1b6a93f5af4ab3b27ee3dda77c5f5518
1b6a93f5af4ab3b27ee3dda77c5f5518
Alamat korespondensi
Usman
Program Studi Teknik Elektro
Program Pascasarjana
Universitas Hasanuddin
Makassar
HP : 085242396562
e-mail : st.usman.05@gmail.com
Abstrak
Pulau Maginti mempunyai jumlah penduduk 2483 jiwa, dimana sistem kelistrikannya disuplai oleh genset dengan
kapasitas 40 KVA yang beroperasi selama12 jam setiap hari, dengan sumber daya Energi Baru Terbarukan (EBT)
yang dapat dikembangkan yaitu energi surya dengan potensi rata-rata sebesar 5.099 KWh/m2/hari dan potensi
energi angin rata-rata sebesar 4.49 m/s. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan kapasitas pembangkit
hibrid dari PLTD, PLTS dan PLTB yang optimal berdasarkan Net Present Cost (NPC) dan menghitung hasil
analisis kelayakan investasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan simulasi dengan
menggunakan software HOMER. Berdasarkan hasil simulasi tersebut kemudian akan dilakukan analisis
kelayakan investasi untuk mengukur seberapa layak sistem pembangkit hibrid ini apabila diterapkan. Hasil
simulasi dari sistem yang direncanakan terdiri dari 4 sistem pembangkit, yaitu 1) PLTD 256 KW dan 32 KW,
dengan NPC sebesar $ 4.428.512. 2) PLTD 256 KW dan 32 KW dan PLTS 300 KW, inverter 200 KW dan
baterai 184 buah, dimana NPC sebesar $ 3.883.534. 3) PLTD 256 KW dan 32 KW dan PLTB 390 KW, inverter
200 KW dan baterai 190 buah, dimana NPC sebesar $ 3.860.725. 4) PLTD 256 KW dan 32 KW, PLTS 230 KW
dan PLTB 260 KW, inverter 200 KW dan baterai 188 buah, dimana NPC sebesar $ 3.432.373. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah sistem pembangkit yang optimal adalah sistem pembangkit hibrid PLTD, PLTS dan PLTB,
karena mempunyai NPC yang lebih rendah dan hasil analisis dari semua parameter kelayakan investasi
menunjukan bahwa sistem ini layak untuk di kembangkan.
Abstract
Maginti island has a population of 2483, the electrical system in there is supplied by a generator with a
capacity of 40 KVA which operated for 12 hours every day, with the resources of Renewable Energy (RE) which
can be developed with the potential of solar energy is an average of 5,099 kWh/m2/day and wind energy
potential average of 4:49 m/s. The study aims to obtain a generating capacity of the hybrid Diesel Power Plant
(DPP), Solar Power Plant (SPP) and Wind Power Plant (WPP) based on the optimum Net Present Cost (NPC)
and calculate the results of the feasibility analysis of investment. The method used in this research is to do a
simulation using HOMER software. Based on the simulation results will then be analyzed to assess the
feasibility of investment viable of this hybrid power system when applied. Simulation results of the planned
system consists of a 4 generation systems, ie 1) DPP 256 KW and 32 KW, with NPC is $ 4.428.512. 2) DPP 256
KW and 32 KW, SPP 300 KW, inverter 200 KW and battery 184 pieces, with NPC is $ 3.883.534. 3) DPP 256
KW and 32 KW, WPP 39 x 10 KW, inverter 200 KW and battery 190 pieces, with NPC is $ 3.860.725. 4) DPP
256 KW and 32 KW, SPP 230 KW, WPP 26 x 10 KW, inverter 200 KW and battery 188 pieces, with dimana
NPC is $ 3.432.373. The conclusion from this study is that the optimal generation system is the diesel hybrid
DPP, SPP and WPP, because it has a lower NPC and the results of all parameter analysis shows that the
investment feasibility of this system is viable to be developed.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukan bahwa sistem yang optimal berdasarkan NPC adalah sistem
pembangkit hibbrid PLTD, PLTS dan PLTB. Sistem ini mempunyai NPC sebesar $
3.432.374, dengan COE sebesar $ 0.386 dan biaya operasi sebesar $ 278,795/thn. Komponen
penyusun NPC ini, bahan bakar merupakan biaya terbesar dalam total NPC sebesar $
1,647,706, kemudian biaya investasi sebesar $ 1,285,610, biaya operasi dan pemeliharaan
sebesar $ 546,343, biaya penggantian sebesar $ 161,962 dan nilai sisa proyek sebesar $
9,248. Apabila dibandingkan dengan sistem pembangkit lainnya misalnya PLTD biaya bahan
bakar pada sistem ini dapat mencapai 61% dari NPC sistem, yaitu sebesar $ 3,135,317. Sama
halnya dengan sistem hibrid PLTD dan PLTS, hibrid PLTD dan PLTB biaya bahan bakar
dalam sistem NPC masih mendominasi yaitu sebesar $ 2,127,063 dan $ 2,024,445 berturut-
turut, sedangkan sistem pembangkit hibrid PLTD, PLTS dan PLTB biaya bahan bakar ini
sebesar $ 1,647,706. Penurunan biaya bahan bakar dalam NPC ini disebabkan oleh
berkurangnya jam operasi dari pembangkit yang menggunakan bahan bakar disel, sehingga
mengurangi penggunaan bahan bakar.
