Napza S
Napza S
PENDAHUULUAN
1
disertai dengan peredaran narkoba secara gelap akan menimbulkan akibat yang sangat
merugikan perorangan ataupun masyarakat, khususnya generasi muda,
Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sampai ke tingkat yang sangat
mengkhawatirkan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa 50% penghuni LAPAS
(Lembaga Pemasyarakatan) disebabkan oleh kasus narkoba. Berita criminal di media
massa, baik media cetak maupun elektronik dipenuhi oleh berita tentang penyalahgunaan
narkoba.
Korban narkoba meluas ke semua lapisan masyarakat dari pelajar, mahasiswa,
artis, ibu rumah tangga, pedagang, supir angkot, anak jalanan, pekerja, dan lain
sebagainya. Narkoba dengan mudahnya diperoleh, bahkan dapat diracik sendiri yang sulit
dideteksi, pabrik narkoba secara ilegalpun sudah didapati di Indonesia.
Pemakaian narkoba di luar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, dan
pemakaiannya bersifat patologik (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan
dalam aktivitas di rumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan lingkungan social.
Ketergantungan narkoba diakibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai dengan
adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala putus asa, yang memiliki sifat-sifat
keinginan yang tak terhankan, kecenderungan untuk menambah takaran (dosis),
ketergantungan fisik dan psikologis.
Kejahatan narkoba merupakan kejahatan international (International Crime),
kejahatan yang terkoorganisir (Organize Crime), mempunyai jaringan yang luas,
mempunyai dukungan dana yang besar dan sudah menggunakan teknologi yang canggih.
Narkoba mempunyai dampak negatif yang sangat luas ; baik secara fisik, psikis,
ekonomi, sosial, budaya, hankam, dan lainsebagainya. Bila penyalahgunaan narkoba tidak
diantisipasi dengan baik, maka akan rusak bangsa dan negara ini. Oleh karena itu,
diperlukan kerja sama yang baik dari seluruh komponen bangsa untuk penanggulangan
penyalahgunaan narkoba.
Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainya
(NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika
dan Bahan/ Obat berbahanya) merupakan masalah yang sangat kompleks, yang
memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama
multidispliner, multisektor, dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten.
Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, namun bila disalahgunakan
2
atau digunakan tidak menurut indikasi medis atau standar pengobatan terlebih lagi bila
disertai peredaran dijalur ilegal, akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas khususnya generasi muda.
Maraknya penyalahgunaan NAPZA tidak hanya dikota-kota besar saja, tapi sudah
sampai ke kota-kota kecil diseluruh wilayah Republik Indonesia, mulai dari tingkat sosial
ekonomi menengah bawah sampai tingkat sosial ekonomi atas. Dari data yang ada,
penyalahgunaan NAPZA paling banyak berumur antara 15–24 tahun. Tampaknya generasi
muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA. Oleh karena itu kita semua perlu
mewaspadai bahaya dan pengaruhnya terhadap ancaman kelangsungan pembinaan generasi
muda. Sektor kesehatan memegang peranan penting dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA, melalui upaya Promotif, Preventif, Terapi dan Rehabilitasi.
Peran penting sektor kesehatan sering tidak disadari oleh petugas kesehatan itu
sendiri, bahkan para pengambil keputusan, kecuali mereka yang berminat dibidang
kesehatan jiwa, khususnya penyalahgunaan NAPZA. Bidang ini perlu dikembangkan secara
lebih profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA. Kondisi diatas mengharuskan pula Puskesmas sebagai ujung
tombak pelayanan kesehatan dapat berperan lebih proaktif dalam upaya penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di masyarakat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Opioida (heroin, morfin, pethidin, candu)
Kanabinoida (ganja = mariyuana, hashish)
Sedativa/hipnotika (obat penenang/obat tidur)
Kokain : daun koka, serbuk kokain, creck
Stimulansia lain, termasuk kafein, ecxtasy, dan shabu-shabu
Halusinogenika; Isd, mushroom, mescalin
Tembakau (mengandung nikotin)
Pelarut yang mudah menguap seperti : aseton, glue, atau lem.
Multiple (kombinasi) dan lain-lain, misalnya : kombinasi heroin dan shabu-shabu,
alkohol dan obat tidur.
5
biasanya dalam wujud tablet atau kapsul, pada mulanya ecstasy popular di night club
atau dikostik.
3. Kokain
Nama jalanan berupa koka, coke, happy dust, chalie, srepet, snow/salju. Kokain
adalah zat yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan Eryth roxylon coca, termasuk
golongan semak tingginya mencapai 2 m. daunnya mengandung zat pembius. Serbuk
kokain warnanya putih dan rasanya pahit.
Kokain sering dihirup melalui hidung, akibat penggunaan dengan cara dihirup
akan beresiko kering dan luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. Akan tetapi
ada juga yang diisap dengan rokok atau jika disuntikkan akan berdampak penyakit
HIV/AIDS. Akibat cocaine terhadap fisik pemakai adalah terhambatnya saluran darah,
pupil mata membesar, panas badan meningkat, denyut jantung meningkat, darah tinggi,
perasaan gelisah, nyeri, cemas. Menghisap crack cocaine bersama rokok akan
menimbulkan paranoia(sejenis penyakit jiwa yang meyebabkan timbul ilusi yang salah
tentang sesuatu dan akhirnya bisa bersifat agresif akibat delusi yang dialaminya).
Cocaine dapat menyebabkan kematian karena pernafasannya tersendat lalu otak
kekurangan oksigen.
