Anda di halaman 1dari 14

PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

M3P-01

STUDI BATUAN VULKANIK PERBUKITAN SEPULUHRIBU, KOTA


TASIKMALAYA DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT
Hernanda Danar Dono1*, Lucas Donny Setjadji1
1
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl.Grafika No.2 Bulaksumur, Yogyakarta,
Indonesia, Tel. 0274-513668, *Email: hernanda.danar.dono@gmail.com
Diterima 18 Oktober 2014

Abstrak
Perbukitan Sepuluhribu yang berada Kota Tasikmalaya dan sekitarnya merupakan suatu bentukan
perbukitan bergelombang (hummocky hills) yang terdiri dari bukit-bukit kecil dengan diameter 10-100
m dan tinggi 10-150 m. Banyak peneliti terdahulu menginterpretasikan bahwa seluruh batuan
penyusun perbukitan ini tersusun oleh hasil longsoran Gunung Galunggung (sector collapse) yang
menurut Bronto (1989) terjadi sekitar 4200 tahun yang lalu. Namun, berdasar pada data singkapan
terbaru yang didapat di lapangan, terdapat batuan-batuan yang diyakini bukan berasal dari produk
longsoran Galunggung. Untuk itu dilakukan penelitian untuk melakukan pemetaan batuan vulkanik di
Perbukitan Sepuluhribu secara lebih detail. Pada pemeriaan singkapan batuan di lapangan, ditemukan
singkapan intrusi, perlapisan skoria-lapili-tuf, breksi autoklastika dan struktur geologi seperti kekar
tektonik dan sesar yang seharusnya tidak terdapat pada batuan hasil longsoran. Analisa geokimia dan
petrografi dilakukan pada batuan-batuan tersebut untuk dibandingkan dengan hasil analisa peneliti
terdahulu. Hasil perbandingan tersebut menunjukan batuan vulkanik yang diduga insitu memiliki
komposisi mineralogi yang lebih basaltik. Hasil plot pada diagram geokimia juga menunjukan titik
plot yang berbeda dengan data peneliti terdahulu. Berdasar pada data lapangan dan analisis tersebut,
dibuat satuan batuan di Perbukitan Sepuluhribu berdasar asal batuannya. Batuan vulkanik di
Perbukitan Sepuluhribu tidak hanya tersusun oleh endapan lahar dan endapan hasil longsoran saja,
namun juga terdapat batuan vulkanik insitu yang dapat dikelompokkan menjadi lima batuan
vulkanik, : batuan vulkanik Situgede, batuan vulkanik Asasutra, batuan vulkanik Cintaraja, batuan
vulkanik Rancamacan dan batuan vulkanik Cipasung. Singkapan batuan vulkanik insitu tersebut
memiliki ukuran kecil dan terpisah-pisah, yang mengindikasikan merupakan hasil vulkanisme yang
relatif kecil ukurannya dan terpisah-pisah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa minimal terdapat tiga
interpretasi pusat erupsi insitu di Perbukitan Sepuluhribu dan sekitarnya yang diduga menjadi sumber
batuan vulkanik insitu, yaitu : Gunung Asasutra, Maar Situgede, dan Gunung Cipasung. Sedangkan
dua pusat erupsi lainnya diyakini ada namun tidak diketahui letak dan karakteristiknya karena
keterbatasan singkapan yang ada di lapangan.

Kata Kunci : Perbukitan Sepuluhribu Tasikmalaya, Perbukitan Bergelombang, sector collapse, debris
avalanche, batuan vulkanik.

Pendahuluan
Perbukitan Sepuluhribu terletak di sekitaran kota Tasikmalaya, Jawa Barat merupakan suatu
topografi bergelombang yang telah banyak dilakukan penelitian. Berdasar penelitian tersebut
seluruhnya mengidentifikasi bahwa Perbukitan Sepuluhribu merupakan hasil longsoran
Gunung Galunggung (sector collapse) yang menurut Bronto (1989) terjadi 4200±150 tahun
yang lalu. Namun, berdasar data singkapan terbaru yang terdapat di lapangan karena aktivitas
penambangan, terdapat singkapan batuan yang karakteristik batuannya berbeda dengan

592
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

endapan longsoran yang terdiri dari debris avalanche deposit. Sehingga penelitian batuan
vulkanik Perbukitan Sepuluhribu ini menarik untuk dilakukan.
Maksud dan Tujuan
Penelitian ini bermaksud untuk melakukan deksripsi dan studi batuan vulkanik Perbukitan
Sepuluhribu secara lebih detail, sedangkan tujuannya adalah melakukan pemetaan batuan
vulkanik Perbukitan Sepuluhribu berdasar ada pada asal batuannya. Berdasar maksud dan
tujuan tersebut, hasil dari penelitian adalah peta geologi yang dibuat berdasar asal sumber
materialnya, yang kemudian akan dibuat laporan secara sistematis.

