Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang


dengan kepala di fundus dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Tipe dari
presentasi bokong yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi, Complete
breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ektensi, Incomplete
breech (10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki.

Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki


resiko. Hal ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Presentasi bokong terjadi
dalam 3-4% dari seluruh persalinan. Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang
paling sering dijumpai.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong,


diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika
dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan
multigravida disbanding dengan primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan
panggul ibu maka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit,
dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada Pintu Atas Panggul.

Presentasi bokong tentunya dapat mempengaruhi proses persalinan. Jika yang


terjadi adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih relative mudah
pada multipara. Sedangkan jika yang terjadi adalah presentasi kaki, pada saat ketuban
pecah spontan mungkin saja tali pusat ikut keluar (prolapses tali pusat), jika tidak
segera dilakukan persalinan, janin mungkin tidak diselamatkan, untuk mencegahnya
persalinan dapat dilakukan dengan section caesaria.

Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketubah pecah. Prolaps tali pusat merupakan

1
komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200 kelahiran, tetapi dapat
mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu, diperlukan keputusan yang
matang dan pengelolaan segera.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Presentasi Bokong


2.1.1 Definisi
Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian
terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Dengan insiden 3-
4% dari seluruh kehamilan tunggal pada umur kehamilan cukup bulan
(> 37 minggu). Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang
paling sering dijumpai. Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian
presentasi bokong sekitar 25-30% dan sebagian besar akan berubah
menjadi presentasi kepala setelah umur 34 minggu. Penyebab terjadinya
presentasi bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor risiko
selain prematuritas, yaitu abnormalitas sturuktural uterus,
polihidramnion, plasenta previa, multiparitas, mioma uteri, kehamilan
multiple, anomali janin (anensefali, hidrosefalus), dan riwayat
presentasi bokong sebelumnya.

2.1.2 Etiologi
1) Dari sudut ibu
 Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus
dupleks, mioma bersama kehamilan)
 Keadaan plasenta (plesenta letak rendah, plasenta previa)
 Kedaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulang
 panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir).
2) Dari sudut Janin
 Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat
 Hidrosefalus, Anensefalus

3
 Kehamilan kembar, Prematuritas
 Hidramnion, Oligohidramnion .

2.1.3 Klasifikasi Presentasi Bokong

Berdasarkan bagian terbawah janin presentasi bokong dapat dibagi


menjadi :

Gambar 2.1 Klasifikasi Presentasi Bokong.

1) Presentasi bokong murni (frank breech)


Yaitu bagian kaki dari janin mengalami fleksi total di bagian bokong
dan ekstensi total dibagian lutut. Telapak kaki berada paling dekat
dengan kepala dan bokong menempati segmen bawah uterus.
Keadaan ini merupakan 60-70% dari semua janin dengan presentasi
bokong. Resiko dari disporsosi fetal-pelvis dan prolapse plasenta
paling rendah pada presentasi bokong tipe ini.

4
2) Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech)
Yaitu bagian bokong dan lutut dalam keadaan fleksi total sehingga
bagian kaki yang menempati pelvis. Keadaan ini merupakan 10-
30% dari semua janin dengan presentasi bokong.seri
3) Presentasi bokong kaki tidak sempurna (Incomplet Breech)
Yaitu letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. Keadaan ini merupakan
5-10% dari semua janin dengan presentasi bokong dimana sering
didapatkan prolapse dari tali pusat dan tingkat morbiditas dan
mortalitas janin paling tinggi pada presentase bokong tipe ini.
4) Flooting breech
Satu atau kedua kaki menjadi bagian presentasi karena baik pinggul
atau lutut tidak sepenuhnya fleksi. Bedanya dengan Complete
Breech kaki lebih rendah dari bokong.

2.1.4 Patofisiologi pada Presentasi Bokong

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin


terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih
32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang .

Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat


dan jumlah air ketuban relatif berkurang. Bokong dengan kedua
tungkai terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa
untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum
cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada

5
kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala. Presentasi bokong yang menetap dapat disebabkan
oleh abnormalitas dari bayi, volume cairan amnion, lokasi plasenta,
kelainan uterus, tonus otot uterus yang lemah dan prematuritas.

2.1.5 Diagnosis Presentasi Bokong


1. Palpasi
Saat pemeriksaan leopod bagian bawah teraba lunak bulat dan tidak
melenting (bokong), sementara di fundus teraba bagian bulat, keras,
melenting (kepala) dan punggung teraba di kanan atau kiri.
2. Aukultasi
Denyut jantung janin paling jelas terdengar di atas umbilicus,
punctum maximum denyut jantung janin terdengar di kuadran atas
perut ibu.
3. Pemeriksaan dalam
Adanya tahanan muskular dengan anus, mekonium, satu kaki janin
atau genital.
Bagian terendah teraba tinggi, teraba 3 tonjolan yaitu kedua tuber
ischiadicum, dan os sacrum. Kadang-kadang teraba kaki jika kaki
bagian terbawah janin.
4. Pemeriksaan ultrasonografi
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian resiko
pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian volume air
ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi bokong ,
keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital. Berat janin dapat
diperkirakan secara ultrasonografi berdasarkan ukuran diameter
biparietal, lingkar kepala, lingkar perut dan panjang tulang femur.
Gambaran ultrasonografi tentang ekstremitas bawah dapat
memberikan informasi tentang jenis presentasi bokong.

