Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi orang Islam, masjid merupakan rumah kedua, karena hampir setiap saat
dan waktu melakukan aktivitasnya di masjid. Bukan hanya pada saat ibadah saja,
tetapi aktivitas lain juga dapat dilakukan di masjid. Selain itu, masjid bagi orang
Islam memiliki peran strategis untuk kemajuan peradaban umat Islam. Sejarah telah
membuktikan multifungsi peranan masjid tersebut. Masjid bukan hanya tempat
shalat, tetapi juga sebagai pusat Pendidikan, pengajian keagamaan, Pendidikan,
militer, dan fungsi-fungsi lainnya.

Di Masjid Al-Aqsa, kita akan mendapatkan pelajaran tentang bagaimana


mempertahankan sebuah prinsip-prinsip kebenaran, mempertahankan sebuah
keyakinan, dan bagaimana cara menjaga serta melestarikan warisan leluhur yang
sangat agung. Di Masjid Al-Aqsa, kita juga mendapatkan pelajaran tentang
bagaimana cara menempa diri agar selalu mempunyai kewaspadaan, dalam rangka
menyanggah kewajiban sebagai hamba. Di masjid ini kita akan menemukan
berbagai macam karakter dan sifat manusia, yang menjadi catatan tersendiri bagi
kita. Sebab, di masjid ini terdapat banyak konflik, kejadian alam, serta perebutan
barang-barang berharga yang terdapat di masjid tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Al-Aqsa adalah bangunan ke-2 yang di letakkan Allah di bumi?
2. Dimana kiblat pertama umat muslim?
3. Bagaimana Al-Aqsa menjadi masjid suci umat muslim?

C. Tujuan Pembahasan
1. Dapat mengetahui Al-Aqsa sebagai bangunan ke-2 yang di letakkan
Allah di bumi.

1
2. Mampu mengenali tempat yang pernah dijadikan kiblat pertama umat
muslim.
3. Mampu memahami sejarah masjid Al-Aqsa menjadi tempat suci umat
muslim.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Al-Aqsa Bangunan Ke-2 Yang Di Letakkan Allah Di Bumi

Secara Masjidil Aqsa yang berada di Palestina itu merupakan tempat


bersejarah bagi seluruh umat Islam. Di tempat itu Nabi Muhammad melakukan
shalat sewaktu hendak diperjalankan oleh Allah menembus tujuh lapis langit. pada
Sejak dahulu hingga sekarang pada setiap tanggal 27 Rajab peristiwa itu selalu
diperingati oleh umat Islam. Letak Masjidil Aqsa itu jauh sekali dari Mekah. Bila
ditempuh dengan menggunakan onta dari Mekah, itu akan memakan waktu selama
dua bulan sampai ke Baitul Maqdis.1

Nama Masjid Al-Aqsa bila diterjemahkan dari Bahasa Arab dalam bahasa
Indonesia, maka ia mempunyai arti masjid terjauh. Nama ini berasal dari keterangan
dalam Al-Quran pada surat al-Israa' ayat l, yaitu tentang peristiwa Isra' Mi'raj yang
telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.2

َ‫ام ِإلَى ْال َم ْس ِج ِد‬ َِ ‫ْل ِمنََ ْال َم ْس ِج َِد ْال َح َر‬ َ ً ‫س ْب َحانََ الَّذِي أَ ْس َرىَ ِب َع ْب ِد َِه لَي‬
ُ
۞ ‫ير‬
َُ ‫ص‬ ِ َ‫س ِمي َُع ْالب‬ َ َ‫صى الَّذِي ب‬
َْ ‫ار ْكنَا َح ْولَ َهُ ِلنُ ِريَ َهُ ِم‬
َّ ‫ن آيَاتِنَاَۚ ِإنَّ َهُ ُه ََو ال‬ َ ‫ْاْل َ ْق‬
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi
sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda
(kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S. Al-Isra: 1)

1
Taufik Rahman, Kisah dan Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad S.A.W., (Bandung:
Husaini, 1990), h. 49-50.
2
Moh. Ali Hasan Zaidany, Misteri 3 Masjid Paling Fenomenal, (Yogyakarta: Najah,
2012), h. 151.

3
Jadi, pada waktu Nabi Muhammad melakukan Isra di masjidil Aqsa atau
Baitul Maqdis itu masih merupakan lapangan terbuka, bekas reruntuhan rumah
Allah yang telah dibangun oleh Nabi Sulaiman (937 SM). Sesudah itu di atas tanah
bekas reruntuhan dibangun kembali oleh Herold The Great pada tahun 374 SM,
namun dihancurkan kembali oleh panglima Titus pada tahun 70 M.

