Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah
kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam
kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan
tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan
fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa
dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal
yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada
sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar.
Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan
yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih
kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn)
mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang
disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan
karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang
sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja
klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi
dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi
asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
1
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa yang dimaksud dengan combutsio?
b) Bagaimana etiologi dari combutsio?
c) Bagaimana patofisiologi dari combutsio?
d) Bagaimana manifestasi klinik dari combutsio?
e) Bagaimana pemeriksaan penunjang dari combutsio?
f) Bagaimana penatalaksanaan medis dari combutsio?
g) Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari combutsio?
1.3 Tujuan
a) Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas Keperawatan Medical Bedah mengenai Combutsio
serta Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Combutsio
b) Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui Definisi dari combutsio
 Untuk mengetahui etiologi dari combutsio
 Untuk mengetahui patofisiologi dari combutsio
 Untuk mengetahui manifestasi klinik dari combutsio
 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari combutsio
 Untuk mengeatahui penatalaksanaan medis dari combutsio
 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari combutsio
1.4 Manfaat
a) Untuk Mahasiswa
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang penyakit
Kor Pulmonal untuk mahasiswa. Dan dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa apabila
mendapat tugas untuk membuat makalah patologi anatomi fisiologi sistem respirasi.

b) Untuk Kampus
Makalah ini dapat menjadi tambahan bahan bacaan di perpustakaan. Dan dapat
di gunakan juga sebagai bahan acuan untuk mencari referensi tentang patologi anatomi
fisiologi sistem respirasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Combutsio/Luka Bakar


3
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam

Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan suhu rendah (frosh bite).
(Mansjoer 2000 : 365)

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung
atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia
(chemycal), atau radiasi (radiation) .

Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
2.2 Etiologi Combutsio/Luka Bakar

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:

a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat

Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald), jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).

b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)a

Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).

c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)

Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak,baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005).

4
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama
juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2005).

2.3 Patofisiologi Combutsio/Luka Bakar

Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari sumber panas ke tubuh. Panas
tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka
bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar
mengalami keruskan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada
penyebabnya.

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di
dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Menigkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke
keropeng luka bakar derajat tiga.

Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala
khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal
terjadi setelah delapan jam. (Wim De Jong, 2004)

Penderita syok atau terancam syok


- Anak : luasnya luka >10%
- Dewasa : luasnya luka >15%

5
Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat
- Wajah, mata
- Tangan dan kaki
- Perineum
Terancam udem laring
- Tertutup asap atau udara hangat

Bagan 2.1 indikasi rawat inap

Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah ke otak dan
jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan aliran darah yang
berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat merugikan. Kerusakan yang dihasilkan
bergantung pada keburuhan dasar organ tubuh. Beberapa organ dapat bertahan hanya
untuk beberapa jam tanpa pasokan darah yang menyediakan sumber gizi. Setelah
resusitasi, tubuh mulai menyerap kembali cairan edema dan membuangnya lewat
pembentukan urine (diuresis). (Black & Hawk, 2009)

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman
luka bakar. walaupun demikian, beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka.
Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan sangat memengaruhi prognosis.
(Wim De Jong, 2004) Untuk luka bakar yang lebih kecil, tanggapan tubuh terhadap cedera
terlokalisasi pada area yang terbakar. Namun, pada luka yang lebih luas (misalnya,
meliputi 25% atau lebih total area permukaan tubuh [total body surface area-TBSA]),
tanggapan tubuh terhadap cedera bersifat sistemik dan sebanding dengan luasnya cedera.
Tanggapan sistemik terhadap cedera luka bakar biasanya bifasik, ditandai oleh penurunan
fungsi (hipofungsi) yang diikuti dengan peningkatan fungsi (hiperfungsi) setiap sistem
organ. (Black & Hawk, 2009)

 Respons Sistemik

Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi
organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh
fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar
yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadinya perpindahan cairan natrium serta protein dari

6
ruang intravaskuler ke dalam ruang interstisial. Ketidakstabilan hemodinamika
bukan hanya melibatkan mekanisme kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan
cairan serta elektrolit, volume darah, mekanisme pulmoner dan mekanisme
lainnya.

 Respons Kardiovaskuler

Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada


volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus menurun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, system saraf simpatik akan melepaskan
katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer dan frekuensi denyut nadi.
Selanjutnya vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.

Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya


tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang terbesar terjadi dalam 24-36 jam pertama
sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6 hingga 8 jam.

Pada luka bakar yang kurang dari 30% luas total permukaan tubuh, maka
gangguan integritas kapiler dan perpindahan cairan akan terbatas pada luka bakar
itu sendiri sehingga pembentukkan lepuh dan edema hanya terjadi di daerah luka
bakar. Pasien luka bakar yang lebih parah akan mengalami edema sistemik yang
masif. karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar
(sirkumferensial), tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstermitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.