6
2.1.6 Jenis-Jenis Persalinan Bokong
- Indikasi persalinan pervaginam pada presentasi bokong:
1. Janin tunggal
2. Presentasi bokong murni
3. Taksiran berat janin 2000 – 3500 gram
4. Pelvimetri adekuat (radiologik)
5. Tenaga penolong terampil
6. Tersedia fasilitas kamar operasi
7. Tidak ditemukan adanya tanda – tanda indikasi sectio caesaria
untuk ibu dan bayi
- Indikasi operasi pada presentasi bokong:
1. Janin besar
2. Ukuran pelvis tidak adekuat
3. Hiperekstensi kepala
4. Disfungsi uterus
5. Footling presentation
6. Prematur dengan ibu dalam keadaan inpartu
7. IUGR
8. Riwayat kematian perinatal karena trauma lahir

Prinsip dasar persalinan sungsang :


1. Persalinan pervaginam
a. Persalinan spontan atau Bracht
Janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri.
b. Manual aid atau partial breech extraction
Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
c. Ekstraksi sungsang atau total breech extraction
Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
2. Persalinan perabdominam (sectio caesaria)

7
Prosedur persalinan sungsang :
1. Tahap lambat tahapan persalinan dari bokong sampai
umbilikus
Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak
terdapat hal – hal yang membahayakan jalannya persalinan.
Pada fase ini, penolong bersikap pasif menunggu jalannya
persalinan.
2. Tahap cepat tahapan persalinan dari umbilikus sampai mulut
Disebut fase cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit (1 – 2 kali
kontraksi uterus) fase ini sudah harus berakhir. Pada fase ini, tali
pusat berada diantara kepala janin dengan PAP sehingga dapat
menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
3. Tahap lambat kedua tahapan persalinan dari mulut sampai
seluruh kepala
Pertolongan pada tahap persalinan ini tidak boleh tergesa – gesa
oleh karena persalinan kepala yang terlalu cepat pada presentasi
sungsang dapat menyebabkan terjadinya dekompresi kepala
sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.

8
Gambar. 2.2 Prodedur persalinan sungsang.

Gambar 2.3 prosedur persalinan sungsang

Gambar 2.4 prosedur persalinan sungsang.

Teknik persalinan sungsang Bracht


1. Persiapan ibu, janin, penolong dan alat yaitu cunam piper
2. Ibu tidur dalam posisi litotomi, penolong berdiri di depan vulva, saat
bokong mulai membuka vulva, disuntikkan 2 – 5 unit okitosin
intramuskulus. Dilakukan episiotomi.

9
3. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkeram dengan cara Bracht,
yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan
jari – jari lain memegang panggul.
4. Saat tali pusat lahir dan tampak teregang, tali pusat dikendorkan terlebih
dahulu.
5. Penolong melakukan hiperlordosis badan janin untuk menutupi gerakan
rotasi anterior, yaitu punggung janin didekatkan ke perut ibu, gerakan
ini disesuaikan dengan gaya berat badan janin. Bersamaan dengan
hiperlordosis, seorang asisten melakukan ekspresi kristeller.
Maksudnya agar tenaga mengejan lebih kuat sehingga fase cepat dapat
diselesaikan. Menjaga kepala janin tetap dalam posisi fleksi, dan
menghindari ruang kosong antara fundus uteri dan kepala janin
sehingga tidak terjadi lengan menjungkit.
6. Dengan gerakan hiperlordosis, berturut – turut lahir pusar, perut, bahu,
lengan, dagu, mulut dan akhrinya seluruh kepala.
7. Janin yang baru lahir diletakkan di perut ibu.

Gambar 2.5 Metode Bracht.

Keuntungan :
 Tangan penolong tidak masuk ke jalan lahir sehingga
mengurangi infeksi
 Mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma
pada janin

10
Kerugian :
 Terjadi kegagalan sebanyak 5 – 10% jika panggul sempit, janin
besar, jalan lahir kaki, misalnya primigravida lengan menjungkit
atau menunjuk.

Teknik persalinan sungsang Burns – Marshall


Prinsipnya sama dengan cara Bracht, dan merupakan metode persalinan
bokong spontan. Caranya ialah penolong menunggu dengan seksama
sampai badan bayi lahir spontan, lalu perputaran untuk melahirkan kepala
bayi didukung dengan memegang kedua telapak kaki bayi dengan satu
tangan dan melakukan hiperlordosis tubuh janin ke perut ibu dan
membiarkan dengan perlahan kepala janin dilahirkan.

Gambar 2.6 Metode Burns – Marshall.

Prosedur manual aid (partial breech extraction)


Indikasi jika persalinan secara Bracht mengalami kegagalan, misalnya
terjadi kemacetan saat melahirkan bahu atau kepala.

Tahapan :
1. Lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan tenaga ibu
sendiri
2. Lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara
klasik (Deventer), Mueller, Louvset, Bickenbach.