Begitu pula pada masa itu, masjidil Haram pun masih meruapakan lapangan
terbukaَdiَsekelilingَKa’bahَdanَdiَsanaَadaَbeberapaَrumahَpembesarَQuraisy. Di
lapangan itupun terdapat sekitar tiga ratus patung sembahan orang kafir Quraisy,
sedangkan di sebelah kanan kiri telaga Zam-Zam pun berdiri patung berhala Dewi
Nailat dan Dewa Isaf. BahkanَdiَruanganَdalamَKa’bahَituَsendiriَterdapatَpatungَ
besarَyangَdiberiَnamaَ“Hubal”َyangَterbuatَdariَemas.َPatungَHubalَituَmenjadiَ
tempat penyembahan dari pendeta-pendeta besar. Pada tahun 628 M saat kota
Mekah baru dikuasai oleh kaum muslimin, pada saat itulah Nabi Muhammad
sendiri memukul patung Hubal itu dan segeralah penghancuran besar-besaran
patung-patungَdiَsekitarَKa’bah. Terjadilah pula perubahan besar di kota Mekah
setelah kaum muslimin memperoleh kemenangannya, sehingga banyaklah
penduduk Mekah yang memeluk Islam.3

Adapun hikmah Allah menyebut Masjidil Haram yang masih berbentuk


seperti itu dengan sebutan masjid, begitu juga dengan Masjidil Asqa, adalah demi
menunjukkan kepada kita bahwa itu semua merupakan sebuah mukjizat yang akan
datang dan terwujud, di mana seiring dengan berjalannya waktu, kedua tempat suci
ini akan berubah menjadi sebuah masjid, sebagai tempat dikumandangkannya nama
Allah SWT sepanjang siang dan malam. Hal ini merupakan bukti dari ucapan
Rasulullah saw dalam sebuah hadis, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
serta penulis kitab sunan lainnya, "Tidak diperkenankan melakukan perjalanan
jauh, kecuali ke tiga masjid: Masjidil Al-Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-
Aqsa."

3
Taufik Rahman, Kisah dan Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad S.A.W., (Bandung:
Husaini, 1990), h. 52.

4
Masjid Al-Haram merupakan masjid pertama, yang dibangun di kota Mekah
bagi umat manusia. la dibangun oleh Ibrahim dan putranya Ismail, sebagaimana
yang telah kita ketahui. Sementara, Masjid Al-Aqsa adalah masjid kedua di muka
bumi, yang dibangun oleh Nabi Ya'qub dan direnovasi oleh Nabi Daud serta
disempurnakan oleh Nabi Sulaiman.

Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Abu Dzar meriwayatkan
bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw tentang masjid pertama yang dibangun
di muka bumi. Rasulullah saw menjawab, “Masjid Al-Haram.” Abu Dzar kemudian
bertanya lagi, “Selanjutnya masjid apa?” Beliau saw menjawab, “Masjid Al-Aqsa.”َ
la bertanya lagi, “Berapa lama jarak pembangunan keduanya?” Rasulullah saw
berkata, “Empat puluh tahun. Lalu Allah menjadikan bumi ini bagi kalian sebagai
masjid. Oleh karena itu, kapan pun waktu salat datang, lakukanlah salat di atasnya,
karena dia memiliki keutamaan.”4

B. Al-Aqsa Kiblat Pertama Umat Muslim

Kaum Muslimin shalat menghadap Baitul Maqdis sejak diwajibkannya shalat


pada malam Isra dan Mikraj pada tahun ke-10 kenabian, tepatnya tiga tahun
sebelum peristiwa hijrah Rasulullah. Adapun perintah menghadap Masjidil Haram
di Makkah baru datang 16 bulan setelah Rasulullah melakukan hijrah, ketika turun
firman Allah SWT:

‫ْث َما‬َُ ‫امَۚ َو َحي‬ َِ ‫َط ََر ْال َم ْس ِج َِد ْال َح َر‬
ْ ‫كش‬ ََ ‫ل َو ْج َه‬ َِ ‫ت فَ َو‬ َُ ‫ن َحي‬
ََ ‫ْث خ ََر ْج‬ َْ ‫َو ِم‬
ََ‫ّل الَّذِين‬
َ َّ ‫اس َعلَ ْي ُك َْم ُح َّجةَ ِإ‬
َ ِ َّ‫ل َي ُكونََ ِللن‬ ْ ‫ُك ْنت ُ َْم فَ َولُّوا ُو ُجو َه ُك َْم ش‬
َ َّ َ‫َط َر َهُ ِلئ‬
َ‫اخش َْونِي َو ِْلُتِ ََّم ِن ْع َمتِي َعلَ ْي ُك ْمَ َولَ َعلَّ ُك ْم‬
ْ ‫ظلَ ُموا ِم ْن ُه َْم فَ َلَ ت َ ْخش َْو ُه ْمَ َو‬ َ
ََ‫ت َ ْهتَدُون‬
۞

