1.1 Definisi
Kanker prostat adalah penyakit kanker yang berkembang di prostat,
sebuah kelenjar dalam sistem reproduksi lelaki. Hal ini terjadi ketika sel
prostat mengalami mutasi dan mulai berkembang di luar kendali. Sel ini dapat
menyebar secara metastasis dari prostat ke bagian tubuh lainnya, terutama
tulang dan lymph node. Kanker prostat dapat menimbulkan rasa sakit,
kesulitan buang air kecil, disfungsi erektil dan gejala lainnya.
Karsinoma prostat adalah suatu kanker ganas yang tumbuh di dalam
kelenjar prostat, tumbuhsecara abnormal tak terkendali sehingga mendesak
dan merusak jaringan sekitarnya dan merupakanyang terbanyak diantara
keganasan sistem urogenitalia pada pria. Tumor ini menyerang pasien
yangberumur di atas 50 tahun, diantaranya 30% menyerang pria berusia 70-
80 tahun dan 75% pada usialebih dari 80 tahun. Kanker ini jarang menyerang
pria berusia di bawah 45 tahun.
Prostat adalah suatu organ yang terdiri dari komponen kelenjar, stroma
dan muskular. Kelenjar ini mulai tumbuh pada kehamilan umur 12 minggu
karena pengaruh dari horman androgen yang berasal dari testis janin. Prostat
merupakan derivat dari jaringan embrional sinus urogenital. Kelenjar prostat
bentuknya seperti konnus terbalik yang terjepit (kemiri ).
Letak kelenjar prostat disebelah inferior buli-bulu, didepan rektum dan
membungkus uretra posterior. Ukuran rata-rata prostat pada pria dewasa 4 x
3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram.
Pada tahun 1972 Mc. NEAL, mengemukakan konsep tantang zona
anatomi dari prostat. Menurut Mc. NEAL, komponen kelenjar dari
prostat sebagian besar terletak/membentuk zona perifer. Zona perifer ini
ditambah dengan zona sentral yang terkecil merupakan 95 % dari komponen
kelenjar. Komponen kelenjar yang lain ( 5% ) membentuk zona transisi. Zona
transisi ini terletak tepat di luar uretra di daerah verumontanum. Proses
hiperplasia dimulai di zona transisi ini. Sebagian besar proses keganasan (60-
70 % ) bermula di zona perifer, sebagian lagi dapat tumbuh di zona transisi
dan zona sentral.
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen
dari cairan ejakulat. Cairan kelenjar ini dialirkan melalui duktus sekretorius
dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian bersama cairan semen yang
lain pada saat ejakulasi. Cairan ini merupakan 25 % dari volume ejakulat.
Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi kanker
ganas dapat membuntu uretra posterior dan mengakibatkan terjadinya
obstruksi saluran kemih.
1.3 Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya
ca prostat ; tetapi beberapa hipotesa menyebutkan bahwa hiperplasia prostat
erat kaitannya dengan Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya ca mammmae adalah:
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron dan estrogen
pada usia lanjut.
2. Peranan dari growth factor ( faktor pertumbuhan ) sebagai pemacu
pertumbuhan stroma kelenjar prostat.
3. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya sel yang
mati
4. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadinya proliferasi abnormal sel
stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan se epitel kelenjar
prostat menjadi berlebihan.
Penilaian :
a. Fmak <10ml/detik ——–àobstruktif
b. Fmak 10-15 ml/detik—–àborderline
c. Fmak >15 ml/detik——-ànonobstruktif
4. Radiologi.
a. Foto polos abdomen, dapat dilihat adanya batu pada traktus
urinarius, pembesaran ginjal atau buli-buli, adanya batu atau
kalkulosa prostat dan kadang kadang dapat menunjukkan
bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda
dari suatu retensi urine.
b. Pielografi intra vena, dapat dilihat supresi komplit dari fungsi
renal, hidronefrosis, dan hidroureter, fish hook appearance (
gambaran ureter berkelok kelok di vesikula ) inclentasi pada dasar
buli-buli, divertikel, residu urine atau filling defect divesikula.
