PENDAHULUAN
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketubah pecah. Prolaps tali pusat merupakan
1
komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi dapat
mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang
matang dan pengelolaan segera.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
1) Dari sudut ibu
Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus
dupleks, mioma bersama kehamilan)
Keadaan plasenta (plesenta letak rendah, plasenta previa)
Kedaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulang
panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir).
2) Dari sudut Janin
Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
Hidrosefalus, Anensefalus
3
Kehamilan kembar, Prematuritas
Hidramnion, Oligohidramnion .
4
2) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu bagian bokong dan lutut dalam keadaan fleksi total sehingga
bagian kaki yang menempati pelvis. Keadaan ini merupakan 10-
30% dari semua janin dengan presentasi bokong.seri
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna (Incomplet Breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Keadaan ini merupakan
5-10% dari semua janin dengan presentasi bokong dimana sering
didapatkan prolapse dari tali pusat dan tingkat morbiditas dan
mortalitas janin paling tinggi pada presentase bokong tipe ini.
4) Flooting breech
Satu atau kedua kaki menjadi bagian presentasi karena baik pinggul
atau lutut tidak sepenuhnya fleksi. Bedanya dengan Complete
Breech kaki lebih rendah dari bokong.
5
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Presentasi bokong yang menetap dapat disebabkan
oleh abnormalitas dari bayi, volume cairan amnion, lokasi plasenta,
kelainan uterus, tonus otot uterus yang lemah dan prematuritas.
6
2.1.6 Jenis-Jenis Persalinan Bokong
- Indikasi persalinan pervaginam pada presentasi bokong:
1. Janin tunggal
2. Presentasi bokong murni
3. Taksiran berat janin 2000 – 3500 gram
4. Pelvimetri adekuat (radiologik)
5. Tenaga penolong terampil
6. Tersedia fasilitas kamar operasi
7. Tidak ditemukan adanya tanda – tanda indikasi sectio caesaria
untuk ibu dan bayi
- Indikasi operasi pada presentasi bokong:
1. Janin besar
2. Ukuran pelvis tidak adekuat
3. Hiperekstensi kepala
4. Disfungsi uterus
5. Footling presentation
6. Prematur dengan ibu dalam keadaan inpartu
7. IUGR
8. Riwayat kematian perinatal karena trauma lahir
7
Prosedur persalinan sungsang :
1. Tahap lambat tahapan persalinan dari bokong sampai
umbilikus
Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak
terdapat hal – hal yang membahayakan jalannya persalinan.
Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya
persalinan.
2. Tahap cepat tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut
Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit (1 – 2 kali
kontraksi uterus) fase ini sudah harus berakhir. Pada fase ini, tali
pusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga dapat
menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3. Tahap lambat kedua tahapan persalinan dari mulut sampai
seluruh kepala
Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa – gesa
oleh karena persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi
sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala
sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
8
Gambar. 2.2 Prodedur persalinan sungsang.
9
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkeram dengan cara Bracht,
yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan
jari – jari lain memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih
dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan
rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan
ini disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi kristeller.
Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat
diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan
menghindari ruang kosong antara fundus uteri dan kepala janin
sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut – turut lahir pusar, perut, bahu,
lengan, dagu, mulut dan akhrinya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu.
Keuntungan :
Tangan penolong tidak masuk ke jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi
Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma
pada janin
10
Kerugian :
Terjadi kegagalan sebanyak 5 – 10% jika panggul sempit, janin
besar, jalan lahir kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit
atau menunjuk.
Tahapan :
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu
sendiri
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara
klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.
11
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid
and Martin Winctel, Prague terbalik, Cunam piper.
a. Cara klasik
1. Prinsip – prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena
lengan belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru
kemudian melahirkan lengan depan di bawah simfisis, tetapi jika
lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu, tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu
janin sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan
gerakan seolah – olah lengan bawah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke
bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi
lengan belakang. Gelang bahu yang sudah lahir dicengkeram
dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu
jari tangan penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu
badan janin sedang jari – jari lain mencengkeram dada. Putaran
diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan terletak di
belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.
12
Gambar 2.7 metode klasik.11
b. Cara Mueller
Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan
ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan
belakang.
1.Bokong janin dipegang secara femuro – pelviks, yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada
crista illiaca dan jari – jari lain mencengkeram paha bagian depan.
Badan janin ditarik curam kebawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak dibawah simfisis, dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya.
2.Setelah bahu depan dan lengan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro – pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke
belakang lahir. Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka
lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan
kedua jari penolong.
13
Gambar 2.8 cara Mueller
c. Cara Louvset
Prinsipnya : Memutar badan janin 180o sambil dilakukan traksi ke
bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang
akhirnya lahir dibawah simfisis.
