Anda di halaman 1dari 5

AUTORITAS RERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka pedoman PABU versi Rubin dan SAS No. 69 menempatkan rerangka konseptual pada
tingkat yang paling tidak autoritatif yaitu di Tingkat 4 kanan dalam Rubin dan di hierarki (e) dalam SAS
No. 69. Secara teoretis, rerangka konseptual mestinya menjadi landasan rerangka PABU tersebut.

Hal seperti ini terjadi lantaran sejarah pengembangan standar profesional di Amerika.
Sebelum dibentuk badan penyusun standar, AICPA banyak mengeluarkan penerbitan yang dianggap
dapat dijadikan sumber prinsip akuntansi. Karena dirasakan perlunya standar, dibentuklah Accounting
Principles Board (APB) yang ada di bawah AICPA untuk merumuskan standar akuntansi. Penerbitan
APB sering dianggap bias dan menguntungkan auditor dan kliennya karena tidak ada wakil dari
pemakai laporan yang duduk dalam keanggotaan APB. Kemudian badan tersebut diganti dengan
Financial Accounting Standards Board (FASB) yang tidak berada di bawah AICPA sehingga
kedudukannya lebih netral. Sebelum ada standar atau pengumuman resmi yang mengganti
penerbitan badan sebelumnya maka penerbitan-penerbitan pedoman oleh badan-badan sebelumnya
tetap berlaku sehingga terdapat beberapa macam standar yang sama-sama berlaku. Hal ini banyak
menimbulkan inkonsistensi dan konflik antarstandar karena ketiadaan landasan konseptual yang
mengkoordinasi standar-standar tersebut.. Kerangka konseptual versi FASB dikembangkan dalam
rangka mengatasi masalah tersebut.

Karena rerangka konseptual dirancang untuk perbaikan masa depan. penyusunannya tidak
memperhatikan standar akuntansi yang telah diberlakukan. Jadi, dapat diantisipasi bahwa akan
banyak standar akuntansi yang tidak sesuai lagi dengan diberlakukannya rerangka konseptual. Oleh
karena itu, kedudukan atau autoritas rerangka konseptual ditetapkan dengan sangat hati-hati oleh
FASB dalam tiap pengantar pernyataan konsep sebagai berikut:

Statements of Financial Accounting Concepts do not establish standards prescribing


accounting procedures or disclosure practices for particular items or events, which are issued by the
Board as Statements of Financial Accounting Standards. Rather, Statements in this series describe
concepts and relations that will underlie future financial accounting standards and practices and in
due course serve as a basis for evaluating existing standards and practices.

Makna “tidak menetapkan/menciptakan standar” (do not establish standards) dalam kata
pengantar FASB di atas adalah bahwa SFAC tidak dengan sendirinya membatalkan standar yang sudah
ada yang bertentangan dengan standar yang secara implisit melekat dalam atau yang diturunkan dari
SFAC. Standar akuntansi yang berjalan hanya dapat diganti dengan standar baru yang disusun melalui
prosedur saksama. Dengan kata lain, standar yang diturunkan dari SFAC harus dirumuskan dalam
bentuk Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) untuk dapat mengganti standar yang
sekarang berlaku. Secara spesifik, FASB menyatakan dalam pengantar SFAC No. 2 bahwa SFAC tidak
dengan sendirinya:

(a) require a change in existing generally accepted accouhting principles,

(b) amend, modify, or interpret Statements of Financial Accounting Standards, I nterpretations of the
FASB, Opinion of the Accounting Principles Board, or Bulletin of the Committee on Accounting
procedures that are in effect, or

(c) justify either changing existing generally accepted accouning and reporting practices or interpreting
the pronouncements listed in item (b) based on personal interpretation of the objectives and concepts
in the Statements of Financial Accounting Concepts.
Dengan pernyataan di atas, FASB sebenarnya menetapkan agar para akuntan dan auditor
tidak begitu saja meniadakan standar yang bertentangan dengan rerangka konseptual dengan
memanfaatkan ketentuan 203 dari kaidah perbuatan (Rules of Conduct) dalam koda etika profesional
( Code of Professional Ethics) AICPA. Ketentuan 203 menggariskan bahwa, dalam suatu situasi yang
sangat luar biasa (unusual circumstances), akuntan publik tetap dapat menyatakan bahwa suatu
statemen keuangan disajikan secara wajar sesuai GAAP meskipun statemen keuangan mengandung
penyimpangan (atau menggunakan prinsip akuntansi selain) dari ketentuan yang dikeluarkan badan
yang berwenang mengeluarkan standar asalkan anggota dapat menjelaskan dan menunjukkan secara
meyakinkan bahwa mengikuti standar yang ada justru akan menghasilkan penyajian yang
menyesatkan.

Rutan sebabnya keautoritatifan SFAC tidak setinggi SFAS. dalam perlakuan akuntansi terhadap
kejadian atau pos (events or items). Walaupun demikian, dalam jangka panjang konsistensi standar
dan SFAC akan tercapai karena memang SFAC disusun untuk melandasi standar dan praktik masa
datang ( underlie future financial accounting standards and practices).