 Respons Pulmonal

Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit setelah
cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan volume
pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi, terutama bila
klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini adalah hasil
peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul sebagai hasil
hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar. Biasanya hal tersebut
memuncak pada minggu kedua pascacedera dan kemudian secara bertahap kembali

7
ke normal seiring menyembuhnya luka bakar atau ditutupnya luka dengan tandur
kulit.

 Cedera Inhalasi

Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering


mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian yang
paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu atau batu bara)
terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa yang
memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200 kali lebih kuat dibandingkan
dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO, molekul oksigen tergeser, dan CO
berikatan dengan hemoglobin untuk membentuk karboksihemoglobin (COHb).
Hipoksia jaringan terjadi akibat penurunan kemampuan pengantaran oksigen oleh
darah secara keseluruhan.

 Depresi Miokardium

Beberapa investigator penelitian telah mengemukakan bahwa factor depresi


miokardium terjadi pada cedera yang lebih luas dan bersirkulasi pada periode
pascacedera dini. Depresi pada curah jantung yang signifikan dan serta-merta
terjadi, bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang, menunjukkan
respons neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Penurunan curah jantung
ini sering berlanjut dalam beberapa hari bahkan setelah volume plasma telah
kembali dan keluaran urine kembali normal. Baru-baru ini, kombinasi mediator
inflamasi dan hormone disebutkan sebagai penyebab depresi miokardium yang
terjadi setelah cedera.

 Berubahnya Integritas Kulit

Luka bakar itu sendiri menampilkan perubahan patofisiologi yang


disebabkan akibat gangguan kulit dan perubahan jaringan di bawah permukaannya.
Kulit, ujung saraf, kelenjar keringat, dan folikel rambut yang cedera akibat terbakar
kehilangan fungsi normalnya. Hal yang terpenting, fungsi barrier kulit hilang. Kulit
yang utuh dalam keadaan normal menjaga agar bakteri tidak memasuki tubuh dan
agar cairan tubuh tidak merembes keluar, mengendalikan penguapan, dan menjaga
kehangatan tubuh. Dengan rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal

8
tubuh dapat terganggu, dan risiko infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta
kehilangan air akibat penguapan meningkat.

 Imunosupresi

Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan aktivitas
limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta perubahan fungsi
neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah cedera luka bakar luas terjadi.
sebagai tambahan, cedera luka bakar mengganggu barrier primer terhadap infeksi-
kulit. Secara bersama, perubahan-perubahan ini menghasilkan peningkatan risiko
infeksi dan sepsis yang mengancam nyawa.

 Respons Psikologis

Berbagai respons psikologis dan emosional terhadap cedera luka bakar


telah dikenali, berkisar mulai dari ketakutan hingga psikosis. Respons korban
dipengaruhi usia, kepribadian, latar belakang budaya dan etnik, luas dan lokasi
cedera, dampak pada citra tubuh, dan kemampuan koping pracedera. Sebagai
tambahan, pemisahan dari keluarga dan teman-teman selama perawatan di rumah
sakit dan perubahan pada peran normal dan tanggung jawab klien memengaruhi
reaksi terhadap trauma luka bakar.
2.4 Manifestasi Klinik Combutsio/ Luka Bakar

Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak dan disebut
sebagai luka bakar superfisial partial thickness, deep partial thickness dan full thickness. Istilah
deskriptif yang sesuai adalah luka bakar derajat-satu, -dua, -tiga.
Kedalaman dan Bagian Gejala Penampilan luka Perjalanan
penyebab luka kulit yang kesembuhan
bakar terkena
Derajat satu Epidermi Kesemutan, Memerah, menjadi Kesembuhan
(superfisial): s hiperestesia putih ketika ditekan lengkap dalam
tersengat (supersensivitas), minimal atau tanpa waktu satu
matahari, rasa nyeri mereda edema minggu,
terkena api jika didinginkan terjadi
dengan pengelupasan
intensitas rendah kulit

9
Derajat-dua Epidermis Nyeri, Melepuh, dasar luka Kesembuhan
(partial- dan hiperestesia, berbintik-bintik dalam waktu
thickness): bagian sensitif terhadap merah, epidermis 2-3 minggu,
tersiram air dermis udara yang dingin retak, permukaan pembentukan
mendidih, luka basah, terdapat parut dan
terbakar oleh edema depigmentasi,
nyala api infeksi dapat
mengubahnya
menjadi
derajat-tiga
Derajat-tiga Epidermis Tidak terasa nyeri, Kering, luka bakar Pembentukan
(full- , syok, hematuria berwarna putih eskar,
thickness): keseluruh (adanya darah seperti bahan kulit diperlukan
terbakar nyala an dermis dalam urin) dan atau gosong, kulit pencangkokan
api, terkena dan kemungkinan pula retak dengan bagian , pembentukan
cairan mendidih kadang- hemolisis lemak yang tampak, parut dan
dalam waktu kadang (destruksi sel terdapat edema hilangnya
yang lama, jaringan darah merah), kontur serta
tersengat arus subkutan kemungkinan fungsi kulit,
listrik terdapat luka hilangnya jari
masuk dan keluar tangan atau
(pada luka bakar ekstrenitas
listrik) dapat terjadi

