Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan menjelaskann beberpa hal yang berkaitan

dengan tinjauan teoritis yaitu : Pengertian , Etiologi, Patofisiologi, Gambaran

klinis, Pengelolaan kasus dan Asuhan keperawatan teoritis.

2.1 Pengertian

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan

Mycobacterium. Tuberkulosis yang menyerang paru – paru dan hampir

seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui sistem

pernafasan dan seluruh pencernaan juga luka terbuka pda kulit. Tetapi

paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang

terinfeksi banteri tersebut. Price, ( 2006 dalam Nurarif dan Kusuma 2015,

hlm 209 ).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang sering mengenai

parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis.

TB dapat menyebar hampir ke semua bagian tubuh, termasuk meninges

ginjal, tukang dan nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi selama 2

sampai 10 minggu setelah panjanan ( Smaltzer, 2014, hlm 525 ).

Mansjoer (1999, dalam Padila, 2013, hlm 227 ) mengatakan bahwa

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobacterium Tuberkulosis dengan gejala yang sangat bervariasi.

6
7

2.2 Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis basil

ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar

matahari, dan sinar ultraviolet. Ada 2 macam mikobakteria tuberkulosis

yaitu tipe human dan tipe bovin, basil tipe bovin berada pada susu sapi

yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil tipe human bisa berada

pada becak ludah ( droplet ) dan diudara yang berasal dari penderita TBC

dan orang terkena rentan teinfeksi bisa menghirupnya. Jong ( 2005, dalam

Nurarif dan kusuma, 2013, hlm 561 ).

Menurut jong ( 2005, dalam Nurarif dan Kusuma, 2013, hlm 210 ),

dalam pernjalanan penyakit tuberkulosis terdapat 4 fase :

a. Fase I ( tuberkulosis primer )

Masuk kedalam paru dan berkembang biar tanpa menimbulkan reaksi

pertahanan tubuh.

b. Fase II

Fase penyebaran dan pembentukan jaringan parut.

c. Fase III ( Fase Laten )

Fase dengan kuman yang tidur ( bertahun – tahun / seumur

hidup ) dan reaksifitas jika terjadi perubahan keseimbangan daya

tahan tubuh dan bisa terdapat ditulang panjang, vertebra, tuba fallopi,

otak, kelenjar limfe hilus, leher dan ginjal.


8

d. Fase IV

Dapat sembuh tanpa cacat atau sebalikanya, juga dapat

menyebar ke orang lain dan yang kedua ginjal setelah paru.

Klasifikasi menurut American Thoracic Society :

1. Kategori 0 : tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat

kontak negative, tes tuberculin negative.

2. Kategori 1 : terpajan tuberkulosis tapi tidak terbukti ada infeksi.

Disini riwayat kontak positif, tes, tuberkulin negatif.

3. Kategori 2 : terinfeksi tuberkulosis tetapi tidak sakit, tes tuberkulin

positif, radiologis dan spurtum negatif.

4. Kategori 3 : terinfeksi tuberkulosis dan sakit.

Klasifikasi diindonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis

dan makro biologis :

1. Tuberkulosis paru.

2. Bekas tuberkulosis paru.

3. Tuberkulosis paru yang tersangka terbagi dalam :

a. TB tersangka diobati : sputum TB (-) tetapi tanda – tanda lain

positive.

b. TB tersangka ang tidak diobati : sputum BTA (-) dan tanda-

tanda lain juga meragukan.


9

2.3 Patofisiologi

Tempat masuk kuman Mycobacterium Tuberkulosis adalah saluran

pernafasaan, seluruh pencernaan dan luka kulit terbuka. Kebanyakan

infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu inhalasi droplet, jika droplet sudah

masuk memalui jalan nafas kemudian akan menempel diparu.

Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunits

diperantarai sel. Sel efektor adalah makrofag dan limfosit ( biasannya sel

T) adalah sel imunoresponsi. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal

melibatkan makrofag yang melibatkan yang diaktifkan ditempat infeksi

limfosit dan limfokimnya. Respon ini disebut reaksi hipersensivitas

selular. Basil tuberkel yang berada dalam ruang alveolus, biasanya

dibagian bawah lobus atas paru, basil tiberkel ini membangkitkan reaksi

peradangan. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan

timbul pneumonia akut. Ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga

tidak ada sisanya yang tertinggal atau proses dapat berjalan terus

berkembang biak didalam sel.

Bila kuman ini sudah menyebar kedalam sel akan menyebar ke

organ lain mengakibatkan peradangan pada bronkus dan pertahanan

primer tidak adekuat. Jika pertahanan primer tidak adekuat maka akan

terbentuknya tuberkel menyebabkan kerusakan pada membrane alveoler.

Inilah yang menyebabkan produksi sekret menigkat sehingga terjadi

ketidakefektifan jalan nafas. Akibat lain dari kerusakan membrane alveoler

bisa terjadi menurun efek paru ke alveoler, alveolus mengalami


10

konsolidasi dan eksudani dan terjadi gangguan pertukaran gas. Jika batuk

terus menerus akan mengakibatkan distensi abdomen menyebabkan mual

dan muntah sehingga pemasukan nutrisi tidak adekuat sehingga

mengakibatkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Price dan Standridge ( 2005, hlm 852 ) dan Nurarif dan Kusuma ( 2013,

hlm 565 ).
11

Pathway

Mycobacteriu Droplet infection Masuk lewat


Tuberkulosis jalan nafas

Dibersihkan
makrofag Menempel diparu
Sembuh tanpa pengobatan
Menetap diparu
Tumbuh dan
berkembang biar
membentuk sarang Terjadi Peradangan

Menyebar ke organ Kompleks Primer Sembuh dengan bekas


lain
Sembuh
Peradangan bronkus
Pertahanan primer tidak adekuat
Menghancurkan
jaringan ikat Pem. tuberkel

Membentuk
kerusakan membrane alveolar
jaringan keju
↓ Efek paru
Secret keluar saat Produksi secret ke alveoler
batuk ↑

Bersihan jalan tak efektif alveoler


Batuk terus menerus
Batuk berat Alveoler
mengalami
Doplet infection Distensi abdomen konsolidasi &
eksudasi
Mual muntah
Terhirup orang sehat Gangguan
Intake nutrisi pertukaran gas
kurang
Resiko infeksi Ketidakseimbangan nutrisi Kurang
kurang dari kebutuhan pengetahuan
12

2.4 Gambaran Klinis


Menurut Alsagaff dan Mukty ( 2006, hlm 85 ) gamabaran klinik dibagi
menjadi 2 yaitu :
2.4.1. Gejala klinik
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan
gangguan yang paling sering dikeluhkan. Biasanya batuk ringan
sehingga dianggap batuk biasa atau rokok. Proses yang paling
ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu
penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita terbangun pagi
hari.
b. Dahak
Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam
jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen/kuning
atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah
menjadi kental bilasudah terjadi pengejuan dan perlunakan.
Jarang berbau busuk, bila ada infeksi anaerob.
c. Batuk Darah
Darah yang diekuarkan oleh penderita mungkin
berbentuk garis atau bercak–bercak darah, gumpalan –gumpalan
darah atau darah segar dengan jumlah yang sangat banyak.
Batuk darah jarang merupakan tanda permulaan dari penyakit
tuberkulosis karena batuk darah tanda telah terjadinya eksvasi
dan ulerasi dari pembuluh darah pada dinding kavitas oleh
karena itu proses tuberkulosis harus cukup lanjut untuk dapat
menimbulkan batuk dengan ekspetorasi.
Batuk darah yang disebabkan oleh tuberkulosis paru,
pada penerawangan ( pemeriksaan radiologis ) tanpak ada
kelainan kecuali bila penyebab batuk darah tersebut adalah
trakeobronkitis. Sering kali darah yang dibatukkan pada
penyakit tuberkulosis bercampur dahak yang mengandung basil
13

