Anda di halaman 1dari 5

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)


SMF PULMONOLOGI DAN KEDOKTERAN RESPIRASI
TAHUN 2019

PNEUMONIA KOMUNITAS
J 18.9

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, distal


Pengertian (Definisi) bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius dan
alveoli, dapat menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat
mengganggu pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru. Secara
klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit).
Pneumonia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis masuk
dalam diagnosis yang berbeda.

Pneumonia-komunitas (community-acquired pneumonia) adalah


pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar rumah sakit, sedangkan
pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang terjadi setelah ≥48 jam
dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum ataupun di ICU tetapi
tidak sedang menggunakan ventilator.
Demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik non produktif atau produktif
Anamnesis atau menghasilkan sputum berlendir, purulen, atau bercak darah), sakit
dada karena pleuritis dan sesak
1. Keadaan umum :
Pemeriksaan Fisik Kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan, kemampuan untuk
makan atau minum, kemampuan berbicara, tingkat kesadaran dan
adanya sianosis.

2. Tanda Vital:
a. Demam merupakan manifestasi yang sering pada pasien
pneumonia. Tetapi adanya demam ini tidak spesifik, dan terdapat
variasi. Bisa saja penderita pneumonia tidak demam. Dapat juga
pasien dengan demam tinggi (> 39OC) tanpa gejala respirasi, tetapi
secara radiologis tampak gambaran pneumonia.
b. Takipnea merupakan tanda yang paling sensitif dan spesifik. Laju
nafas harus dihitung dalam 60 detik penuh.
3. Derajat Distres Nafas:
a. Meliputi takipnea, hipoksemia dan peningkatan work of breathing
b. Saturasi oksigen harus diukur dengan peningkatan work of breathing
c. kenaikan atau penurunan taktil fremitus,
d. perkusi redup sampai pekak menggambarkan konsolidasi atau
terdapat cairan pleura, ronki, suara pernafasan bronkial, pleural
friction rub.
Laboratorium klinik:
Pemeriksaan Penunjang  Darah rutin, tampak leukositosis (10.000-15.000 mm3) dengan
hitung jenis pergeseran ke kiri (neutrofil batang tinggi)
 Ureum kadang ditemukan meningkat
 Analisa gas darah menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia atau
gambaran asidosis respiratorik
 Gram sputum untuk menentukan penyebab mikroorganisme
secara umum gram negatif atau gram positif
 Kultur sputum untuk menentukan jenis mikroorganisme
penyebab infeksi, lebih baik bila disertai hasil pemeriksaan
sensitivitas terhadap antibiotik.

Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA, dimana terlihat


perselubungan pada daerah yang terkena. Gambaran konsolidasi
dengan air bronchogram tersering disebabkan oleh S.pneumoniae.
Gambaran radiologis pada pneumonia akibat kuman Klebsiela sering
menunjukkan konsolidasi yang terjadi pada lobus atas kanan, kadang-
kadang dapat mengenai beberapa lobus. Gambaran lainnya dapat
berupa bercak atau kavitas. Kelainan radiologis yang khas yaitu
penebalan (bulging) fisura interlobar. Pneumonia yang disebabkan
kuman pseudomonas sering memperlihatkan infiltrat bilateral atau
gambaran bronkopneumonia.

Diagnosis pneumonia didapatkan dari anamnesis, gejala klinis,


Kriteria Diagnosis pemeriksaan fisik, foto toraks dan laboratorium
Diagnosis pasti pneumonia komunitas ditegakkan jika pada foto toraks
terdapat infiltrat/ airbronchogram ditambah dengan beberapa gejala
dibawah ini:
1. batuk
2. perubahan karakteristik dahak/purulen
3. suhu tubuh meningkat >39OC/ riwayat demam
4. nyeri dada
5. sesak
6. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda konsolidasi, suara
napas bronkial dan ronki
7. leukosit >10.000 atau <4.500

Diagnosis Pneumonia Komunitas

1. Tuberkulosis paru
Diagnosis Banding 2. Bronkitis
3. Pneumonitis
4. ILD
5. Tumor paru
Kriteria rawat jalan:
Terapi  Tanpa penyakit kardiopulmonal, tanpa factor modifikasi
 Terdapat riwayat penyakit kardiopulmonal dan/atau faktor modifikasi

Faktor modifikasi: penyakit jantung, hati, atau ginjal yang kronis,


alkoholik, diabetes mellitus, keganasan, asplenia, imunokompromais,
menggunakan antibiotik dalam 3 bulan terakhir, terdapat risiko MRSA.