11
3. Lahirnya kepala dengan cara Mauriceau (Veit Smellie), Wajouk, Wid
and Martin Winctel, Prague terbalik, Cunam piper.

Melahirkan bahu dan lengan

a. Cara klasik
1. Prinsip – prinsip melahirkan lengan belakang lebih dahulu karena
lengan belakang berada di ruangan yang lebih besar (sacrum), baru
kemudian melahirkan lengan depan di bawah simfisis, tetapi jika
lengan depan sulit dilahirkan maka lengan depan diputar menjadi
lengan belakang, yaitu dengan memutar gelang bahu ke arah
belakang dan kemudian lengan belakang dilahirkan.
2. Kedua kaki janin dilahirkan dan tangan kanan menolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atau sejauh mungkin sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
3. Bersamaan dengan itu, tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam
jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk menelusuri bahu
janin sampai fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan
gerakan seolah – olah lengan bawah mengusap muka janin.
4. Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki
janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke
bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu.
5. Dengan cara yang sama lengan depan dilahirkan.
6. Jika lengan depan sukar dilahirkan, maka harus diputar menjadi
lengan belakang. Gelang bahu yang sudah lahir dicengkeram
dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa sehingga kedua ibu
jari tangan penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu
badan janin sedang jari – jari lain mencengkeram dada. Putaran
diarahkan ke perut dan dada janin sehingga lengan depan terletak di
belakang kemudian lengan dilahirkan dengan cara yang sama.

12
Gambar 2.7 metode klasik.11

b. Cara Mueller
Prinsipnya : melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dengan
ekstraksi, baru kemudian melahirkan bahu dan lengan
belakang.
1.Bokong janin dipegang secara femuro – pelviks, yaitu kedua ibu jari
penolong diletakkan sejajar spina sacralis media dan jari telunjuk pada
crista illiaca dan jari – jari lain mencengkeram paha bagian depan.
Badan janin ditarik curam kebawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak dibawah simfisis, dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya.
2.Setelah bahu depan dan lengan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro – pelviks ditarik ke atas sampai bahu ke
belakang lahir. Bila bahu belakang tak lahir dengan sendirinya, maka
lengan belakang dilahirkan dengan mengait lengan bawah dengan
kedua jari penolong.

13
Gambar 2.8 cara Mueller

c. Cara Louvset
Prinsipnya : Memutar badan janin 180o sambil dilakukan traksi ke
bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang
akhirnya lahir dibawah simfisis.
Badan janin dipegang secara femuro – pelviks dan sambil
dilakukan traksi curam ke bawah, badan janin diputar setengah
lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
Kemudian sambil dilakukan traksi, badan janin diputar lagi ke
arah yang berlawanan setengah lingkaran. Demikian seterusnya
bolak balik sehingga bahu belakang tampak dibawah simfisis dan
lengan dapat dilahirkan.

14
Gambar 2.9 cara louvset.

Melahirkan Kepala
a. Cara Mauriceau (Veit – Smellie)
1. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke
dalam jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari
telunjuk dan jari ke-4 mencengkeram fossa kanina, sedangkan jari
lain mencengkeram leher. Badan anak diletakkan diatas lengan
bawah penolong, seolah – olah janin menunggang kuda. Jari
telunjuk dan jari ke-3 penolong yang lain mencengkeram leher
janin dari arah punggung.
2. Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah
sambil seorang asisten melakukan ekspresikristeller. Tenaga
tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang
mencengkeram leher janin dari arah punggung. Jika suboksiput
tampak dibawah simfisis, kepala janin diekspasi ke atas dengan
suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut – turut lahir
dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun – ubun besar dan akhirnya
lahir seluruh kepala janin.

15
Gambar 2.10 cara mauriceau.9

b. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan bila kepala masih tinggi, sehingga jari penolong
tidak bisa dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong
mencengkeram leher janin dari arah depan dan belakang. Kedua tangan
penolong menarik bahu curam kebawah dan bersamaan dengan itu
seorang asisten mendorong kepala janin ke arah bawah. Cara ini tidak
dianjurkan karena menimbulkan trauma yang berat pada sumsum
tulang di daerah leher.

c. Cara Prague terbalik


Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun – ubun kecil berada di
belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simfisis. Satu
tangan penolong mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin
diletakkan pada telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain
memegang kedua pergelangan kaki, kemudian ditarik ke atas
bersamaan dengan tarikan pada bahu janin sehingga perut janin
mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai hipomoklion, kepala janin
dapat dilahirkan.

16
Gambar 2.11 cara prague terbalik9
d. Cara cunam piper
Pemasangan cunam pada after coming head tekniknya sama dengan
pemasangan dengan pada letak belakang kepala. Hanya pada kasus ini
cunam dimasukkan pada arah bawah, yaitu sejajar pelipatan paha
belakang. Setelah suboksiput tampak dibawah simfisis, maka cunam
dielevasi ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut
– turut lahir dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.