4
Hanafi Al-Mahlawi, Jejak-jejak Rasulullah, (Jakarta: PT. Ufuk Publishing House, 2012),
h. 57-58.

5
“Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah
wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali
orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku
atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-Baqarah: 150)

Kejadian perubahan kiblat bagi umat Islam ini diabadikan di kota Madinah
berupa peninggalan bersejarah yang masih ada hingga sekarang. Situs bersejarah
itu adalah Masjid Qiblatain. Di tempat ini, para sahabat melakukan satu shalat
dengan menghadap dua kiblat, yaitu menghadap ke Masjid Al-Aqsa, kemudian
menghadap Masjidil Haram.

Pada pertengahan bulan Rajab, Rasulullah mengunjungi Umma Bisyr,


kemudian Rasulullah dan sahabatnya makan siang, lalu shalat Zuhur. Pada waktu
beliau shalat Zuhur bersama para sahabatnya itu beliau menerima wahyu Allah agar
memutar kiblatnya dari arah Baitul Maqdis ke arah Makkah, Baitullah. Pada waktu
itu, Rasulullah dan para sahabatnya sedang dalam kondisi rukuk pada rakaat yang
kedua. Oleh karena itulah, masjid tersebut disebut dengan ‘Masjid Dua Kiblat’َ
(Qiblatain).5

Permasalahan ini sempat membuat orang-orang Yahudi di Madinah


tersinggung dan ribut. Namun, Al-Quran membantah mereka, bahwasanya ke arah
manapun orang menghadap, arah itu adalah milik Allah. Dan dialah yang
menentukan arah kiblat bagi orang yang shalat:

‫اس َما َو َّّل ُه َْم َعن ِق ْبلََِت ِه ُمَ الَّ ِتي َكانُوا َعلَ ْي َها‬
َ ِ ‫سفَ َها َُء ِمنََ ال َّن‬ُّ ‫ل ال‬َُ ‫س َيقُو‬
َ َۚ
ِ َ‫بَۚ يَ ْهدِي َمن يَشَا َُء ِإلَى‬
َ‫ص َراطَ ُّم ْستَ ِقيم‬ َُ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
َُ ‫ِّلِ ْال َم ْش ِر‬
ََّ ِ ‫قُل‬
ِ َّ‫ش َهدَا َءَ َعلَى الن‬
ََ‫اسَ َويَ ُكون‬ ُ ‫طا ِلتَ ُكونُوا‬ َ ‫َو َكذَ ِل َكَ َجعَ ْلنَا ُك َْم أ ُ َّم َةً َو‬
ً ‫س‬

5
Nur Faizin Muhith, Keajaiban 3 Kota Suci, (Surakarta: Ahad Books, 2013), h. 131-132.

6
َ ‫ش ِهيدًاَۗ َو َما َج َع َْلنَا ْال ِق ْبلَةََ الَّتِي ُك‬
َ‫نتَ َعلَ ْي َها ِإ َّّل‬ َ َ‫ل َعلَ ْي ُك ْم‬َُ ‫سو‬
ُ ‫الر‬ َّ
َْ ‫ب َعلَىَ َع ِق َب ْي َِهَۚ َو ِإن َكان‬
‫َت‬ َُ ‫ل ِم َّمن َينقَ ِل‬ ََ ‫سو‬ُ ‫الر‬
َّ ‫ِلنَ ْعلَ ََم َمن َيت َّ ِب َُع‬
ََّ ‫ن‬
َ‫ّللا‬ ََّ ‫ضي ََع ِإي َمانَ ُك َْمَۚ ِإ‬ ََّ ‫ّل َعلَى الَّذِينََ َهدَى‬
ََّ ََ‫ّللاَُۗ َو َما َكان‬
ِ ُ‫ّللاُ ِلي‬ َ َّ ‫ير َة ً ِإ‬
َ ‫لَ َك ِب‬

۞ َ‫اس لَ َر ُءوفَ َّر ِحيم‬


َ ِ َّ‫ِبالن‬
“Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata:
“Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis)
yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-
lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke
jalan yang lurus". Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak
menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami
mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.
Dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia.” (Q.S. Al-Baqarah: 142-143)