Kriteria rawat inap


Jika terdapat kriteria CURB 65 >2
 Confusion
 Uremia (BUN >19 mg/dL atau ureum
 Respiratory rate (>30x/menit)
 Blood Pressure (diastolic <60 atau sistolik <90 mmHg)
 Usia 65 tahun atau lebih

Skor CURB-65
0 1 Total Skor
Confusion Uji mental >8 Uji mental ≤8
Urea ≤19 mg/dL >19 mg/dL
RR ≤30 x/menit >30 x/menit
BP ≥90/60 mmHg <90/60 mmHg
Age <65 tahun ≥65 tahun

PEMBERIAN ANTIBIOTIK SECARA EMPIRIS PADA CAP


Pasien rawat jalan
Pasien yang sebelumnya sehat atau tanpa riwayat pemakaian antibiotika
pada 3 bulan terakhir
 Golongan β – laktam atau beta lactam ditambah anti beta-laktamase
 Pasien dengan komorbid atau mempunyai riwayat pemakaian
antibiotic 3 bulan sebelumnya

Pasien rawat non ICU


 Fluorokuinolon respirasi levofloksasin, moksifloksasin
 β – laktam ditambah makrolid

Pasien rawat ICU


Tidak ada factor risiko infeksi pseudomonas
 β – laktam (sefotaksim 1-2 g IV q8h), seftriakson (2 g IV od) atau
ampicillin sulbaktam ditambah makrolid baru atau fluoroquinolon
respirasi intravena

Pertimbangan khusus
Bila ada factor risiko pseudomonas:
 Antipneumokokal, antipseudomonas β – laktam (piperacillin-
tazobaktam, sefepime, imipenem atau meropenem) ditambah
levofloksasin (750 mg IV q24h)
ATAU
β – laktam seperti tersebut diatas ditambah aminoglikosida dan
azitromisin
 β – laktam seperti tersebut diatas ditambah aminoglikosida dan
antipneumokokal fluorokuinolon (untuk pasien yang alergi penisilin,
β – laktam diganti dengan aztreonam)

bila curiga disertai infeksi MRSA


 Tambahkan Vankomisin (15 mg/kg, sampai 1 g IV, q12h) atau
Linezolid (600mg IV q12h)
1. Pneumonia ekstrapulmoner non infeksius gagal ginjal, gagal
Penyulit jantung, emboli paru dan infark miokard akut.
2. ARDS ( Acute Respiratory Distress Syndrom)
3. Komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial
4. Sepsis
5. Gagal pernafasan, syok, gagal multiorgan
6. Penjalaran infeksi (abses otak, endokarditis)
7. Abses paru
8. Perikarditis
9. Efusi pleura

1. Penjelasan tentang penyakit


Edukasi 2. Cara batuk yang benar
3. Cara minum obat yang benar
(Hospital Health Promotion) 4. Prognosis penyakit
5. Komplikasi penyakit
6. Memakai masker
7. Ventilasi di rumah
8. Tindakan yang akan dilakukan

1. Tidak ada demam


Indikator Medis 2. Tidak ada sesak
3. Intake baik

Lama Perawatan
5- 7 hari

Prognosis Tergantung beratnya penyakit

Tingkat Evidens III

Tingkat Rekomendasi A
Penelaah Kritis dr. Nila Kartika Ratna, Sp.P

Konsultasi

Kepustakaan 1. Soepandi PZ. Burhan E. et al. Pneumonia Komunitas: Pedoman Diagnosis &
Penatalaksanaan di Indonesia. Ed 2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
2014
2. Pennington J. Respiratory Infections : Diagnosis and Management, 2nd
edition, New York : Raven Press, 1989 : 1-49
3. Reynold HY. Host Defense Impairments That May Lead to Respiratory
Infections dalam Niederman MS ed. Clinic in chest Medicine, Respiratory
Infections, Philadelphia, Tokyo : WB Saunders Co, 1987 : 339-58
4. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Badan Litbang Depkes RI,
Jakarta 1986
5. Barlett JG, Dowell SF, Mondell LA, File TM, Mushor DM, Fine MJ. Practice
guidelines for management community-acquiredd pneumonia in adults. Clin
infect Dis 2000; 31: 347-82
6. Sunarya N. Spektrum kuman dan pola kepekaanya terhadap antimikroba
pada infeksi paru non TB didapat dari aspirasi transtrakeal. Tesis Bagian
Pulmonologi FKUI Jakarta, 1978
7. Kirby JG, New House MT. Bronchiectasis dalam Cherniak RM ed. Current
Therapy of Respiratory disease-2, Toronto, Philadelphia : BC Decker Inc,
1986 : 139-42
8. Ewig S, Ruiz M, Mensa J, Marcos MA, Martinez JA, Aranbica F, Niederman
MS. Severe community-acquired pneumonia assessment of severity criteria.
Am J Respir Crit Care Med 1998; 158: 1102-08

Anda mungkin juga menyukai