Gambar 2.12 cara cunam piper.9

17
Ekstraksi Janin dengan Letak Sungsang
Teknik Ekstraksi Kaki
1. Tangan dimasukkan ke dalam jalan lahir mencari kaki depan dengan
menelusuri bokong, pangkal paha sampai lutut, kemudian melakukan
abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi fleksi.
2. Tangan yang diluar mendorong fundus uterus ke bawah. Setelah kaki
bawah fleksi, pergelangan kaki dipegang oleh jari kedua dan jari ketiga
dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
3. Kedua ibu jari memegang belakang betis janin sejajar sumbu panjang
betis, dan jari – jari lain di depan betis, kaki ditarik curam ke bawah
sampai pangkal paha lahir.
4. Pangkal paha dipegang setinggi mungkin dengan kedua ibu jari di
belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari – jari lain di depan
paha.
5. Pangkal paha ditarik curam kebawah sampai trochanter depan lahir.
Kemudian pangkal paha dengan pegangan yang sama dielevasi ke atas
sehingga trokhanter belakang lahir dan bokong lahir.
6. Setelah bokong lahir maka untuk melahirkan janin selanjutnya dipakai
teknik pegangan femuro – pelviks, badan janin ditarik curam kebawah
sampai pusat lahir.
7. Selanjutnya untuk melahirkan badan janin yang lain dilakukan cara
persalinan yang sama seperti manual aid.

Teknik Ekstraksi Bokong


1. Ekstraksi bokong dikerjakan bila letak sungsang adalah letak bokong
murni (frank breech) dan bokong sudah berada di dasar panggul,
sehingga sukar untuk menurunkan kaki.
2. Jari telunjuk tangan penolong yang searah bagian kecil janin
dimasukkan kedalam jalan lahir dan diletakkan di pelipatan paha depan.

18
3. Dengan jari telunjuk ini pelipatan paha dikait dan ditarik curam ke
bawah, sehingga trochanter tampak dibawah simfisis, maka jari telunjuk
penolong yang lain segera mengait pelipatan paha ditarik curam
kebawah sampai bokong lahir.
4. Setelah bokong lahir, bokong dipegang secara femuro – pelviks,
kemudian janin dilahirkan dengan cara manual aid.

Gambar 2.13 ekstraksi bokong


Penyulit :
1. Sufokasi
Bila sebagian besar badan janin sudah lahir, terjadi pengecilan rahim,
sehingga terjadi gangguan sirkulasi plasenta dan menimbulkan anoksia
janin. Keadaan ini merangsang janin untuk bernapas. Akibatnya darah,
mukus, cairan amnion dan mekonium akan diaspirasi, yang dapat
menimbulkan sufokasi. Badan janin yang sebagian sudah berada di luar
rahim, juga merupakan rangsangan yang kuat untuk janin bernapas.

2. Asfiksia fetalis
Selain akibat mengecilnya uterus pada waktu badan janin lahir, yang
menimbulkan anoksia, maka anoksia ini diperberat lagi dengan bahaya
terjepitnya tali pusat pada waktu masuk panggul (fase cepat).

19
3. Kerusakan jaringan otak
Trauma pada otak janin dapat terjadi, khususnya pada panggul sempit,
serviks yang belum terbuka lengkap, atau kepala janin yang dilahirkan
secara mendadak, sehingga timbul dekompresi.
4. Fraktur pada tulang – tulang janin
Kerusakan pada tulang janin dapat berupa :
a. Fraktur tulang – tulang kepala
b. Fraktur humerus ketika hendak melahirkan lengan yang menjungkit
c. Fraktur klavikula ketika melahirkan bahu yang lebar
d. Paralisis brachialis
e. Fraktur femur
f. Dislokasi bahu
g. Dislokasi panggul terutama pada waktu melahirkan tungkai yang
sangat ekstensi
h. Hematoma otot – otot

Prosedur Persalinan Sungsang Perabdominam

Persalinan letak sungsang dengan sectio caesaria sudah tentu


merupakan cara yang terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan
bahwa persalinan letak sungsang pervaginam memberi trauma yang sangat
berarti bagi janin yang gejala – gejalanya akan tampak baik pada waktu
persalinan maupun baru dikemudian hari. Menurut Saifuddin (2011) sectio
ceaesaria lebih aman dan direkomendasikan pada:

1) Presentasi kaki ganda


2) Panggul sempit
3) Bekas sectio ceaesaria dengan indikasi disproporsi
4) sefalopelvik

20
5) Kepala hiperekstensi atau defleksi
6) Janin sangat besar
7) Plasenta previa
8) Keterlambatan penurunan bokong setelah pembukaan
9) lengkap
10) Primigravida.

Skor Zatuchni Andros


Merupakan suatu indeks prognosis untuk menilai lebih tepat apakah
persalinan presentasi bokong dapat dilahirkan pervaginam atau
perabdominam.

