Anda di halaman 1dari 37

Inovasi Beton Ramah Lingkungan Mutu Tinggi

dengan Serbuk Kaca dan Fly Ash


Sebagai Subtitusi Parsial Semen

PROPOSAL
Innovation of High Strength Green Concrete Competition 2017
Tingkat Universitas se-Indonesia
Di Universitas Atmajaya Yogyakarta

Tim Peneliti
Wandrianto N.H (Ketua Tim)
Maksimulianus Dodi R. (Anggota)
Alfianus Genadi (Anggota)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG-2017
Jl. Terusan Raya Dieng 62-64, Jawa Timur
PENGESAHAN PROPOSAL
1. Judul Proposal : Inovasi Beton Ramah Lingkungan
Mutu Tinggi dengan Serbuk Kaca
dan Fly AshSebagai Subtitusi
Parsial Semen
2. Ketua Tim
a. Nama : Wandrianto N.H
b. NIM : 13410039
c. Jurusan : Teknik Sipil
d. Universitas : Universitas Merdeka Malang
e. Alamat Rumah : Jalan Ampeldento RT : 08,
Rw: : 01 Malang
f. No Telepon/HP : 081249733003
g. Alamat E-mail : wandry.yanto2@gmail.com
3.Anggota Tim : 2 Orang
4. Dosen Pembimbing
a. Nama : Ir. Dionisius T.A.B,M.T.
b. NIDM : 0711086501
c. Alamat Rumah : Bukit Cemara Tidar H-7/ 6 Malang
d. No Telepon/HP : 081333001003
5.Biaya Pembuatan Beton Per-1 M3 : Rp. 1,346,135.58,-
Malang, 22 Februari 2017
Menyetujui
Dosen Pembimbing Ketua Tim

(Ir. Dionisius T.A.B., M.T.) (Wandrianto N.H)


NID: 0711086501 NIM: 13410039
Ketua Program Studi

i
INOVASI BETON RAMAH LINGKUNGAN MUTU TINGGI
DENGAN SERBUK KACA DAN FLY ASH
SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

Wandrianto N.H, Maximulianus D.R, Alfianus Genadi 1


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Merdeka Malang
Jl. Taman Agung No.1, Telp. 0341-567617

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemakaian serbuk kaca dan fly ash
sebagai bahan pengganti sebagian semen (substitusi parsial) terhadap nilai kuat tekan
beton mutu tinggi. Kadar Serbuk kaca dan fly ash sebagai bahan tambah alami yang
digunakan sebesar 5% dari berat semen. Pembahasan akan dilakukan berdasarkan
data-data pengujian kuat tekan benda uji. .
Benda uji beton berbentuk silinder 150x300mm dibuat dengan kuat tekan beton rencana
f’c =50 Mpa. Perencanaan campuran beton (concrete mix design) dilakukan
berdasarkan SNI-03-6468-2000 tentang “Tata cara pembuatan campuran beton
mutu tinggi”. Data-data agregat kasar dan halus sebagai material penyusun
beton yang dibutuhkan dalam perencanaan campuran beton dicari dengan
pengujian berat jenis, berat isi dan gradasi butiran.
Benda uji beton terdiri dari 3 benda uji kuat tekan akan diuji pada umur 28 hari. dengan
alat compression testing machine (CTM) sesuai standar ASTM 39-89 “Standard test
method for compressive strength of cylindrical concrete specimens”.
Hasil pengujian diharapkan ada pengaruh substitusi parsial bahan tambah serbuk kaca
dan fly ash pada campuran beton untuk menghasilkan beton dengan kekuatan tinggi yaitu
lebih besar atau sama dengan 50 Mpa.

Kata – kata kunci : beton mutu tinggi, serbuk kaca, fly ash, kuat tekan

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
ABSTRAK............................................................................................................ iii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4


2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 4
2.2 Beton Mutu Tinggi ...................................................................................... 4
2.3 Semen Portland. .......................................................................................... 5
2.4 Agregat........................................................................................................ 6
2.5 Air ............................................................................................................... 6
2.6 Bahan Tambahan. ........................................................................................ 7
2.7 Kuat Tekan Beton. ....................................................................................... 7

BAB III. PEMBAHASAN.................................................................................... 10


3.1 Material yang Digunakan ............................................................................. 10
3.2 Pengujian Material ...................................................................................... 10
3.3 Benda Uji dan Pengujian Benda Uj. ............................................................. 11
3.4 Data Pengujian Material . ........................................................................... 12
3.5 Inovasi Beton Mutu Tinggi dengan Bahan Tambahan ................................. 25
3.6 Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi fc' 50 Mpa. .............................. 26
3.7 Rencana Anggaran Biaya............................................................................. 28
3.8 Aplikasi Beton Mutu Tinggi di Lapangan. ................................................... 28

BAB IV. PENUTUP ............................................................................................. 30


4.1 Penutup ....................................................................................................... 30
4.2 Kesimpulan ................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 31


DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .................................................................... iii
Gambar 2.1: Pengujian Kuat Tekan Beton
Gambar 2.2: Hubungan Umur dengan Kuat Tekan Beton

iii
Tabel 3.1 : Jenis-jenis Pemeriksaan Agregat Kasar
Tabel 3.2 : Jenis-jenis Pemeriksaan Agregat Halus
Tabel 3.3 : Jenis Pengujian Beton
Tabel 3.4 : Detail Benda Uji Beton Mutu Tinggi
Tabel 3.5 : Hasil Uji Berat Jenis dan Absorbsi Pasir
Tabel 3.6 : Hasil Uji Analisa Saringan Pasir
Tabel 3.7 : Hasil Uji Gradasi Pasir
Tabel 3.8 : Hasil Uji Berat Volume Pasir
Tabel 3.9 : Hasil Uji Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah
Tabel 3.10 : Hasil Uji Analisa Saringan Batu Pecah
Tabel 3.11 : Hasil Uji Gradasi Batu Pecah
Tabel 3.12 : Hasil Uji Berat Volume Batu Pecah
Tabel 3.13 : Perhitungan Perencanaan Campuran BMT F’c=50 MPa
Tabel 3.14 : Komposisi Akhir Campuran BMT f’c=50 Mpa per 1 M3
Tabel 3.15 : Biaya Pembuatan BMT f’c=50 Mpa per 1 M3
Tabel 3.16 : Biaya Pembuatan BMT f’c=50 Mpa per 3 Benda Uji

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan rekayasa teknologi semakin maju disegala bidang,
salah satunya dibidang konstruksi. Beton merupakan material konstruksi
yang paling sering dipakai dan diminati karena merupakan bahan dasar yang
mudah dibentuk dengan harga yang relatif murah dibandingkan dengan
konstruksi lainnya. Beton diperoleh dengan cara mencampurkan semen,
air, dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan (admixture) tertentu dan
dicampur merata dengan komposisi tertentu yang dapat dibentuk sesuai
keinginan. Campuran tersebut bila dibiarkan akan mengalami pengerasan
sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan air yang akan bertambah keras
sejalan dengan umurnya. (Dipohusodo, 1994).
Inovasi teknologi beton selalu dirancang untuk menjawab tantangan
akan kebutuhan, beton mutu tinggi (BMT) meliputi kekuatan dan daya tahan
tanpa mengabaikan nilai ekonomis. Berbagai penelitian dan percobaan
dibidang beton dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu beton.
Hasil penelitian dimaksudkan untuk menjawab tuntutan tinggi terhadap
pemakaian beton serta mengatasi kendala-kendala pengerjaan BMT di
lapangan. BMT merupakan pilihan yang paling tepat dalam pembangunan
infrastruktur khusus seperti bangunan tingkat tinggi dan jembatan bentang
panjang.
BMT adalah beton yang memiliki kuat tekan lebih tinggi
dibandingkan beton normal. Menurut Standar/Pedoman PD T-04-2004-C
tentang “Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton Berkekuatan Tinggi”,
yang tergolong beton bermutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan
antara 40 – 80 MPa. BMT yang tercantum dalam SNI 03-6468-2000
didefinisikan sebagai beton yang mempunyai kuat tekan lebih besar atau
sama dengan 41,4 MPa.
Peningkatan kualitas campuran beton dengan memberikan bahan
tambahan (admixtures) akan menghasilkan beton mutu tinggi. Campuran