Sungguh mereka telah berkata; Sesungguhnya shalat kaum muslimin pada


tahun-tahun itu telah hilang dan sia-sia. Karena shalatnya tidak diarahkan ke kiblat
yang benar. Maka Allah berfirman, “Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan iman
kalian”, yakni; shalat kalian. Karena dia itu adalah shalat kea rah kiblat yang benar
dan diridhai di sisi-Nya ‘Azza wa Jalla.6

Menghadap kiblat dalam shalat adalah syarat sah shalat. Dari kejadian ini
dapat ditarik kesimpulan, bahwa orang yang tidak mengetahui arah kiblat kemudian
berijtihad/berusaha mengetahui arah kiblat, lalu melakukan shalat sesuai hasil

6
Yusuf Al-Qardhawy, Al-Quds Masalah Kita Bersama, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
1999), h. 17-18.

7
ijtihadnya, kemudian di tengah-tengah shalatnya itu tampak jelas bahwa ada kiblat
yang benar, maka dia bisa berpaling dan mengarahkan shalatnya agar menghadap
kepada kiblat yang benar tersebut, dan shalatnya tetap sah.

Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis menjadi kiblat bagi umat Islam selama
setahun lebih empat atau lima bulan. Setelah turun ayat Al-Quran di atas, umat
Islam kemudian melakukan shalat dengan menghadap ke Masjidil Haram di
Makkah. Namun, dengan diubahnya kiblat tersebut, bukan berarti Baitul Maqdis
dan Masjid al-Aqsha menjadi kehilangan tempat di hati umat Islam. Bagaimanapun,
tanah itu adalah tanah suci umat Islam yang ketiga.

Menurut banyak keterangan, ketika di Makkah Rasulullah SAW melakukan


shalat menghadap kepada Masjid Al-Aqsa dan juga menghadap Kakbah. Namun,
ketika beliau dan para sahabat berhijrah ke Kota Madinah, dimana di sana banyak
sekali orang Yahudi yang sudah menetap di sana, maka beliau ingin menarik hati
kaum Yahudi itu dengan menghadap ke Baitul Maqdis. Mereka juga menghormati
tanah Baitul Muqadas sebagai kota yang disucikan dan menjadi kiblat bagi mereka
dalam sembahyangnya.

Meskipun demikian, dan apabila hal itu benar adanya, di dalam hati
Rasulullah sendiri sebenarnya mengharapkan agar kiblat umat Islam segera diubah
menghadap ke Kakbah. Hubungan antara umat Islam dengan Kakbah itu sudah
terjalin semenjak Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail merenovasi Kakbah. Sedangkan
kaum Yahudi lebih dekat hubungannya dengan Baitul Maqdis, terutama ketika Nabi
Musa dan Yahudi (bani Israil) diselamatkan Allah dari cengkeraman tangan Fir’aun
di Mesir.7

Masjid Al-Asqa merupakan kiblat pertama kaum Muslim. Sehingga, masjid


ini memiliki posisi penting dalam Islam. Karenanya, Allah ingin memuliakan
masjid itu melalui kunjungan Rasulullah saw kesana. Pendapat lain menyebutkan
bahwa hikmahnya adalah karena tmepat itu kelak akan menjadi mashyar, sehingga
Allah ingin agar Rasulullah saw menapakkan jejak kakinya di sana, supaya kelak

7
Nur Faizin Muhith, Keajaiban 3 Kota Suci, (Surakarta: Ahad Books, 2013), h. 132-133.

8
di Hari Kiamat umatnya mudah berdiri di sana berkat bekas kedua telapak kaki
beliau.8

Dalam beberapa referensi yang didapatkan dari berbagai sumber, baik kitab
maupun hadis, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah mengajarkan
umat Islam untuk berkiblat kearah Masjid Al-Aqsa hingga 17 bulan setelah hijrah
ke Madinah. Setelah itu, kiblat shalat mengarah ke Kakbah hingga sekarang. 9

C. Al-Aqsa Masjid Suci Umat Muslim

Fungsi awal masjid adalah tempat umat muslim berkumpul. Mereka bertemu
untuk salat berjamaah, dan juga melaksanakan berbagai aktivitas bermasyarakat,
social,َdanَPendidikan.َKataَ‘masjid’َberasalَdariَkataَArabَ masjid, yang berarti
‘tempatَbersujud’, di mana lima kali sehari umat muslim menundukkan kepala ke
lantai, memasrahkan diri kepada Allah dalam salat, ibadah yang diwajibkan Islam.10

Pada dasarnya, yang dimaksud dengan Masjid Al-Aqsa, sesungguhnya tidak


hanya terfokus pada masjid belaka, melainkan juga area di sekitar bangunan itu,
yang dianggap sebagai suatu tempat yang suci. Perubahan penyebutan kemudian
terjadi pada masa pemerintahan kesultanan Utsmaniyah, yaitu sekitar abad ke-16
sampai awal tahun 1918, di mana area kompleks di sekitar masjid disebut sebagai
Al-Haram Asy-Syarif, sedangkan bangunan masjid yang didirikan oleh Umar bin
Khatab disebutَsebagaiَJami’َAl-Aqsa atau Masjid Al-Aqsa.