Hipotesis
Berdasar pada pengumpulan data lapangan yang dibandingkan dengan dasar teori dan
penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis :
1. Tidak seluruh batuan vulkanik yang menyusun Perbukitan Sepuluhribu merupakan hasil
longsoran Galunggung.
2. Terdapat sumber erupsi (gunung api) di Perbukitan Sepuluhribu yang morfologinya
sekarang sudah tidak terlihat lagi

Metode Penelitian
Dalam menjawab tujuan dan hipotesis penelitian, maka metode penelitian yang dilakukan
adalah studi pustaka-interpretasi pra lapangan - observasi awal - perumusan masalah dan
hipotesis – pengumpulan data lapangan - tahapan analisis meliputi determinasi asal batuan,
analisa petrografi dan analisa geokimia-penyusunan peta geologi - pembahasan dan
penyusunan laporan. Tahapan pengumpulan data lapangan merupakan tahapan paling kritis,
karena deskripsi detail singkapan batuan akan digunakan dalam penentuan asal batuan
sehingga ditabulasikan dengan tabel. Tabulasi tabel pengamatan lapangan akan
diintegrasikan dengan dasar teori, data analisa petrografi dan analisa geokimia sehingga dapat
digunakan dalam pertimbangan asal batuan.
Pertimbangan asal batuan kemudian akan menjadi dasar dalam penentuan peta geologi
yang akan dibuat berdasar pada sumber materialnya. Penamaan satuan batuan tersebut akan
mempertimbangkan nama lokasi atau sumber materialnya. Kemudian dibuat profil sayatan
geologi untuk memeperjelas kedudukan dan stratigrafi masing-masing batuan, sehingga
penyusunan laporan akan lebih sistematis dan baik. Hasil dari laporan diarapkan dapat
menjawab maksud tujuan penelitian dan hipotesis yang diajukan.

Pengutaraan Data
Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi empat satuan, yaitu : satuan kaki gunung api,
satuan dataran gunung api, satuan perbukitan bergelombang (hummocky hills), dan satuan
dataran fluvial. Satuan ini didasarkan pada topografi dan geometri yang ada, satuan dataran
gunung api merupakan yang pelamparannya paling luas di daerah penelitian.
Hasil pengumpulan data lapangan yang ditabulasikan dalam tabel dengan beberapa
parameter penting seperti yang terlihat di Tabel 1. Hasil tabulasi data berupa tabel deksripsi
pengamatan lapangan dapat dilihat pada lampiran. Peneliti membuat 160 lokasi pengamatan
yang merata penyebarannya di daerah penelitian, dan dari tabel hasil pengumpulan data
lapangan menunjukan bahwa singkapan batuan di daerah penelitian terdiri dari perlapisan
skoria-lapili-tuf, intrusi, lava, block ash debris avalanche deposit dan endapan lahar. Selain
parameter tersebut, terdapat juga strukutur geologi berupa kekar tektonik, kekar akibat
longsoran (jigsaw cracks) dan sesar yang ditemukan di daerah penelitian. Hasil pengumpulan