1
2

beton dengan bahan tambah (admixture) seperti fly Ash (Zeta Eridani, 2004)
dan bahan tambah serbuk kaca (Prayitno Slamet, 2009) ditemukan dapat
menghasilkan beton mutu tinggi (BMT).
Saat ini telah berkembang rekayasa teknologi bahan yang tidak hanya
membuat beton mempunyai kekuatan tinggi tetapi juga ramah lingkungan,
Beton ramah lingkungan adalah beton yang tersusun dari material yang tidak
merusak lingkungan atau beton yang memanfaatkan bahan limbah sehingga
mengurangi polusi lingkungan.
Inovasi bahan baru, seperti pengunaan bahan-bahan ramah lingkungan.
Bahan ramah lingkungan menjadi sorotan utama karena maraknya isu
tentang Global Warming.. Pemanfaatan bahan limbah seperti serbuk kaca
dan fly ash sebagai pengganti sebagian semen adalah salah satu terobosan
yang diperlukan. Berbagai inovasi beton telah dibuat agar mengurangi
polusi lingkungan. Salah satunya adalah dengan mengganti bahan material
beton dengan bahan ramah lingkungan, misalnya ; penggunaan limbah
copper slag (Dionisius, 2002) dan limbah kaca (Prayitno Slamet, 1999)
sebagai pengganti sebagian semen.
Salah satu bahan campuran pembuatan beton yang bersifat sangat
polutan adalah semen portland. Industri semen portland berpotensi sebagai
sumber pencemaran partikel (Wardhana, 2001). Hal ini disebabkan semen
Portland adalah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling
terak (clinker) yang mengandung kalsium silikat (xCaO.SiO2) digiling
bersama-sama dengan bahan tambahan kristal senyawa kalsium sulfat
(CaSO4.xH2O) akan menghasilkan debu semen. Menurut Wardhana (2001)
jenis debu yang dihasilkan oleh industri semen mengandung calsium bebas
(Ca)), silika bebas (SiO2) dan alumium bebas (Al). Senyawa SiO2 jika
terhisap masuk ke dalam menyebabkan penyakit silikosis (Sunu, 2001).
Senyawa Aluminium (Al) adalah senyawa yang mudah mengendap pada
lingkungan dan makanan, sehingga dapat terakumulasi di dalam paru-paru
dan dapat juga menyebabkan iritasi kulit, selaput lendir, dan saluran
pernapasan (Prayitno Slamet, 2016).
3

Penelitian BMT ramah lingkungan telah dilakukan sebagai usaha


mengurangi pemakaian semen pada beton yang sekaligus mengurangi polusi
lingkungan akibat semen. Penelitian BMT terdahulu dengan penambahan fly
ash telah dilakukan, seperti dilaporkan oleh Marsianus Danasi dan Ade
Lisantono (2015), Gaudensius dan Dionisius (2016). Sedangkan dengan
penambahan serbuk kaca oleh Slamet Prayitno (2016).
Berdasarkan latar belakang di atas maka rencana penelitian BMT yang
diusulkan pada proposal ini penting dilakukan. Usaha penelitian perlu
dilakukan untuk mendapatkan suatu alternatif baru penggunaan bahan-bahan
amah lingkungan dalam teknologi BMT. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah penelitian yang akan dilakukan ingin mengetahui
pengaruh penambahan bahan fly Ash ( tipe F ) dan serbuk kaca secara
bersamaan terhadap pembuatan BMT.

1.2 Perumusan Masalah


Perumusan masalah masalah yang akan diteliti yaitu bagaimana
pengaruh penggunaan bahan tambahan serbuk kaca dan fly ash sebagai
pengganti sebagian semen terhadap kuat tekan beton beton mutu tinggi ?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemakaian serbuk kaca
dan fly ash sebagai bahan pengganti sebagian semen (substitusi parsial)
terhadap kuat tekan beton mutu tinggi.

1.4 Manfaat
1. Dapat memberikan informasi tentang pengaruh pemakaian serbuk
kaca dan fly ash sebagai pengganti sebagian semen pada campuran
beton.
2. Dapat menghasilkan alternatif beton ramah lingkungan tanpa
mengurangi kualitas beton dan harga yang relatif ekonomis.
3. Mampu memanfaatkan limbah industri sebagai bahan tambahan
campuran beton.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


1. Penelitian Penggunaan Fly Ash pada Beton Mutu Tinggi
1) Marsianus Danasi ; Ade Lisantono (2015). Fly Ash tipe C . Hasil dari
penelitian bahwa kuat tekan BMT maksimum sebesar 75,06 Mpa
dapat dicapai dengan penambahan fly ash 5% Tipe C.
2) Gaudensius; Dionisius (2016). Fly ash tipe F 5% dan fly ash tipe C
5% . Hasil penelitian terdapat kenaikan kuat tekan beton yang
signifikan akibat penambahan fly ash terhadap beton normal (tanpa fly
ash). Penambahan fly ash tipe F terdapat kenaikan sebesar % (dari
25,69 Mpa menjadi 44,16 Mpa). Penambahan fly ash tipe C terdapat
kenaikan sebesar % (dari 25,69 Mpa menjadi 41,89 Mpa).
2. Penelitian Penggunaan Serbuk Kaca pada Beton Mutu Tinggi
Slamet Prayitno (2016) melaporkan kuat tekan beton maksimum 44,46
Mpa terjadi pada penambahan serbuk kaca 4,39 % . Terjadi kenaikan
sebesar 14,36% jika dibandingkan dengan beton mutu tinggi tanpa
penambahan serbuk kaca.
Disimpulkan bahwa fly ash dan serbuk kaca dapat dipakai sebagai bahan
tambahan pada campuran BMT. Hal ini disebabkan salah satunya fly ash dan
serbuk kaca memiliki kandungan senyawa kimia silicate, aluminat, dan
Calsium, yang hampir sama dengan kandungan senyawa kimia dalam semen.