5. Ultrasonografi (USG), dapat dilakukan secara transabdominal atau
trasrektal (trasrektal ultrasonografi = TRUS) Selain untuk mengetahui
pembesaran prostat < pemeriksaan USG dapatpula menentukan
volume buli-buli, meng ukur sisa urine dan keadaan patologi lain
seperti divertikel, tumor dan batu .Dengan TRUS dapat diukur besar
prostat untuk menentukan jenis terapi yang tepat. Perkiraan besar
prostat dapat pula dilakukan dengan USG suprapubik.
6. Cystoscopy (sistoskopi) pemeriksaan dengan alat yang disebut dengan
cystoscop. Pemeriksaan ini untuk memberi gambaran kemungkinan
tumor dalam kandung kemih atau sumber perdarahan dari atas bila
darah datang dari muara ureter, atau batu radiolusen didalam vesika.
Selain itu dapat juga memberi keterangan mengenahi besarprostat
dengan mengukur panjang uretra pars prostatika dan melihat
penonjalan prostat kedalam uretra.
7. Kateterisasi: Mengukur “rest urine “ Yaitu mengukur jumlah sisa
urine setelah miksi sepontan dengan cara kateterisasi . Sisa urine lebih
dari 100 cc biasanya dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan
intervensi pada hiper tropi prostat.
1.8 Penatalaksanaan
Ada beberapa cara penanganan kanker prostat yaitu :
1. Cukup diamati dan dipantau perkembangannya dengan melakukan
pemeriksaan PSA
2. Pengangkatan kelenjar prostat
3. Radiasi
4. Terapi hormonal
Jika kanker telah menyebar, bisa dilakukan manipulasi hormonal
(mengurangi kadar testoteron melalui obat-obtan maupun pengangkatan
testis) atau kemoterapi, pembedahan.
1. Prostatektomi radikal (pengangkatan kelenjar prostat). Seringkali
dilakukan pada kanker stadium A dan B. Prosedurnya lama dan
biasanya dilakukan dibawah pembiusan total maupun spinal. Sebuah
sayatan dibuat di perut maupun daerah perineum dan penderita harus
menjalani perawatan rumah sakit selama 5-7 hari. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah impotensia dan inkontinensia urin. Pada
penderita yang kehidupan seksualnya masih aktif, bisa dilakukan
potency-sparing radical prostatectomy.
Obat-obatan
2. Kemoterapi
Kemoterapi seringkali digunakan untuk mengatasi gejala kanker
prostat yang kebal terhadap pengobatan hormonal. Biasanya
diberikan obat tunggal atau kombinasi beberapa obat untuk
menghancurkan sel-sel kanker.
Obat-obatan yang bisa digunakan untuk mengobati kanker prostat
adalah:
- Mitoxantron - Prednisone
- Paclitaxel - Dosetaxel
- Estramustin - Adriamycin.
Efek sampingnya bervariasi dan tergantung kepada obat yang
diberikan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan
status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan.
Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi prostektomi
dan penkajian post operasi prostatektomi
1. Pengkajian pre operasi prostatektomi
Pengkajian ini dilakukan sejak klien ini MRS sampai saat operasinya, yang
meliputi :
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku/ Bangsa, alamat, no. rigester
dan diagnosa medis.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien ca prostat keluhan keluhan yang ada adalah frekuensi ,
nokturia, urgensi, disuria, pancaran melemah, rasa tidak lampias/ puas
sehabis miksi, hesistensi, intermitency, dan waktu miksi memenjang
dan akirnya menjadi retensio urine.
c. Riwayat penyakit dahulu .
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran
perkemihan, misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang.