tahan asem dan keadaan ini berbahaya karena dapat menjadi


sumber penyebaran kuman secara bronkogen
(bronkopneumonia).
Batuk darah dapat pula terjadi pada tuberkulosis yang
sudah sembuh,hal ini terjadi karena robekan jaringan paru atau
darah berasal dari bronkiektsis yang merupakan salah satu
penyulit tuberkulosis paru. Pada keadaan ini darah sering tidak
mengandung basil tahan asem ( negative ).
d. Nyeri Dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru merupakan nyeri
pleuritik yang ringan. Bila nyeri bertambah berat berarti telat
terjadi pleuritis luas ( nyeri disebabkan didaerah aksila, diujung
scapula atau tempat lain ).
e. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen
endobronkus yang disebabkan oleh secret, bronkostenosis,
keradangan jaringan granulasi, ulserasi dan lain – lain ( pada
tuberkulosis lanjut ).
f. Dispneu
Dispneu merupakan Late Symptom dari proses lanjut
tuberkulosis patu akibat adanya restriksi dan obstruksi saluran
pernafasan serta loss vascular bed dapat meningkatkan
gangguan difusi, hipertensi pulmonaldan korpulmonal.
2.4.2. Gejala - gejala umum
a. Panas Badan
Merupakan gejala paling sering dan paling penting.
Sering kali panas badan meningkat pada malam hari. Panas
badan meningkat atau lebih tinggi bila proses perkembangan
menjadi lebih progresif sehingga penderita meraakan badanya
hangat atau muka terasa panas.
14

b. Mengigil

Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat. Tetapi


tidak dikuti pengeluaran panas yang sama atau dapat terjadi
sebagian suatu reaksi umum yang lebih hebat.
c. Keringat Malam
Keringat malam bukan gejala yang patognimonis untuk
penyakit tuberkulosis paru. Keringkat malam umumnya timbul
bila proses telah belanjut, kecuali orang dengan vasomotor labil.
Keringat malam dapat timbul dari dini. Nausea, takikardi, dan
sakit kepala timbul bila ada panas.
d. Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis
paru sudah menjadi lanjut.
e. Anoreksia
Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan
manifestasi tokemia yang timbul belakangan dan lebih sering
dikeluhkan bila proses progresif.
f. lemah Badan
Gejala – gejala ini apat disebabkan oleh kerja berlebihan,
kurang tidur dan keadaan – keadaan sehari – hari yang kurang
menyenangkan.
2.6 Pengelolaan Kasus
2.6.1. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Mansjoer ( 1994, dalam Nurarif dan kusuma, 2015,
hlm 212 ), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien
dengan tuberkulosis yaitu :
15

a. Laboratorium darah rutin : LED normal /meningkat,


limfositisis.
b. Laboratorium sputum BTA : untuk memastikan diagnostik
TB paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya
30% – 70% pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
c. Tes PAP ( Peroksidase Anti Peroksidase )
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai
alat histogen staining untuk menemukan adanya IgG terhadap
basil TB
d. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui
amplifikasi dalam, meskipun hanya satu mikroorganisme
dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resisten.
e. Becton Dickinson Diagnostic Instriment ( BACTEC )
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yaitu
dihasilakan dari metabolisme asam lemak oleh
mikrobakterium tuberkulosis.
f. Pemeriksaan Radiologi : Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnostik TB yaitu :
1. Bayangan lest terletak dilapangan paru atau segment apikal
lobus bawah.
2. Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular ).
3. Adanya kavitas, tunggal atau ganda.
4. Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru.
5. Adanya klasifikasi.
6. Bayangan menetapan pada foto ulang beberapa minggu
kemudian.
7. Bayangan millie.
16