Keterangan 0 1 2
Paritas Primi Multi -
Masa gestasi >39 minggu 38 minggu < 37 minggu
TBJ > 3130 3629 – 3176 < 3176
Riwayat presbo - 1x 2x
Station - 3 cm - 2 cm - 1 / lebih
pendek
Pembukaan < 2 cm 3 cm > 4 cm

Keterangan :
< 4 : sectio caesaria
4 : re-evaluasi
> 4 : pervaginam

21
2.1.7 Komplikasi
1. Komplikasi maternal
Komplikasi maternal terjadi akibat berbagai manuver yang
dilakukan pada jalan lahir untuk mengeluarkan bagian – bagian bayi
berisiko menyebabkan infeksi. Manuver intrauterin, dan
dikeluarkannya kepala bayi melalui serviks yang belum terdilatasi
penuh mempunyai risiko ruptur uteri, laserasi serviks atau
keduanya.
2. Komplikasi fetus
Fraktur umum terjadi pada ekstraksi yang sulit, melibatkan
clavicula, humerus dan femur. Fraktur depresi cranium, dan bahkan
fraktur leher dapat terjadi jika kepala bayi ditarik dengan cepat
melewati pelvis yang sedang berkontraksi. Hematoma musculus
sternocleidomastoideus dapat terjadi dan menghilang spontan.
Paralisis bahu akibat cedera pleksus brachialis dapat timbul sebagai
akibat hiperekstensi leher atau tekanan berlebihan pada pleksus
brachialis sewaktu membebaskan lengan. Persalinan yang terlambat
dapat menyebabkan asfiksia dan sufokasi darah, lendir dan
mekonium pada jalan lahir. Pada bayi preterm, perbedaan ukuran
kepala dan bokong lebih besar, sehingga ekstremitas bawah dan
bokong dapat lewat, tetapi serviks tidak akan berdilatasi secara
adekuat untuk melewatkan kepala. Head entrapment pada after
coming head dapat terjadi karena kepala melewati panggul dalam
waktu lebih singkat sehingga tidak terjadi moulage kepala dan
pembukaan tidak lengkap. Insidensinya sekitar 8 : 1000 persalinan.
Nuchal arm, yaitu terjepitnya lengan di belakang leher ditemukan
pada 6% kasus dan meningkatnya angka mortalitas. Prolaps tali
pusat meningkat frekuensinya bila fetus kecil atau presentasi bukan
frank breech (footling 15% dancomplete breech 5%). Soernes dan
Bakke (1986) menyatakan bahwa tali pusat pada presentasi bokong

22
lebih pendek dibandingkan dengan presentasi kepala. Spellacy &
associates (1966) menyatakan bahwa lilitan tali pusat lebih sering
terjadi pada letak sungsang. Hiperekstensi yaitu sudut antara
geraham dan vertebrae > 105o dapat menimbulkan trauma medulla
spinalis dan robekan tentorium cerebri.

2.1.8 Prognosis
Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang
kepala, morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan
sungsang pervaginam lebih besar.
Morbiditas maternal : lebih tingginya frekuensi persalinan operatif
pada presentasi sungsang termasuk sectio caesaria menyebabkan
peningkatan morbiditas ibu antara lain :
1. Morbiditas infeksi
2. Ruptura uteri
3. Laserasi serviks
4. Luka episiotomi yang meluas
5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesik, sehingga terjadi
perdarahan pasca persalinan.

Morbiditas dan mortalitas perinatal : lebih tinggi dibandingkan pada


presentasi belakang kepala (vertex).

Trauma persalinan :

- Fraktur humerus dan clavicula


- Cedera pada muskulus sternocleidomastoideus
- Paralisis tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat
melahirkan bahu
-

23
Mortalitas perinatal terutama akibat :
 Persalinan preterm
 Asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernafas saat kepala
masih berada dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh
janin sudah berada diluar jalan lahir sehingga menimbulkan refleks
bernafas pada janin).

Prognosis untuk persalinan dengan presentasi bokong adalah :

1) Bagi ibu
Robekan pada perineum mungkin akan lebih besar karena
dilakukan tindakan khusus, selain itu ketuban lebih cepat pecah
dan partus lebih lama sehingga akan mudah terkena infeksi. Bila
terjadi persalinan spontan prognosis ibu baik. Laserasi tractus
genitalis dan perdarahan dapat terjadi karena persalinan yang
terlalu cepat dan dipaksakan melalui panggul yang terlalu kecil
atau melalui bagian-bagian lunak yang belum terbuka.
2) Bagi bayi
Prognosis tidak begitu baik kerena adanya gangguan peredaran
darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir,
tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa
menderita asfiksia. Oleh sebab itu setelah janin lahir sampai
umbilicus, janin keseluruhan harus lahir dalam waktu 8 menit.

24
2.2.1 Komplikasi
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban
menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion
dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi
bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan
serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina
kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan,
terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan
bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama.
2. Pada janin
a. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak
memperoleh oksigen yang cukup.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau
lebih dari 160 x / menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari
10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna
kehijauan(jika bayi lahir dengan letak kepala).
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan,
dan ketrampilan motorik (kemmpuan untuk bergerak dalam cara
yang terkoordinasidan terarah)akibat dari rusaknya otak karena
trauma lahir atau patologi intrauterin.

25
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


A. Identifikasi Pasien
Nama Pasien : Ny. Y
Usia : 34 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Desa sebokor air kumbang banyuasin
No. RM : 61. 38. 87
MRS : 13 Oktober 2019, 17.40 WIB

B. Identifikasi Suami
Nama Suami : Tn. H
Usia : 30 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani

3.2 Anamnesis
Dilakukan anamnesis pada tanggal 13 Oktober 2019, pukul 17.40 WIB.
A. Keluhan Utama
Perut terasa mules yang menjalar ke pinggang dan rasa ingin melahirkan
sejak 12 jam yang lalu.

