyeri tekan di
bagian kostravetebral
2. Terapi
Cefotaxime 1x2
Ranitidin 2x1
Ondansentron 2x1
Kalnex 3 x 500 mg
Metronidazole 3 x 500 mg
Sansulin 1 x 16
Paracetamol 3 x 500 mg
Novaron Antalgin 3 x 1 tablet
ANALISA DATA
Mual
DS : - Klien mengatakan DM tipe I Kerusakan integritas
luka dari hari ke jaringan
hari semakin
bertambah parah Reaksi auto imun
dan melebar serta
basah
Sel beta pankreas ancur
DO : - Tampak luka pada
bagian kaki kiri
pada bawah tungkai
- Kondisi luka basah Defisiensi insulin
- Bentuk luka
melebar mendalam
- Terdapat jaringan Hiperglikemia
nekrotik
Kematian jaringan
Luka DM
Nekrosis luka
Gangren
Kerusakan integritas
jaringan
DS : Klien mengatakan DM tipe I Hipertermi
panas pada seluruh tubuh
Metabolisme terganggu
Proses infeksi
Hipertermi
DS : - Klien mengatakan DM tipe I Nyeri akut
nyeri pada sekitar
luka, nyeri bertambah
ketika ditekan Reaksi auto imun
disekitar luka, nyeri
seperti ditusuk-tusuk,
nyeri dirasakan pada Sel beta pankreas hancur
atas tungkai kaki kiri
Nekrosis luka
Gangren
Nyeri akut
A : Mual
A : Hipertermi
P : Lanjutkan Intervensi 1, 3, 4
TTD Pelaksana
A : Nyeri akut
P : Lanjutkan intervensi 3,4
I : - Menganjurkan klien untuk menggunakan
obat-obatan penurun nyeri yang adekuat
R : Setekah 1 jam diberi obat klien
mengatakan nyeri sedikit berkurang
Dalam seminar kasus dengan gangguan Sistem Endokrin Diabetes Melitus, Pada
Ny. K yang berusia 51 Tahun yang berasal dari Dusun Margajaya Ciamis . pada tanggal
25 November 2019 klien di rawat di ruang Dahlia Lt. 2 lalu dipindahkan ke ruang
Wijaya Kusuma Lt. 2 pada tanggal 27 November 2019 dengan Diagnosa Medis Ulkus
Pedis Sinistra dengan Gangren gas.
1. Mual b.d Gula darah meningkat d.d sensasi muntah, menyernyitkan dahi dan
tampak lemas.
Diagnosa ini muncul karena pada penderita DM Tipe 1 gula darah meningkat dan
dapat merusak saraf otononom pencernaan (saraf vagus), maka gerakan otot
lambung terganggu dan pergerakan makanan menjadi lebih lambat kemudian asam
lambung meningkat dan akhirnya klien merasa mual, dengan DO yang didapatkan:
- Klien tampak ada sensasi muntah
- Mengernyitkan dahi
- Tampak lemas
4. Nyeri akut b.d luka DM ditandai dengan klien tampak menahan nyeri
Diagnosa ini muncul karena pada penderita DM Tipe I gula darah meningkat dan
dapat merusak saraf otononom pencernaan (saraf vagus), maka gerakan otot
lambung terganggu dan pergerakan makanan menjadi lebih lambat kemudian asam
lambung meningkat dan akhirnya klien merasa mual, dengan DO yang didapatkan:
KESIMPULAN
Pada kesimpulanya penderita DM yang memiliki luka gangren ataupun tidak harus
mengubah gaya hidup dan pola asupan nutrisi yang sehat, dikarenakan apabila segera
tidak diubah maka dapat terjadi berbagai komplikasi yang berkelanjutan seperti Luka
Gangren yang meluas disertai jaringan nekrotik, nanah dan berbau, atherosklerosis dan
Gangguan Vaskuler lainya.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Nanda Internasional . 2011. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Edisi 8,Volume 2.
Jakarta : EGC.