2.2. Beton Mutu Tinggi


Beton mutu tinggi adalah beton yang memiliki kuat tekan lebih
tinggi dibandingkan beton normal biasa. Menurut Standar/Pedoman PD T-
04-2004-C tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaksanaan Beton
berkekuatan Tinggi, yang tergolong beton bermutu tinggi adalah beton yang
memiliki kuat tekan antara 40 – 80 MPa. Beton mutu tinggi (BMT) dalam
SNI 03-6468-2000 didefinisikan sebagai beton yang mempunyai kuat tekan
lebih besar sama dengan 41,4 MPa. ACI Committae 2002 tentang High

4
5

Strength Concrete mendefinisikan beton mutu tinggi dengan kuat tekan


lebih besar dari 55 MPa.
Produksi BMT memerlukan perhatian terhadap 3 aspek yang
berpengaruh pada kekuatan beton yaitu pasta semen, agregat, dan lekatan
semen-agregat yang terkait dengan perhatian pada aspek pemilihan material,
mix design, pembuatan BMT (Paul Nugraha & Antoni, 2007).
Salah satu tantangan dalam membuat BMT adalah permasalahan
rendahnya workabilitas atau tidak mudahnya pengerjaan BMT karena
terlalu kental. Disebabkan BMT mempunyai nilai faktor air semen yang
kecil. Menurut Supartono (1998), faktor air semen didefinisikan sebagai
rasio total berat air terhadap berat total semen (Try Mulyono, 2003).). Pada
beton mutu tinggi nilai faktor air semen sekitar 0,2-0,5 (SNI 03-6468-2000).
Telah diketahui bahwa semakin besar faktor air semen maka semakin
rendah kuat tekan beton. Umumnya nilai faktor air semen minimum untuk
beton normal sekitar 0,4 dan maksimum 0,65 (Tri Mulyono, 2003). Saat ini,
telah dikembangkan berbagai jenis bahan tambah ( additive ) untuk
memperbaiki workabilitas BMT, yaitu dengan bahan aditif seperti water
reducer dan superplastisizer,

2.3 Semen Portland (Portland Cement)


Semen adalah bahan pengikat hidraulis dari bermacam agregat (Suardi
Baha.et.al.2004). Menurut ASTM C-150,1985, semen portland didefinisikan
sebagai semen hidraulik yang dihasilkan dengan menggiling kliner yang
terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau
lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-
sama dengan bahan utamanya.
Komposisi kimia semen portland umumnya terdiri dari CaO, SiO2,
Al2O3 dan Fe2O3, yang merupakan oksida dominan. Sedangkan oksida lain
yang jumlahnya hanya beberapa persen dari berat semen adalah MgO, SO3,
Na2O dan K2O. Keempat oksida utama di atas dalam semen berupa senyawa
C3S, C2S, C3A dan C4AF.
Hal penting terkait dengan mutu beton adalah faktor air semen (f.a.s)
Semakin besar nilai f.a.s, maka mutu beton semakin rendah. Dengan
6

demikian, untuk menghasilkan sebuah beton yang bermutu tinggi, f.a.s dalam
beton haruslah rendah, tetapi kesulitan dalam pengerjaannya.. Umumnya nilai
f.a.s minimum untuk beton normal sekitar 0,4 dan nilai maksimumnya 0,65
(Tri Mulyono, 2003).

2.4 Agregat
Agregat adalah butiran mineral dengan ukuran diameter dan gradasi
butiran tertentu yang apabila dicampur dengan semen dan air akan
menghasilkan beton.(Suardi Baha.et.al.2004). Tujuan penggunaan agregat
pada beton menurut Suardi Baha.et.al.(2004) untuk: 1) Sumber kekuatan dari
beton, 2) Memperkecil tingkat penyusutan beton, 3) Mencapai kepadatan
beton yang maksimal dan 4) memperoleh workability yang baik
1. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang semua butirannya lolos ayakan
berlubang 4.8 mm (SII.0052,1980) dan 4.75 mm (ASTM C33,1982) atau
5.0 mm (BS.812,1997). Menurut Suardi Baha.et.al.(2004) agregat halus
sangat berperan dalam :1) Kemudahan Pengerjaan (Workabiity), 2)
Kekuatan Beton (Strength) dan 3) Keawetan beton (Durabiity).
2. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat yang semua butirannya tertahan di atas
ayakan 4.8 mm (SII.0052,1980) dan 4.75 mm (ASTM C33,1982) atau 5.0
mm (BS.812,1997). Jenis agregat kasar menurut Suardi Baha.et.al.(2004)
adalah: 1) Alami : hasi desintregasi alam dan 2) Hasil Pemecahan dengan
stone crusher. Umumnya ukuran agregat kasar 10 – 20 mm digunakan
untuk BMT. Sedangkan agregat halus pada BMT mempunyai modulus
kehalusan butir lebih kecil dari 3,2

2.5 Air
Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan
beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai
campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa berbahaya,
tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam
campuran beton akan menurunkan kulitas beton, bahkan dapat mengubah
7

sifat-sifat beton yang dihasilkan. Air yang digunakan dapat berupa air tawar
(dari sungai, danau, telaga, kolam, situ, dan lainnya), air laut maupun air
limbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan (Tri Mulyono,
2003).

2.6 Bahan Tambahan


Bahan tambahan (additive) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke
dalam campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung.
Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar
menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu. Admixture atau bahan
tambahan yang didefinisikan dalam Standard Definitions of terminology
Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM C.125-1995:61)
dan dalam Cement and Concrete terminology (ACI SP-19) adalah sebagai
material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam
beton yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan berlangsung.
Bahan tambahan digunakan untuk memodifikasi sifat dan
karakteristik beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan,
mempercepat pengerasan, menambah kuat tekan, penghematan, atau
untuk tujuan lain seperti penghematan energi (Try Mulyono, 2003). Untuk
bahan tambahan yang merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi
syarat yang diberikan dalam ASTM C.494, “Standard Spesification for
Chemical Admixture Concrete”.

2.7 Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton adalah besarnya beban hancur persatuan luas. Untuk
mengetahui kuat tekan beton dilakukan pengujian kuat tekan beton.
Prosedur pengujian kuat tekan mengacu pada Standart Test methode for
Compressive of Cylindrical Concrete. Langkah-langkah pengujiannya
adalah sebagai berikut :
a. Benda uji ditimbang dan dicatat beratnya.
b. Benda uji diletakan dan diatur pada mesin penekan agar supaya tepat
berada ditengah-tengah plat penekan.
8

c. Pembebanan dilakukan secara perlahan-lahan dengan mesin hidrolik


sampai benda uji mengalami kehancuran.
Kuat tekan beton tergantung pada: faktor air semen, gradasi batuan,
bentuk batuan, ukuran maksimum batuan, cara pengerjaan campuran,
(pengangkutan, pemadatan dan perawatan) dan umur beton.
Kuat tekan beton sering dipakai untuk evaluasi sifat mekanik beton
keras dan kontrol kualitas pembuatan dan pelaksanaan pekerjaan beton. Uji
kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kekuatan beton yang direncanakan.
Pengujian sesuai standar ASTM C 39 - 86 standard test method for
compressive strength of cylindrical concrete specimens. Kuat tekan beton
dinyatakan dalam bentuk kuat tekan benda uji beton silinder 150 x 300 mm
pada umur 28 hari seperti pada gambar 2.1 dan kuat tekan beton dihitung
dengan menggunakan persamaan di bawah ini.

Gambar 2.1. Pengujian Kuat Tekan Beton


=

dengan : fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2)


P : beban tekan (kg)
A : luas permukaan benda uji (cm2)
Kuat tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton. Nilai
kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari. Kuat beton
akan naik secara cepat (linier) sampai umur 28 hari, tetapi setelah itu
kenaikannya tidak terlalu signifikan. Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan
mencapai 70% dan pada umur 14 hari mencapai 85% - 90% dari kuat tekan
umur 28 hari, seperti pada Gambar 2.2.
9

Gambar 2.2 Hubungan Umur dengan Kuat Tekan Beton


(Dipohusodo, 1994)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Material yang Digunakan


a. Semen yang dipakai adalah jenis cement portland tipe 1.
b. Agregat halus yang dipakai adalah pasir hasil alam
c. Agregat kasar yang dipakai adalah batu pecah ukuran 10-20 mm
d. Fly Ash tipe F dari limbah pembakaran batu bara.
e. Serbuk kaca dari penghancuran limbah kaca lolos saringan No. 200.
f. Kadar fly ash dan serbuk kaca masing-masing 5% dari berat semen.
g. Superplastisizer viscocrete 0,8% dari berat semen.
h. Campuran beton dengan Kuat Tekan beton rencana 50 MPa diperoleh dari
perencanaan campuran BMT sesuai SNI-03-6468-2000.