Total energi yang dihasilkan oleh sistem ini adalah sebesar 1,385,187 KWh/tahun.
Energi listrik yang dihasilkan setiap bulannya dalam setahun PLTS menghasilkan energi
listrik sebesar 363,843 KWh (26%) dan faktor kapasitasnya adalah 18.1%. PLTB sebesar
394,832 KWh (29%) dan faktor kapasitasnya adalah 17.3%. PLTD sebesar 626,513 KWh
(45%) dan faktor kapasitasnya adalah 41.4%.
Sistem pembangkit hibrid PLTD, PLTS dan PLTD menghasilkan energi listrik yang
lebih besar yaitu sebesar 1,385,187 KWh/tahun. Dibandingkan dengan sisetem PLTD, hibrid
PLTD dan PLTS, hibrid PLTD dan PLTB masing-masing sebesar 1,189,211 KWh/tahun,
1,292,100 KWh/tahun, 1,353,205 KWh/tahun. Hal ini terjadi karena besarnya jumlah total
kapasitas pembangkit dari sistem ini, akan tetapi akan menghasilkan kelebihan energi listrik
setiap tahunnya besar pula. Sistem pembangkit ini menghasilkan kelebihan energi sebesar
168,052 KWh/tahun. Kelebihan energi listrik ini terjadi karena produksi energi listrik
melebihi permintaan energi listrik yang dibutuhkan beban dan melebihi kemampuan baterai
dalam menyimpan energi tersebut. Untuk mengurangi kelebihan energi ini bisa diatasi
dengan pengaturan beban atau menambahkan penyimpanan energi (baterai) akan tetapi dapat
mempengaruhi biaya sistem yang akan menaikan NPC sistem sehingga tidak optimal lagi.
Pada sistem pembangkit hibrid ini, menghasilkan kontribusi energi terbarukan sebesar
45%. Dibandingkan dengan sistem pembangkit hibrid PLTD dan PLTS, hibrid PLTD dan
PLTB masing-masing sebesar 37% dan 44%. Sistem pembangkit hibrid ini mempunyai
kontribusi energi terbarukan yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh besarnya kapasitas
pembangkit yang menggunkanan EBT. Presentasi energi terbarukan ini akan mengurangi
penggunaan bahan bakar disel serta biaya sistem seperti biaya operasi, NPC, dan COE, akan
tetapi akan menambah biaya investasi.
Sistem pembangkit hibrid ini, membutuhkan bahan bakar sebesar 198,381 liter/tahun
dan menghasilkan gas buang CO2 sebesar 522,403 kg/tahun. Sistem pembangkit hibrid ini
mempunyai pemakain bahan bakar dan menghasilkan emisi CO2 yang terendah dari semua
sisitem yang disimulasikan. Seperti PLTD membutuhkan bahan bakar sebesar 377,488
liter/tahun, hibrid PLTD dan PLTS, hibrid PLTD dan PLTB masing-masing sebesar 256,095
liter/tahun dan 256,095 liter/tahun. Untuk emisi CO2 mengalami penurunan sebesar 47.45%
apabila dibandingkan dengan sistem PLTD, 35.43% terhadap hibrid PLTD dan PLTS dan
32.16% terhdap hibrid PLTD dan PLTB. Penurunan penggunaan bahan bakar dan emisi ini
sebagai akibat berkurangnya operasi dari unit PLTD dari sistem hibrid.