26
B. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan mules yang menjalar kepinggang seperti
mau melahirkan semakin lama semakin kuat sejak ±12 jam sebelum masuk
rumah sakit. ± 15 menit sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh
keluar air-air dari jalan lahir. Lendir (+), darah (-).
Pasien mengatakan bahwa setiap bulan memeriksakan kandungan nya
ke puskesmas, dari hasil usg terakhir dikatakan posisi bayi sungsang.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit jantung (-) Hipertensi (-)
Penyakit Ginjal (-) Diabetes mellitus (-)
Asma (-) Tuberkulosis (-)

D. Riwayat Penyakit Keluarga


Penyakit jantung (-) Hipertensi (-)
Penyakit Ginjal (-) Diabetes mellitus (-)
Asma (-) Tuberkulosis (-)

E. Riwayat Menstruasi
Usia haid Pertama : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 5 hari
Keluhan saat haid :-
HPHT : 10-01-2019
TP : 17-10-2019

F. Riwayat Perkawinan
Lama Pernikahan : 108 bulan
Usia Menikah : 24 tahun

27
G. Riwayat Kontrasepsi
Os mengatakan menggunakan kb suntik 3 bulan

H. Riwayat ANC
OS melakukan ANC setiap bulan di Puskesmas

I. Riwayat Kehamilan dan Persalinan


1. 2011/lk/ 3700/pp spontan/ bidan
2. 2015/lk/4200/pp spontan/ bidan
3. Hamil ini

3.3 Pemeriksaan Fisik


Dilakukan di ponek jam 17. 50 wib
A. Status Present
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Denyut Nadi : 74 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5oC
Berat Badan Sebelum Hamil : 50 kg
Berat Badan Saat Hamil : 60 kg
Tinggi Badan : 150 cm

28
B. Status General
Kepala : Normocephali
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Hidung : Polip (-/-)

Thoraks : BJ I/II Normal (+), reguler, murmur (-),gallop (-)

Paru : Vesikuler (+/+), ronchii (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : Sesuai status obstetric

Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibial dan dorsum pedis


(-/-), CRT < 2 detik

C. Status Obstetri
Pemeriksaan Luar
Leopold I : Teraba bagian bulat, keras, mudah digerakkan, melenting
(kepala) TFU 30 cm, 2 jari di bawah processus xyphoideus,

Leopold II : Teraba bagian memanjang, keras datar seperti papan di


punggung kanan (punggung janin) dan teraba bagian lunak
bagian yang kecil-kecil, bagian ekstremitas di punggung
kiri (ekstremitas janin)
Leopold III : teraba bagian lunak, tidak mudah digerakkan dan tidak
melenting teraba bokong
Leopold IV : Divergen
HIS : 3x/10'/30''
DJJ : 141 x/menit

29
Pemeriksaan Dalam
Vaginal Toucher:
- Konsistensi portio : lunak
- Posis Portio : medial
- Pembukaan : 2 cm
- Selaput ketuban : negative
- Teraba jari-jari di vulva

3.4 Diagnosis awal


G3P2A0 hamil aterm inpartu kala 2 fase laten Janin Tunggal Hidup Presentasi
Bokong

3.5 Tatalaksana awal:


- Observasi keadaan umum, tanda vital ibu, dan denyut jantung janin
- Rencana pemeriksaan penunjang laboratorium (pemeriksaan darah lengkap
dan urin rutin)
- Terapi medikamentosa:
 IVFD Rl gtt 20x/m
 Inj. Ceftriaxone 1x1 g
 Rencana SC pukul 16.00 wib

30
3.6 Followup Pre SC
Tanggal/Jam S O A P

14 Oktober Mulas ingin Pemeriksaan fisik: G3P2A0 -Observasi keadaan


2019, pukul melahirkan Keadaan umum : baik Hamil Aterm umum, tanda vital ibu,
09.40 wib Kesadaran :compos Inpartu Janin dan denyut jantung janin
mentis Tunggal - Terapi medikamentosa:
Tanda tanda vital: Hidup  IVFD Rl gtt 20x/m
- TD: 110/70 mmHg Presentasi - Rencana SC pukul 16.00
- RR : 20x/menit Bokong wib
- P : 74x/menit
- S: 36,5oC
Pemeriksaan luar
DJJ: 141x/menit
Pemeriksaan dalam
pembukaan 2 cm,
ketuban (-)

31
3.7 Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 13 Oktober 2019.

PEMERIKSAAN HASIL RUJUKAN


HEMATOLOGI
Darah Rutin
Hemoglobin 12,1 g/dL 12,0-16,0 g/dL

Hitung Jenis
Eosinofil 0,7 % 1-3
Basofil 0.1 % 0-1
Neutrofil 79,0% 40-60
Limfosit 1,6% 20-50
Monosit 18.6 % 2-8
LED 19 mm/jam <20 mm/jam

URIN
Urin Rutin
Makroskopis
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat Jenis 1,010 1,005-1,030
Ph 7,5 4,5-7,5
Protein Urin (-) Negatif
Glukosa Urin Negatif Negatif

32
3.8 Diagnosis Kerja
G3P2A0 hamil aterm inpartu kala 2 fase laten Janin Tunggal Hidup Presentasi
bokong

3.9 Laporan Operasi

- Tanggal operasi : 14 Oktober 2019


- Operasi dimulai pukul 16.00 wib
- Dilakukan anestesi spinal
- Dilakukan tindakan aseptic antiseptic
- Insisi tiap lapisan abdomen
- Bayi lahir :Perempuan , berat badan 3180 gram dan panjang badan 48 cm .
apgar score 8/9 (pukul: 16.20 wib)
- Lahir plasenta pukul: 16.25 wib
- Dilakukan jahit uterus- tiap lapisan abdomen sampai ke kutis
- Operasi selesai pukul: 16.40 wib
- Diagnosis pasca bedah: P3A0 Post SC a/i Presentasi bokong
- Tindakan: section caesarea transperitonealis

33
3.10 Follow Up Post SC

Tanggal/Jam S O A P
14 Oktober Nyeri bekas KU : Baik P3AO post SC a/I -Observasi KU,TVI
2019 18.30 WIB operasi TD : 120/80 presentasi -IVFD RL 500 cc gtt 20
mmHg bokong x/menit+ 2 amp oxytocin,
N : 83x/menit setelah 12 jam Rl kosong
RR : 21x/menit - cek Hb post operasi
T: 36,5°C - diet TKTP
- Mobilisasi bertahap
Th/
ceftriaxone 2x1/ iv (skin test)
metronidazole 2x1/ kocor
asam tranexsamat 3x1 iv
pronalges sup 4x1/ anal
alinamin F 3x1/ oral

15 Oktober Nyeri pada KU : Baik P3AO post SC a/I -Observasi KU,TVI dan
2019 07.00 WIB luka post SC Sens : Compos presentasi perdarahan
mentis bokong -aff infus bila injeksi habis
TD : 130/80 -aff kateter
mmHg - diet tktp
N : 73x/menit -Mobilisasi bertahap
RR : 21x/menit -Asi on demand
T: 36,7°C - Cefixime 3 x 100mg/ oral
-tinggi fundus -Asam mefenamat 3x500 mg
sejajar Umbilikus, -alinamin f tab 3x 25 mg/oral
kontraksi kuat. - molazol 3x500 mg/oral
Lochia rubra: (+)

34
16 Oktober Nyeri pada KU : Baik P5AO post SC a/I - Mobilisasi bertahap
2019 07.00 WIB luka post SC Sens : Compos presentasi bokong - ASI on demand
mentis - diet tktp
TD : 110/70 - Ganti opsite (+)
mmHg - Rencana pulang
N : 80x/menit Terapi oral
RR : 20x/menit - Cefixime 2 x 500mg
T: 36,5°C -Asam mefenamat 3x500 mg
-Fundus setinggi 1 - alinamin f 3x1 tab/oral
jari bawah -molazol 3x 500mg
Umbilikus,
kontraksi kuat.

17 Oktober - KU : Baik Terapi oral dilanjutkan sampai


2019 Sens : Compos 10 hari dilanjutkan control ke
07.00 WIB mentis poli klinik rawat jalan
TD : 110/70 Ganti opsite
mmHg Rencana pulang
N : 82x/menit
RR : 22x/menit
T: 36,5°C
-Fundus setinggi 2
jari bawah
Umbilikus,
kontraksi kuat.

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Apakah penegakan diagnosis pada pasien ini sudah benar ?


Pada kasus ini dilaporkan seorang pasien usia 34 tahun datang ke PONEK RSMP
pada tanggal 13 Oktober 2019 pukul 09.40 WIB dengan diagnosa G3P2A0 hamil aterm
inpartu janin tunggal hidup presentasi bokong.
Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluh mulas sejak 12 jam SMRS. Mulas
dirasakan menjalar dari pinggang ke perut yang semakin lama semakin kuat. ± 15
menit sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh keluar air-air dari jalan lahir.
Lendir (+), darah (-).
Pasien mengatakan bahwa setiap bulan memeriksakan kandungan nya ke
puskesmas, dari hasil usg terakhir dikatakan posisi bayi sungsang. Pada persalinan
sebelumnya pasien mengatakan bahwa bayi dalam posisi sungsang bukan pertama
kali dialami pasien, posisi sungsang tersebut sudah pernah terjadi pada anak
kehamilan ke 2.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg
nadi 74 x/menit, laju pernapasan 20 x/menit, suhu tubuh 36,5oC, berat badan 60
kg, tinggi badan150 cm
dari pemeriksaan luar leopold I teraba bagian bulat, keras, mudah
digerakkan, melenting (kepala) TFU 30 cm, 2 jari di bawah processus xyphoideus,
leopold II teraba bagian memanjang, keras datar seperti papan di punggung kanan
(punggung janin) dan teraba bagian lunak bagian yang kecil-kecil, bagian
ekstremitas di punggung kiri (ekstremitas janin), leopold III : teraba bagian
lunak, tidak mudah digerakkan dan tidak melenting teraba bokong, leopold IV
divergen, HIS 3x/10'/30'', DJJ didapatkan 141x/menit.
Pada status tertulis G3P2A0 Hamil aterm inpartu, Janin Tunggal Hidup,
presentasi bokong. Jika ditinjau dari segi penulisan diagnosis obstetri pada pasien
ini sudah tepat, dimana diawali dengan diagnosis ibu yang terdiri dari diagnosis

36
kehamilan, persalinan lalu diikuti dengan diagnosis janin dan riwayat penyakit
penyerta.