3.2 Pengujian Material


Pengujian material penyusun campuran beton agregat halus dan agregat kasar
berdasarkan standar – standar ASTM yang dirinci pada tabel 3.1 dan 3.2.
Tabel 3.1. Jenis –Jenis Pemeriksaan Agregat Kasar.

Sifat Standar
Berat Isi ASTM C129/29M-93
Berat Jenis ASTM C128-88R.38
Absorbsi ASTM C128-88R.38
Gradasi Agregat ASTM C136-95a
Modulus Kehalusan ASTM C136-95a

Tabel 3.2. Jenis–Jenis Pemeriksaan Agregat Halus


Sifat Standar
Berat Isi ASTM C129/29M-93
Berat Jenis ASTM C128-93
Absorbsi ASTM C128-93
Gradasi Agregat ASTM C136-95a
Modulus Kehalusan ASTM C136-95a

10

Modulus Kehalusan
11

3.3. Benda Uji dan Pengujian Benda Uji


Benda uji kuat tekan beton berdasarkan standar ASTM seperti pada Tabel 3.3.
Detail benda uji seperti pada Tabel 3.4
Tabel 3.3. Jenis Pengujian Beton

Sifat Standar Bentuk Benda uji

Kuat ASTM C39-94 Silinder 150x300 mm


Tekan
Tabel 3.4. Detail Benda Uji BMT + Serbuk Kaca+Fly Ash Type F

Beton + Fly Ash Type F 5% +


Serbuk Kaca 5%
No Kode Benda Uji Hari Kuat Tekan (buah)
1 BMTSF 28 3

Ket. : BMTSF : Beton Mutu Tinggi Serbuk Kaca

Uji kuat tekan beton sesuai standar ASTM C39M-01 dengan alat
Compressing Testing Machine (CTM) terhadap benda uji silinder beton
umur 28 hari dengan memberikan tekanan terhadap benda uji sampai
mengalami kehancuran.
Dari hasil uji kuat tekan akan diperoleh nilai beban hancur.
Sedangkan kuat tekan beton dihitung dengan persamaan:

dimana : fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2)


P : beban tekan (kg)
A : luas permukaan benda uji (cm2)

3.4 Data Pengujian Material

3.4.1 Pengujian Berat Jenis dan Absorbsi Pasir


1) Deskripsi
(a) Tujuan
Untuk memahami kondisi dan klasifikasi agregat serta cara
mencari data untuk mendapatkan angka untuk berat jenis
12

curah,berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu


dan angka penyerapan air dalam agregat halus/pasir.
(b) Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat halus/pasir dan sejenisnya,
yaitu agregat yang lolos saringan no.4 (4,75mm), hasil pengujian
ini selanjutnya dapat digunakan dalam pengerjaan perencanaan
campuran beton.
(c) Pengertian
Berat Jenis Curah adalah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 250C.
Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan (SSD) adalah perbandingan
antara berat agregat jenuh kering permukaan dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat jenuh kering permukaan dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan
jenuh pada suhu 250C. Berat jenis semu adalah perbandingan
antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 250C.
Absorbsi adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering dinyatakan dalam persen.
2) Pelaksanaan
(a) Peralatan Yang Digunakan
(i) Timbangan kapasitas 2500gr
(ii) Labu takar kapasitas 1000cc
(iii) Kerucut SSD, diameter alas (±40)mm, diamter bawah
(90±)mm, dan tinggi (±75) mm terbuat dari logam dengan
tebal minimum 0,80 mm
(iv) Batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata,
berat (340±15)gr. Diameter permukaan penumbuk (25±3) mm
(v) Saringan no.4 (4,75mm)
13

(vi) Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi benda


uji sampai (110±5)0C
(vii) Pengukur suhu/termometer, pan, pipet, penggaris.
(b) Benda uji
Agregat yang lolos saringan no.4 (4,75mm) sebanyak 1000gr.
(c) Prosedur pengujian
3) Laporan
Tabel 3.5 Hasil Uji Berat Jenis dan Absorbsi Pasir
Percobaan No. 1 2 3 Rata2
Berat pasir SSD (W1)
500 500 500 500
Berat labu + pasir kering SSD + air (W2)
1114.2 1113.4 1115.2 1114.3
Berat pasir kering oven (W3)
493.9 492.9 495.2 494
Berat labu + air (W4)
806.6 805.6 808.8 807
Berat jenis curah = W3/ (W4+W1-W2)
2.567 2.565 2.558 2.563
Berat jenis SSD = W1/ (W4+W1-W2)
2.599 2.601 2.583 2.594
Berat jenis semu = W3/ (W4+W3-W2)
2.651 2.663 2.623 2.646
Absorbsi pasir = [(W1-W3)/W3] x 00%
1.235 1.440 0.969 1.215
Kadar air = [(500-W3) / 500] x 100%
1.220 1.420 0.960 1.200
Syarat ASTM : Berat jenis SSD ≥ 2,50gr/cm3 ; absorbsi ≤ 2,30% ; kadar air ≤
1,50%

3.4.2 Pengujian Analisa Saringan Pasir


1) Deskripsi
(a) Tujuan
Memahami tentang cara pengujian tentang cara pengujian seta
klasifikasi agregat halus berdasarkan butiranya
(b) Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat halus/pasir dan sejenisnya
yang lolos saringan no.4 (4,75mm), hasil pengujian ini selanjutnya
dapat digunakan dalam pengerjaan perencanaan campuran dan
pengendalian mutu beton.
14

(c) Pengertian
Analisa saringan adalah penentuan prosentase berat butiran agregat
yang lolos dari satu set saringan,kemudian angka-angka prosentase
digambarkan pada grafik pembagian butir.
2) Pelaksanaan
(a) Peralatan yang digunakan
(i) Timbangan kapasitas 2500gr
(ii) Satu set ayakan ASTM C33 :tutup,#3/2”,#3/4”,#3/8”,No.4, No.8,
No.16, No.30, No.50, No.100, No.200,dan pan.
(iii)Mesin pengguncang (alat pnggetar listrik)
(iv)Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai (110±5)0C.
(b) Benda Uji
Agregat halus/pasir sebanyak 1000 gram
(c) Prosedur Pengujian
(i) Siapkan pasir seberat 1000 gram dan masukkan dalam oven
selama 24 jam. Setelah kering, timbang benda uji 500 gram
(ii) Bersihkan setiap saringan lalu ditimbang
(iii)Susun dengan urutan paling bawah adalah pan,kemudian
ukuran saringan kecil dan seterusnya hingga ukuran terbesar
terletak paling atas. Lakukan untuk susunan saringan pasir.
(iv)Pasir dimasukkan pada saringan teratas kemudian ditutup.
Kemudian susunan ayakan diletakkan pada alat penggetar
listrik. Jepit susunan trsebut lalu hidupkan motor selama 10
menit maka alat penggetar listrik akan menggetarkan susunan
ayakan.
(v) Diamkan selama 5 menit untuk memberikan kesempatan debu
mengendap.
(vi)Buka saringan, lalu timbang setiap saringan beserta pasir yang
tertahan.
15