593
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

data lapangan tersebut akan dijadikan dasar dalam penentuan asal batuan yang akan dibahas
detail dalam bab hasil kajian dan pembahasan.
Struktur geologi yang ditemukan di daerah penelitian antara lain sesar turun, sesar geser
dan kekar yang meliputi kekar tektonik dan kekar longsoran (jigsaw cracks). Sesar baik turun
ataupun geser yang ditemukan di daerah penelitian tidak membentuk kelurusan yang masif,
sehingga geometri sesar yang ada umumnya tidak panjang dan lokal saja penarikannya.
Kekar tektonik umumnya memiliki orientasi yang baik dan teratur, ditemukan pada
perlapisan skoria-lapili-tuf (lihat Gambar 4). Sedangkan kekar longsoran (jigsaw cracks)
memiliki arah yang tidak teratur, saling potong-memotong, terbuka dan ditemukan pada blok
lava yang berukuran cukup besar yang mengindikasikan bahwa itu merupakan hasil
longsoran.
Analisis petrografi dilakukan pada 42 sampel batuan yang meliputi sampel lava, intrusi,
fragmen breksi dan skoria-lapili-tuf. Dari analisa yang dilakukan, sebagian besar nama
batuan beku koheren adalah basal piroksen, sebagian kecil andesit piroksen. Sampel lapili-tuf
yang dianalisa menunjukan nama crystall tuff dan sampel skoria menunjukan nama basal
piroksen. Semua sampel intrusi merupakan basal piroksen. Tekstur trachytic umum dijumpai
di sampel lava dan intergranular-intersertal pada intrusi. Mineral yang umum dijumpai adalah
fenokris berupa plagioklas, olivin, klinopiroksen, ortopiroksen, mineral opak, kadang terdapat
hornblende yang tertanam pada massa dasar mikrolit plagioklas dan gelas vulkanik. Mineral
ubahan seperti klorit, kalsit, lempung juga umum dijumpai pada analisa petrografi, terutama
pada lava dan fragmen breksi yang diambil dari endapan lahar.
Peneliti melakukan analisa geokimia pada sampel batuan yang masih segar di daerah
penelitian, meliputi intrusi, lava, breksi autoklastika dan satu sampel yang berasal dari tubuh
Galunggung. Hasil dari analisa tersebut kemudian diplotkan dalam berbagai grafik yang yang
dianggap dapat memberi informasi geokimia batuan. Hasilnya seluruh sampel batuan yang
diambil dari Perbukitan Sepuluhribu merupakan basal seri Low-K Tholeeite, sedangkan
sampel dari tubuh Galunggung memiliki kandungan SiO2 yang paling tinggi dan termasuk
dalam seri andesit basaltik seri Low-K basaltic andesite.
Diagram plot untuk beberapa sampel lain menunjukan trens yang cukup acak, namun
umumnya sampel batuan Perbukitan Sepuluhribu memiliki nilai SiO2 yang relatif rendah,
kandungan unsur mafik (Al2O3,FeO, MnO, TiO2, P2O5,CaO) yang cukup tinggi. Sedangkan
nilai MgO relatif rendah yang mengindikasikan magma telah berevolusi dari magma
primernya.

Hasil Kajian dan Pembahasan


Berdasar pada tabel hasil pengumpulan data lapangan yang diintegrasikan dengan dasar teori
dan penelitian terdahulu di tempat lain, maka dideterminasi asal batuannya. Hal ini
mempertimbangkan kenampakan di lapangan antara lain :
1. Keberadaan batuan koheren berupa intrusi dan lava. Intrusi di daerah penelitian yang
memiliki kondisi segar, struktur batuan yang masih terjaga baik dan tidak mengalami
fragmentasi kuat berupa jigsaw cracks dimungkinkan bukan berasal dari longsoran
Galunggung, karena seharusnya memiliki fragmentasi dan kondisinya telah lapuk karena
berumur tua.
2. Keberadaan batuan fragmental berupa perlapisan skoria-lapili-tuf yang berlapis baik,
kondisinya masih segar, dan tidak mengalami kehancuran struktur batuan. Pada dasar
teori disebutkan bahwa batuan yang berukuran halus akan hancur akibat pergerakan
batuan. Perlapisan skoria-lapili-tuf tebal dan berlapis baik, dimungkinkan bukan berasal
dari longsoran Galunggung. Selain itu, erupsi Galunggung pada 1982/83 menghasilkan
endapan piroklastika jatuhan yang tipis di daerah Kota Tasikmalaya.

