Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn.../Ny... DENGAN CHELULLITIS PEDIC


DIRUANG CAMELIA RSUD CHASBULLAH ABDULMAJID BEKASI

(Tanggal ....s/d....)

Nama : Suci Lestari (1032161044)

A. PENGERTIAN
Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan
subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada
kulit, meskipun demikian hal ini dapat terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya
terjadi pada ekstremitas bawah

Selulitis adalah peradangan akut terutama menyerang jaringan subkutis, biasanya


didahului luka atau trauma dengan penyebab tersering Streptokokus betahemolitikus
dan Stafilokokus aureus. Sellulitis adalah peradangan pada jaringan kulit yang mana
cenderung meluas kearah samping dan ke dalam

Jadi selulitis adalah infeksi pada lapisan kulit yang lebih dalam yang disebabkan oleh
bakteri Stapilokokus aureus, Strepkokus grup A dan Streptokokus piogenes. Dengan
karakteristik sebagai berikut :

1) Peradangan supuratif sampai di jaringan subkutis


2) Mengenai pembuluh limfe permukaan
3) Plak eritematus, batas tidak jelas dan cepat meluas

B. ETIOLOGI

Penyebab dari selulitis menururt Isselbacher (2009 ; 634) adalah bakteri streptokokus
grup A, streptokokus piogenes dan stapilokokus aureus.

Penyakit selulitis dapat disebabakan oleh :

1) Infeksi bakteri dan jamur :


a. Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
b. Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus grup B
c. Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk jarang
Aeromonas Hydrophila.
d. S. Pneumoniae (Pneumococcus)

2) Penyebab lain :

a. Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.


b. Kulit kering
c. Eksim
d. Kulit yang terbakar atau melepuh
e. Diabetes
f. Obesitas atau kegemukan
g. Pembekakan yang kronis pada kaki
h. Penyalahgunaan obat-obat terlarang
i. Menurunnyaa daya tahan tubuh
j. Cacar air
k. Malnutrisi
l. Gagal ginjal
C. PATHWAY

Bakteri, jamur, luka, dll

Infeksi jaringan subkutis

Selulitis

Mekanisme radang

Kalor Dolor Rubor Tumor Fungsiolesa

Proses Akselerasi/ deselerasi Hiperemi Hiperplasi Intoleransi


fagositosis jaringan saraf jaringan jaringan /
akut organ distal

Hipertemi Nyeri otot Eritema


lokal Oedema Intoleransi
jaringan aktifitas
ikat

Lesi
Nyeri akut

Kerusakan Resiko
integritas infeksi
kulit
Penekanan jaringan saraf
D. MANIFESTASI KLINIK

Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang terlokalisasi. Kulit tampak


merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba hangat. Ruam kulit muncul
secara tiba-tiba dan memiliki batas yang tegas. Bisa disertai memar dan lepuhan-
lepuhan kecil. Gejala lainnya adalah:

1) Demam
2) Menggigil
3) Sakit kepala
4) Nyeri otot
5) Tidak enak badan

Manifestasi klinis selulitis adalah kerusakan kronik pada kulit sistem vena dan
limfatik pada kedua ekstremitas, kelainan kulit berupa infiltrat difus subkutan, eritema
lokal, nyeri yang cepat menyebar dan infitrasi ke jaringan dibawahnya, bengkak,
merah dan hangat, nyeri tekan, supurasi dan lekositosis.

E. KOMPLIKASI

Bakteremia

1) Nanah atau local Abscess


2) Superinfeksi oleh bakteri gram negative
3) Lymphangitis
4) Trombophlebitis
5) Sellulitis pada muka atau Facial cellulites pada anak menyebabkan meningitis
sebesar 8%. Dimana dapat menyebabkan kematian jaringan (Gangrene), dan
dimana harus melakukan amputasi yang mana mempunyai resiko kematian hingga
25%.

