Anda di halaman 1dari 5

Tata Laksana Leptospirosis di

Layanan Kesehatan Primer

Pemeriksaan
Anamnesis (Data Subjektif)

Demam disertai dengan menggigil, sakit kepala, anoreksia, mialgia yang hebat pada
betis, paha dan pinggang disertai dengan nyeri tekan. Mual, muntah, diare dan nyeri
abdomen, fotopobia, penurunan kesadaran.

Pemeriksaan Fisik dan Penunjang (Data Objektif)

Demam/febris, ikterus/kekungingan, nyeri tekan pada otot, ruam kulit, limfadenopati,


hepatomegali, splenomegali, edema, bradikardia relatif, sufisi konjungtiva, gangguan
perdarahan berupa petekie, purpura, epistaksis dan perdarahan gusi. Jika terdapat kaku
kuduk, maka merupakan tanda meningitis.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan:

 Darah rutin: jumlah leukosit 3.000 – 26.000/μL, dengan pergeseran ke kiri,


trombositopenia yang ringan terjadi pada 50% pasien dan dihubungkan dengan
gagal ginjal.
 Urin rutin: sedimen urin (leukosit, eritrosit, dan hyalin atau granular) dan
proteinuria ringan, jumlah sedimen eritrosit biasanya meningkat.

Pengkajian
Diagnosis klinis:

Penegakkan diagnosis pada pasien dengan demam tiba-tiba, menggigil, terdapat tanda
sufisi konjungtiva, nyeri kepala, mialgia, ikterus, dan nyeri tekan pada otot. Kemungkinan-
kemungkinan tersebut meningkat jika terdapat riwayat bekerja atau terpapar dengan
lingkungan yang terkontaminasi dengan kecing tikus.

Diagnosis banding:

 Demam dengue
 Malaria

 Hepatitis virus

 Penyakit riketsia.

Pengelolaan
Pengobatan pendukung (suportif) dengan observasi ketat untuk mendeteksi dan
mengatasi keadaan dehidrasi, hipotensi, perdaraah dan gagal ginjal sangat penting pada
leptospirosis.

Pemberian antibiotik harus dimulai secepat mungkin. Pada kasus-kasus ringan dapat
diberikan antibiotik oral seperti doksisiklin, ampisillin, amoksisilin, atau eritromisin. Pada
kasus leptospira berat diberikan dosis tinggi penicillin injeksi.

Komplikasi yang mungkin terjadi meliputi: meningitis, gagal pernapasan, gagal ginjal,
gagal hati, dan gagal jantung.

Pendidikan bagi pasien dan keluarga:

 Pencegahan leptospirosis khususnya di daerah tropis sangat sulit, karena


banyaknya inang perantara dan jenis serotipe. Bagi mereka/individu yang memiliki
risiko tingga terinfeksi leptospira harus melindungi diri dengan pakaian khusus yang
dapat melindungi dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi
dengan kemih binatang reservoir/perantara.
 Di lingkungan keluarga, pencegahan dapat dilakukan dengan menyimpan
makanan dan minuman dengan baik sehingga terhindar dari tikus. Selalu mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan. Mencuci tangan dan kaki
serta bagian tubuh lain dengan sabun dan air mengalir setelah selesai bekerja di
lingkungan sawah, kebun, sampah, tanah, selokan, dan sebagainya yang bisa
digolongkan sebagai area potensi tercemar.

Setiap kasus leptospirosis yang ditemukan, dilaporkan ke dinas kesehatan setempat.

Kriteria rujukan:

 Sedapat mungkin pasien segera dirujuk ke pelayanan sekunder/tersier yang


memiliki pelayanan dokter ahli penyakit dalam dan unit hemodialisa setelah
dilakukan penegakkan diagnosis dan terapi awal.
Prognosis
Jika tidak terdapat perbaikan klinis pada pasien, atau terdapat komplikasi, umumnya
prognosis leptospira menjadi buruk (dubia ad bonam).
Catatan tambahan:

Meskipun tidak tersedia di semua unit layanan kesehatan primer, namun pemeriksaan
serologi seperti LeptoTek Dri Dot bisa tersedia/disediakan. Pemeriksaan menggunakan
LeptoTek Dri Dot memiliki sensitivitas yang baik (sampai 83%) pada hari ke-11 sampai
20 pasca onset dengan spesifitas mencapai 96%2. Walau pun tidak lebih dibandingkan
IgM ELISA 3, namun akan sangat membantu jika tersedia di layanan kesehatan primer.

Anda mungkin juga menyukai