Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

 Identitas Pasien

Nama : Ny. MT

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 36 tahun

Alamat : Pandeyan, Jatinom

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Tanggal lahir : 31 Januari 1983

No. RM : 1068xxx

 Anamnesis

Dilakukan kepada pasien di poliklinik THT RS Soerodjo Tirtonegoro

A. Keluhan utama : penurunan fungsi pendengaran telinga kiri dan kanan

B. Riwayat penyakit sekarang :


Pasien mengeluhkan adanya penurunan fungsi pendengaran pada kedua telinga sejak 1
bulan yang lalu. Pasien mengatakan sebelumnya didiagnosis oleh spesialis bahwa kedua
gendang telinga telah berlubang.

2 bulan sebelumnya, pasien mengalami keluar cairan dari telinga kanan dan kiri.
Sebelum ada keluhan, pasien mengatakan bahwa sering membersihkan dan mengorek
telinga menggunakan cotton bud dan jari. Awalnya cairan jernih dan tidak berbau,
namun setelah 2 minggu menjadi kuning dan berbau tidak sedap. Pasien sebelumnya
sudah berobat ke spesialis dan diberikan obat tetes telinga ofloxacin serta
mecobalamin, methyl prednisolone, dan ciprofloxacin oral. Setelah pemberian obat
tetes dan oral, pasien mengaku mengalami perbaikan. Cairan sudah tidak keluar lagi,
tapi keluhan penurunan fungsi pendengaran masih ada.

C. Riwayat penyakit dahulu :


Keluhan serupa : OMSK benigna aktif

Riwayat penyakit lain : disangkal


D. Riwayat penyakit keluarga
Keluhan serupa : disangkal

E. Riwayat pribadi
Pasien sering mengorek-ngorek telinga dengan jari. Pasien juga mengaku sering
membersihkan telinga dengan cotton bud.

 Pemeriksaan Fisik

A. Keadaan umum : compos mentis, tidak nyeri

B. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 139/85 mmHg

Frekuensi Nadi : 79 kpm

Frekuensi napas : 20 kpm

Suhu tubuh : 36,6°C

C. Hidung
Dextra Sinistra
Inspeksi luar Eritema (-), deviasi (-), Eritema (-), deviasi (-),
sekret (-) sekret (-)
Palpasi Nyeri tekan (-), krepitasi (-), Nyeri tekan (-), krepitasi (-
deviasi os nasal (-) ), deviasi os nasal (-)
Rhinoskopi anterior Mukosa edem (-), concha Mukosa edem (-), concha
edema (-), deviasi septum (- edema (-), deviasi septum
), discharge (+) minimal (-), discharge (+) minimal
jernih jernih
Rhinoskopi posterior Tidak diperiksa Tidak diperiksa

D. Sinus Paranasal
Dextra Sinistra
Palpasi sinus frontalis Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Palpasi sinus maxillaris Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Transluminasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

E. Telinga
Dextra Sinistra
Inspeksi Eritema (-), deformitas (-), Eritema (-), deformitas (-),
discharge (-), krusta (-) discharge (-), krusta (-)
Palpasi Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Otoskopi Edema (-), discharge(-), Edema (-), discharge(-),
hiperemis (-), serumen (+) hiperemis (-), serumen (+)
dbn, membrane timpani dbn, membrane timpani
perforasi subtotal, retraksi perforasi subtotal, retraksi
(-),cone of light tidak dapat (-),cone of light tidak dapat
diperiksa diperiksa

F. Orofaring
Dextra Sinistra
Cavum oris Mucosa bucal licin, gingiva Mucosa bucal licin, gingiva
merah muda, gigi lengkap merah muda, gigi lengkap
Tonsil Tidak diperiksa Tidak diperiksa

 Diagnosis
Otitis media kronis benigna inaktif

 Tata Laksana
Tindakan :-

Medika mentosa : R/ Tarivid ofloxacin ear drop fl No.I

S. 2 dd. gtt V. ADS.

--------------------------------------------------

R/ mecobolamin cap 500mcg No. XV

S. 1 dd. Tab I. pc.

--------------------------------------------------

Pemasangan alat bantu dengar


PEMBAHASAN

 Definisi
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah radang kronis mukosa telinga tengah dengan
perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari liang telinga (otore) lebih dari dua
bulan, baik terus-menerus atau hilang timbul.
World Health Organization (WHO ) menyatakan otorea minimal 2minggu sudah termasuk OMSK.
Otorea dapat terjadi terus menerus atau hilang timbul.