Masjid yang dimaksud ini terletak di salah satu tempat suci yang menjadi
bagian kompleks bangunan suci di Kota lama Jerusalem, atau terletak di daerah
Jerusalem bagian timur. Di sekitar masjid yang disucikan ini terdapat Kubah batu
yang dikenal oleh umat Islam dengan sebutan Al-Haram Asy-Syarif atau “tanah
suci yang mulia.” Akan tetapi sebaliknya, tempat ini juga dikenal oleh umat Yahudi

8
Hanafi Al-Mahlawi, Jejak-jejak Rasulullah, (Jakarta: PT. Ufuk Publishing House, 2012),
h. 56.
9
Moh. Ali Hasan Zaidany, Misteri 3 Masjid Paling Fenomenal, (Yogyakarta: Najah,
2012), h. 153.
10
Caroline Chapman, Ensiklopedia Seni Dan Arsitektur Islam, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2012), h. 20.

9
dan Kristen dengan sebutan bait suci (temple mount), suatu tempat paling suci
dalam Agama Yahudi yang umumnya dipercaya merupakan tempat bait pertama
dan bait kedua yang pernah berdiri pada waktu lampau. Dengan demikian, Masjid
Al-Aqsa secara luas dianggap sebagai tempat suci ketiga oleh umat Islam setelah
Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Karena selain sebagai tempat persinggahan
NabiَMuhammadَSAW.َpadaَsaatَIsra’َ Mi’raj,َmasjidَiniَjugaَpernahَdijadikanَ
sebagai kiblat pertama bagi umat Islam. Umat Islam percaya bahwa Nabi
Muhammad SAW. diangkat ke Sidratul Muntaha dari tempat ini, setelah
sebelumnya dibawa dari Masjidil Haram di Makkah, kemudian ke Masjid Al-Aqsa.
DalamَIslam,َperistiwaَiniَdikenalَdenganَperistiwaَIsra’َMi’raj. 11 PeristiwaَIsra’َ
Mi’rajَterjadiَsetelahَkepulanganَRasulullahَdariَkotaَThaif.َMukjizat luar biasa ini
merupakan peristiwa bersejarah dalam dakwah Islam pada fase Makkah yang
paling dicatat oleh riwayat sejarah.

PadaَsuatuَmalamَstelahَwaktuَshalatَIsya’,َmalaikatَJibrilَturunَdariَlangitَ
ke rumah Rasulullah SAW. malaikat Jibril membelah dada beliau, mencuci isi hati
beliau dengan air Zam-Zam dan kemudian mengisinya dengan iman dan
kebijaksanaan, kemudian mengembalikannya utuh seperti sedia kala.

Setelah itu malaikat membawa binatang bernama Buraq ke hadapan beliau.


Buraq adalah kuda bewarna putih, lebih besar dari keledai namun lebih kecil dari
bighal (peranakan kuda dan keledai). Hentakan kakiknya berada sejauh pandangan
matanya. Dengan kendaraan dari langit tersebut, malaikat Jibril membawa beliau
dari kota Makkah menuju Masjid Al-Aqsa di kota Al-Quds, Palestina dalam waktu
beberapa saat saja. Beliau menambatkan Buraq pada tiang yang selalu menjadi
tempat para nabi menambatkan kendaraan mereka. Di Masjid Al-Aqsa beliau
bertemu (ruh) seluruh nabi dan rasul, serta mengimami mereka shalat. Setelah itu
beliau dimi’rajkan ke langit dan menerima perintah shalat wajib lima waktu secara
langsungَdariَAllahَTa’ala.12

11
Moh. Ali Hasan Zaidany, Misteri 3 Masjid Paling Fenomenal, (Yogyakarta: Najah,
2012), h. 152-153.
12
Abu Fatiah Al-Adnani, Journey to Damascus: Perjalanan Menuju Negeri Akhir Zaman,
(Solo : Granada, 2014), h. 45.

10
D. Bagian-Bagian Masjid Al-Aqsa

1. Kubah

Kubah Masjid Al-Aqsa ini menunjukkan ciri arsitektur Islam awal.