(vii) Gambar hasil analisa saringan pasir dan pada gafik lengkung
saingan untuk menentukan zone gradasinya.
(viii) Hitung modulus kehalusan pasir.
3) Laporan
Tabel 3.6 Hasil Uji Analisa Saringan Pasir
Berat Berat Berat Kum % kumulatif
No Nomor
Sari- Saringan Tertahan Berat
. Saringan Tertahan Lolos
ngan + Tertahan
1 #3,0” (76,20)
Tertahan
2 #3/2” (38,10)
3 #3/4” (19,10) 433.5 433.5 0 0 0 100
4 #3,8” (13,80) 429.1 429.1 0 0 0 100
5 No.4 (4,75) 430 430 0 0 0 100
6 No.8 (2,36) 321.2 342.8 -21.6 21.6 4.32 95.68
7 No.16 (1,18) 316.3 404.4 -88.1 109.7 21.94 78.06
8 No.30 (0,60) 307 503.5 -196.5 306.2 61.24 38.76
9 No.50 (0,30) 302.4 365.1 -62.7 368.9 73.78 26.22

10 No. 100 (0,15) 293 391.5 -98.5 467.4 93.48 6.52

11 No. 200 279.7 300.8 -21.1 488.5 97.7 2.3


12 (0,075)
pan 465.5 477 -11.5 500 100 0
jumlah 452.4

Modulus Halus Butir (MHB)= jumlah % kumulatif tertahan = 452.4 = 4.524


100 100
Syarat ASTM: MBH = = 2.10 – 3.00
16

Tabel 3.7 Hasil Uji Gradasi Pasir


Lubang Persen Butir Agregat Yang Lolos Ayakan
Ayakan
(mm) Daerah I Daerah II Daerah III Daerah IV

10,00 100 100 100 100


4,80 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,40 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,20 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,60 15 – 34 45 – 59 60 – 79 80 – 100
0,30 5 – 20 8 – 90 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15
Keterangan : Daerah I = Pasir Kasar Daerah III = Pasir Agak Halus
Daerah II = Pasir Agak Kasar Daerah IV = Pasir Halus
Dari percobaan ini pasir berada di zona 2

3.4.3 Pengujian Berat Volume Padat/Gembur Pasir


1) Deskripsi
(a) Tujuan
Memahami cara pengujian serta klasifikasi agregat halus
berdasarkan berat volume.
(b) Ruang Lingkup
17

Pengujian ini dilakukan pada agregat halus/pasir dan sejenisnya


yang lolos saringan No.4 (4,75 mm), hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan dalam pengerjaan perencanaan
campuran dan pengendalian mutu beton.
(c) Pengertian
Berat volume padat adalah nilai indek dari massa agregat per-
satuan volume dalam kondisi padat.
Berat volume gembur adalah nilai indek dari massa per-satuan
volume dalam kodisi tidak padat atau gembur.
2) Pelaksanaan
(a) Peralatan yang digunakan
(i) Timbangan
(ii) Silinder/tabung kapasitas 3 liter
(iii)Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm
(b) Benda uji
Agregat halus kondisi asli dan kering
(c) Prosedur pengujian
(i) Tanpa tumbukan (kondisi tidak padat/gembur) :
a. Silinder keadaan kosong,kering dan bersih ditimbang (W1).
b. Silinder diisi dengan pasir kondisi asli sampai penuh dan
ratakan permukaannya.
c. Angkat silinder tersebut setinggi 1cm dan jatuhkan ke
lantai sebanyak 3 kali.
d. Setelah selesai, ratakan permukaannya. Ttimbang beratnya
(W2)
(ii) Dengan tumbukkan (kondisi padat) :
a. Silinder keadaan kosong,kering dan bersih ditimbang (W1).
b. Silinder diisi dengan pasir kondisi asli per–1/3 bagian
sampai penuh. Pada masing-masing bagian ditumbuk
dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali.
18

c. Setelah selesai, ratakan permukaannya. Timbang beratnya


(W2)
3) Laporan
Tabel 3.8 Hasil Uji Berat Volume Pasir
Percobaan Nomor Tidak padat/gembur Padat
1 2 3 Rata2 1 2 3 Rata2
Berat Silinder (W1) (kg)
3889 3889 3889 3889 3889 3889 3889 3889
Berat Silinder + pasir (W2)
(kg)
8170 8165 8172 8169 8323 8335 8321 8326
Berat Pasir (W2 – W1) (kg)
4281 4276 4283 4280 4434 4446 4432 4437
Volume silinder (V) (liter)
2629 2629 2629 2629 2629 2629 2629 2629
Berat Volume Pasir =
1.628 1.626 1.629 1.628 1.687 1.691 1.686 1.688
(W2 – W1)/V (kg/liter)
Syarat ASTM: Berat Volume Pasir => 1.50 gram/cm3

3.4.4 Pengujian Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah


1) Deskripsi
(a) Tujuan
Memahami tentang kondisi dan klasifikasi agregat serta cara
mencari data untuk berat mendapatkan angka untuk berat jenis
curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu
dan absorbsi air dalam agregat batu pecah.
(b) Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat batu pecah yaitu agregat
yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm), hasil pengujian ini
selanjutnya dapat digunakan dalam perencanaan campuran beton.
(c) Pengertian
Berat jenis curah adalah perbandingan antara berat agregat kering
dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 250C.
19

Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD) adalah perbandingan


antara berat agregat jenuh kering permukaan dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada
suhu 250C.
Absorbsi adalah perbandingan berat air yang dapat diserap pori
terhadap berat agregat kering dinyatakan dalam prosentase.
2) Pelaksanaan
(a) Peralatan yang digunakan
(i) Timbangan kapasitas 2500 gram
(ii) Keranjang kawat ukuran 3,35mm (No.6) atau 2,36 mm (No.8)
dengan kapasitas ± 5000 gram
(iii)Tempat air dengan kapasitas dan bentuk menyesuaikan.
(iv)Saringan No.4 (4,75mm).
(v) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai (110±5)0C.
(vi)Kain lap, sekop dan lain-lain.
(b) Benda uji
Agregat yang lolos saringan No.4 (4,75mm) sebanyak 1000 gram.
(c) Prosedur pengujian
(i) Siapkan batu pecah kondisi asli yang tertahan saringan No.4 ke
atas sebesar 1000 gram.
(ii) Cuci batu pecah lalu rendam selama 24 jam.
(iii) Buang air perendam, lalu tumpahkan batu pecah diatas kain
yang menyerap air. Keringkan batu pecah dengan kain lap
agar kering SSD (W1).
(iv) Massukkan batu pecah dalam keranjang dunagan kemudian
celupkan kedalam kontainer berisi air. Goyang-goyangkan
keranjang agar gelembung udara keluar.
(v) Timbang batu pecah dalam air dengan timbangan dunagan
(W2).
20

(vi) Keringkan batu pecah dalam oven selama 24 jam.