2.6.2 Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemo
terapi (agen anti tuberkulosis) selama periode 6 sampai 12 bulan.
Lima medikasi garis besar yang digunakan : losinasid (INH),
Rifampisin (RIF), Streptomisin (SM), Emambutol (EMB) dan
Pirainamid (PZA), Kapreomisin, kanamisin, etionamid, natrium
para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisia merupakan obat–obat
baris kedua. Pengbatan yang direkomendasikan bagi kasus
tuberkulosis paru yang didiagnosa adalah regimen pengobatan
beragam, termasuk INH, RIF, dan PZA selama 4 bulan dengan
INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan sehingga
totalnya 6 bulan pengobatan. ( Smetlzer dan Bare, 2008, hlm 586 ).
2.6.3 Perawatan
Menurut Nurarif dan Kusuma ( 2015, hlm 218 ) antar lain :
1. Pelajari penyebab dan penularan TB serta pencegahan saat
diluar rumah.
2. Pahami tantangan kegunaan batuk yang efektif dan mengapa
terdapat penumpukan sekret disaluran penafasan.
3. Nafas dalam perlahan saat duduk detgak mungkin.
4. Lakukan pernafasan diafragma : tahan nafas selama 3 – 5 detik,
kemudian secaa perlahan, keluarkan sebanyak mungkin dari
mulut.
5. Selalu menjaga kebersihan mulut dan pelajari secara baik saat
batuk dan setelah batuk juga cara mengontrol batuk.
6. Jangan memberikan vaksin BCG pada bayi baru lahir dan
konsultasikan pada tenaga medis terlebih dahulu sebelum
vaksin.
7. Ibu menderita TB aman untuk memberikan ASI pada bayi
dengan catatan menghindari cara penularan TB.
8. Jalankan terapi obat dengan teratur dan jangan putus tanpa
induksi.
17

9. Berhenti merokok dan berhenti minum alkohol.


10. Olahraga secara teratur, makan makanan yang bergizi serta
istirahat cukup.
2.7 Asuhan Keperawatan Teoritis
2.7.1 Pengkajian
Menurut Doengoes ( 2012, hlm 240 ) adalah :
Data dasar pengkajian pasien : Data tergantung pada tahap
penyakit dan derajat yang terkena.
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, napaspendek karena
kerja, kesulitan tidur atau demam padamalam hari,
mengigil dan atau keringat, mimpi buruk.
Tanda : Takikardia, takipeu / dispneu pada kerja, kelelahan
otot, nyeri dan sesak ( tahap lanjut ).
b. Integritas Ego
Gejala : Adanya / faktor stres lama, masalah keuangan dan
rumah, perasaan tak berdaya / tidak ada harapan,
populasi buaya / etnik : Amerika asli atau imigrasi
amerika tengah, asia tenggara, Indian anak benua.
Tanda : Menyangkal ( khususnya selama tahap dini ), ansietas,
ketakutan mudah teransang.
c. Makanan / Minuman
Gejala : Kehilangan napsu makan, tidak dapat mencerna dan
penurunan berat badan.
Tanda : Turgor kulit buruk, kering /kulit bersisik,kehilangan
otot / hilang lemak subkutan.
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Tanda: Berhati – hati pada daerah yang sakit dan perilaku
distraksi serta gelisah.
18

e. Pernapasan
Gejala : Batuk, produktif / non produktif, nafas pendek,
riwayat tuberkulosis / terpanjan pada individu
terinfeksi.
Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas
atau fibrosis parenkum paru dan pleura),
pengembangan tak simetri ( effuse plueral ), perkusi
pekak dan penurunan frenitus ( cairan pleunal atau
penebalan pleunal. Bunyi nafas menurun/tak ada
secara bilateral / unilateral ( efusi pleunal/
pneumothorak ), Bunyi nafas tubuler dan / bisikan
pectoral diatas lesi luas. Krekels tercatat diatas aspek
paru selama ini spirasi cepat setelah batuk pendek
(krekels pasttussic). Karakteristik sputum : Hijau/
purulen, mukoid kuning, atau bercak darah, deviasi
trakeal (penyebaran bronkogenik), tak perhatian,
mudah terangsang yang nyata, perubahan mental
(tahap lanjut).
f. Keamanan
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contohnya AIDS,
Kanker, Tes HIV positif.
Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut.
g. Interaksi Sosial
Gejala : Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
h. Penyuluhan Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status
kesehatan buruk, gejala untuk membaik/
kesembuhannya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.
Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat 6,6 hari.
19

Rencana Pemulangan : Memerlukan bantuan dengan/gangguan


dalam terapi abat dan bantuan
perawatan diri dan pemeliharaan/
perawatan dirumah.
2.7.2. Diagnosis Kepawatan dan Intervensi
Perencanan keperawatan yang penulisi susun untuk
mengatasi masalah diagnosa keperawatan yang muncul menurut
Doengoes (2012), Nurarif dan Kusuma ( 2013 ) adalah :
a. Resiko tinggi infeksi berungan dengan pertahanan primer tak
adekuat.
Diagnosa keperawatan dengan resiko infeksi yaitu dengan
kriteria hasil :
1. Mengatakan pemahaman penyebab. faktor resiko individu.
2. Mengidentifikasi untuk mencegah / menurunkan resiko
infeksi.
3. Menunjukan teknik perubahan pola hidup untuk peningkatan
lingkungan yang aman.
Intervensi :
1. Kaji patologi penyakit dan potensional penyebaran infeksi.
2. Identifikasi orang lain yang beresiko.
3. Anjurkan pasien untuk batuk / bersin dengan mengeluarkan
pada tissue dam menghindari meludah.
4. Kaji tindakan kontrol infeksi sementara.
5. Awasi suhu sesuai indeksi.
6. Identifikasi faktor individu terhadap pengaktifan berulang.
7. Tekankan pentingannya tidak menghentikan terapi berobat.
8. Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik
terhadap sputum.
9. Dorong memilih makanan yang seimbang.
10. Kolaborasi pemberian antibiotik.
11. Laporkan kedepartemen kesehatan lokal.
20

Rasional :
1. Membantu pasien menyadari perlunya mematuhi program
pengobatan untuk mencegah pengaktifan ulang.
2. Orangyang terpajan ini perlu pengobatan terapi obat untuk
pencegahan penyebaran.
3. Perilaku yang diperlukan untuk pencegahan infeksi.
4. Dapat membantu menurunkan terisolasi pasien dan
membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit
menular.
5. Reaksi demam indikator sehubungan dengan infeksi lanjut.
6. Membantu pasien untuk mengubah pola hidup.
7. Periode singkat berakhir 2 - 3 hari setelah kemoterapi awal
tetapi pada adanya rongfa pleura atau penyakit luas sedang,
resiko penyebaran infeksi dapat berlangsung sampai 3 bulan.
8. Alat dalam pelaksanaan efektif atau keefektifan obat dan
respon pasien terhadap terapi.
9. Adnya anoreksia sebelumnya merendahkan tahanan terhadap
proses infeksi dan menganggu penyembuhan.
10. Untuk membunuh kuman.
11. Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi
untuk menurunkan penyebran infeksi.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhunbungan dengan
penumpukan sekret / darah.
Diagnosa keperawatan dengan bersihan jalan nafas yaitu dengan
kriteria hasil :
1. Menjukan jalan nafas yang paten ( frekuensi pernafasan
dalan rentang normal, tidak ada suara nafas tambahan ).
2. Mmpu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang
menghambat jalan nafas.
3. Menunjukan suara nafas bersih.
21

Intervensi :
1. Auskultasi suara nafas.
2. Beri posisi semi fowler.
3. Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2.500 ml / hari.
4. Kolaborasi pemberian oksigen dan obat – obatan sesuai
dengan terapi.
Rasional :
1. Ronkhi, mengi menunjukan akumulasi secret atau
ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang
dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasaan
dan peningkatan kerja pernafasaan.
2. Posisi membantuk memaksimalkan ekspensi paru dan
menurunkan upaya pernafasan ventilasi maksimal membuka
area atelektasis dan mengikatkan gerakan secret kedalam
jalan nafas untik dikeluarkan.
3. Pemasukan tinggi cairan membantu untuk memperlancar
secret pendarahan pada paru - paru.
4. Sebagai tambahan pemasukan udara dan membantu
menghentikan pendarahan pada paru.
c. Gangguan pertukaran gas dengan penurunan efektif paru.
Diagnosa keperawatan dengan gangguan pertukaran gas yaitu
dengan kriteria hasil :
1. Menunjukan ventilas dan oksigenasi jaringan adekuat.
2. GDA dalamrentang normal.
3. Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi :
1. Kaji dispneu, tekhipneu, menurunnya bunyi nafas,
penigkatan upaya pernafasaan, terbatasnnya ekspansi
dinding dada dan kelemahan.
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat sianosis dan
atau perubahan pada warna kulit.
22