 Setiap area luka bakar mempunyai tiga zona cedera, yaitu :


1. Zona koagulasi : area yang paling dalam, dimana terjadi kematian seluler.
2. Zona statis : area pertengahan, tempat terjadinya gangguan suplai
darah,
inflasi, dan cedera jaringan.
3. Zona hiperemia : area yang terluar, biasanya berhubungan dengan luka bakar

10
derajat 1 dan seharusnya sembuh dalam seminggu.

 Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan faktor-faktor


berikut :
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit

Gambar luka bakar derajat I (superfisial)

Gambar luka bakar derajat II (partial-thickness)

11
Gambar luka bakar derajat III (full-thickness)

gambar klasifikasi luka bakar

 Luas Luka Bakar


Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :
a. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan dengan
menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara yang cepat

12
untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut menggunakan
persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.

gambar rumus sembilan (rule of nines) pada orang dewasa

gambar rumus sembilan (rule of nines) pada anak-anak


b. Metode Lund and Browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang
terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas
luka bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan
berubah menurut pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah
yang sangat kecil dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk
bagian-bagian tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas
permukaan tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di

13
rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka bakar
karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

Metode Lund and Browder

c. Metode Telapak Tangan


Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai untuk
memperkirakan persentase luka bakar adalah metode telapak tangan (palm
method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1% luas permukaan
tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.
2.5 Pemeriksaan Penunjang

 Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah


yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera,
pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh
panas terhadap pembuluh darah.

 Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

 GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

14
 Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat
terjadi bila mulai diuresis.

 Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

 Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan


interstisial atau gangguan pompa, natrium.

 Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

 Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

 BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

 Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.

 EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

 Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.


2.6 Penatalaksanaan Combutsio/Luka Bakar

a. Pre Hospital

Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air.
Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh
karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu
agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain
basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia
atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan
sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan
selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam
keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose
udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan

15
obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat
samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis

b. Hospital

1) Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus
dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a) Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain
adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
b) Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk
bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain
yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax,
hematothorax, dan fraktur costae
c) Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran
plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim
dapat diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans
2) Resusitasi Cairan
Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita
luka bakar yaitu :
a) cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
· Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
· Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
· 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari
kedua. Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.

b) Cara Baxter

16
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan
cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc
Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.
c) Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
d) Monitor urine dan CVP.
e) Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
- Tulle
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
f) Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : kalau perlu
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang melingkar pada
ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal akibat
pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian
kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang
dilakukan yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan
bebas.
Debirdemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan
jalan eksisi tangensial.

c. Perawatan Luka Bakar

17
Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka
bakar; kemudian perawatannya dilakukan melalui tiga fase luka bakar, yaitu: fase
darurat/resusitasi, fase akut atau intermediet, dan fase rehabilitasi.

 Fase Resusitatif

Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal
sampai 36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi
cairan selesai. Selama fase ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang
mengancam nyawa adalah perhatian utama. Fase ini juga ditandai dengan
terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan kapiler dari ruang
intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun cairan tetap
berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga
sirkulasi yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.

 Fase Akut

Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika


hemodinamik klien sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan diuresis
sudah mulai muncul. Waktu tersebut dimulai kira-kira pada 48 hingga 72 jam
setelah waktu cedera. Untuk klien baik dengan luka bakar moderat atau minor,
fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu cedera. Fase akut berlanjut hingga
penutupan luka tercapai.

 Fase Rehabilitasi

Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam


pemulihan luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka sampai
pemulangan dan setelahnya. Dalam rangka mencapai hasil terbaik, pemberi
perawatan harus mengerti konsekuensi cedera luka bakar, dan penanganan
rehabilitasi harus dimulai sejak hari saat cedera terjadi. Pada akhirnya, program
rehabilitasi luka bakar dirancang untuk pemulihan fungsional dan emosional
maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan penyembuhan luka, mencegah dan
meminimalkan deformitas dan parut hipertrofik, meningkatkan fungsi dan
kekuatan fisik, meningkatkan dukungan emosional, serta memberikan
pengajaran adalah bagian dari fase rehabilitasi yang berlangsung.

18
Fase Durasi Prioritas

Fase resusitasi yang darurat Dari awitan cedera hingga Pertolongan pertama
atau segera selesainya resusitasi cairan Pencegahan syok
 Pencegahan gangguan
pernapasan
 Deteksi dan penanganan
cedera yang menyertai
 Penilaian luka dan perawatan
pendahuluan
Fase akut 
Dari dimulainya diuresis Perawatan dan penutupan luka

hingga hampir selesainya Pencegahan atau penanganan
proses penutupan luka komplikasi, termasuk infeksi
 Dukungan nutrisi
Fase rehabilitasi 
Dari penutupan luka yang Pencegahan parut dan
besar hingga kembalinya kontraktur

kepada tingkat penyesuaian Rehabilitasi fisik, oksupasional
fisik dan psikososial yang dan vokasional
optimal  Rekonstruksi fungsional dan
kosmetik
 Konseling psikososial
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan Combutsio/ Luka Bakar
1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum
dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka
bakar).

19
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda:
ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku;
penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok
listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok
listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi). Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan
menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak
mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii
(obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak

20
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas
panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut
kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat
kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn
parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda
motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

j. Pemeriksaan diagnostik:
 LED: mengkaji hemokonsentrasi.
 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan
otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka
bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1) Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher;
kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
21
2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan
melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak
cukupan pemasukan, kehilangan perdarahan.
3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau
sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau
leher.
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan
Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi
jaringan cidera contoh debridemen luka.
6) Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer
berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar
seputar ekstremitas dengan edema.
7) Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera
berat) atau katabolisme protein.
8) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak
nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit
karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10) Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian
traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11) Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
c. Rencana Intervensi

Rencana Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawata
Kriteria Intervensi Rasional
n
Hasil
Resiko Bersihan Kaji refleks Dugaan cedera inhalasi
bersihan jalan nafas gangguan/menelan;
jalan nafas tetap efektif. perhatikan pengaliran air

22
tidak efektif Kriteria liur, ketidakmampuan Takipnea, penggunaan
berhubungan Hasil : menelan, serak, batuk otot bantu, sianosis dan
dengan obstr Bunyi nafas mengi. perubahan sputum
uksi vesikuler, Awasi frekuensi, irama, menunjukkan terjadi
trakheobronk RR dalam kedalaman pernafasan ; distress
hial; oedema batas perhatikan adanya pernafasan/edema paru
mukosa; normal, pucat/sianosis dan dan kebutuhan intervensi
kompressi bebas sputum mengandung medik.
jalan nafas . dispnoe/cya karbon atau merah muda.
nosis. Obstruksi jalan
Auskultasi paru, nafas/distres pernafasan
perhatikan stridor, dapat terjadi sangat cepat
mengi/gemericik, atau lambat contoh
penurunan bunyi nafas, sampai 48 jam setelah
batuk rejan. terbakar.

Perhatikan adanya pucat Dugaan adanya


atau warna buah ceri hipoksemia atau karbon
merah pada kulit yang monoksida.
cidera Meningkatkan ekspansi
Tinggikan kepala tempat paru optimal/fungsi
tidur. Hindari pernafasan.
penggunaan bantal di Bilakepala/leher
bawah kepala, sesuai terbakar, bantal dapat
indikasi menghambat pernafasan,
menyebabkan nekrosis
pada kartilago telinga
Dorong batuk/latihan yang terbakar dan
nafas dalam dan meningkatkan
perubahan posisi sering. konstriktur leher.
Hisapan (bila perlu) pada Meningkatkan ekspansi
perawatan ekstrem, paru, memobilisasi dan
pertahankan teknik steril. drainase sekret.

23
Membantu
mempertahankan jalan
Tingkatkan istirahat suara nafas bersih, tetapi harus
tetapi kaji kemampuan dilakukan kewaspadaan
untuk bicara dan/atau karena edema mukosa
menelan sekret oral dan inflamasi. Teknik
secara periodik. steril menurunkan risiko
infeksi.
Selidiki perubahan Peningkatan
perilaku/mental contoh sekret/penurunan
gelisah, agitasi, kacau kemampuan untuk
mental. menelan menunjukkan
peningkatan edema
Awasi 24 jam trakeal dan dapat
keseimbngan cairan, mengindikasikan
perhatikan kebutuhan untuk
variasi/perubahan. intubasi.
Meskipun sering
berhubungan dengan
nyeri, perubahan
Lakukan program kesadaran dapat
kolaborasi meliputi : menunjukkan
Berikan pelembab O2 terjadinya/memburukny
melalui cara yang tepat, a hipoksia.
contoh masker wajah Perpindahan cairan atau
Awasi/gambaran seri kelebihan penggantian
GDA cairan meningkatkan
risiko edema paru.
Catatan : Cedera
inhalasi meningkatkan
kebutuhan cairan
Kaji ulang seri rontgen sebanyak 35% atau lebih
karena edema.