Presentasi bokong adalah janin letak memanjang dengan bagian


terendahnya bokong, kaki, atau kombinasi keduanya. Penyebabnya belum
diketahui namun dapat disebakan dari faktor ibu dan juga faktor janin. Dari sudut
ibu dapat disebabkan karena keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada
rahim, uterus dupleks, mioma bersama kehamilan), keadaan plasenta (plesenta
letak rendah, plasenta previa), dan kedaan jalan lahir (kesempitan panggul,
deformitas tulang panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir). Dari sudut
janin dapat disebabkan karena tali pusat pendek atau lilitan tali pusat, hidrosefalus,
anensefalus, kehamilan kembar, pematuritas, hidramnion, dan oligohidramnion.

Bayi lahir jenis kelamin Perempuan, berat Bayi Lahir 3180 PB 48 cm. Bayi
yang lahir termasuk kategori berat bayi normal, dimana berat bayi lahir normal
apabila didapatkan berat 2500- 4000 gram. Menurut masa gestasinya bayi tersebut
sesuai untuk masa kehamilannya (SMK).

4.2. Apakah penatalaksanaan pada pasien ini sudah adekuat ?


Secara keseluruhan tatalaksana yang diberikan sudah adekuat. Pasien hamil
aterm dengan Presentasi bokong datang ke PONEK RSMP mengeluh mules-mules
seperti ingin melahirkan. 15 menit sebelumnya pasien mengeluh keluar air-air.
Bukaan 1 cm. Tatalaksana awal yang diberikan berupa IVFD RL gtt 20x/menit,
injeksi ceftriaxone 1g/ iv dan direncanakan sc . Tatalaksana awal dan lanjutan pada
pasien ini sudah tepat dengan mengobservasi ku, tvi, djj pemberian cairan,
antibiotic, pemberian oksigen.

Pada hari pertama post SC pasien mendapatkan tatalaksana berupa antibiotik


cefixime 3x100 mg/oral, asam mefenamat 3 x 500 mg. tatalaksana yang diberikan
pada hari pertama post SC sudah adekuat pemberian antibiotik digunakan untuk
profilaksis terjadinya infeksi. Pasien mengeluh nyeri pada luka post SC sehingga

37
mendapatkan tatalaksana asam mefenamat. Asam mefenamat merupakan
analgetik anti-inflamasi non-steroid (NSAID) yang berfungsi menghambat enzim
yang memproduksi prostaglandin. Prostaglandin adalah senyawa yang dilepaskan
oleh tubuh dan menyebabkan rasa sakit dan reaksi peradangan.

Pada hari kedua post SC pasien tetap mendapatkan pengobatan yang sama
yaitu antibiotik dan analgetik. Pada hari kedua sudah dilepas kateter dan infus dan
dilakukan diet tinggi karbohidrat tinggi protein serta dilakukan mobilisasi bertahap
pada pasien dan direncanakan untuk pulang setelah keadaan stabil.

38
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan terapi


yang diberikan dapat disimpulkan bahwa:

1. Diagnosis pada pasien ini sudah tepat dimana diawali dengan diagnosis ibu
yang terdiri dari diagnosis kehamilan, persalinan lalu diikuti dengan diagnosis
janin dan riwayat penyakit penyerta.
2. Tatalaksana yang diberikan belum tepat dimana pada kasus ini dilakukan
tindakan section caesaria.

5.1. Saran

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dalam mendiagnosis haruslah tepat agar penatalaksanaan yang diberikan


susuai dengan penyakit yang diderita dan agar kondisi pasien tidak lebih
memburuk hingga dapat menimbulkan komplikasi.
2. Lakukan edukasi kepada penderita untuk menjaga aktivitas dan memeriksakan
kehamilan secara rutin agar dapat dilakukan deteksi kelainan pada kehamilan
lebih dini.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; PT. Bina Pustaka. 2009


2. Manuaba,I.B.G. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan ObstretriGinekologi
Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. 2010.
3. Medfort, Janet, dkk, 2011. Kebidanan oxford. Jakarta: EGC
4. Fraser dan Cooper.2009.Buku Ajar Bidan Myles . Yogyakarta : Nuha Medik
5. Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
YBBSP
6. Dutton, dkk. Rujukan cepat kebidanan. ECG. Jakarta: 2012
7. Kevin P. Hanretty. Ilustrasi obstretri. Jakarta: Nuha Medika. 2014
8. Mochtar R. 2012. Pendidikan Kebidanan Edisi 5. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
9. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et
– al. Williams Obstetrics 24th Edition. United States: Mc. Graw Hill. 2015
10. Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBBSP

40

Anda mungkin juga menyukai