594
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

3. Keberadaan struktur geologi berupa sesar dan kekar tektonik. Pada batuan yang
ditemukan sesar maupun kekar tektonik dengan arah yang terorientasi baik dimungkinkan
memiliki genesa yang berbeda dengan longsoran Galunggung yang memiliki jigsaw
cracks tidak teratur pada fasies bloknya dan tidak memiliki struktur geologi pada fasies
matriksnya.
4. Keberadaan breksi autoklastika yang seharusnya tidak ditemukan di batuan hasil
longsoran Galunggung, kriptodome di Galunggung telah hancur seluruhnya oleh erupsi
antara 1894-1982/83, sehingga tidak mungkin tertransport dalam keadaan masih utuh
sampai daerah penelitian.
5. Block and ash deposit dan endapan lahar yang dapat diamati di lapangan secara deskriptif
merupakan hasil longsoran dan reworked batuan vulkanik Galunggung.
Setelah dilakukan penyortiran, maka didapat beberapa lokasi pengamatan yang memiliki
batuan yang diduga bukan dari longsoran Galunggung (lihat Tabel 2).
Proses berikutnya adalah sampel batuan yang diduga insitu tersebut dilakukan analisis
petrografi dan dibandingkan dengan data petrografi peneliti terdahulu. Dari perbandingan
tersebut terdapat perbedaan antara lain : sampel intrusi di daerah penelitian semua basal,
sementara intrusi di dinding kaldera Galunggung ada yang andesit. Tekstur fragmen breksi
bukan berasal dari lava berdasar pada tekstur batuan, skoria dan lapili tuf yang memiliki
karakteristik masih panas saat terendapkan.
Data geokimia juga dibandingkan dengan peneliti terdahulu melalui diagram plot. Dari
analisa tersebut, diketahui bahwa sampel batuan intrusi, lava dan breksi autoklastika yang
diduga insitu di Perbukitan Sepuluhribu kurang mengalami diferensiasi yang signifikan bila
dibandingkan dengan magma Old Galunggung, karena kandungan SiO2 yang relatif rendah
dan kandungan unsur seperti K2O dan Na2O yang relatif lebih rendah. Unsur-unsur mafik
juga kandungannya relatif lebih tinggi bila dibandingkan yang ada di Old Galunggung.
Batuan dari Gunung Galunggung relatif tersebar acak titik plotnya, yang berarti
komposisinya cukup beragam. Sedangkan batuan yang diduga insitu relatif seragam titik
plotnya lihat Gambar 5.
Dari hasil kajian tersebut, diyakini lokasi pengamatan yang diduga insitu tadi memanglah
bukan berasal dari longsoran Galunggung karena perbedaan karakteristik fisik, mineralogi
batuan serta kandungan unsur geokimianya. Berdasar integrasi pada data-data tersebut, maka
peneliti membuat peta geologi daerah penelitian berdasar pada sumber materialnya, berikut
hasil peta geologi yang dapat dilihat di Gambar 7.
Berdasar pada peta dan hasil profil sayatan tersebut didukung kenampakan lapangan,
maka disusunlah stratigrafi batuan vulkanik daerah penelitian sebagai berikut yang disusun
dari atas ke bawah, sesuai dengan urutan umurnya (termuda-tertua) :
 Endapan lahar yang merupakan satuan batuan termuda yang ada di daerah penelitian
 Endapan tepra Galunggung periode erupsi 1982/83.
 Block and ash debris avalanche deposit yang merupakan hasil longsoran Galunggung
terdiri dari fasies blok dan fasies matriks.
 Batuan vulkanik Asasutra yang terdiri dari perlapisan skoria-lapili-tuf dan sisipan lava.
 Batuan vulkanik Situgede yang terdiri dari intrusi basal, breksi piroklastik dan breksi
autoklastik.
 Batuan vulkanik Rancamacan yang terdiri dari perlapisan skoria-lapili-tuf dan breksi
piroklastik.
 Batuan vulkanik Cipasung yang terdiri dari intrusi basal dan breksi piroklastik.
 Batuan vulkanik Cintaraja yang terdiri dari intrusi basal dan perlapisan lapili-tuf.
Batuan vulkanik Asasutra, Batuan vulkanik Situgede, Batuan vulkanik Rancamacan,
Batuan vulkanik Cipasung, Batuan vulkanik Cintaraja diyakini merupakan batuan-batuan