Badan janin dipegang secara femuro – pelviks dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah, badan janin diputar setengah
lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke
arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya
bolak balik sehingga bahu belakang tampak dibawah simfisis dan
lengan dapat dilahirkan.
14
Gambar 2.9 cara louvset.
Melahirkan Kepala
a. Cara Mauriceau (Veit – Smellie)
1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari ke-4 mencengkeram fossa kanina, sedangkan jari
lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong, seolah – olah janin menunggang kuda. Jari
telunjuk dan jari ke-3 penolong yang lain mencengkeram leher
janin dari arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan ekspresikristeller. Tenaga
tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang
mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput
tampak dibawah simfisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut – turut lahir
dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun – ubun besar dan akhirnya
lahir seluruh kepala janin.
15
Gambar 2.10 cara mauriceau.9
b. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi, sehingga jari penolong
tidak bisa dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong
mencengkeram leher janin dari arah depan dan belakang. Kedua tangan
penolong menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu
seorang asisten mendorong kepala janin ke arah bawah. Cara ini tidak
dianjurkan karena menimbulkan trauma yang berat pada sumsum
tulang di daerah leher.
16
Gambar 2.11 cara prague terbalik9
d. Cara cunam piper
Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan
pemasangan dengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini
cunam dimasukkan pada arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha
belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah simfisis, maka cunam
dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut
– turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.
17
Ekstraksi Janin dengan Letak Sungsang
Teknik Ekstraksi Kaki
1. Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi.
2. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki
bawah fleksi, pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga
dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
3. Kedua ibu jari memegang belakang betis janin sejajar sumbu panjang
betis, dan jari – jari lain di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah
sampai pangkal paha lahir.
4. Pangkal paha dipegang setinggi mungkin dengan kedua ibu jari di
belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari – jari lain di depan
paha.
5. Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trochanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas
sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong lahir.
6. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai
teknik pegangan femuro – pelviks, badan janin ditarik curam kebawah
sampai pusat lahir.
7. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara
persalinan yang sama seperti manual aid.
18
3. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam ke
bawah, sehingga trochanter tampak dibawah simfisis, maka jari telunjuk
penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir.
4. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro – pelviks,
kemudian janin dilahirkan dengan cara manual aid.
2. Asfiksia fetalis
Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang
menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi dengan bahaya
terjepitnya tali pusat pada waktu masuk panggul (fase cepat).
19
3. Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada panggul sempit,
serviks yang belum terbuka lengkap, atau kepala janin yang dilahirkan
secara mendadak, sehingga timbul dekompresi.
4. Fraktur pada tulang – tulang janin
Kerusakan pada tulang janin dapat berupa :
a. Fraktur tulang – tulang kepala
b. Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit
c. Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar
d. Paralisis brachialis
e. Fraktur femur
f. Dislokasi bahu
g. Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang
sangat ekstensi
h. Hematoma otot – otot
20
5) Kepala hiperekstensi atau defleksi
6) Janin sangat besar
7) Plasenta previa
8) Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan
9) lengkap
10) Primigravida.
Keterangan 0 1 2
Paritas Primi Multi -
Masa gestasi >39 minggu 38 minggu < 37 minggu
TBJ > 3130 3629 – 3176 < 3176
Riwayat presbo - 1x 2x
Station - 3 cm - 2 cm - 1 / lebih
pendek
Pembukaan < 2 cm 3 cm > 4 cm
Keterangan :
< 4 : sectio caesaria
4 : re-evaluasi
> 4 : pervaginam
21
2.1.7 Komplikasi
1. Komplikasi maternal
Komplikasi maternal terjadi akibat berbagai manuver yang
dilakukan pada jalan lahir untuk mengeluarkan bagian – bagian bayi
berisiko menyebabkan infeksi. Manuver intrauterin, dan
dikeluarkannya kepala bayi melalui serviks yang belum terdilatasi
penuh mempunyai risiko ruptur uteri, laserasi serviks atau
keduanya.
2. Komplikasi fetus
Fraktur umum terjadi pada ekstraksi yang sulit, melibatkan
clavicula, humerus dan femur. Fraktur depresi cranium, dan bahkan
fraktur leher dapat terjadi jika kepala bayi ditarik dengan cepat
melewati pelvis yang sedang berkontraksi. Hematoma musculus
sternocleidomastoideus dapat terjadi dan menghilang spontan.