4. Methamphetamine
Nama jalanan berupa habu-shabu, SS, ice. Methamphetamine adalah sejenis obat
yang kuat yang menyebabkan orang kecanduan yang dapat merangsang saraf sentral.
Biasanya berbentuk berupa serbuk kristal dan cairan. Dapat dikonsumsi dengan cara
dihisap dengan bantuan alat (bong). Contoh methamphetamine yang paling popular
adalah shabu-shabu.
Reaksi dari pemakaian ini memberikan rasa nikmat, euphoria, waspada, enerjik,
social & percaya diri, agitasi (mengamuk), agresi (menyerang), berkhayal, susah tidur
& banyak bicara, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan yang berlebihan.
5. Alkohol
Nama kimia dari alcohol adalah etanol atau etil alcohol. Banyak jenis dan merek
dari alkohol, yaitu bir, wiski, gin, vodka, martini, brem, arak, ciu, saguer, tuak, Johnny
Walker (topi miring), black and white (kam-put = kambing putih), manson house, dll.
Alkohol murni tidaklah dikonsumsi manusia. Yang sering dikonsumsi adalah
minuman yang mengandung bahan sejenis alcohol. Bahan ini dihasilkan dari proses
fermentasi gula yang dikandung dari malt dan beberapa buah-buahan seperti hop,
anggur dan sebagainya. Reaksi dari pemakaian alcohol ini memberikan euphoria
6
(perasaan gembira dan nyaman), lebih banyak bicara, rasa pusing, muntah, lelah, haus,
disorientasi, tekanan darah menurun, reflex melambat.
6. Ganja (Mariyuana, Marihuana, Hashish)
Street name (nama jalanan) : gelek, cimeng, buddha stick, mary jane, dll. Berasal
dari tanaman kanabis sativa. Zat aktif : Delta-9 Tetrahydrocannabinal (thc). Jenis ini
tidak lazim digunakan dalam ilmu kedokteran. Menurut UU nomor 5 tahun 1997
tentang Narkotika, jenis ini termasuk narkotika golongan 1 (satu). Penggunaan ganja
hanya untuk tujuan ilmu pengetahuan.
Ganja mempengaruhi penggunannya dengan cara yang berbeda. Beberapa orang
mengalami reaksi lebih kuat dari yang lain. Reaksi paling umum yang ditimbulkan
ganja adalah kejang-kejang dan mabuk, ada juga beberapa efek lain seperti : paranoid,
muntah-muntah, kehilangan koordinasi, kebingungan, meningkatkan nafsu makan,
mata merah, halusinasi.
7
4. Rehabilitatif (rehabilitasi), dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban
tidak kambuh kembali “ketagihan” Narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan
memperlakukan secara wajar para korban narkoba agar dapat kembali ke masyarakat
dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Kita tidak boleh mengasingkan para korban
Narkoba yang sudah sadar dan bertobat, supaya mereka tidak terjerumus kembali
sebagai pecandu narkoba.
8
Komunikasi dua arah, bersikap terbuka dan jujur, mendengarkan dan
menghormati pendapat anak.
6. Memperkuat kehidupan beragama.
Yang diutamakan bukan hanya ritual keagamaan, melainkan memperkuat nilai
moral yang terkandung dalam agama dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi
dengan anak.
C. Yang dilakukan di lingkungan sekolah untuk pencegahan penyalahgunaan NAPZA :
1. Upaya terhadap siswa :
Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat
penyalahgunaan NAPZA.
Melibatkan siswa dalam perencanaan pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan NAPZA di sekolah.
Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan ketrampilan yang
positif untuk tetap menghidari dari pemakaian NAPZA dan merokok.
Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa ( ekstrakurikuler ).
Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.Membantu siswa yang telah
menyalahgunakan NAPZA untuk bisa menghentikannya.
Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari – hari.
2. Upaya untuk mencegah peredaran NAPZA di sekolah :
Razia dengan cara sidak.
Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah.
Melarang siswa ke luar sekolah pada jam pelajaran tanpa ijin guru.
Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.
Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang
sekolah.
3. Upaya untuk membina lingkungan sekolah :
Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina
hubungan yang harmonis antara pendidik dan anak didik.
Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah.
Sikap keteladanan guru amat penting.
Meningkatkan pengawasan anak sejak masuk sampai pulang sekolah.
9
D. Yang dilakukan di lingkungan masyarakat untuk mencegah penyalahguanaan NAPZA:
1. Menumbuhkan perasaan kebersamaan di daerah tempat tinggal, sehingga masalah
yang terjadi di lingkungan dapat diselesaikan secara bersama- sama.
2. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyalahguanaan NAPZA
sehingga masyarakat dapat menyadarinya.
3. Memberikan penyuluhan tentang hukum yang berkaitan dengan NAPZA.
4. Melibatkan semua unsur dalam masyarakat dalam melaksanakan pencegahan dan
penanggulangan penyalahguanaan NAPZA.
10
BAB III
METODE
3.3 Sasaran
Sasaran khusus kegiatan ini adalah remaja sekolah Sekolah Menengah Atas
(SMA) usia 15-17 tahun khususnya anak sekolah SMA MAN 1 Banyuasin.
11
BAB IV
HASIL
4.2 Solusi
Lebih ditingkatkan kembali agar siswa dapat lebih mengerti tentang materi
yang diberikan.
4.3 Kesan
Acara berlangsung interaktif dan kondusif. Siswa-siswi SMA MAN 1
Banyuasin menanggapi dengan baik. Hal ini terlihat dari antuasiasme mereka yang
aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari penyaji dengan benar dan tepat saat
penyuluhan.
4.4 Evaluasi
Acara berlangsung lancar.
12
LAMPIRAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14