595
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

yang insitu namun tidak diketahui umurnya secara pasti karena tidak dilakukan dating
sehingga dianggap seumur.
Batuan-batuan yang diduga insitu tersebut berasal dari magmatisme dan vulkanisme yang
terdapat di daerah penelitian, berdasar pada perbandingan dengan dasar teori dan penelitian di
lokasi lain, peneliti menginterpretasi terdapat tiga pusat erupsi (gunung api) di Perbukitan
Sepuluhribu, Tasikmalaya, yaitu :
1. Gunung Cipasung, merupakan bentukan lava dome dengan kekar tiang ideal dengan
diameter 13 m, struktur kekar tiang ini sangat mirip dengan bagian dalam lava dome,
pusat erupsi ini diperkirakan merupakan suatu gunung api monogenesis tipe freatik-
freatomagmatic volcano dengan erupsi freatik-freatomagmatik yang skema pembentukan
lava dome tersebut dapat dilihat pada Gambar 7.
2. Gunung Asasutra, gunung api tipe small stratovolcano, diinterpretasi berdasar pada
perlapisan-skoria-lapili tebal yang sangat terbatas, profil sayatan geologi telah
menunjukan bentukan morfologi positif gunung api, kemudaian diperkuat dengan adanya
perlapisan lava dan adanya sesar turun radial yang sangat khas di zona sentral gunung api
(lihat Gambar 8 dan 9).
3. Maar Situgede, gunung api tipe maar yang berbentuk depresi dengan diamater sekitar 200
m dengan breksi autoklastika pada bagian tengahnya yang diperkirakan adalah lava
dome. Breksi piroklastik di sekitar depresi diperkirakan adalah produk awal erupsi, akhir
fase erupsi terbentuk lava dome di bagian tengah maar (lihat Gambar 10 dan 11).
Kesimpulan dan Saran
Batuan di daerah penelitian tidak hanya terdiri dari endapan longsoran Galunggung dan
endapan lahar saja, terdapat unit batuan vulkanik diyakini insitu yang berasal dari
magmatisme dan vulkanisme di daerah penelitian. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
setidaknya minimal terdapat tiga pusat erupsi yang diperkirakan ada di daerah penelitian
yaitu: Gunung Cipasung, Gunung Asasutra dan Maar Situgede. Batuan vulkanik Rancamacan
dan batuan vulkanik Cintaraja diyakini insitu dan terbentuk dari suatu vulkanisme, namun
karena keterbatasan data, tidak diketahui keberadaan pusat erupsinya. Dengan ditemukannya
suatu pusat erupsi di daerah penelitian, maka akan mengubah kondisi geologi dan potensi
geologi daerah Perbukitan Sepuluhribu Tasikmalaya. Keberadaan gunung api dapat menjadi
sumber panas dalam untuk potensi panasbumi apabila umurnya masih relatif muda, namun
apabila sudah cukup tua maka bisa menjadi potensi endapan minerak ekonimis. Maka dari
itu, peneliti menyarankan dilakukan dating untuk batuan batuan yang diyakini insitu di
Perbukitan Sepuluhribu, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan dating. Sehingga
hasilnya dating tersebut akan sangat membantu dalam hal penentuan potensi di Kota
Tasikmalaya dan sekitarnya.

Daftar Pustaka
Bronto, S., Geologi Gunung api Purba : Publikasi Khusus, Badan Geologi, Bandung, 2010.
Bronto,S., Vocanic Geology of Galunggung, West Java, Indonesia : A Thesis Submitted In
Partial Fulfiment Of The Requirements For Degree Of Doctor Of Philoshopy In
Geology In The Universisy Of Canterbury, 1989.
Kusumadinata, K., Data Dasar Gunung Galunggung, dalam : Katili, J., Sudrajat, A.dan
Kusumadinata, K., (eds) Letusan Galunggung 1982-1983 : Kumpulan Makalah Hasil
Penyelidikan, Direktorat Vulkanologi, Bandung p 3-13, 1982.
Ponomareva, V., Ivan, V., dan Oleg, V, Journal Of Volcanology and Geothermal
Research : Sector Collapse and Large Landslides on Late Pleistocene- Holocene
volcanoes in Kamchatka, Russia. El Sevier, Amsterdam, 2006.
Schmincke, H.U., Vulcanism, Springer-Verlag, Heidelberg, 2003.

596
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Ui,T., Takarada, S., dan Yoshimoto, M., Debris Avalanche, Academic Press, London, 2000.
Wilson, M., Igneous Petrogenesis: A Global Tectonic Approach, Harper Collins Academic,
London, 1989.
Winter, J.D., An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology, Prenntic Hall, New
Jersey, 2001.
Wirakusumah, A, Geologi Gunungapi Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat, dalam :
Katili, J., Sudrajat, A.dan Kusumadinata, K., 1986, (eds) Letusan Galunggung 1982-
1983 : Kumpulan Makalah Hasil Penyelidikan, Direktorat Vulkanologi, Bandung p 15-
40., 1982.