(vii) Setelah didinginkan, timbang batu pecah dalam kondisi
kering oven (W3)
3) Laporan
Tabel 3.9 Hasil Uji Berat Jenis dan Absorbsi Batu Pecah
Percobaan No, 1 2 3 Rata2
Batu pecah kering SSD (W1)
1005.8 1004.2 1006.9 1005.6
Berat batu pecah dalam air (W2)
646 638 653 645.67
Berat batu pecah kering oven (W3)
991.4 993.6 995.1 993.37
Berat jenis curah = W3/(W2-W1)
2.755 2.713 2.812 2.7602
Berat jenis SSD = W1/(W2-W1)
2.795 2.742 2.845 2.7943
Berat jenis semu = W3/(W3-W2)
2.870 2.794 2.909 2.8577
Absorbsi pasir = [(W1-W3)/W3] x 100%
1.452 1.067 1.186 1.235
Kadar air = [(1000-W3)/1000] x 100%
0.860 0.640 0.490 0.6633
Syarat ASTM : Berat jenis batu pecah SSD ≥ 2,50gr/cm3 ; Absorbsi ≤ 1,50% ; kadar
air ≤ 1,50%

3.4.5 Pengujian Analisa Saringan Batu Pecah


1) Deskripsi
(a) Tujuan
Memahami tentang cara pengujian serta klasifikasi agregat kasar
berdasarkan butirannya.
(b) Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat kasar batu pecah dan
sejenisnya yang tertahan saringan No.4 (4,75mm), hasil pengujian
ini selanjutnya dapat digunakan dalam perencanaan campuran beton.
(c) Pengertian
Analisa Saringan adalah penentuan prosentase berat butiran agregat
yang lolos dari satu set saringan, kemudian angka-angka prosentase
digambarkan pada grafik pembagian butir.
21

2) Pelaksanaan
(a) Peralatan yang digunakan
(i) Timbangan kapasitas 20000 gram
(ii) Satu set ayakan ASTM C33 : tutup, #3/2” , #3/4” , No.4 , No.8
, No.16, No.30 , No.50 , No.100 , No.200 , dan pan.
(iii) Mesin pengguncang (alat penggetar listrik)
(iv) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi
benda uji sampai (110±5)0C
(b) Benda uji
Agregat kasar batu pecah sebanyak 1000 gram
(c) Prosedur pengujian
(i) Siapkan batu pecah seberat 1000 gram dan masukkan dalam
oven selama 24 jam. Setelah kering,timbang benda uji pasir 500
gram
(ii) Bersihkan setiap saringan lalu ditimbang.
(iii)Susun dengan urutan paling bawah adalah pan kemudian ukuran
saringan kecil dan seterusnya hingga ukuran terbesar terletak
paling atas. Lakukan untuk ukuran batu pecah.
(iv)Batu pecah dimasukkan pada saringan teratas kemudian ditutup.
Kemudian susunan ayakan diletakkan pada alat penggetar listrik.
Jepit susunan saringan tersebut lalu hidupkan motor selama 10
menit maka alat penggetar listrik akan meggetarkan susunan
ayakan.
(v) Diamkan selama 5 menit untuk memberikan kesempatan debu
mengendap.
(vi)Buka saringan, lalu timbang setiap saringan beserta batu pecah
yang tertahan.
(vii) Gambar hasil analisah saringan batu pecah dan pada grafik
lengkung saringan untuk menentukan zone gradasinya.
(viii) Hitung modulus kehalusan batu pecah
22

3) Laporan
Tabel 3.10 Hasil Uji Analisa Saringan Batu Pecah
No. Nomor Berat Berat Berat Kum. % kumulatif
Saringan saringa Saringan Tertahan Berat
Ter- lolos
n + Ter-
tahan
Tertahan tahan
1 #3,0” (76,20) 0 0 0 0 0 0
2 #3/2” (38,10) 0 0 0 0 0 0
3 #3/4” (19,10)
433.5 433.5 0 0 0 100
4 #3,8” (13,80)
429.1 438.3 9.2 9.2 1.84 98.16
5 No.4 (4,75)
430 616.6 186.6 195.8 39.16 59
6 No.8 (2,36)
321.2 619.1 297.9 493.7 98.74 1.26
7 No.16 (1,18)
316.3 322.1 5.8 499.5 99.9 0.1
8 No.30 (0,60)
307 307 0 499.5 99.9 0.1
9 No.50 (0,30)
302.4 302.5 0.1 499.6 99.92 0.08
10 No.100 (0,15)
293 293.1 0.1 499.7 99.94 0.06
11 N0.200 (0,075)
279.7 279.8 0.1 499.8 99.96 0.04
12 Pan
465.5 465.7 0.2 500 100 0
jumlah 739.36

Modulus Halus Butir (MHB) = jumlah % kumulatif tertahan = 739.36 = 7.39


100 100
Syarat ASTM: MBH Batu Pecah = 6.30 – 7.00
23

Tabel 3.11 Hasil Uji Gradasi Batu Pecah


Lubang Ayakan Persen butir agregat Yang Lolos Ayakan/Besar Butiran
(mm) Maksimum
40 mm 20mm
40,00 95 – 100 100
20,00 30 – 70 95 – 100
10,00 10 – 35 25 – 55
4,80 0–5 0 – 10

3.4.6 Pengujian Berat Volume Batu Pecah


1) Deskripsi
(a) Tujuan
Memahami cara pengujian serta klasifikasi agregat kasar
berdasarkan berat volume.
(b) Ruang Lingkup
Pengujian ini dilakukan pada agregat kasar dan sejenisnya yang
tertahan saringan No.4 (4,75mm), hasil pengujian ini selanjutnya
dapat digunakan dalam perencanaan campuran mutu beton.
(c) Pengertian
Berat Volume Padat adalah nilai indek dari massa agregat per-
satuan volume dalam kondisi padat.
Berat Volume Gembur adalah nilai indek dari massa agregat per-
satuan volume dalam kondisi tidak padat/gembur.
2) Pelaksanaan
(a) Peralatan
(i) Timbangan.
(ii) Silinder/tabung kapasitas 10 l iter
(iii)Alat penumbuk dengan diameter 16mm dan panjang 600 mm.
(b) Benda uji
Agregat batu pecah kondisi asli dan kering
24

(c) Prosedur Pengujian


(i) Tanpa Tumbukan (Kondisi Tidak Padat/Gembur)
a. Silinder dalam keadaan kosong, kering dan bersih
ditimbang (W1).
b. Silinder diisi dengan batu pecah kondisi asli sampai penuh
dan ratakan permukaannya.
c. Angkat silinder tersebut setinggi 5 cm dan jatuhkan ke
lantai sebanyak 3 kali.
d. Setelah selesai, ratakan permukaannya dan ditimbang
beratnya (W2)
(ii) Dengan Tumbukan (Kondisi Padat) :
a. Silinder dalam keadaan kosong,kering dan bersih
ditimbang (W1)
b. Silinder diisi dengan batu pecah kondisi asli per-1/3 bagian
sampai penuh. Pada masing-masing bagian ditumbuk
dengan alat penumbuk sebanyak 25 kali
c. Setelah selesai, ratakan permukaannya dan timbang
beratnya (W2)
3) Laporan
Tabel 3.12 Hasil Uji Berat Volume Batu Pecah

Percobaan Tidak Padat/Gembur Padat


Nomor 1 2 3 Rata2 1 2 3 Rata2
Berat Silinder
12144 12144 12144 12144 12144 12144 12144 12144
(W1) (kg)
Berat Silinder
+ batu pecah 33754 33712 33750 33739 33754 33712 33750 33739
(W2) (kg)
Berat Batu
Pecah 21610 21568 21606 21595 21610 21568 21606 21595
(W2-W1) (kg)
25

Vol. Silinder
13744 13745 13746 13745 13744 13745 13746 13745
(V) kg)
Berat Vol.
Batu Pecah =
1.572 1.569 1.572 1.571 1.572 1.569 1.572 1.571
(W2-W1)/V
(kg/liter)