Penyakit kronis yang pernah di derita. Operasi yang pernah di jalani
kecelakaan yang pernah dialami adanya riwayat penyakit DM dan
hipertensi.
d. Riwayat penyakit keluarga.
Adanya riwayat keturunan dari salah satu anggota keluarga yang
menderita penyakit ca prostat Anggota keluargayang menderita DM,
asma, atau hipertensi.
e. Riwayat psikososial
1) Intra personal
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul
kecemasan. Kecemasan ini muncul karena ketidaktahuan tentang
prosedur pembedahan. Tingkat kecemasan dapat dilihat dari
perilaku klien, tanggapan klien tentang sakitnya.
2) Inter personal
Meliputi peran klien dalam keluarga dan peran klien dalam
masyarakat.
f. Pola fungsi kesehatan
g. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien ditanya tentang kebiasaan merokok, penggunaan tembakau,
penggunaan obat-obatan, penggunaan alkhohol dan upaya yang biasa
dilakukan dalam mempertahankan kesehatan diri (pemeriksaan
kesehatan berkala, gizi makanan yang adekuat
h. Pola nutrisi dan metabolisme
Klien ditanya frekuensi makan, jenis makanan, makanan pantangan,
jumlah minum tiap hari, jenis minuman, kesulitan menelan
atau keadaan yang mengganggu nutrisi seperti nause, stomatitis,
anoreksia dan vomiting. Pada pola ini umumnya tidak mengalami
gangguan atau masalah.
i. Pola eliminasi
Klien ditanya tentang pola berkemih, termasuk frekuensinya, ragu
ragu, menetes – netes, jumlah klien harus bangun pada malam hari
untuk berkemih, kekuatan system perkemihan. Klien juga ditanya
apakah mengedan untuk mulai atau mempertahankan aliran kemih.
Klien ditanya tentang defikasi, apakah ada kesulitan seperti konstipasi
akibat dari prostrusi prostat kedalam rectum.
j. Pola tidur dan istirahat
Klien ditanya lamanya tidur, adanya waktu tidur yang berkurang
karena frekuensi miksi yang sering pada malam hari ( nokturia ).
Kebiasaan tidur memekai bantal atau situasi lingkungan waktu tidur
juga perlu ditanyakan. Upaya mengatasi kesulitan tidur.
k. Pola aktifitas.
Klien ditanya aktifitasnya sehari – hari, aktifitas penggunaan waktu
senggang, kebiasaan berolah raga. Apakah ada perubahan sebelum
sakit dan selama sakit. Pada umumnya aktifitas sebelum operasi tidak
mengalami gangguan, dimana klien masih mampu memenuhi
kebutuhan sehari – hari sendiri.
l. Pola hubungan dan peran
Klien ditanya bagaimana hubungannya dengan anggota keluarga,
pasien lain, perawat atau dokter. Bagai mana peran klien dalam
keluarga. Apakah klien dapat berperan sebagai mana seharusnya.
m. Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi informasi tentang perasaan atau emosi yang dialami atau
dirasakan klien sebelum pembedahan . Biasanya muncul kecemasan
dalam menunggu acara operasinya. Tanggapan klien tentang sakitnya
dan dampaknya pada dirinya. Koping klien dalam menghadapi
sakitnya, apakah ada perasaan malu dan merasa tidak berdaya.
n. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori meliputi daya penciuman, rasa, raba, lihat dan
pendengaran dari klien. Pola kognitif berisi tentang proses berpikir, isi
pikiran, daya ingat dan waham. Pada klien biasanya tidak terdapat
gangguan atau masalah pada pola ini.
o. Pola reproduksi seksual
Klien ditanya jumlah anak, hubungannya dengan pasangannya,
pengetahuannya tantangsek sualitas. Perlu dikaji pula keadaan seksual
yang terjadi sekarang, masalah seksual yang dialami sekarang (
masalah kepuasan, ejakulasi dan ereksi ) dan pola perilaku seksual.
p. Pola penanggulangan stress
Menanyakan apa klien merasakan stress, apa penyebab stress,
mekanisme penanggulangan terhadap stress yang dialami. Pemecahan
masalah biasanya dilakukan klien bersama siapa. Apakah mekanisme
penanggulangan stressor positif atau negatif.
q. Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien menganut agama apa, bagaimana dengan aktifitas
keagamaannya. Kebiasaan klien dalam menjalankan ibadah.
2. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suara bicara, status/ habitus, pernafasan,
tekanan darah, suhu tubuh, nadi.
b. Kulit
Apakah tampak pucat, bagaimana permukaannya, adakah kelainan
pigmentasi, bagaimana keadaan rambut dan kuku klien.
c. Kepala
Bentuk bagaimana, simetris atau tidak, adakah penonjolan, nyeri
kepala atau trauma pada kepala.
d. Muka
Bentuk simetris atau tidak adakah odema, otot rahang bagaimana
keadaannya, begitu pula bagaimana otot mukanya.
e. Mata
Bagainama keadaan alis mata, kelopak mata odema atau tidak. Pada
konjungtiva terdapat atau tidak hiperemi dan perdarahan. Slera
tampak ikterus atau tidak.
f. Telinga
Ada atau tidak keluar secret, serumen atau benda asing. Bagaimana
bentuknya, apa ada gangguan pendengaran.
h. Hidung
Bentuknya bagaimana, adakah pengeluaran secret, apa ada obstruksi
atau polip, apakah hidung berbau dan adakah pernafasan cuping
hidung.
i. Mulut dan faring
Adakah caries gigi, bagaimana keadaan gusi apakah ada perdarahan
atau ulkus. Lidah tremor ,parese atau tidak. Adakah pembesaran
tonsil.
j. Leher
Bentuknya bagaimana, adakah kaku kuduk, pembesaran kelenjar
limphe.
k. Thoraks
Betuknya bagaimana, adakah gynecomasti.
l. Paru
Bentuk bagaimana, apakah ada pencembungan atau penarikan.
Pergerakan bagaimana, suara nafasnya. Apakah ada suara nafas
tambahan seperti ronchi , wheezing atau egofoni.
m. Jantung
Bagaimana pulsasi jantung (tampak atau tidak).Bagaimana dengan
iktus atau getarannya.
n. Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan keluhan
retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih pada supra pubik.
Apakah ada nyeri tekan, turgornya bagaimana. Pada klien biasanya
terdapat hernia atau hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak.
Peristaklit usus menurun atau meningkat.
o. Genitalia dan anus
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran prostat dapat teraba
pada saat rectal touché. Pada klien yang terjadi retensi urine, apakah
trpasang kateter, Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus
biasanya ada haemorhoid.
p. Ekstrimitas dan tulang belakang
Apakah ada pembengkakan pada sendi. Jari – jari tremor apa tidak.
Apakah ada infus pada tangan. Pada sekitar pemasangan infus ada
tanda – tanda infeksi seperti merah atau bengkak atau nyeri tekan.
Bentuk tulang belakang bagaimana.