Kubah asli, dibangun oleh Abdul Malik bin Marwan, namun sekarang sudah
tidak ada lagi sisanya. Kubah Al-Aqsa adalah salah satu bagain dari masjid yang
dibangun di depan Mihrab, selama periode Umayyah dan Abbasiyah. Bentuk
kubah seperti yang ada saat ini awalnya dibangun oleh Ali Azh-Zhahir dan
terbuat dari kayu yang disepuh dengan lapisan enamel timah. Pada tahun 1969,
kubah dibangun kembali dengan menggunakan beton dan dilapisi dengan
aluminium yang dimodifikasi sebagai ganti dari bentuk aslinya, yaitu lapisan
enamel timah. Pada tahun 1983, aluminium yang menutupi bagian luar diganti
lagi dengan timah untuk menyesuaikan desain asli Azh-Zhahir seperti sedia
kala.13

Adapun beberapa kubah yang terdapat di sekitar Masjid Al-Aqsa, antara


lain: a) Kubah Nahwiyyah, terletak di pojok barat daya Kubah Al-Shakhra dan
dibangun pada zaman Al-Ayyubiyah tepatnya pada Sultan Malik Isa tahun 604
H/1207َM;َb)َKubahَMi’raj,َterletakَdiَsebelahَbaratَKubahَAl-Shakhra, agak
miring ke sebelah utara dan didirikan pada masa kesultanan Al-Ayyubiyah
tepatnya pada masa Sultan Al-Amlik Al-Adil Saifuddin Abi Bakar (596-615
H/1200-1218 M); c) Kubah Al-Silsilah, terletak beberapa meter di sebelah timur
Kubah Shakhra (Kubah Batu) dan dibangun oleh Khalifah Bani Umayyah,
Abdul Malik bin Marwan (65-68 H/507-685 M).14

2. Menara Masjid

Masjid ini memiliki empat Menara di sisi selatan, utara, dan barat.
Menara pertama, dikenal sebagai Menara Al-Fakhariyyah, dibangung pada
tahun 1278 di bagian barat daya masjid atas perintah sultan Mamluk. Alasan di

13
Moh. Ali Hasan Zaidany, Misteri 3 Masjid Paling Fenomenal, (Yogyakarta: Najah,
2012), h. 165-166.
14
Ibid, h. 167-168.

11
bagian timur tidak terdapat Menara, karena dalam sejarahnya dulu, sangat sedikit
penduduk yang tinggal di sisi tersebut, sehingga tidak diperlukan menara
tambahan untuk menyerukan azan. Namun, Raja Abdullah II dari Jordan pada
tahun 2006 mengumumkan keinginannya untuk membangun menara kelima
yang menghadap ke Bukit Zaitun. Menara Raja Hussein ini direncanakan akan
menjadi struktur bangunan tertinggi di Kota Tua Jerusalem.15

3. Fasad dan Serambi Masjid Al-Aqsa

Sebagai masjid yang mempunyai banyak jamaah, Masjid Al-Aqsa


mempunyai berbagai macam serambi yang tidak hanya untuk menampung para
jamaah, akan tetapi juga dijadikan sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan
keagamaan yang sepenuhnya untuk kemakmuran masjid ini. Selain itu, bagian
depan Masjid Al-Aqsa dan beberapa bagian penting di sekitar serambi ini
membuat masjid menjadi lebih berwibawa.

Bagian depan masjid ini dibangun pada 1065 M, atas perintah Khalifah
Fatimiyah Al-Mastanshir. Di bagian muka terdapat bangunan pagar langkan
(balustrade) yang berupa lorong-lorong beratap, dengan tiang-tiang kolom kecil.
Serambi depan ini pernah mengalami kerusakan saat terjadi pembakaran.
Namun, Ayyubiyah memperbaiki dan membangunnya kembali seperti sedia
kala. Serambi depan juga mengalami penambahan berupa tempelan ubin pada
dindingnya, yang membuat wajah masjid ini semakin menawan.

Dengan adanya serambi depan ini, akses ke masjid tidak langsung masuk
ke dalam masjid, namun akan melalui pintu masuk serambi terlebih dahulu.
Desain seperti ini memang sengaia dibuat untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
lagi peristiwa yang menimpa masjid besar ini. Setiap jamaah yang hendak masuk
harus diketahui identitasnya dengan jelas terlebih dahulu.