Karena riwayat yang kurang lebih sama, IASC juga mengemukakan nada yang sama dalam
menetapkan keautoritatifan rerangka konseptualnya dibanding standar akuntansi. Hal ini dinyatakan
IASC sebagai berikut:

02. This F ramework is not an International Accounting Standard and hence does not define standards
for any particular measurement or disclosure. Nothing in this framework overrides any specific
International Accounting Standard.

03. The Board of IASC recognise that in a limited number of cases there may be a conflict between the
framework and an International, Accounting Standard. In this case where there is a conflict, the
requirements of the International Accounting Standard prevail over those of the fiumework. As,
however, the Board of IASC will be guided by the framework in the development of future Standards
and in its review of existing Standards, the number of cases of conflict between the framework and
International Accounting Standards will diminish .through time.

Jadi, secara teoretis, rerangka konseptual seharusnya merupakan fundasi rerangka pedoman
PABU dan harus direkayasa dahulu sebelum standar. Oleh karena itu, standar yang diturunkan atas
dasar rerangka konseptual mestinya konsisten baik dengan rerangka konseptual maupun
antarstandar. Penurunan standar tentunya harus dilakukan oleh badan yang berwenang secara
saksama.

Konflik hanya terjadi kalau standar sudah telanjur berkembang tanpa rerangka konseptual.
Dalam keadaan ini, konflik harus segera diselesaikan agar segera tercapai suatu situasi yang di
dalamnya tidak ada lagi konflik. Dalam situasi seperti itu, kedudukan rerangka konseptual dapat
dikuatkan menjadi fundasi atau landasan konseptual yang paling autoritatif. Walaupun demikian,
penurunannya menjadi standar harus tetap dilakukan oleh badan yang berwenang. Dalam keadaan
tidak ada petunjuk spesifik dalam bentuk standar, akuntan publik dapat menginterpretasi secara
profesional rerangka konseptual untuk mendapatkan dasar/basis yang layak untuk memperlakukan
suatu kejadian atau pos. Penalaran seperti ini telah terefleksi dalam rerangka pedoman versi SPAP.
Struktur Akuntansi

Bila proses perekayasaan telah selesai serta diaplikasi, rerangka pedoman PABU telah
ditentukan, dan secara operasional pelaporan keuangan telah berlangsung, maka pengertian
akuntansi dan teori akuntansi secara luas dapat dilukiskan dalam suatu diagram yang dapat disebut
sebagai struktur akuntansi sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.10 di halaman berikut.

Untuk praktik akuntansi dalam suatu negara, struktur tersebut menggambarkan pihak-pihak
dan sarana-sarana yang terlibat dalam dan terpengaruh oleh perekayasaan informasi keuangan dan
saling-hubungan antara berbagai pihak dan sarana tersebut. Walaupun tidak semuanya tampak dalam
gambar, pihak yang terlibat meliputi individual dan institusi misalnya penyusun standar, profesi,
pemerintah, badan pembina pasar modal, perusahaan sebagai entitas, analis, manajer, akuntan
publik, dan pemakai laporan. Sarana-sarana yang membentuk struktur akuntansimeliputi misalnya
peraturan pemerintah, standar akuntansi, laporan keuangan, dan konvensi pelaporan, Struktur
tersebut dapat dipandang menggambarkan pengertian pelaporan keuangan sebagai mekanisma
tentang bagaimana pihak-pihak dan sarana-sarana pelaporan berkerja dan saling berinteraksi
sehingga dihasilkan infomasi keuangan yang diwujudkan dalam bentuk statemen keuangan termasuk
fungsi auditor untuk menentukan kewajaran statemen keuangan.
Untuk menjelaskan pengertian akuntansi, struktur tersebut menggambarkan luas lingkup
(scope) akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan sekaligus mengaitkannya dengan pengertian
akuntansi sebagai praktik dan profesi. Proses dan kegiatan yang dilukiskan di atas PABU merupakan
proses dan kegiatan perekayasaan yang melibatkan pengetahuan teori akuntansi sebagai penalaran
logis. Tentu saja proses ini tidak berhenti bila rerangka konseptual telah tersusun. Rerangka
konseptual harus terbuka untuk dievaluasi dan diperbaiki (amended) sesuai dengan perkembangan
ekonomi dan bisnis. Kegiatan di bawah PABU melukiskan praktik akuntansi termasuk fungsi auditor
dalam sistem pelaporan keuangan dengan standar pengauditan berterima umum (StaPBU) sebagai
rerangka pedoman pelaksanaan audlt.

Jadi, proses dan kegiatan di bawah PABU merupakan praktik pelaksanaan hasil perekayasaan
di tingkat perusahaan. Proses ini lebih berkepentingan dengan bagaimana entitas pelapor (reporting
entities) yang berada dalam suatu wilayah negara menyediakan dan menyampaikan informasi
keuangan dengan cara tertentu sesuai PABU. Oleh karena itu, bagian ini sebenarnya menggambarkan
definisi akuntansi secara sempit sebagai “suatu proses dengan cara tertentu.” Cafa tertentu tersebut
tidak lain adalah PABU sebagai suatu rerangka pedoman.