Hasil simulasi ini menunjukan bahwa biaya investasi dari sistem hibrid yang
menggunakan energi terbarukan masih tinggi yang diakibatkan oleh mahalnya komponen-
komponen, bila dibandingkan dengan pembangkit yang berbasiskan energi fosil atau PLTD.
Akan tetapi harga energinya yang rendah yaitu sebesar $ 0.386, bila dibandingkan dengan
sistem PLTD yaitu sebesar 0.471. Hal ini akibat dari penurunan penggunaan bahan bakar,
karena dalam sistem pembangkit berbasiskan energi fosil biaya bahan bakar bisa mencapai 60
% dari total biaya operasi (Marsudi, 2011).
Kelayakan investasi suatu sistem diukur dengan beberapa parameter misalnya NPV,
PI, DPP dan IRR. Suatu investasi akan layak apabila NPV lebih besar 0, PI lebih besar 0 dan
DPP lebih besar umur investasi dan IRR lebih besar suku bunga acuan (Halim, 2009). Hasil
analisis didapatkan NPV sebesar $ 451,686, nilai ini lebih dari 0. PI sebesar 1.325 %, juga
lebih besar 0, DPP sebesar 5 tahun dan 7 bulan lebih kecil dari umur proyek yaitu 20 tahun
serta IRR 11.63% lebih besar dari suku bunga acuan sebesar 10%, dengan demikian semua
parameter ini terpenuhi dimana umur
BPS Kab Muna. ( 2012). Kecamatan Maginti Dalam Angka. Raha Badan Pusat Statistik
Kabupaten Muna.
chem-is-ry.org. (2013). pembangkit listrik tenagan surya memecah kebuntuan energi
nasional dan dampak pencemaran lingkungan. Retrieved 23 Mei 2013, from
http://www.chem-is-ry.org
ESDM. (2012a). Handbook of Energy & economic Statistics Of indonesia. Jakarta:
Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral.
ESDM. (2012b). Indonesia Energy Outlook 2010. Jakarta: Kementrian Energi dan Sumber
Daya Mineral.
ESDM. (2013). Rancangan Umum Pokok-pokok Kebijakan Energi Nasional. Retrieved 6.
Juni, 2013, from http://www.esdm.go.id
Halim, Akhmad. (2009). Analisis Kelayakan Investasi Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Marsudi, Djiteng. (2011). Pembangkitan Energi Listrik (S. Lameda Simarmata & S. Ade M.
Drajat Eds.). Jakarta: Erlangga.
NASA. (2013). Dayli Radiation. Retrieved 24 Mei, 2013, from http://power.larc.nasa.gov/
Openei.org. (2013). Wind Sped. Retrieved 10 September, 2013, from
http:\\en.openei.org/apps/swera/
Prityatomo, Angga Rizki. (2009). Analysis Homer Simulation for BTS (Base Transceiver
Station) di Pecatu Bali. (Under Gruduate), Universitas Indonesia., Depok.
Rosyid, Akhmad. (2011). Pembangkit Listrik Tenaga Surya Hibrida untuk Listrik Pedesaan
di Indonesia. Jurnal Material dan Energi Indonesia, 01(01), 31-38.
Susandi, Army. (2012). Potensi Energi Angin Dan Surya di Indonesia. Bandung: Institut
Teknlogi Bandung.
worldbank.org. (2013). Electric power consumption (kWh per capita). Retrieved oktober,
2013,from
http://data.worldbank.org/indicator/EG.USE.ELEC.KH.PC?order=wbapi_data_value_
2010+wbapi_data_value+wbapi_data_value-last&sort=asc
Tabel 1. Potensi energi matahari dan angin Pulau Maginti (NASA, 2013; Openei.org,
2013)
(b)
Gambar 1. Profil beban Pulau Maginti a) harian dan b) bulanan