Kemudian, lorong-lorong yang menghubungkan pintu masjid utama juga


digunakan sebagai jalan masuk bagi para jamaah. Dengan adanya lorong ini,

15
Ibid, h. 172.

12
jamaah bisa masuk masjid tidak hanya melalui satu pintu saja. Dalam lorong ini
juga ada jalan yang membedakan antara laki-laki dan perempuan, di mana untuk
jamaah perempuan biasanya ditempatkan pada salah satu bangunan berbentuk
mirip paviliun, bekas sisa Tentara Salib.16

4. Interior dan Arsitektur Al-Aqsa

Masjid Al-Aqsa memiliki tujuh buah lorong dengan ruangan yang


ditunjang oleh tiang-tiang melengkung (hypostyle nave), serta beberapa ruang
kecil tambahan di sisi sebelah barat dan timur pada bangunan masjid bagian
selatan. Terdapat pula 121 jendela kaca patri dari era Abbasiyah dan Fatimiyah,
di mana seperempat dari interior ini telah selesai dikembalikan pada asalnya
pada tahun 1924. Ruangan dalam masjid memiliki 45 tiang kolom, 33 di
antaranya terbuat dari marmer putih dan 12 lainnya dari batu. Barisan tiang
kolom pada lorong-lorong tengah berbentuk kokoh dan kerdil, dengan ukuran
lingkar 30,6 cm dan tinggi 54 cm, akan tetapi empat barisan tiang kolom lainnya
memiliki ukuran yang lebih proporsional. Terdapat empat jenis desain yang
berbeda untuk bagian kepala tiang kolom.

Kepala tiang di lorong tengah berbentuk kokoh dan mempunyai desain


primitif, sedangkan kepala tiang yang di bawah kubah mempunyai desain gaya
korintus dan terbuat dari marmer putih Italia. Kepala tiang di lorong timur
memiliki desain berbentuk keranjang yang besar, sementara kepala tiang di
sebelah timur dan barat kubah juga berbentuk keranjang, tetapi ukurannya lebih
kecil dan proporsional. Terdapat palang penghubung antara tiang kolom dan
tembok penyangga antara satu dengan lainnya, yang terbuat dari balok kayu
yang dipotong sederhana dan berlapis selubung kayu dengan ukiran seadanya.
Banyak bagian masjid yang hanya dilabur dengan kapur putih. Sedangkan
bagian dalam kubah dan dinding-dinding yang tepat di bawah dinding tersebut
penuh dengan dekorasi mozaik dan marmer.

16
Ibid, h. 173-175.

13
Secara arsitektur, bangunan Masjid Al-Aqsa berbentuk persegi dengan
luas area 144.000 m2 termasuk area sekitar masjid, sehingga dapat menampung
jamaah hingga 400.000 orang. Panjang bangunan masjid adalah 272 kaki atau
sekitar 83 m, dan lebarnya 184 kaki sekitar 56 m, dan dapat menampung sampai
5.000 jamaah.17

5. Mimbar Masjid

Mimbar masjid dibuat oleh seorang pengrajin bernarna Akhtarini yang


berasal dari Aleppo, atas perintah Sultan Nuruddin Zengi. Mimbar tersebut
dimaksudkan sebagai hadiah untuk masjid ketika Nuruddin membebaskan
Jerusalem. Untuk mengerjakan mimbar ini, memakan waktu selama enam tahun
(1168—1174). Akan tetapi, Nuruddin tidak sempat menyaksikan keindahan
mimbar ini, karena meninggal ketika Tentara Salib masih memegang kendali
atas Jerusalem. Ketika Shalahuddin berhasil merebut kembali kota ini pada
tahun 1187, mimbar tersebut telah selesai dan langsung dipasang.

Struktur mimbar terbuat dari gading dan kayu yang dipahat secara hati-
hati. Kaligrafi Arab dan desain-desain berbentuk geometris dan bunga terukir
pada bagian-bagian kayu mimbar tersebut. Setelah hancur karena perbuatan
Rohan pada tahun 1969, mimbar itu digantikan oleh mimbar lain yang
mempunyai dekorasi lebih sederhana dari sebelumnya. Selanjutnya, Adnan Al-
Hussaini, kepala lembaga wakaf Islam yang bertanggung jawab atas al-Aqsa,
pada bulan Januari 2007 menyatakan akan mernbuat sebuah mimbar baru. Pada
bulan Februari 2007 mimbar baru tersebut telah selesai dipasang, meskipun
secara desain sangat jauh berbeda dengan mimbar yang dibuat oleh Akhtarini.
Desain mimbar baru ini dibuat oleh Jamil Badran berdasarkan replika yang
saksama dari mimbar Shalahuddin. Badran menyelesaikan mimbar ini selama
empat tahun. Para pengrajinnya menggunakan metode kuno dalam mengukir

17
Ibid, h. 176-178.

14
kayu. Mereka menggabungkan potongan-potongan dengan pasak bukan paku,
dan menggunakan media komputer untuk desain mimbarnya. 18

6. Air Mancur dan Tempat Wudhu

Air mancur tempat air wudhu utama di Masjid Al-Aqsa bernama Al-Kas.
Air mancur ini terletak di bagian utara, yaitu antara masjid dan Kubah Batu. Para
jamaah menggunakannya untuk wudhu. Bangunan ini pertama kali dibangun
pada tahun 709, yaitu pada masa pemerintahan Umayyah, Tetapi, pada tahun
1327-1328, Guberur Tankiz membuat lebih besar untuk dapat melayani lebih
banyak jamaah. Meskipun pada awalnya air berasal dari kolam Salomo yang ada
di dekat Betlehem, namun kini air berasal dari pipa yang terhubung ke sumber
air kota Jerusalem.