 Klasifikasi
OMSK terbagi atas 2 bagian berdasarkan ada tidaknya kolesteatom :

A. OMSK benigna (Tubotimpani) ialah proses peradangan yang terbatas pada


mukosa, tidak mengenai tulang. Perforasi letak di sentral. Umumnya OMSK tipe
benigna jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe
benigna ini tidak terdapat kolesteatom.

a. Tipe aktif (wet perforation) : Mukosa mengalami inflamasi dan terdapat discharge
mukopurulen.
b. Tipe inaktif (dry perforation) : Tidak terdapat inflamasi pada mukosa dan tidak
ditemukan discharge mukopurulen.
c. Perforasi permanen : Perforasi sentral tipe dry yang tidak sembuh dalam waktu
lama mengindikasikan epitel skuamus eksternal dan mukosa internal mengalami
fusi pada daerah tepi perforasi.
d. Otitis media kronik fase perbaikan : Perforasi akan tertutup oleh membran tipis .
Berkaitan juga dengan timpanosklerosis dan kurang pendengaran tipe konduktif.

B. OMSK maligna (Atticoantral) ialah peradangan yang disertai kolesteatom yang


menyebabkan erosi pada tulang dan perforasi membran timpani, biasanya terletak di
marginal atau atik di kuadran posterosuperior pars tensa. Pada banyak kasus terdapat
granulasi dan osteitis.
a. Inaktif : Kantung di bagian posterosuperior pars tensa atau regio atik
berpontensi terbentuknya kolesteatom.
b. Aktif : Kolesteatom secara aktif mengikis tulang,membentuk jaringan granulasi
dan keluar discharge berbau busuk terus menerus dari telinga.
Keterangan gambar :
Gambar A : Perforasi kecil pada kuadran anterosuperior.
Gambar B : Perforasi sentral berbentuk seperti ginjal berukuran sedang.
Gambar C : Perforasi sentral subtotal.
Gambar D : Perforasi total dengan annulus fibrosus mengalami destruksi.
Gambar E : Perforasi atik pars flaccida.
Gambar F : Perforasi marginal di regio posterosuperior.

Perforasi pada gambar A,B,C terdapat pada OMSK tipe benigna atau tubotimpani sedangkan
gambar perforasi D,E,F terjadi pada OMSK dengan kolesteatom.
 Etiologi

Bakteri pada kasus OMSK dapat bersifat aerob (Pseudomonas aeruginosa,Escherichia coli,
S.aureus, Streptococcus pyogenes, Proteus mirabilis, Klebsiella species) maupun bersifat
anaerob(Bacteriocides, Peptostreptococcus, Propionibacterium). Bakteri-bakteri tersebut
umumnya jarang ditemukan pada bagian kanalis eksterna tetapi apabila terjadi trauma,
inflammasi, laserasi atau kelembaban yang tinggi menyebabkan bakteri – bakteri tersebut
berproliferasi. Perforasi yang bersifat kronik dapat meningkatkan jumlah bakteri yang masuk ke
dalam telinga tengah.2 P.aeruginosa merupakan bakteri yang paling berperan dalam kejadian
OMSK karena menyebabkan kerusakan yang dalam dan progresif pada telinga tengah dan
mastoid. Racun serta enzim yang dihasilkan oleh P.aeruginosa dapat merusak jaringan,
mengganggu sistem pertahanan tubuh dan menonaktifkan kerja dari antibiotik.