Paralisis bahu akibat cedera pleksus brachialis dapat timbul sebagai
akibat hiperekstensi leher atau tekanan berlebihan pada pleksus
brachialis sewaktu membebaskan lengan. Persalinan yang terlambat
dapat menyebabkan asfiksia dan sufokasi darah, lendir dan
mekonium pada jalan lahir. Pada bayi preterm, perbedaan ukuran
kepala dan bokong lebih besar, sehingga ekstremitas bawah dan
bokong dapat lewat, tetapi serviks tidak akan berdilatasi secara
adekuat untuk melewatkan kepala. Head entrapment pada after
coming head dapat terjadi karena kepala melewati panggul dalam
waktu lebih singkat sehingga tidak terjadi moulage kepala dan
pembukaan tidak lengkap. Insidensinya sekitar 8 : 1000 persalinan.
Nuchal arm, yaitu terjepitnya lengan di belakang leher ditemukan
pada 6% kasus dan meningkatnya angka mortalitas. Prolaps tali
pusat meningkat frekuensinya bila fetus kecil atau presentasi bukan
frank breech (footling 15% dancomplete breech 5%). Soernes dan
Bakke (1986) menyatakan bahwa tali pusat pada presentasi bokong
22
lebih pendek dibandingkan dengan presentasi kepala. Spellacy &
associates (1966) menyatakan bahwa lilitan tali pusat lebih sering
terjadi pada letak sungsang. Hiperekstensi yaitu sudut antara
geraham dan vertebrae > 105o dapat menimbulkan trauma medulla
spinalis dan robekan tentorium cerebri.
2.1.8 Prognosis
Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang
kepala, morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan
sungsang pervaginam lebih besar.
Morbiditas maternal : lebih tingginya frekuensi persalinan operatif
pada presentasi sungsang termasuk sectio caesaria menyebabkan
peningkatan morbiditas ibu antara lain :
1. Morbiditas infeksi
2. Ruptura uteri
3. Laserasi serviks
4. Luka episiotomi yang meluas
5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesik, sehingga terjadi
perdarahan pasca persalinan.
Trauma persalinan :
23
Mortalitas perinatal terutama akibat :
Persalinan preterm
Asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernafas saat kepala
masih berada dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh
janin sudah berada diluar jalan lahir sehingga menimbulkan refleks
bernafas pada janin).
1) Bagi ibu
Robekan pada perineum mungkin akan lebih besar karena
dilakukan tindakan khusus, selain itu ketuban lebih cepat pecah
dan partus lebih lama sehingga akan mudah terkena infeksi. Bila
terjadi persalinan spontan prognosis ibu baik. Laserasi tractus
genitalis dan perdarahan dapat terjadi karena persalinan yang
terlalu cepat dan dipaksakan melalui panggul yang terlalu kecil
atau melalui bagian-bagian lunak yang belum terbuka.
2) Bagi bayi
Prognosis tidak begitu baik kerena adanya gangguan peredaran
darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir,
tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa
menderita asfiksia. Oleh sebab itu setelah janin lahir sampai
umbilicus, janin keseluruhan harus lahir dalam waktu 8 menit.
24
2.2.1 Komplikasi
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban
menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan
serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina
kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan,
terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan
bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama.
2. Pada janin
a. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau
lebih dari 160 x / menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari
10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna
kehijauan(jika bayi lahir dengan letak kepala).
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan,
dan ketrampilan motorik (kemmpuan untuk bergerak dalam cara
yang terkoordinasidan terarah)akibat dari rusaknya otak karena
trauma lahir atau patologi intrauterin.
25
BAB III
LAPORAN KASUS
B. Identifikasi Suami
Nama Suami : Tn. H
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
3.2 Anamnesis
Dilakukan anamnesis pada tanggal 13 Oktober 2019, pukul 17.40 WIB.
A. Keluhan Utama
Perut terasa mules yang menjalar ke pinggang dan rasa ingin melahirkan
sejak 12 jam yang lalu.
26
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan mules yang menjalar kepinggang seperti
mau melahirkan semakin lama semakin kuat sejak ±12 jam sebelum masuk
rumah sakit. ± 15 menit sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh
keluar air-air dari jalan lahir. Lendir (+), darah (-).
Pasien mengatakan bahwa setiap bulan memeriksakan kandungan nya
ke puskesmas, dari hasil usg terakhir dikatakan posisi bayi sungsang.
E. Riwayat Menstruasi
Usia haid Pertama : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 5 hari
Keluhan saat haid :-
HPHT : 10-01-2019
TP : 17-10-2019
F. Riwayat Perkawinan
Lama Pernikahan : 108 bulan
Usia Menikah : 24 tahun
27
G. Riwayat Kontrasepsi
Os mengatakan menggunakan kb suntik 3 bulan
H. Riwayat ANC
OS melakukan ANC setiap bulan di Puskesmas
28
B. Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
C. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Leopold I : Teraba bagian bulat, keras, mudah digerakkan, melenting
(kepala) TFU 30 cm, 2 jari di bawah processus xyphoideus,
29
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher:
- Konsistensi portio : lunak
- Posis Portio : medial
- Pembukaan : 2 cm
- Selaput ketuban : negative
- Teraba jari-jari di vulva
30
3.6 Followup Pre SC
Tanggal/Jam S O A P
31
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13 Oktober 2019.