Selain menggambarkan pengertian akuntansi dalam arti luas dan sempit, struktur di atas juga
mempunyai beberapa manfaat untuk menunjukkan bidangbidang studi yang membentuk seperangkat
pengetahuan akuntansi, bidangbidang pekerjaan (profesi) yang ditawarkan akuntansi, dan fungsi
auditor (akuntan publik) dalam praktik akuntansi.

Bidang Studi

Struktur di atas dapat menjadi basis untuk mengenali mata kuliah apa saja yang harus
ditawarkan dalam program studi akuntansi serta kompetensi apa yang harus dicapai oleh tiap mata
kuliah. Jadi, struktur di atas dapat dijadikan terangka untuk menyusun kurikulum inti (core) program
studi akuntansi. Sebagai misal, kompetensi dan materi yang memampukan peserta didik untuk
merekayasa dapat diracik dalam bentuk mata kuliah Teori Akuntansi atau Perekayasaan Pelaporan
Keuangan. Kompetensi dan materi untuk memberi kemampuan peserta didik untuk menyusun dan
menyajikan informasi sesuai PABU dapat diracik dalam satuan mata kuliah: Akuntansi Pengantar,
Menengah, dan Lanjutan. Mengapa mata kuliah Akuntansi Manajemen, Sistem Informasi
Akuntansi/Manajemen, Pengauditan, dan Analisis Statemen Keuangan ditawarkan dalam kurikulum
dapat dijelaskan dengan diagram di atas. Bila kesatuan usaha diarahkan untuk entitas
kepemerintahan, struktur di atas dapat dijadikan basis untuk mendeskripc si lingkup akuntansi
kepemerintahan (governmental accounting).

Bidang Profesi

Bila dipandang dari profesi atau peketjaan yang ditawarkan oleh akuntansi, struktur di atas
juga dapat menggambarkan kesempatan karier bagi mereka yang menguasai seperangkat
pengetahuan akuntansi. Orang dapat terjun ke bidang pemerintahan untuk menjadi perekayasa
akuntansi dengan menjadi anggota legislatif (DPR), penyusun standar, badan pemeriksa keuangan,
badan pengawas keuangan pemerintah, atau pembina pasar modal. Orang juga dapat masuk ke sektor
swasta untuk menjadi akuntan perusahaan, kontroler, akuntan kos. atau anggota komite anggaran.
Struktur di atas juga menunjukkan bahwa orang dapat terjun ke layanan publik dengan menjadi
akuntan publik, konsultan manajemen. dan penyusun sistem infomasi akuntansi dan manajemen.
Fungsi Auditor Independen

Hal penting yang dapat digambarkan oleh struktur akuntansi adalah fungsi auditor
independen (akuntan publik) dalam pelaporan keuangan. Karena pihak pemakai biasanya terpisah
dengan pihak manajemen baik secara administratif maupun secara operasional, keterpisahan kedua
pihak ini menempatkan pemakai statemen sebagai pihak luar yang tidak dapat secara langsung ikut
dalam proses penyediaan data dan penyusunan statemen keuangan. Dengan demikian, statemen
keuangan dianggap sebagai satu-satunya media komunikasi sehingga kesesuaian dengan PABU
menjadi hal yang sangat penting. Peran auditor independen sangat diperlu'kan untuk mengaudit
apakah statemen keuangan benar-benar telah disajikan sesuai dengan PABU. Hasil pengauditan
dituangkan oleh auditor dalam bentuk laporan auditor. Keyakinan pemakai terhadap statemen
keuangan akan menjamin bahwa tujuan pelaporan keuangan tercapai dan pada gilirannya tujuan
nasional juga tercapai.

Dalam melaksanakan audit, auditor independen harus memenuhi kriteria dan standar kualitas
pengauditan yang disebut standar pengauditan berterima umum (StaPBU) atau generally accepted
auditing standards ( GAAS). Sebagaimana makna PABU, StaPBU merupakan suatu rerangka pedoman
yang terdiri atas landasan konseptual dan operasional. Jadi, jelaslah perbedaan makna dan fungsi
antara PABU dan StaPBU dalam struktur di atas dan keduanya tercantum dalam laporan auditor
standar. Dalam laporan auditor bentuk baku (standar), IAI telah mereduksi makna standar
pengauditan berterima umum dengan digunakannya frasa “standar auditing yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia. Frasa tersebut dapat diartikan pedoman-pedoman resmi dalam bentuk
pernyataan yang di Amerika disebut Statement on Auditing Standards (SAS) padahal yang dimaksud
GAAS lebih dari sekadar pernyataan standar pengauditan. StaPBU (GAAS) meliputi pula landasan
konseptual yang di dalamnya memuat konsep tentang independensi sikap mental ( independence of
mental attitude). Sikap mental ini dideskripsi secara rinci dalam etika profesi. Dengan reduksi tersebut,
dapat terjadi bahwa akuntan publik hanya akan memenuhi standar sebatas yang diatur secara
operasional tetapi tidak berusaha untuk mencapai kualitas dan etika tinggi yang dituju oleh landasan
konseptual.

Anda mungkin juga menyukai