Hey, aku mau tanya sesuatu, apa rutinitas yang hampir selalu kamu lakukan tiap pagi,
tapi gk pernah kamu lihat hasilnya? Coba tebak
Ya, salahtunya melihat feses :p Sebagian besar orang yang buang air besar atau istilahnya defekasi, enggan untuk melihat dan berkontak langsung dengan yang namanya feses ini. Sebagian besar orang terutama yang menggunakan toilet akan langsung menyiramnya, agar tak terlihat oleh mata kita, terlebih lagi tersentuh oleh tangan. Tapi pernahkan kalian melihat feses secara langsung, aku yakin kalian pernah. Tapi pastinya dalam tempo yang sesingkat singkatnya Pernyataanku lainnya yaitu apa sih warna feses itu? Hitam?coklat?kuning? atau bahkan berwarna sama seperti makanan yang kita makan? Untuk mengetahuinya, Mari kita bahas bersama dengan aku Thoni di Madscientisto Feses sebenarnya adalah sisa dari makanan yang tidak bisa dicerna dan terserap oleh tubuh kita. Dimana komponen feses itu terdiri dari air sebanyak ¾ bagian dan materi padat sebanyak ¼ sisanya. Materi padat dalam feses terdiri dari sekitar 30% bakteri mati, 10-20% lemak, 10-20% bahan anorganik, 2 - 3 % protein, dan 30% makanan dan zat sisa tubuh yang tidak bisa dicerna, seperti misalnya serat dari buah dan sayur, serta senyawa asam empedu yang merupakan produk buangan dari liver. Materi padat lainnya yaitu epitel intestinal atau usus yang ikut luruh atau terkelupas selama proses pencernaan. Selain dari materi padat tadi, dalam feses juga terkandung zat warna atau istilahnya pigmen. Feses berwarna coklat dan kadang-kadang berwarna kuning kan!, Nah hal ini diakibatkan oleh adanya senyawa yang bernama stercobilin dan urobilin yang memberikan warna tersebut pada feses. Kedua senyawa ini berasal dari sisa metabolisme sel darah merah dalam liver. Sel darah merah atau eritrosit berumur kurang lebih 120 hari sejak ia dikeluarkan dari tempat produksinya yaitu sumsung merah tulang. Eritrosit yang sudah tua dan rusak, rentan mengalami kebocoran pada memberan selnya. Sehingga, akibat kebocoran ini eritrosit melepaskan bagian yang penting dalam sitoplasmanya yaitu Hemoglobin. Merupakan senyawa yang berfungsi untuk mengikat oksigen dalam darah di sirkulasi. Baik hemoglobin yang keluar dari eritrosit maupun eritrosit yang sudah rusak akan di makan atau difagositasi oleh sel imun bernama makrofag. Makrofag yang bertugas untuk memakan eritrosit ini berada di berbagai jaringan tubuh, atau secara satu kesatuan dinamakan reticuloendotelial system. Didalam sel makrofag, hemoglobin akan dipecah menjadi 2 struktur dasarnya yaitu heme dan globin. Globin nantinya akan dipecah menjadi asam amino dan ditransfer kedarah lagi untuk proses metabolisme tubuh lainnya, sedangkan heme yang berikatan dengan ion besi, telebih dahulu dilepaskan ikatannya. Heme yang kehilangan ion besinya kemudian teroksigenasi berubah menjadi biliverdin yang berwarna kehijauan. Masih didalam makrofag, biliverdin yang terbentuk selanjutnya akan direduksi oleh enzym biliverdin reduktase menjadi senyawa billirubin. Bilirubin yang dihasilkan umumnya disebut sebagai bilirubin unconjugated, karena nantinya dalam liver senyawa ini akan mengalami proses konjugasi. Nah... masih dalam makrofag, bilirubin unconjugated ini akan keluar dari makrofag menuju aliran darah, namun senyawa ini bersifat tidak larut air atau hidrophobic, sehingga membutuhkan medium untuk transportasinya dalam darah. Disinilah peran albumin yang merupakan salah satu protein dengan berat molekul yang besar yang berfungi salah satunya untuk mengikat senyawa yang bersifat hydrophobic, salah satunya untuk mengikat bilirubin unconjugated. Kompleks senyawa ini kemudian akan terbawa ke liver. Saat sampai didalam organ liver, bilirubin akan masuk kedalam sel liver atau bernama hepatosit. Pada saat proses masuknya senyawa ini, albumin akan melepaskan dirinya dari ikatan. Setalah senyawa