P.aeruginosa dapat berkembang biak dengan baik pada lingkungan dalam telinga dan sulit untuk
dibasmi karena dapat menghindar dari mekanisme pertahanan inangnya dengan cara
membungkus dirinya menggunakan lapisan epitel yang mengalami kerusakan sehingga
menyebabkan penurunan sirkulasi darah yang mengalir menuju daerah tersebut. S.aureus dan
P.mirabilis juga ditemukan pada hasil isolasi bakteri yang dilakukan di negara Malawi oleh
Chirwa et al, keduanya merupakan bakteri yang umum ditemui pada kasus OMSK. Gejala klinis
pasien OMSK yang disebabkan P.mirabilis berupa discharge yang keluar terus – menerus,
perforasi sentral dan otalgia . Discharge berulang dan kurang pendengaran yang persisten
adalah gejala klinis yang ditimbulkan oleh S.aureus.

 Patofisiologi

Patofisiologi OMSK melibatkan berbagai faktor yang berhubungan dengan tuba eutakhius, baik
faktor lingkungan, faktor genetik atau faktor anatomik. Tuba eustakhius memiliki tiga fungsi
penting yang berhubungan dengan kavum timpani:Fungsi ventilasi, proteksi dan drainase
(clearance).
Penyebab endogen misalnya gangguan silia pada tuba, deformitas pada palatum, atau
gangguan otot-otot pembuka tuba. Penyebab eksogen misalnya infeksi atau alergi yang
menyebabkan inflamasi pada muara tuba.
Otitis media supuratif kronik sebagian besar merupakan sequele atau komplikasi otitis media
akut (OMA) yang mengalami perforasi. Dapat juga terjadi akibat komplikasi pemasangan pipa
timpanostomi (pipa gromet) pada kasus otitis media efusi (OME). Perforasi membran timpani
gagal untuk menutup spontan, terjadi infeksi berulang dari telinga luar atau paparan alergen
dari lingkungan, sehingga menyebabkan otorea yang persisten.
Infeksi kronis maupun infeksi akut berulang pada hidung dan tenggorok dapat menyebabkan
gangguan fungsi hingga infeksi dengan akibat otorea terus-menerus atau hilang timbul.
Peradangan pada membran timpani menyebabkan proses kongesti vaskuler, sehingga terjadi
suatu daerah iskemi, selanjutnya terjadi daerah nekrotik yang berupa bercak kuning, yang bila
disertai tekanan akibat penumpukan discaj dalam rongga timpani dapat mempermudah
terjadinya perforasi membran timpani. Perforasi yang menetap akan menyebabkan rongga
timpani selalu berhubungan dengan dunia luar, sehingga kuman dari kanalis auditorius
eksternus dan dari udara luar dapat dengan bebas masuk ke dalam rongga timpani,
menyebabkan infeksi mudah berulang atau bahkan berlangsung terus-menerus. Keadaan kronik
ini lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi.
Ketidakseragaman gambaran 14 patologi ini disebabkan oleh proses yang bersifat kambuhan
atau menetap, efek dari kerusakan jaringan,serta pembentukan jaringan parut.
Selama fase aktif, epitel mukosa mengalami perubahan menjadi mukosa sekretorik dengan sel
goblet yang mengeksresi sekret mukoid atau mukopurulen. Adanya infeksi aktif dan sekret
persisten yang berlangsung lama menyebabkan mukosa mengalami proses pembentukan
jaringan granulasi dan atau polip. Jaringan patologis dapat menutup membran timpani, sehingga
menghalangi drainase,menyebabkan penyakit menjadi persisten.
Perforasi membran timpani ukurannya bervariasi. Pada proses penutupan dapat terjadi
pertumbuhan epitel skuamus masuk ke telinga tengah, kemudian terjadi proses deskuamasi
yang akan mengisi telinga tengah dan antrum mastoid, selanjutnya membentuk kolesteatoma
akuisita sekunder, yang merupakan media yang baik bagi pertumbuhan kuman pathogen dan
bakteri pembusuk. Kolesteatoma ini mampu menghancurkan tulang di sekitarnya termasuk
rangkaian tulang pendengaran oleh reaksi erosi dari ensim osteolitik atau kolagenase yang
dihasilkan oleh proses kolesteatom dalam jaringan ikat subepitel. Pada proses penutupan
membran timpani dapat juga terjadi pembentukan membran atrofik dua lapis tanpa unsur
jaringan ikat, dimana membran bentuk ini akan cepat rusak pada periode infeksi aktif.