Hitung Jenis
Eosinofil 0,7 % 1-3
Basofil 0.1 % 0-1
Neutrofil 79,0% 40-60
Limfosit 1,6% 20-50
Monosit 18.6 % 2-8
LED 19 mm/jam <20 mm/jam
URIN
Urin Rutin
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1,010 1,005-1,030
Ph 7,5 4,5-7,5
Protein Urin (-) Negatif
Glukosa Urin Negatif Negatif
32
3.8 Diagnosis Kerja
G3P2A0 hamil aterm inpartu kala 2 fase laten Janin Tunggal Hidup Presentasi
bokong
33
3.10 Follow Up Post SC
Tanggal/Jam S O A P
14 Oktober Nyeri bekas KU : Baik P3AO post SC a/I -Observasi KU,TVI
2019 18.30 WIB operasi TD : 120/80 presentasi -IVFD RL 500 cc gtt 20
mmHg bokong x/menit+ 2 amp oxytocin,
N : 83x/menit setelah 12 jam Rl kosong
RR : 21x/menit - cek Hb post operasi
T: 36,5°C - diet TKTP
- Mobilisasi bertahap
Th/
ceftriaxone 2x1/ iv (skin test)
metronidazole 2x1/ kocor
asam tranexsamat 3x1 iv
pronalges sup 4x1/ anal
alinamin F 3x1/ oral
15 Oktober Nyeri pada KU : Baik P3AO post SC a/I -Observasi KU,TVI dan
2019 07.00 WIB luka post SC Sens : Compos presentasi perdarahan
mentis bokong -aff infus bila injeksi habis
TD : 130/80 -aff kateter
mmHg - diet tktp
N : 73x/menit -Mobilisasi bertahap
RR : 21x/menit -Asi on demand
T: 36,7°C - Cefixime 3 x 100mg/ oral
-tinggi fundus -Asam mefenamat 3x500 mg
sejajar Umbilikus, -alinamin f tab 3x 25 mg/oral
kontraksi kuat. - molazol 3x500 mg/oral
Lochia rubra: (+)
34
16 Oktober Nyeri pada KU : Baik P5AO post SC a/I - Mobilisasi bertahap
2019 07.00 WIB luka post SC Sens : Compos presentasi bokong - ASI on demand
mentis - diet tktp
TD : 110/70 - Ganti opsite (+)
mmHg - Rencana pulang
N : 80x/menit Terapi oral
RR : 20x/menit - Cefixime 2 x 500mg
T: 36,5°C -Asam mefenamat 3x500 mg
-Fundus setinggi 1 - alinamin f 3x1 tab/oral
jari bawah -molazol 3x 500mg
Umbilikus,
kontraksi kuat.
35
BAB IV
36
kehamilan, persalinan lalu diikuti dengan diagnosis janin dan riwayat penyakit
penyerta.
Bayi lahir jenis kelamin Perempuan, berat Bayi Lahir 3180 PB 48 cm. Bayi
yang lahir termasuk kategori berat bayi normal, dimana berat bayi lahir normal
apabila didapatkan berat 2500- 4000 gram. Menurut masa gestasinya bayi tersebut
sesuai untuk masa kehamilannya (SMK).
37
mendapatkan tatalaksana asam mefenamat. Asam mefenamat merupakan
analgetik anti-inflamasi non-steroid (NSAID) yang berfungsi menghambat enzim
yang memproduksi prostaglandin. Prostaglandin adalah senyawa yang dilepaskan
oleh tubuh dan menyebabkan rasa sakit dan reaksi peradangan.
Pada hari kedua post SC pasien tetap mendapatkan pengobatan yang sama
yaitu antibiotik dan analgetik. Pada hari kedua sudah dilepas kateter dan infus dan
dilakukan diet tinggi karbohidrat tinggi protein serta dilakukan mobilisasi bertahap
pada pasien dan direncanakan untuk pulang setelah keadaan stabil.
38
BAB V
5.1. Simpulan
1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat dimana diawali dengan diagnosis ibu
yang terdiri dari diagnosis kehamilan, persalinan lalu diikuti dengan diagnosis
janin dan riwayat penyakit penyerta.
2. Tatalaksana yang diberikan belum tepat dimana pada kasus ini dilakukan
tindakan section caesaria.
5.1. Saran
39
DAFTAR PUSTAKA
40