597
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Tabel 1. Contoh Tabulasi Hasil Pengamatan dan Deskripsi Batuan

Koheren Fragmental Kekar


Block
Stasiun
Tuf- and Endapan Jigsaw Sesar
Pengamatan Intrusi Lava Skoria Tektonik
Lapili Ash Lahar Cracks
Deposit
LD-008-01         
LD-009-01         
LD-045-01         
LD-046-01         
LD-047-01         
LD-048-01         
HD-001-01         
HD-002-01         
HD-002-02         
HD-003-01         
HD-004-01         
HD-004-02         
HD-004-03         
HD-005-01         
HD-006-02         
HD-006-01         
HD-007-01         
HD-008-01         
HD-009-01         
HD-009-02         
HD-010-01         
HD-011-01         
HD-012-01         
HD-013-01         
HD-013-02         
HD-013-03         
HD-013-04         
HD-014-01         
HD-014-02         
HD-010-01         
HD-011-01         
HD-012-01         
HD-013-01         
HD-013-02         
HD-013-03         
HD-013-04         

Keterangan :  :Tidak terdapat keberadaan batuan tersebut di lokasi pengamatan.


 : terdapat keberadaan batuan tersebut di singkapan di lokasi pengamatan

598
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Tabel 2. Lokasi pengamatan yang diduga bukan berasal dari longsoran Galunggung.

Koheren Fragmental
Stasiun Wilayah
Pengamatan
Tuf- Kekar Sesar
Adminitrasi
Intrusi Lava Scoria
Lapili Tektonik
HD-004-01       Rancamacan,
HD-004-02       Desa Karikil,
Kecamatan
HD-004-03       Mangkubumi,
Tasikmalaya.
HD-009-01       Gn. Asasutra,
Desa
Mangkubumi,
HD-009-02       Kecamatan
Mangkubumi,
Tasikmalaya
HD-013-01      
HD-013-02       Sekitar Waduk
Situgede, Desa
HD-013-03      
Linggajaya,
HD-013-04      
Kecamatan
HD-042-01      
Kawalu,
HD-042-02       Tasikmalaya.
HD-042-03      
HD-019-01       Desa Cintaraja,
Kecamatan
HD-019-02       Leuwisari,
Tasikmalaya.
HD-023-01       Desa Cipasung,
Kecamatan
HD-023-02       Singaparna,
Tasikmalaya

Keterangan  :Tidak terdapat keberadaan batuan tersebut di lokasi pengamatan.


 : terdapat keberadaan batuan tersebut di singkapan di lokasi pengamatan

599
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 1. Peta indeks daerah penelitian yang terletak di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, luasan sekitar 10 x 7 km.
600
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 2. Peta Geomorfologi daerah penelitian dan profil sayatan geomorfologi

601
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 3. Kenampakan struktur geologi di kekar tektonik yang memotong skoria lapili tuf

Gambar 4. Contoh Perbandingan unsur geokimia antara batuan yang diduga insitu di
Perbukitan Sepuluhribu dengan batuan vulkanik Galunggung.

602
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 5. Peta geologi daerah penelitian dan profil sayatan geologi

603
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 6. Kenampakan feeder dike Cipasung yang struktur batuannya sangat mirip lava
dome, diinterpretasikan merupakan pusat gunung api tipe freatik-freatomagmatic volcano.

Gambar 7. Skema pembentukan lava dome oleh intrusi dalam Bronto (2010).
Ken

Gambar 8. Sayatan geologi di sekitar Gunung Asasutra, terlihat suatu bentukan morfologi
positif yang mirip dengan suatu gunung api.

604
PROSIDING SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-7
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, 30 – 31 Oktober 2014

Gambar 9. Sesar turun sistematis di sekitar Gunung Asasutra yang memotong skoria
lapili tuf tebal dan sangat khas pada zona sentral gunung api.

Gambar 10. Profil geologi pada Situgede, bentukan yang sangat mirip gunung api tipe
maar di mana pada bagian tengahnya yang berupa pulau tersusun oleh breksi autoklastika.

Gambar 11. Endapan breksi piroklastika dengan arah aliran sangat jelas ke selatan di
sekitar Situgede, diduga adalah produk primer maar Situgede.

605

Anda mungkin juga menyukai