Syarat ASTM: Berat Volume Batu Pecah => 1.50 gram/cm3

3.5 Inovasi Beton Mutu Tinggi dengan Bahan Tambahan


Pada pembuatan campuran beton mutu tinggi (BMT) selain material
normal seperti pasir, batu pecah, semen dan air. Maka pada penelitian ini sebagai
suatu inovasi BMT dilakukan penambahan dua bahan tambahan ramah
lingkungan karena berfungsi untuk mengurangi jumlah semen dan berasal dari
limbah yaitu bahan tambahan abu terbang (fly ash) dan serbuk kaca (fritz).
Serbuk kaca berasal dari limbah kaca. Cara mengolah limbah kaca adalah
dengan dihancurkan dengan alat mekanik hingga menjadi seperti tepung,
kemudian limbah kaca disaring dengan saringan No 200 untuk mendapatkan
serbuk kaca. Sedangkan bahan abu terbang (fly ash) berbentuk seperti semen
berasal dari limbah sisa pembakaran batu bara. Perolehannya saat ini mudah
karena sudah banyak dijual dalam kemasan zak.
Berdasarkan penelitian-penelitian antara lain oleh Marsianus Danasi ;
Ade Lisantono (2015) dan Gaudiens; Dionisus (2016). Dilaporkan secara sama,
bahwa penggunaan fly ash 5% dapat meningkat kuat tekan beton lebih besar dari
44 Mpa. Sedangkan berdasarkan penelitian oleh Slamet Prayitno (2009)
dilaporkan bahwa penggunaan serbuk kaca 5% dapat meningkat kan kuat tekan
lebih besar dari 44 Mpa. Dapat disimpulkan bahwa fly ash dan serbuk kaca
dapat dipakai sebagai bahan tambahan pada campuran BMT. Hal ini disebabkan
salah satunya fly ash dan serbuk kaca memiliki kandungan senyawa kimia
silicate, aluminat, dan aluminoferrit, yang hampir sama dengan kandungan
senyawa kimia dalam semen.
26

Salah satu tantangan dalam membuat BMT adalah permasalahan


rendahnya workabilitas atau tidak mudahnya pengerjaan BMT karena terlalu
kental. Hal ini disebabkan BMT mempunyai nilai faktor air semen yang kecil.
Pada beton mutu tinggi nilai faktor air semen sekitar 0,2-0,5 (SNI 03-6468-
2000). Pada penelitian ini, untuk memperbaiki workabilitas BMT digunakan
bahan tambahan kimia yaitu jenis superplastisizer yaitu sikaviscocrete dengan
kadar 0,8% dari berat semen.

3.6 Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi fc' 50 Mpa


Perhitungan kebutuhan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan perencanaan campuran beton (mix design) berdasarkan SNI-
03-6468-2000 tentang tata cara campuran beton mutu tinggi (BMT) dengan.
Perencanaan campuran beton dilakukan sesuai mutu beton yang dipakai yaitu f’c
50 Mpa pada umur 28 hari, dengan kuat target 66.29 Mpa. Berikut adalah tabel
perencana beton mutu tinggi berdasarkan SNI-03-6468-2000 diperlihatkan pada
Tabel 3.13 di bawah ini.
Tabel 3.13 Perhitungan Perencanaan Campuran Beton Mutu Tinggi f’c = 50 MPa
NO PARAMETER REFERENSI PERHITUNGAN NILAI SAT.
Kuat Tekan
1 yang Ditetapkan pada umur 28 hari 50 Mpa
disyaratkan
f'cr =( fc' + 9.66)/0.90 SNI 03-6468-2000,
66.289 Mpa
hal. 1 ==> Yang dipakai
Kuat Tekan f'cr Lapangan = fc+9.66Mpa SNI 03-6468-
2 59.66 Mpa
target (f'cr) 2000, hal. 5

Jenis semen
3 Ditetapkan (tipe I,II,III,IV,V) PC Tipe I
yang digunakan
Batu pecah
Jenis Agregat
4 Ditetapkan (pecah/tidak) mesin 10-20
kasar
mm
Jenis Agregat
5 Ditetapkan Pasir Cor
halus
Faktor Air-
Interpolasi 50 Mpa-66.289 Mpa tabel 3 SNI
6 Semen yang 0.37
03-6468-2000 hal.5
dipakai
Ditetapkan dari tabel 2 SNI 03-6468-2000
7 Slump Rencana 75-100 mm
hal.5
27

Ukuran Agregat
8 Ditetapkan dari analisa ayakan 20 mm
Maksimum
Ditetapkan dari tabel 2 SNI 03-6468-2000
181 kg/m3
hal.5 ( Kadar air harus dikoreksi ) pers. 1
V = (1-(Berat isi agregat halus / Berat jenis
Kadar Air bebas 35.013
9 relatif kering )*1000
Koreksi Kadar air, liter/m3 = (V-35)*4,75
0.064
pers. 2
pers. 1 + Pers. 2==> Yang dipakai 181.064 kg/m3
10 Jumlah Semen No 9/6 489.362 kg/m3
Fraksi Volume agregat kasar optimum =
0,72 ……….pers 1 Tabel 1 SNI 03-6468-
Jumlah agregat 2000 hal.4
11 Berat isi agregat kasar = 1621……...pers 2 1167.120 kg/m3
Kasar
Data Uji Lab
pers. 1 x pers. 2 SNI 03-6468-2000 hal. 4
semen portland = 563.547/3.15(berat jenis
155.353 liter
semen type 1) = ………….(1)
Agregat Kasar = 1167.120/2.795(berat jenis
417.574 liter
kerikil dari uji Lab) = …...….(2)
Air =
181.064 liter
…………….(3)
Jumlah Agregat
12 Kadar udara Tanpa Superplasticizer tabel 2
Halus 20 liter
SNI 03-6468-2000 hal.5 . . . ..4
Volume pasir per m3 beton = 1000- Total
226.009 liter
1,2,3,4 =
Dikonversi menjadi berat pasir kering oven
= 0.197313*2.599(berat jenis Pasir dari uji 587.397 kg/m3
Lab)* 1000

Tabel. 3.14. Komposisi Akhir


Campuran BMT f’c=50 Mpa per 1 M3
SEMEN PASIR BATU PECAH
NO JUMLAH
(kg) (kg) (kg) AIR (kg)
Berat Material 489.362 587.397 1167.120 181.064
1
Perbandingan Berat 1 1.20 2.38 0.37
SEMEN PASIR BATU PECAH
JUMLAH (m3) (m3) (m3) AIR (m3)
2 Volume Material 489.362 357.732 720.000 181.064
(Vol = Berat / Berat Isi)
Perbandingan Volume 1 0.731 1.471 0.37
28

3.7 Rencana Anggaran Biaya

1. Biaya Pembuatan BMT Per 1 M3

Tabel 3.15 Biaya Pembuatan Beton Mutu Tinggi (BMT) f;c=50 Mpa - per 1 M3
Harga Satuan Total Biaya
No Material Satuan Volume
(Rp) (Rp)
1 Semen kg 489.362 1,650.00 807,447.42
2 Pasir Cor m3 0.357 295,000.00 105,315.00
3 Batu Pecah Mesin m3 0.72 267,000.00 192,240.00
4 Serbuk Kaca kg 24.4681 0.00 0.00
5 Fly Ash kg 24.4681 375.00 9,175.54
6 Sika Viscocrete kg 3.9149 59,250.00 231,957.62
Jumlah Total 1,346,135.58

2. Biaya Pembuatan BMT per 3 benda uji (0.0053 m3 X 3 Buah) = 0. 0159 M3

Tabel 3.16 Biaya Pembuatan Beton Mutu Tinggi (BMT) f’c = 50 Mpa - per 3 Benda Uji
Harga Satuan Total Biaya
No Material Satuan Volume
(Rp) (Rp)
1 Semen kg 8.55894 1,650.00 14,122.26
2 Pasir Cor m3 0.00624 295,000.00 1,841.96
3 Batu Pecah Mesin m3 0.01259 267,000.00 3,362.28
4 Serbuk Kaca kg 0.42795 0.00 0.00
5 Fly Ash tipe f kg 0.42795 375.00 160.48
6 Sika Viscocrete kg 0.0661 59,250.00 3,919.03
Jumlah Total 23,543.91

