Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi

HPV adalah sekelompok unenveloped, virus DNA, family Papovaviridae. Replikasi virus
terbatas pada jaringan permukaan lapisan sel basal. Virus akan menembus epitelium mukosa dan
kutaneus untuk mencari selular dari host. Lalu kemudian menyerang dan menginfeksi keratinosit
basal epidermis. Mukosa dapat terinfeksi di mana saja di sepanjang traktus genital, termasuk vulva,
vagina, serviks, regio perianal pada wanita, serta penil shaft, skrotum, periuretra dan regio perianal
pada pria. Daerah yang terinfeksi in akan ditandai dengan proliferasi DNA dan terbentuknya warty
papule atau plaque.4

Genom virus terdiri dari 6 early-open reading frames (E1, E2, E4, E5, E6, E7) dan 2 late-open
reading frames (L1, L2). Early-open E gen adalah penting untuk regulasi fungsi dan enkode protein
yang terlibat pada replikasi virus dan transformasi sel. Sebaliknya late-open L gen mengkode protein
kapsid virus. Perbedaan genotip L1 menyebabkan pola yang sedikit berubah dari virus replikasi DNA,
yang diperkirakan dapat menjelaskan berbagai subtipe HPV. Secara khusus, HPV subtipe low risk
akan terpisah dari DNA sel host dan menjalani replikasi yang independen. Sebaliknya HPV high risk
akan menggabungkan DNA mereka langsung ke material genetik sel host. Integrasi virus dan DNA sel
host seringkali menghasilkan disregulasi dan aktivasi tak terkontrol dari gen E6 dan E7, dimana
mempromosikan transkripsi onkoprotein. Ini akan mengikat dan menonaktifkan tumor supressor
genes p53 dan Rb, menyebabkan proliferasi sel meningkat dan risiko lebih besar untuk terjadinya
keganasan.

DERMATOPATOLOGI

Secara hisptopatologi, ciri khas sel yang terinfeksi oleh HPV adalah berkembangnya
morfologi keratinosit atipikal yang disebut koilosit. Secara umum, epidermis akan menunjukkan
acanthosis ditandai dengan berbagai tingkat papilomatosis, hiperkeratosis dan parakeratosis.4

PATOGENESIS

Sel-sel dari lapisan basal epidermis diserang oleh Human Papilloma Virus (HPV). Penetrasi
virus ini menembus kulit dan menyebabkan mikroabrasi mukosa. Awalnya fase laten dari virus
dengan tidak adanya tanda atau gejala dan dapat berlangsung dari satu bulan sampai beberapa
tahun. Setelah fase laten, produksi dari DNA virus, capsid dan partikel dimulai. Sel host terinfeksi dan
berkembang morfologi koilocytosis atipikal dari kondiloma akuminata.

Penularan HPV genital hampir semata-mata melalui hubungan kelamin, walaupun autoinokulasi dan
penularan melalui fomite juga dapat terjadi. Infeksi dapat ditularkan kepada neonatus saat
persalinan per vaginam. Para bayi ini kemudian dapat mengalami papiloma saluran napas atas yang
rekuren dan berpotensi mengancam nyawa. Faktor risiko terbesar untuk timbulnya HPV adalah
jumlah pasangan seks, merokok, pemakaian kontrasepsi oral, dan kehamilan tampaknya
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi HPV.6,7
Penularannya melalui kontak seksual, baik genital-genital, oral-genital, maupun genital oral.
Permukaan mukosa yang lebih tipis lebih susceptible untuk inokulasi virus daripada kulit berkeratin
yang lebih tebal sehingga mikroabrasi pada permukaan epitel memungkinkan virion dari pasangan
seksual yang terinfeksi masuk ke dalam lapisan sel basal pasangan yang tidak terinfeksi. Selain itu
penularannya dapat melalui transmisi perinatal, dari ibu dengan kondiloma akuminata ke neonatus
sehingga mengakibatkan external genital wart atau kondiloma akuminata dan papillomatosis laring.

Sel basal merupakan tempat pertama infeksi HPV sehingga setelah inokulasi melalui trauma
kecil, virion HPV akan masuk sampai lapisan sel basal epitel. Agar dapat menimbulkan infeksi, HPV
harus mencapai epitel yang berdiferensiasi sedangkan sel basal relatif undifferentiated, mereka hanya
terstimulasi untuk membelah secara cepat sehingga disini hanya terjadi ekspresi gen HPV. Sesuai
dengan pembelahan sel basal, virion HPV akan bergerak ke lapisan epidermis yang lebih atas. Dan
hanya lapisan epidermis di atas lapisan basal yang berdiferensiasi pada tahap lanjut, yang dapat
mendukung replikasi virus. Ekspresi gen virus pada lapisan ini diperlukan untuk menghasilkan kapsid
protein dan kumpulan partikel virus. Sesudah itu terjadi pelepasan virus bersama dengan sel epitel
yang deskuamasi, kemudian virus baru akan menginfeksi lapisan basal lain. Waktu yang dibutuhkan
mulai dari infeksi HPV sampai pelepasan virus baru adalah 3 minggu (masa inkubasi kondiloma
akuminata 3 minggu sampai 8 bulan).2,7,8

Pada infeksi virus pertahanan tubuh diperankan oleh T helper dan T sitotoksik. Antigen yang
dipresentasikan sel dendritik, akan dikenali oleh T helper melalui MHC II dan dikenali oleh T sitotoksik
melalui MHC I, kemudian T helper membantu aktivasi T sitotoksik yang akan melisiskan protein virus
pada sel terinfeksi. Pada infeksi HPV, karena virus non litik maka antigen akan dilepaskan dengan
lambat dan sel dendritik tidak diaktifkan. Ada yang berpendapat bahwa kemungkinan respons tidak
berperan pada infeksi HPV, tetapi penelitian menunjukkan lesi yang berhubungan dengan HPV lebih
lama, mudah kambuh, dan lebih lebar pada penderita imunodefisiensi terutama imunitas seluler.
Selain itu pada infeksi HPV yang berperan adalah respon Th1 dengan adanya IL-12, yang menginduksi
IFN membantu aktivasi T sitotoksik dan meningkatkan aktivitas NK cell sitotidal. Ada penemuan yang
tidak diduga, dengan dihasilkannya IL-12 mungkin memiliki efek antivirus, selain itu didapatkan
infiltrasi limfosit terutama makrofag dan CD4, dengan demikian terdapat aktivitas sistem imun pada
infeksi HPV terutama respons Th1.2,7,8
Anatomi

Untuk kepentingan klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk yaitu:

a. Bentuk akuminata

Terutama dijumpai pada lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan yang
berjonjot-jonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar sehingga
tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor
albus, pada wanita hamil, dan pada keadaan imunitas terganggu.

b. Bentuk papul

Lesi bentuk papul biasanya didapati pada daerah dengan keratinisasi sempurna, seperti batang penis,
vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainannya berupa papul dengan permukaan
yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara diskret.

c. Bentuk datar

Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak tampak dengan
mata telanjang (infeksi subklinis), dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini
penggunaan kolposkopi sangat menolong.

Gambar 2. Kondiloma akuminata: vegetasi eritematosa menutupi genitalia eksterna, bertangkai,


permukaannya berbintil-bintil.

Sumber: Handoko R. Penyakit virus. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.112-4.

Anda mungkin juga menyukai