F. PENGKAJIAN
Perawat melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Dengan proses keperawatan, perawat memakai latar belakang, pengetahuan yang
komprehensif untuk mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan
diagnosa merencanakan intervensi, mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi
intervensi keperawatan.
1. Identitas klien
2. Keluhan utama
3. Data riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
b) Riwayat penyakit dahulu
c) Riwayat penyakit keluarga
d) Riwayat psikososial dan spiritual
4. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum
b) Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
c) Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
d) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
e) Mulut : Kebersihan, tidak pucat
f) Telinga : Tidak ada serumen
g) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
h) Jantung : Denyut jantung meningkat
i) Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
j) Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di
suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan
bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang mengelupas (peau d'orange).
Pada kulit yang terinfeksi bisa ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel)
atau lepuhan besar berisi cairan (bula), yang bisa pecah.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tidak membutuhkan prosedur lebih lanjut untuk sampai ke tahap diagnosis yang
meliputi anamnesis, uji laboratorium, sinar x dll, dalam kasus cellulite yang belum
mengalami komplikasi yang mana kriterianya seperti :
1. Daerah penyebaran belum luas
2. Daerah yang terinfeksi tidak mengalami rasa nyeri atau sedikit nyeri
3. Tidak ada tanda-tanda systemic seperti : demam, terasa dingin, dehidrasi,
tachypnea, tachycardia,hypotensi.
4. Tidak ada factor resiko yang dapat menyebabkan penyakit bertambah parah
seperti : Umur yang sangat tua, daya tahan tubuh sangat lemah.
5. Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka untuk
melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut dengan
melakukan pemeriksaan lab seperti :
a) Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan rata-rata
sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya infeksi bakteri.
b) BUN level
c) Creatinine level
d) Culture darah
e) Pembuangan luka
f) Immunofluorescence : Immunofluorescence adalah sebuah teknik yang
dimana dapat membantu menghasilkan diagnosa sera pasti pada kultur
cellulites negative, tapi teknik ini jarang digunakan.
g) Penggunaan MRI juga dapat membantu dalam mendiagnosa infeksi cellulites
yang parah. Mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi
selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d. respons inflamasi lokal saraf perifer kulit


2. Hipertermi b.d. respon inflamasi sistemik
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d adanya luka pada kulit
4. Kerusakan integritas kulit b.d adanya lesi kemerahan

Tujuan dan kriteria hasil Rencana Tindakan


Diagnosa Keperawatan
(NOC) (NOC)
Nyeri akut b.d respons Setelah dilakukan tindakan 1) Kaji nyeri klien secara
inflamasi lokal saraf perifer keperawatan 1x24 jam nyeri komprehensif (lokasi,
kulit akut teratasi. karakteristik, durasi,
Dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan faktor
1) Nyeri pada kepala klien presipitasi)
teratasi
2) Ajarkan klien melakukan
2) Berpartisipasi dalam teknik relaksasi dengan
aktivitas fisik tanpa teknik nafas dalam jika terasa
mempengaruhi tekanan nyeri
darah
3) Observasi reaksi nonverbal
3) Mampu melakukan dari ketidaknyamanan
aktivitas sehari-hari
(ADL) secara mandiri 4) Lakukan teknik komunikasi
teurapetik untuk mengetahui
4) Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri klien
setekah nyeri berkurang.
5) Tingkatkan istirahat

6) Kolaborasi dengan dokter


tentang pemberian obat
analgetik
Hipertermi b.d. respon Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
inflamasi sistemik keperawatan selama 1x24 1) Memonitor suhu sesering
jam defisiensi pengetahuan mugkin
teratasi. 2) Memonitor warna dan
Dengan kriteria hasil : suhu kulit
1) Suhu tubuh dalam rentang 3) Memonitor tekanan
normal darah, nadi dan RR
2) Nadi dan RR dalam 4) Memonitor IWL
rentang normal 5) Selimuti pasien
3) Tidak ada perubahan 6) Berikan antipiretik
warna kulit dan tidak ada 7) Berikan pengobatan
pusing untuk mengatasi
penyebab demam
8)
Resiko infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan 1) Bersihkan lingkungan
luka pada kulit. keperawatan selama 1x24 setelah dipakai klien lain
jam risiko tinggi penurunan
curah jantung teratasi 2) Batasi pengunjung
Dengan kriteria hasil :
1) Klien bebas dari 3) Monitor tanda dan gelaja
tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
infeksi
2) Menunjukan 4) Inspeksi kondisi
kemampuan untuk luka/insisi bedah
mencegah timbulnya
infeksi 5) Anjurkan klien
3) Jumlah leukosit menkonsumsi nutrisi yang cukup
dalam batas normal
4) Menunjukan perilaku
hidup sehat

Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan 1) Anjurkan klien menggunakan


b.d adanya lesi kemerahan keperawatan selama 1x24 pakaian yang longgar
jam risiko tinggi penurunan 2) Anjurk jaga kulit agar tetap
curah jantung teratasi bersih dan kering
Dengan kriteria hasil : 3) Mobilisasi klien (ubah setiap
1) Integritas kulit yang 2 jam sekali)
baik dapat 4) Monitor aktifitas dan status
dipertahankan nutrisi
2) Perfusi jaringan baik 5) Monitor status nutrisi klien
3) Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembapan kulit.

I. EVALUASI

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan kegiatan evaluasi ini adalah
membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan
dengantujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

J. DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda, NIC- NOC. Jogjakarta : MediAction
Angresti, C. 2012. Asuhan Keperwatan Pada Tn. A Dengan Selulitis Pedis Rumah
Sakit Pku Muhammdiyah Surakarta. Jurnal keperawatan : naskah publikasi, 5(2), pp.
85-94.
Isselbacher, Kurt. 2009. Harrison: Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 1.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai