Anda di halaman 1dari 5

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam dalam menetaskan telurnya selama 21 hari dapat mengatur suhu dan

kelembaban agar semua telur yang akan ditetaskan dapat berkembang semua.

Namun pada saat pengeraman betina tidak akan menghasilkan telur sehingga

penetasan buatan akan lebih efektif dan efisien.

Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan mesin tetas.

Penggunaan mesin tetas terbilang ekonomis, karena memiliki banyak keuntungan

dibanding dengan penetesan alami. Sedangkan untuk melaksanakan suatu usaha

penetasan sendiri (penetasan buatan) memerlukan syarat-syarat tertentu.

Penggunaan mesin tentu memiliki prosedur tersendiri yang harus dilakukan,

diantaranya pengaturan suhu dan kelembaban.

Penetasan yang akan dilakukan dengan mesin tetas sebaiknya dilakukan

seleksi telur tetas terlebih. Seleksi ini dilkakukan untuk mengoptimalkan fertilitas

dan daya tetas telur tetas yang ditetaskan. Selain itu fumigasi pada mesin tetas

perlu dilakukan untuk mengurangi bakteri pathogen yang dapat menghambat

bahkan menggagalkan penetasan.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Bagaimana cara kerja fumigasi dan mesin tetas?

2. Bagaimana cara seleksi telur tatas?

3. Bagaimana cara mekanisme penetasan?

4. Berapa persen tingkat fertilitas dan daya tetas?

5. Apa saja faktor yangdapat mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan

penetasan?
2

1.3 Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui cara kerja fumigasi dan mesin tetas?

2. Mengetahui cara seleksi telur tatas?

3. Mengetahui cara mekanisme penetasan?

4. Mengetahui Berapa persen tingkat fertilitas dan daya tetas?

5. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan

penetasan?

1.4 Waktu dan Tempat Praktikum

Hari/Tanggal : Senin, – Oktober


Waktu : Pukul 12.45 s.d 14.30 WIB
Tempat :Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran.
3

Seleksi Telur Tetas

Penyeleksian telur tetas dilakuknan Sebelum telur dimasukan ke mesin


tetas, praktikan membersihkan telur dari kotoran-kotoran yang menempel terlebih
dahulu telur yang dimasukan ke mesin tetas tidak terkontaminasi oleh bakteri
yang ada di feses. Lalu, telur diteropong menggunakan candling untuk menyeleksi
telur fertile dan infertil, telur fertile ketika dilakukan proses candling akan terlihat
bintik hitam. Setiap telur diberi nomor agar memudahkan dalam hal pendataan.
Setelah itu, telur diukur tinggi dan lebarnya menggunakan micrometer sekrup
serta dilihat bentuknya. Telur dengan bentuk bulat atau pun terlalu lonjong
merupakan telur abnormal yang mengakibatkan posisi embrio menjadi abnormal
yang mengakibatkan telur banyak yang tidak menetas (Nuryati et al., 1998). Lalu,
praktikan mencatat hasil ukuran dari setiap telur. Praktikan menuliskan kelas dan
nama kelompok kedua sisi telur (F dan 6). Hal tersebut dilakukan agar
memudahkan praktikan ketika membalik-balikan telur.

Tahap selanjutnya adalah memasukan telur setelah mesin tetas telah siap.
Proses penetasan pada telur, penting menciptakan kondisi yang ideal seperti
penetasan alami, sehingga pada mesint etas temperatur, kelembaban, dan sirkulasi
udara dalam ruang mesin tetas harus diperhatikan (Suprijatnadkk., 2005).Pastikan
bak air di mesin tetas telah terisi 2/3 bak. Pada praktikum yang dilakukan,
awaltotal telur yang ditaruh di mesin tetas oleh praktikan adalah 20 butir. Namun
dari hasil candling, ada 1 telur yang ternyata infertile sehingga tidak dimasukkan
ke dalam mesin tetas. Telur dimasukan dengan sisi F berada diatasnya. Selama
fase setter, yaitu 19 hari, ada beberapa perlakuan terhadap proses penetasan yang
dilakukan oleh praktikan seperti mebalikan telur ke sisi satunya sehari sekali,
mempertahankan suhu mesin tetas pada temperature 37,5°C, mempertahankan
kelembaban di angka 50-65% dengan cara menambahkan bak air di dalam mesin
tetas jika air kurang dari 2/3 bak. Sedangkan selama fase hatcher, ada beberapa
4

perlakuan berbeda yang dilakukan praktikan seperti mempertahankan suhu mesin


tetas pada temperature 37°C dan tidak membalikan telurl agi dan
mempertahankan kelembaban di angka 70%.

DAFTAR PUSTAKA

Nuryati, Tuti, Sutarto, Muh.Khamim, dkk. 2005. Sukses Menetaskan Telur.


Penebar Swadaya: Bogor.

Suprijatna, E., Umiyati, A., dan Ruhyat, K., 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.
Penebar Swadaya. Jakarta.
5

LAMPIRAN

Penetasan 1 Penetasan 2

Temperatur mesin tetas Temperatur dan kelembaban

Mesin tetas Mesin tetas

Anda mungkin juga menyukai