3.8 Aplikasi Beton Mutu Tinggi di Lapangan


Beton mutu tinggi (BMT) merupakan beton dengan kekuatan tinggi
sehingga bermanfaat pada struktur-struktur dengan kondisi khusus karena
geometri yang ekstrim dan kapasitas pemikulan beban yang besar. Struktur-
struktur tersebut antara lain gedung tingkat tinggi, jembatan bentang panjang,
beton pratekan dan pondasi tiang.
Di beberapa negara maju sudah sejak lama BMT berhasil diproduksi
untuk pekerjaan-pekerjaan khusus. Di Jepang untuk panel cangkang beton
pracetak pada sebuah terowongan kereta api, di USA untuk keperluan militer,
29

dan di Eropa untuk struktur jembatan berbentang panjang. Di Indonesia BMT


dengan kuat tekan rata-rata sebesar 85 MPa sudah dapat dibuat secara komersial
dengan bahan tambah superplastisizer dengan nilai slump mencapai 15 cm yang
memberikan kemudahan secara ekonomis bagi penyelesain masalah struktur
yang terjadi.
Bangunan-bangunan yang memberikan syarat tentang kecukupan akan
kekuatan, ketahanan, masa layan dan efisiensi mengarah kepada digunakannya
BMT. Dengan BMT dimensi struktur dapat diperkecil sehingga berat struktur
menjadi lebih ringan, hal tersebut menyebabkan beban yang diterima pondasi
secara keseluruhan menjadi lebih kecil, jika ditinjau dari segi ekonomi hal
tersebut tentu akan lebih menguntungkan. Disamping itu untuk bangunan
bertingkat tinggi dengan semakin kecilnya dimensi struktur kolom pemanfaatan
ruangan akan semakin maksimal .
BMT sangat baik dipakai pada kondisi harus menempatkan beton pada
masa layannya di umur awal, sebagai contoh pada perkerasan beton elemen
struktu pelat dan balok gedung di umur 3-7 hari. Sehingga bekisting elemen
struktur seperti pelat dan balok dapat lebih awal dibongkar. Pembongkaran
lebih awal bekisting secara ekonomis akan menguntungkan pada kecepatan
penyelesaian pekerjaan struktur.
BMT merupakan solusi untuk bangunan-bangunan seperti bendungan,
abutmen, pilar jembatan dalam laut. Porositas yang dihasilkan BMT umumnya
lebihrapat, sehingga akan menghasilkan beton yang relatif lebih awet dan tahan
chlor dan sulfat karena tidak dapat ditembus oleh air dan zat perusak beton..
BMT juga baik dipakai pada bangunan-bangunan yang membutuhkan
kondisi ketat terhadap terpenuhinya syarat durabilitas, elastisitas dan kuat lentur
seperti pada struktur dam, pondasi-pondasi pelabuhan, garasi parkir, dan lantai
heavy duty pada area industri.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Penelitian yang akan dilakukan adalah pemanfaatan serbuk kaca dan fly ash
yang merupakan bahan-bahan limbah pembakaran batubara dan kaca
industri yang ditambahkan pada campuran beton mutu tinggi sebagai
pengganti sebagian semen (material polutan) merupakan suatu upaya
inovasi beton untuk menghasilkan beton mutu tinggi ramah lingkungan.

2. Beton Mutu tinggi direncanakan mempunyai kuat tekan 50 Mpa dengan


kadar serbuk kaca dan fly ash yang ditambahkan sebagai pengganti sebagian
semen masing-masing sebesar 5% dari berat semen.

3. Perbaikan workabiltas beton mutu tinggi sehingga mudah dikerjakan


dilakukan dengan menambah superplatisizsr sikaviscocrete dengan kadar
0,8% dari berat semen.

4. Proporsi material agregat kasar, agregat halus, semen dan air pada campuran
beton mutu tinggi dicari dengan perencanaan campuran beton (concrete mix
design) berdasarkan SNI-03-6468-2000 tentang Tata Cara Pembuatan
Campuran Beton Mutu Tinggi.

5. Evaluasi kuat tekan beton mutu tinggi akan dilakukan berdasarkan hasil uji
benda uji beton silinder 150x300 mm pada umur 28 hari dengan alat
compression testing machine (CTM) sesuai standar ASTM 39-89 tentang
“Standard Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete
Specimens”.
4.2 Saran
Untuk menjaga konsistensi data-data hasil uji material agregat kasar dan
agregat halus yang telah dilakukan lebih dahulu untuk kepentingan mix design
di tempat asal peserta kompetisi maka pada saat pembuatan benda uji di lokasi
perlu dilakukan pemeriksaan bersama material agregat lokal yang dipakai
secara visual atau bahkan pengujian ulang agregat di lokasi jika diperlukan.

30
31

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional.2002. SNI 03-6863-2002. Metode pengambilan contoh


dan pengujian abu terbang atau pozolan alam sebagai mineral pencampur
dalam beton semen Portland. Jakarta

Badan Standar Nasional. 1991. Spesifikasi Abu Terbang Sebagai Bahan Tambahan
Untuk Campuran Beton, SNI 03-2460-1991. Jakarta.

Badan Standar Nasional. 2011. Tata Cara Pembuatan dan perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium. SNI 2493 : 2011. Jakarta.

Bahar, Suardi. Nur Al Fata. Rahman Suhanda dan Enny Kurniawati.2004. Pedoman
Pekerjaan Beton. Jakarta. Wika

Dionisius, 2002, “Stress-Strain Model of Copper Slag High Strength Concrete


Confined by Spiral Reinforcement” , Proceding, Seminar Internasional, Bali

Dipohusodo, Istimawan.1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta. PT Gramedia Pustaka


Utama

Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Tata Cara Perencanaan campuran


Beton Berkekuatan Tinggi Denagn Semen Portland Dengan Abu Terbang,
SNI 03-6468-2000, Pd T-18-1999-03, Departemen Pemukiman Dan
Prasarana Wilayah, Badan Penelitian Dan Pengembangan, Jakarta.

Danasi, Marsianus dan Ade Lisantono. 2015. ”Pengaruh penambahan Fly Ash
pada Beton Mutu Tinggi dengan Silica Fume dan Filer Pasir Kwars”. Hal.
665-672.

Gaudensius, Dionisius. 2016, Pengaruh Penggunaan Flys Ash Tipe F dan Tipe C
terhadap Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi dan Beton Mutu Normal, Skripsi,
Universitas Merdeka. Malang

Mulyono Tri. 2003.Teknologi Beton.Yogyakarta. ANDI

Mukono. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Airlangga University Press, Surabaya.

Nugraha, Paul dan Antoni. 2007. Teknologi Beton.Yogyakarta.ANDI

Slamet Prayitno. 2009. Pengaruh Penggatian Sebagian Semen dengan Serbuk Kaca
dan penambahan serat kawat galvanis pada beton mutu tinggi terhadap kuat
tekan dan kuat lentur balok beton bertulang. Matriks Teknik Sipil. Jurnal
Online. Vol. 4 No.2

Slamet, J.S. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Gadjah Mada University


Press,
32

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001.


Jakarta. GRASINDO

Wardhana, W.A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta.ANDI


Zeta Eridani. 2004. Pemanfaatan Abu Terbang Sebagai Bahan Tambah Untuk
Meningkatkan Kualitas Beton, Program Studi Ilmu Lingkungan UGM.

Anda mungkin juga menyukai