3. Anjurkan bernafas bibir selama ekshalasi.


4. Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau bantu
aktivasi perawatan diri sesuai kebutuhan.
Rasional :
1. Akumulasi secret / perubahan jalan nafas dapat menggangu
osigensi organ vital dan jaringan.
2. TB paru menyebabakan efek luas pada paru dan bagian kcil
bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas. Nekrosis,
efusi pleiral dan fibrosis luas. Efek pernafasan dapat dari
riang sampai dispneu berat sampai distress pernafasan.
3. Membuat tahanan untuk udara luar, untuk mencegah kolaps
atau penyempitan jalan nafas, sehingga membantu
menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan /
menurunkan napas lendek.
4. Menurunkan oksigen / kebutuhan selama periode penurunan
pernafasan dapat menurunkan berat gejala.
5. Alat dalam memperbaiki hipoksemia dalam yang dapat
menjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/ menurunnya
permukaan alveolar paru.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
Diagnosa keperawatan dengan perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh yaitu dengan kriteris hasil :
1. Menunjukan peningkatan berat badan.
2. Menunjukan perubahan perilaku/ pola hidup untuk
meningkatkan atau mempertahankan berat badan yang tepat.
Intervensi :
1. Catatan status nutrisi klien. Turgor kuliat, berat badan,
integritas mukosa oral.
2. Pastikan pola dien biasa pasien.
23

3. Awasi pemasukan dan pengeluaran, berat badan secara


periodik.
4. Dorong dan berikan periode istirahat dan sering.
5. Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan
perawatan.
6. Dorong makanan sedikit dan sering.
7. Dorong orang terdekat untuk membawakan makanan dari
rumah.
8. Kolaborasi ahli gizi dalam penentuan diet.
9. Kolaborasi dalam pemberian terapi obat dengan dokte
Rasional:
1. Berguna dalam mengidentifikasi derajat / luasnya masalah
dan pilihan intervensi.
2. Membantu dalam mengidentifikasi / kekuatan khusus.
Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki
masukan diet.
3. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan
cairan.
4. Membantu dalam menghemat energi khususnya dalam
kebutuhan metebolik meningkat saat demam.
5. Menurunkan rasa takenak rasa sisa sputum atas obat untuk
pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.
6. Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak
perlu.
7. Membuat lungkungan sosial lebih normal selama makan dan
membantu memenuhi kebutuhan personal dan cultural.
8. Memberikan bantuan dalam penentuan diet dengan nutrisi
adekuat untuk kebutuhan metabolik.
9. Demam meningkat kebutuhan metabolik dan juga konsumsi
metabolik.
24

10. Kurang informasi berhubungan dengan kurang terpaparnya


informasi.
Diagnosa keperawatan kurang informasi yaitu dengan kriteria
hasil:
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, pronosis dan program pengobatan.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar.
3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat / tim kesehatan lainnya.
Intervensi:
1. Gambaran tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit.
2. Gambarkan proses penyakit dengan benar.
3. Identifikasikan kemungkinan penyebab, dengan cara yang
tepat.
4. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi.
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang tepat untuk
mencegah komplikasi dimasa yang akan datang seperti tidak
minum alkohol dan tidak merorok.
Rasional :
1. Dapat menunjukan kemajuan atau pengaktifan ulang
penyakit atau efek obat yang memperlukan evaluasi lanjut.
2. Gambarkan dapat menurunkan resiko penularan.
3. Dapat menjadi acuan untuk menurunkan resiko penularan.
4. Menjadikan pasien dan keluarga tahu tentang penyakit yang
diderita.
5. Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB tetapi
meningkatkan disfungsi pernafasan, kombinasi alcohol dan
INH telah menunjukan peningkatan insiden hepatitis.

Anda mungkin juga menyukai