24
O2 memperbaiki
Berikan/bantu fisioterapi hipoksemia/asidosis.
dada/spirometri intensif. Pelembaban
menurunkan
pengeringan saluran
pernafasan dan
Siapkan/bantu intubasi menurunkan viskositas
atau trakeostomi sesuai sputum.
indikasi. Data dasar penting untuk
pengkajian lanjut status
pernafasan dan pedoman
untuk pengobatan. PaO2
kurang dari 50,
PaCO2lebih besar dari 50
dan penurunan pH
menunjukkan inhalasi
asap dan terjadinya
pneumonia/SDPD.
Perubahan menunjukkan
atelektasis/edema paru
tak dapat terjadi selama 2
– 3 hari setelah terbakar
Fisioterapi dada
mengalirkan area
dependen paru,
sementara spirometri
intensif dilakukan untuk
memperbaiki ekspansi
paru, sehingga
meningkatkan fungsi
pernafasan dan
menurunkan atelektasis.

25
Intubasi/dukungan
mekanikal dibutuhkan
bila jalan nafas edema
atau luka bakar
mempengaruhi fungsi
paru/oksegenasi.
Resiko tinggi Pasien dapat Awasi tanda vital, CVP. Memberikan pedoman
kekurangan mendemostr Perhatikan kapiler dan untuk penggantian
volume asikan status kekuatan nadi perifer. cairan dan mengkaji
cairan cairan dan respon kardiovaskuler.
berhubungan biokimia Awasi pengeluaran urine
dengan membaik. dan berat jenisnya. Penggantian cairan
Kehilangan Kriteria Observasi warna urine dititrasi untuk
cairan evaluasi: tak dan hemates sesuai meyakinkan rata-2
melalui rute ada indikasi. pengeluaran urine 30-50
abnormal. manifestasi cc/jam pada orang
Peningkatan dehidrasi, dewasa. Urine berwarna
kebutuhan : resolusi Perkirakan drainase luka merah pada kerusakan
status oedema, dan kehilangan yang otot masif karena
hypermetabo elektrolit tampak adanyadarah dan
lik, ketidak serum dalam keluarnya mioglobin.
cukupan batas Peningkatan
pemasukan. normal, Timbang berat badan permeabilitas kapiler,
Kehilangan haluaran setiap hari perpindahan protein,
perdarahan. urine di atas proses inflamasi dan
30 ml/jam. Ukur lingkar ekstremitas kehilangan cairan
yang terbakar tiap hari melalui evaporasi
sesuai indikasi mempengaruhi volume
sirkulasi dan
Selidiki perubahan pengeluaran urine.
mental Penggantian cairan
tergantung pada berat

26
Observasi distensi badan pertama dan
abdomen,hematomesis,fe perubahan selanjutnya
ces hitam. Memperkirakan luasnya
Hemates drainase NG dan oedema/perpindahan
feces secara periodik. cairan yang
Lakukan program mempengaruhi volume
kolaborasi meliputi : sirkulasi dan
Pasang / pertahankan pengeluaran urine.
kateter urine Penyimpangan pada
tingkat kesadaran dapat
Pasang/ pertahankan mengindikasikan ketidak
ukuran kateter IV. adequatnya volume
Berikan penggantian sirkulasi/penurunan
cairan IV yang dihitung, perfusi serebral
elektrolit, plasma, Stres (Curling) ulcus
albumin. terjadi pada setengah
dari semua pasien yang
Awasi hasil pemeriksaan luka bakar berat(dapat
laboratorium ( Hb, terjadi pada awal minggu
elektrolit, natrium ). pertama).

Berikan obat sesuai


idikasi : Observasi ketat fungsi
- Diuretika contohnya ginjal dan mencegah
Manitol (Osmitrol) stasis atau refleks urine.
Memungkinkan infus
cairan cepat.
- Kalium Resusitasi cairan
menggantikan
- Antasida kehilangan
cairan/elektrolit dan
membantu mencegah
Pantau: komplikasi.