3. Diagnosis keperawatan
1. Gangguan eliminasi urin
2. Nyeri akut
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Risiko defisit nutrisi
5. Perfusi perifer tidak efektif
4. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan
N Diagnosis Tujuan Kriteria hasil Intervensi
o
1. Gangguan Setelah L.04034 eliminasi urine I.11349 dukungan perawatan diri
eliminasi dilakukan 1. Sensasi berkemih bab/bak
urin tindakan meningkat >Observasi
keperawata 2. Desakan berkemih 1. Identifikasi kebiasaan BAK/BAB
n selama 7 menurun sesuai usia
jam sekali 3. Berkemih tidak tuntas 2. Monitor intergritas kulit pasien
di harapkan menurun >Terapeutik
pasien 4. Urin hanya menetes 1. Buka pakaian yang diperlukan
membaik menurun untuk memudahkan eliminasi
5. Enuresis menurun 2. Dukung pengunaan toilet/pispot
6. Disuria menurun /urinal secara konsisten
7. Frekuensi BAK 3. Jaga privasi selama eliminasi
membaik 4. Ganti pakaian pasien setelah
8. Karakteristik urine eliminasi, jika perlu
membaik. 5. Bersihkan alat bantuk BAK/BAB
setelah di gunakan
L.04036 kontinensia urine 6. Sediakan alat bantu (mis. Kateter
1. Kemampuan berkemih eksternal, urinal) jiak perlu
meningkat >Edukasi
2. Nokturia menurun 1. Anjurkan BAK/BAB secara rutin
3. Distensi kandung 2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet,
kemih menurun jika perlu
4. Dribbling menurun
5. Enuresis menurun I.04152 Manajemen eliminasi urine
6. Frekuensi berkemih >Observasi
membaik 1. Identifikasi tanda dan gejala
7. Sensasi berkemih retensi atau inkontinensia urine
membaik. 2. Identifikasi faktor yang
menyebabkan retensi atau
inkontinensia urine
3. Monitor eliminasi urine
(frekuensi, konsistensi, warna,
volume)
>Terapeutik
1. Catat waktu-waktu dan haluaran
berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Ambil sampel urine tengah
(midsteam) atau kultur
>Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan
dan haluaran urine
3. Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang tepat
untuk brrkemih
4. Anjurkan minum yang cukup, jika
tidak ada kontraindikasi
5. Anjurkan mengurangi minum
menjelang tidur
>Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu.
1.
2. Nyeri akut Setelah L.08066 Tingkat nyeri I.08238 Manajemen nyeri
dilakukan 1. Keluhan nyeri menurun >Observasi
tindakan 2. Anoreksia menurun 1. Identifikasi lokasi, krakteristik,
keperawata 3. Meringis menurun durasi, frekunsi, kualitas,
n selama 7 4. Frekunsi nadi membaik intensitas nyeri
jam sekali 2. Identifikasi sklaa nyeri
di harapkan L.08063 Kontrol nyeri 3. Identifikasi faktor yang
pasien 1. Melaporkan nyeri memperberat dan memperingan
membaik terkontrol meningkat nyeri
2. Kemampuan mengenali >Terapuetik
penyebab nyeri 1. Fasilitasi istirahat dan tidur
meningkat >Edukasi
3. Kemampuan 1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
menggunakan tehnik 2. Jelas penyebab, periode dan
non- farmakologi pemicu nyeri.