ini berada dalam hepatosit, sekitar 80% dari total uncojugated billirubin akan mengalami konjugasi dengan asam glukoronat oleh enzym Glucornyltransferase, sehingga terbentuklah senyawa yang bernama billirubin terkonjugasi. Senyawa ini bersifat larut air, yang selanjutnya akan dikeluarkan menuju usus halus, melalui saluran yang bernama dukutus billier. Sebuah saluran sepeti pipa yang menghubungkan liver ke usus halus atau intestinum tenue. Didalam usus, billirubin terkonjugasi ini oleh bakteri komensal usus akan mengalami dekonjugasi dan dimetabolisme lagi. Hasil dari proses ini akan menghasilkan dua buah senyawa yang bernama stercobilinogen dan urobilinogen, kedua senyawa berwarna putih. Sama seperti warna bakal feses yang disebut sebagai kimus/chyme. Chyme adalah hasil dari perombakan zat makanan baik secara kimiawi maupun mekanik oleh enzym lambung dan khususnya intestinal. Stercobilinogen dan urobilinogen kemudian akan mengalami perubahan lanjutan melalui proses oksidasi dalam usus sehingga berubah menjadi senyawa stercobilin yang nantinya memberi warna coklat pada feses, sedangkan urobilin akan memberi warna kuning. Namun urobilin dalam feses kandungannya lebih rendah dari stercobilin. Hal ini dikarenakan sebagian besar urobilinogen akan diserap kembali oleh usus dan masuk kedalam pembuluh darah, yang nantinya sekitar 5% akan keluar melalui urin, menyebabkan urin berwarna kuning. Sedangkan stercobilin akan memberi warna coklat pada feses di usus besar atau intestinum crassum. Meskipun adanya proses perwarnaan oleh stercobilin, namun terkadang warna feses akan mengikuti warna makanan yang kita konsumsi, jika pigmen yang terkandung dalam makanan tersebut memiliki konsentrasi yang tinggi sehingga susah dicerna dan diserap oleh sistem pencernaan, maka feses cenderung memiliki warna sesuai pigmen makanan tersebut. Namun jika feses berwarna merah terang ataupun merah gelap mendekati kehitaman, maka berhati-hatilah, karena kemungkinan adanya proses peradangan dalam usus yang disebabkan oleh banyak hal. Misalnya infeksi, peradangan kronis, bahkan sampai cancer. Perlu diketahui juga, jikalau terdapat masalah pada liver ataupun duktus bilier, maka proses pembentukan bilirubin terkonjugasi ataupun penyalurannya ke usus halus tidak akan terjadi, sehingga feses tidak terwarnai oleh stercobilin yang menjadikannya berwarna sesuai warna kimus atau berwarna putih, dengan istilah lainnya yaitu dempul. Selain itu, senyawa pigmen bilirubin akan mengendap didalam tubuh, akibat tidak dapat terbuang bersama feses, yang menyebabkan kulit akan berwarna kuning. Warna kuning ini terutama paling nampak di bagian putih mata atau sclera. Penyakit ini terutama terjadi pada kasus-kasus yang melibatkan sistem pencernaan semisal penyakit hepatitis, baik A, B, ataupun C, penyakit batu empedu, dan pada bayi baru lahir akibat tertutupnya atau tak terbentuknya duktus bilier selama dalam kandungan. Selain dari penyakit sistem pencernaan, penyakit infeksi juga dapat menyebabkan warna kuning pada tubuh, misalnya malaria dan leptospirosis. Sehingga dibutuhkan pemeriksaan yang detail pada kasus penyakit kuning, untuk menegakkan diagnosis yang pasti. Untuk diperhatikan, jika bagian dari keluarga kita mengeluhkan kulit atau bagian sclera berwarna putih, disertai adanya feses berwarna dempul atau putih, curigalah bahwa kemungkinan ada masalah pada liver ataupun duktus biliernya. Nah sekarang sudah tau kan, kenapa feses kita berwarna coklat dan terkadang kuning. Ya semua itu adalah bagian dari sisa-sisa darah merah kita yang sudah tua dan rusak. Dan Pesan terkahir, rajin-rajinlah memeriksa warna feses, karena warna feses mampu untuk menunjukkan kualitas kesehatan kita. Oke itu saja untuk kali ini. Terima kasih sudah menonton episode dari madscientisto Stay Healthy, be happy, and good with money And its Madscientisto