Air mancur Qasim Pasha di Masjid Al-Aqsa, dibangun di masa


pemerintahan Utsmaniyah pada tahun 1526, dan terletak di sebelah utara masjid,
yaitu serambi Kubah Batu. Air mancur ini sebelumnya juga pernah digunakan
oleh para jamaah untuk wudhu dan minum sampai dengan tahun 1940-an.
Namun, air mancur ini hanya berfungsi sebagai monument saja, karena tidak
pernah digunakan.19

18
Ibid, h. 178-180.
19
Ibid, h. 180-181.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nama Masjid Al-Aqsa bila diterjemahkan dari Bahasa Arab dalam bahasa
Indonesia, maka ia mempunyai arti masjid terjauh. Nama ini berasal dari keterangan
dalam Al-Quran pada surat al-Israa' ayat l, yaitu tentang peristiwa Isra' Mi'raj yang
telah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw.

Pada dasarnya, yang dimaksud dengan Masjid Al-Aqsa, sesungguhnya tidak


hanya terfokus pada masjid belaka, melainkan juga area di sekitar bangunan itu,
yang dianggap sebagai suatu tempat yang suci.

Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis menjadi kiblat bagi umat Islam selama
setahun lebih empat atau lima bulan. Lalu, Masjid Al-Aqsa adalah bangunan kedua
yang diletakkan Allah di muka bumi setelah Masjidil Haram.

B. Saran

Akhirnya, penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini


banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan makalan ini,
dalam rangka menyampaikan kebaikan dan kebenaran untuk mencari ridha Allah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Al-Adnani,َAbuَFatiah.َ“Journey to Damascus: Perjalanan Menuju Negeri Akhir


Zaman,” Solo: Granada, 2014.

Al-Mahlawi,َ Hanafi.َ “Jejak-jejak Rasulullah,” Jakarta: PT. Ufuk Publishing


House, 2012.

Al-Qardhawy,َ Yusuf.َ “Al-Quds Masalah Kita Bersama,” Jakarta: Pustaka Al-


Kautsar, 1999.

Chapman,َCaroline.َ“Ensiklopedia Seni Dan Arsitektur Islam,” Jakarta: Penerbit


Erlangga, 2012.

Muhith, Nur Faizin. “Keajaiban 3 Kota Suci,” Surakarta: Ahad Books, 2013.

Rahman, Taufik. “Kisah dan Hikmah Isra Mi’raj Nabi Muhammad S.A.W.,”
Bandung: Husaini, 1990.

Zaidany, Moh Ali Hasan.َ “Misteri 3 Masjid Paling Fenomenal,” Yogyakarta:


Najah, 2012.

17
BIODATA DIRI

NAMA : ARANDY DAFARLIS


TEMPAT/TANGGAL LAHIR : MEDAN/28 AGUSTUS 2000
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
ALAMAT : JL. AMAL BAKTI GG. BERSAMA
TEMBUNG PASAR VII
STATUS : MAHASISWA
AGAMA : ISLAM

NAMA : DIMAS IZHA PRADIKA


TEMPAT/TANGGAL LAHIR : MEDAN/03 APRIL 2000
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
ALAMAT : JL. PASAR III KRAKATAU NO.116 A
STATUS : MAHASISWA
AGAMA : ISLAM

NAMA : ILHAM HAFIZ SATRIO


TEMPAT/TANGGAL LAHIR : MEDAN/08 JUNI 2000
JENIS KELAMIN : LAKI -LAKI
ALAMAT : TEMBUNG PASAR III
STATUS : MAHASISWA
AGAMA : ISLAM

NAMA : ROJA SUMA ANDHIKA


TEMPAT/TANGGAL LAHIR : MEDAN/25 SEPTEMBER 1999
JENIS KELAMIN : LAKI-LAKI
ALAMAT : JL. UTAMA NO. 214/310 B KEC.
MEDAN AREA
STATUS : MAHASISWA
AGAMA : ISLAM

18

Anda mungkin juga menyukai