27
- Tanda-tanda vital setiap Mengidentifikasi
jam selama periode kehilangan
darurat, setiap 2 jam darah/kerusakan SDM
selama periode akut, dan dan kebutuhan
setiap 4 jam selama penggantian cairan dan
periode rehabilitasi. elektrolit.
- Warna urine.
- Masukan dan haluaran Meningkatkan
setiap jam selama periode pengeluaran urine dan
darurat, setiap 4 jam membersihkan tubulus
selama periode akut, dari debris /mencegah
setiap 8 jam selama nekrosis.
periode rehabilitasi. Penggantian lanjut
- Hasil-hasil JDL dan karena kehilangan urine
laporan elektrolit. dalam jumlah besar
- Berat badan setiap hari. Menurunkan keasaman
- CVP (tekanan vena gastrik sedangkan
sentral) setiap jam bial inhibitor histamin
diperlukan. menurunkan produksi
- Status umum setiap 8 asam hidroklorida untuk
jam. menurunkan produksi
asam hidroklorida untuk
Pada penerimaan rumah menurunkan iritasi
sakit, lepaskan semua gaster.
pakaian dan perhiasan Mengidentifikasi
dari area luka bakar. penyimpangan indikasi
Mulai terapi IV yang kemajuan atau
ditentukan dengan jarum penyimpangan dari hasil
lubang besar (18G), lebih yang diharapkan.
disukai melalui kulit yang Periode darurat (awal 48
telah terluka bakar. Bila jam pasca luka bakar)
pasien menaglami luka adalah periode kritis
bakar luas dan yang ditandai oleh

28
menunjukkan gejala- hipovolemia yang
gejala syok hipovolemik, mencetuskan individu
bantu dokter dengan pada perfusi ginjal dan
pemasangan kateter vena jarinagn tak adekuat.
sentral untuk pemantauan
CVP.
Beritahu dokter bila:
haluaran urine < 30
ml/jam, haus, takikardia,
CVP < 6 mmHg,
bikarbonat serum di
bawah rentang normal,
gelisah, TD di bawah
rentang normal, urine Inspeksi adekuat dari
gelap atau encer gelap. luka bakar.

Konsultasi doketr bila


manifestasi kelebihan Penggantian cairan cepat
cairan terjadi. penting untuk mencegah
gagal ginjal. Kehilangan
cairan bermakna terjadi
Tes guaiak muntahan melalui jarinagn yang
warna kopi atau feses ter terbakar dengan luka
hitam. Laporkan temuan- bakar luas. Pengukuran
temuan positif. tekanan vena sentral
memberikan data
Berikan antasida yag tentang status volume
diresepkan atau antagonis cairan intravaskular.
reseptor histamin seperti
simetidin
Temuan-temuan ini
mennadakan
hipovolemia dan

29
perlunya peningkatan
cairan. Pada lka bakar
luas, perpindahan cairan
dari ruang intravaskular
ke ruang interstitial
menimbukan
hipovolemi.

Pasien rentan pada


kelebihan beban volume
intravaskular selama
periode pemulihan bila
perpindahan cairan dari
kompartemen interstitial
pada kompartemen
intravaskuler.
Temuan-temuan guaiak
positif ennandakan
adanya perdarahan GI.
Perdarahan GI
menandakan adaya stres
ulkus (Curling’s).
Mencegah perdarahan
GI. Luka bakar luas
mencetuskan pasien
pada ulkus stres yang
disebabkan peningkatan
sekresi hormon-hormon
adrenal dan asam HCl
oleh lambung.
Resiko Pasien dapat Pantau laporan GDA dan Mengidentifikasi
kerusakan mendemonst kadar karbon monoksida kemajuan dan
pertukaran rasikan serum. penyimpangan dari hasil

30
gas oksigenasi yang diharapkan.
berhubungan adekuat. Inhalasi asap dapat
dengan Kriteroia Beriakan suplemen merusak alveoli,
cedera evaluasi: RR oksigen pada tingkat yang mempengaruhi
inhalasi asap 12-24 x/mnt, ditentukan. Pasang atau pertukaran gas pada
atau sindrom warna kulit bantu dengan selang membran kapiler alveoli.
komparteme normal, endotrakeal dan Suplemen oksigen
n torakal GDA dalam temaptkan pasien pada meningkatkan jumlah
sekunder renatng ventilator mekanis sesuai oksigen yang tersedia
terhadap luka normal, pesanan bila terjadi untuk jaringan. Ventilasi
bakar bunyi nafas insufisiensi pernafasan mekanik diperlukan
sirkumfisial bersih, tak (dibuktikan dnegna untuk pernafasan
dari dada ada hipoksia, hiperkapnia, dukungan sampai pasie
atau leher. kesulitan rales, takipnea dan dapat dilakukan secara
bernafas. perubahan sensorium). mandiri.
Anjurkan pernafasan
dalam dengan
penggunaan spirometri Pernafasan dalam
insentif setiap 2 jam mengembangkan
selama tirah baring. alveoli, menurunkan
Pertahankan posisi semi resiko atelektasis.
fowler, bila hipotensi tak
ada. Memudahkan ventilasi
dengan menurunkan
Untuk luka bakar sekitar tekanan abdomen
torakal, beritahu dokter terhadap diafragma.
bila terjadi dispnea
disertai dengan takipnea. Luka bakar sekitar
Siapkan pasien untuk torakal dapat membatasi
pembedahan eskarotomi ekspansi adda.
sesuai pesanan. Mengupas kulit
(eskarotomi)