 Tanda dan Gejala


Anamnesis harus dilakukan untuk mengetahui gejala misalnya nyeri telinga dan keluarnya cairan
dari telinga. Riwayat keluarnya cairan dari telinga, terutama jika disertai dengan episode pilek,
sakit tenggorokan, batuk atau gejala infeksi saluran pernapasan atas lainnya, menguatkan
kecurigaan OMSK. Riwayat pembersihan telinga yang berlebihan, menggaruk atau berenang
yang dapat membuat trauma saluran telinga luar lebih mengarah pada kecurigaan otitis
eksterna akut (OEA), bukan OMSK. Riwayat nyeri telinga menunjukkan OEA atau OMA, bukan
biasanya OMSK. Pada kasus OMA, telinga hanya terasa sakit sampai membran timpani
mengalami perforasi, karena tekanan sudah berkurang. Jadi, jika gejala utamanya adalah
otorrhoea yang tidak nyeri, serta durasi otorrhoea yang cukup lama akan membantu klinisi
untuk membedakan OMA dari OMSK.

 Tata Laksana
Tetes antibiotik

Antibiotik harus memiliki spektrum aktivitas yang sesuai yang mencakup organisme gram negatif
(terutama pseudomonas) dan organisme gram positif (terutama S aureus). Aminoglikosida dan
fluoroquinolon adalah antibiotik yang memenuhi kriteria ini.

Neomisin dan polimiksin B

Sebagian besar tetes yang dipasarkan khusus untuk penggunaan otologis mengandung neomisin
yang dikombinasikan dengan deterjen kationik (polimiksin B). Neomisin tetap cukup efektif
selama 2 dekade terakhir untuk organisme gram positif, tetapi telah kehilangan hampir semua
efektivitasnya untuk memerangi organisme gram negatif.

Gentamisin, deksametason, dan tobramycin

Tetes oftalmik yang mengandung gentamisin dan tobramycin telah banyak digunakan secara off
label untuk pengobatan infeksi otologis. Kombinasi rasio tetap tobramycin dan dexamethasone
(TobraDex) telah sangat populer di Amerika Serikat, sementara tetes yang mengandung
gentamisin lebih populer di Kanada dan Eropa.

Aminoglikosida

Semua aminoglikosida memiliki potensi toksisitas yang signifikan. Beberapa lebih vestibular-
toksik daripada koklea-toksik dan, karenanya, lebih mungkin menghasilkan disfungsi vestibular
daripada gangguan pendengaran. Untuk aminoglikosida lain, yang terjadi adalah sebaliknya.
Studi yang dirancang untuk mendeteksi gangguan pendengaran dari penggunaan aminoglikosida
ototopikal menunjukkan bahwa kejadian gangguan pendengaran terkait aminoglikosida masih
rendah. Namun, informasi terbaru menunjukkan bahwa potensi toksisitas vestibular mungkin
jauh lebih tinggi, terutama jika preparat yang mengandung gentamisin digunakan.

Aural toilet

Aural toilet adalah prosedur penting dalam perawatan OMSK. Kanal auditorius eksternal dan
bagian lateral dari telinga tengah yang terinfeksi sering ditutupi dengan eksudat mukoid atau
epitel deskuamasi. Obat yang dioleskan tidak dapat menembus jaringan yang terkena apabila
mukus dan epitel tersebut belum dihilangkan.

Terapi sistemik

Terapi sistemik harus diberikan untuk kasus OMSK yang gagal merespon terapi topikal. Terapi
topikal mungkin gagal karena antibiotik tidak dapat mencapai jaringan yang terinfeksi. Terapi
sistemik diharapkan berhasil dalam penetrasi jaringan. Antibiotik yang dapat diberikan biaanya
dari glongan floroquinolon, contohnya ciprofloxacin.

Anda mungkin juga menyukai