4. Keluhan nyeri menurun 3. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
L.05045 Pola tidur >Kolaborasi
1. Keluhan sulit tidur 1. Kolaborasi menggunkaan
menurun analgetik, jika perlu
2. Keluhan sering terjaga
menurun I.08242 Pemantauan nyeri
3. Istirahat tidak cukup >Observasi
mebaik 1. Identifikasi faktor pencetus dan
pereda nyeri
2. Monitor kualitas nyeri
3. Monitor lokasi dan penyebaran
nyeri
4. Monitor intensitas nyeri dan
menggunkan skala
5. Monitor frekunsi nyeri
>Terapeutik
1. Dokumentasi hasil pemantauan
>Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
I.08245 Perawatan kenyamanan
>Observasi
1. Identifikasi gejala yang tidak
menyenangkan
2. Identifikasi pemahaman tentang
kondisi
>Terapeutik
2. Berikan posisi yang nyaman
3. Ciptakaan lingkungan yang
nyaman
4. Berikan kompres dingin dan
hangat
>Edukasi
1. Ajarkan terapi relaksasi
>Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik,
antipruritus, jika perlu
3. Perfusi Setelah L.02011 perfusi perifer I.pemantauan hasil laboratorium
perifer dilakukan Tingkat pendarahan Pemantauan tanda vital
tindakan 1. Denyut nadi perifer >Observasi
tidak efektif
keperawata meningkat 1. Identifikasi pemeriksaan
n selama 7 2. Sensasi meningkat laboratorium yang diperlukan
jam sekali 3. Warna kulit pucat 2. Monitor hasil yang di perlukan
di harapkan menurun 3. Periksa kesesuaian hasil
pasien 4. Nekrosis menurun laboratorium dengan penampilan
membaik 5. Pengisian kapiler klinis pasien
membaik >Terapeutik
6. Akral membaik 1. Ambil sampel darah/pus/sputum
7. Turgor kulit membaik 2. Interprestasikan hasil pemeriksaan
8. Tekanan darah sistolit laboratorium.
dan diastolik membaik >Kolaborasi
9. Tekanan arteri rata-rata 1. kolaborasi dengan dokter jika hasil
mebaik. laboratorium memerlukan
intervensi media.
L. 02017 Tingkat
pendarahan I.03121 Pemantauan tanda vital
1. Kelembaban membran >Observasi
mukosa meningkat 1. monitor tekanan darah
2. Kelembapan kulit 2. monitor arteri rata-rata
meningkat 3. monitor nadi (frekuensi, kekuatan,
3. Hemoptisis menurun irama)
4. Hematuria menurun 4. monitor pernapasan
5. Distensi abdomen 5. monitor suhu tubuh
menurun 6. identifikasi penyebab perubahan
6. Hemoglobin membaik tanda vital.
7. Hematokrit membaik >Terapeutik
8. Tekanan darah 1. atur interval pemantauan sesuai
membaik kondisi pasien
9. Suhu tubuh membaik 2. dokumentasi hasil pemantauan.
>Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
4. Gangguan Setelah L. 14136 mobilitas fisik I.01019 Pengaturan posisi
mobilitas dilakukan Tolerasi aktifitas >Observasi
fisik tindakan 1. Nyeri menurun 1. monitor oksigennasi sebelum dan
keperawata 2. Kecemasan menurun sesudah menubah posisi
n selama 7 3. Gerakan tidak
jam sekali terkontraindikasi >Terapuetik
di harapkan 4. Gerakan terbatas 1. tempatkan pada matras yang
nyeri pasien munurun terapeutik
berkurang 5. Kelemahan fisik 2. tempatkan pada posisi terapeutik
atau hilang menurun 3. atur posisi yang disukai, jika tidak
membaik 6. Frekuensi nadi terkontraindikasi
membaik 4. hindari pada penempatan posisi
yang dapat meningkatkan nyeri
L.05047Toleransi aktifitas
1. Frekuensi nadi >Edukasi
meningkat 1. informasikan saat akan dilakukan
2. Keluhan lelah perubahan posisi
menurun
3. Dispnea saat aktivitas I.08238 Manajemen nyeri
menurun >Observasi
4. Dispnea setelah
1. Identifikasi lokasi, krakteristik,
aktivitas menurun
durasi, frekunsi, kualitas, intensitas
5. Tekanan darah
nyeri
membaik
2. Identifikasi sklaa nyeri
6. Frekuensi napas
3. Identifikasi faktor yang
membaik
memperberat dan memperingan
nyeri
>Terapuetik
1. Fasilitasi istirahat dan tidur
>Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan nyeri
2. Jelas penyebab, periode dan
pemicu nyeri.
3. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
>Kolaborasi
1. Kolaborasi menggunkaan
analgetik, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Purnomo, Basuki B. 2000. Dasar – dasar urologi. Malang: CV
Infomedika.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2. Jakarta. EGC
Smelzer, C Susanne. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth; alih
bahasa, Agung Waluyo; editor bahasa Indonesia, Monica Ester. edisi
VIII, Volume 3, Jakarta: EGC, 2002..
Tim pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: PPNI.