31
memungkinkan ekspansi
dada.
Resiko tinggi Pasien bebas Pantau:
infeksi dari infeksi.- Penampilan luka bakar Mengidentifikasi
berhubungan Kriteria (area luka bakar, sisi indikasi-indikasi
dengan evaluasi: tak donor dan status balutan kemajuan atau
Pertahanan ada demam, di atas sisi tandur bial penyimapngan dari hasil
primer tidak pembentuka tandur kulit dilakukan) yang diharapkan.
adekuat; n jaringan setiap 8 jam.
kerusakan granulasi - Suhu setiap 4 jam.
perlinduinga baik. - Jumlah makanan yang
n kulit; dikonsumsi setiap kali
jaringan makan.
traumatik. Bersihkan area luka bakar Pembersihan dan
Pertahanan setiap hari dan lepaskan pelepasan jaringan
sekunder jarinagn nekrotik nekrotik meningkatkan
tidak (debridemen) sesuai pembentukan granulasi.
adekuat; pesanan. Berikan mandi
penurunan kolam sesuai pesanan,
Hb, implementasikan
penekanan perawatan yang
respons ditentukan untuk sisi Antimikroba topikal
inflamasi donor, yang dapat ditutup membantu mencegah
dengan balutan vaseline infeksi. Mengikuti
atau op site. prinsip aseptik
Lepaskan krim lama dari melindungi pasien dari
luka sebelum pemberian infeksi. Kulit yang
krim baru. Gunakan gundul menjadi media
sarung tangan steril dan yang baik untuk kultur
beriakn krim antibiotika pertumbuhan baketri.
topikal yang diresepkan
pada area luka bakar Temuan-temuan ini
dengan ujung jari. mennadakan infeksi.

32
Berikan krim secara Kultur membantu
menyeluruh di atas luka. mengidentifikasi
Beritahu dokter bila patogen penyebab
demam drainase purulen sehingga terapi
atau bau busuk dari area antibiotika yang tepat
luka bakar, sisi donor atau dapat diresepkan.
balutan sisi tandur. Karena balutan siis
Dapatkan kultur luka dan tandur hanya diganti
berikan antibiotika IV setiap 5-10 hari, sisi ini
sesuai ketentuan. memberiakn media
kultur untuk
Tempatkan pasien pada pertumbuhan bakteri.
ruangan khusus dan Kulit adalah lapisan
lakukan kewaspadaan pertama tubuh untuk
untuk luka bakar luas pertahanan terhadap
yang mengenai area luas infeksi. Teknik steril dan
tubuh. Gunakan linen tindakan perawatan
tempat tidur steril, perlindungan
handuk dan skort untuk lainmelindungi pasien
pasien. Gunakan skort terhadap infeksi.
steril, sarung tangan dan Kurangnya berbagai
penutup kepala dengan rangsang ekstrenal dan
masker bila memberikan kebebasan bergerak
perawatan pada pasien. mencetuskan pasien
Tempatkan radio atau pada kebosanan.
televisis pada ruangan
pasien untuk
menghilangkan Melindungi terhadap
kebosanan. tetanus.
Bila riwayat imunisasi tak
adekuat, berikan globulin
imun tetanus manusia Ahli diet adalah spesialis
nutrisi yang dapat

33
(hyper-tet) sesuai mengevaluasi paling
pesanan. baik status nutrisi pasien
Mulai rujukan pada ahli dan merencanakan diet
diet, beriakn protein untuk emmenuhi
tinggi, diet tinggi kalori. kebuuthan nutrisi
Berikan suplemen nutrisi penderita. Nutrisi
seperti ensure atau adekuat memabntu
sustacal dengan atau penyembuhan luka dan
antara makan bila memenuhi kebutuhan
masukan makanan kurang energi.
dari 50%. Anjurkan NPT
atau makanan enteral bial
pasien tak dapat makan
per oral.
Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik narkotik Analgesik narkotik
berhubungan mendemonst yang diresepkan prn dan diperlukan utnuk
dengan rasikan sedikitnya 30 menit memblok jaras nyeri
Kerusakan hilang dari sebelum prosedur dengan nyeri berat.
kulit/jaringan ketidaknyam perawatan luka. Evaluasi Absorpsi obat IM buruk
; anan. keefektifannya. Anjurkan pada pasien dengan luka
pembentukan Kriteria analgesik IV bila luka bakar luas yang
edema. evaluasi: bakar luas. disebabkan oleh
Manipulasi menyangkal perpindahan interstitial
jaringan nyeri, Pertahankan pintu kamar berkenaan dnegan
cidera contoh melaporkan tertutup, tingkatkan suhu peningkatan
debridemen perasaan ruangan dan berikan permeabilitas kapiler.
luka. nyaman, selimut ekstra untuk Panas dan air hilang
ekspresi memberikan kehangatan. melalui jaringan luka
wajah dan bakar, menyebabkan
postur tubuh Berikan ayunan di atas hipoetrmia. Tindakan
rileks. temapt tidur bila eksternal ini membantu
diperlukan. menghemat kehilangan
panas.

34
Menururnkan neyri
Bantu dengan dengan mempertahankan
pengubahan posisi setiap berat badan jauh dari
2 jam bila diperlukan. linen temapat tidur
Dapatkan bantuan terhadap luka dan
tambahan sesuai menuurnkan pemajanan
kebutuhan, khususnya ujung saraf pada aliran
bila pasien tak dapat udara.
membantu membalikkan Menghilangkan tekanan
badan sendiri. pada tonjolan tulang
dependen. Dukungan
adekuat pada luka bakar
selama gerakan
membantu meinimalkan
ketidaknyamanan.
Resiko tinggi Pasien Untuk luka bakar yang Mengidentifikasi
kerusakan menunjukka mengitari ekstermitas indikasi-indikasi
perfusi n sirkulasi atau luka bakar listrik, kemajuan atau
jaringan, tetap pantau status penyimpangan dari hasil
perubahan/di adekuat. neurovaskular dari yang diharapkan.
sfungsi Kriteria ekstermitas setaip 2 jam.
neurovaskule evaluasi: Pertahankan ekstermitas Meningkatkan aliran
r perifer warna kulit bengkak ditinggikan. balik vena dan
berhubungan normal, menurunkan
dengan menyangkal Beritahu dokter dengan pembengkakan.
Penurunan/in kebas dan segera bila terjadi nadi
terupsi aliran kesemutan, berkurang, pengisian Temuan-temuan ini
darah nadi perifer kapiler buruk, atau menandakan keruskana
arterial/vena, dapat diraba. penurunan sensasi. sirkualsi distal. Dokter
contoh luka Siapkan untuk dapat mengkaji tekanan
bakar seputar pembedahan eskarotomi jaringan untuk
ekstremitas sesuai pesanan. emnentukan kebutuhan
terhadap intervensi

35
dengan bedah. Eskarotomi
edema. (mengikis pada eskar)
atau fasiotomi mungkin
diperlukan untuk
memperbaiki sirkulasi
adekuat.
Kerusakan Memumjukk Kaji/catat ukuran, warna, Memberikan informasi
integritas an kedalaman luka, dasar tentang kebutuhan
kulit b/d regenerasi perhatikan jaringan penanaman kulit dan
kerusakan jaringan nekrotik dan kondisi kemungkinan petunjuk
permukaan Kriteria sekitar luka. tentang sirkulasi pada
kulit hasil: aera graft.
sekunder Mencapai Lakukan perawatan luka
destruksi penyembuha bakar yang tepat dan Menyiapkan jaringan
lapisan kulit. n tepat tindakan kontrol infeksi. untuk penanaman dan
waktu pada menurunkan resiko
area luka Pertahankan penutupan infeksi/kegagalan kulit.
bakar. luka sesuai indikasi.
Kain nilon/membran
silikon mengandung
kolagen porcine peptida
Tinggikan area graft bila yang melekat pada
mungkin/tepat. permukaan luka sampai
Pertahankan posisi yang lepasnya atau
diinginkan dan mengelupas secara
imobilisasi area bila spontan kulit repitelisasi.
diindikasikan. Menurunkan
pembengkakan
Pertahankan balutan /membatasi resiko
diatas area graft baru pemisahan graft.
dan/atau sisi donor sesuai Gerakan jaringan
indikasi. dibawah graft dapat
mengubah posisi yang

36
Cuci sisi dengan sabun mempengaruhi
ringan, cuci, dan minyaki penyembuhan optimal.
dengan krim, beberapa Area mungkin ditutupi
waktu dalam sehari, oleh bahan dengan
setelah balutan dilepas permukaan tembus
dan penyembuhan selesai. pandang tak reaktif.
Lakukan program
kolaborasi : Kulit graft baru dan sisi
- Siapkan / bantu prosedur donor yang sembuh
bedah/balutan biologis. memerlukan perawatan
khusus untuk
mempertahankan
kelenturan.

Graft kulit diambil dari


kulit orang itu
sendiri/orang lain untuk
penutupan sementara
pada luka bakar luas
sampai kulit orang itu
siap ditanam.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan
harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik dari

37
berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar,
kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang
luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar
yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial bagi
pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,
maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga makin
meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

3.2 Saran

Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan
sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu
kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan
selalu waspada dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada
hal-hal yang dapat memicu luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner & Suddarth editor,
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung Waluyo, dkk; editor edisi
bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC, 2001
R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran. EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

38
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol. 3. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian

39

Anda mungkin juga menyukai