A. Definisi
Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru
yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. (Brunner and Suddarth, 2010).
Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat
konsolidasi dan terjadi pengisian rongga alveoli oleh eksudat yang dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur dan benda-benda asing. (Corwin, 2009).
Kesimpulan : Pneumonia adalah Gangguan sistem pernafasan yang terjadi
peradangan atau inflamasi pada paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, jamur,
dan benda-benda asing.
B. Etiologi
Pneumonia dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti:
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
4. Jamur: candida albicana
5. Aspirasi: lambung
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan pneumonia
1. Secara khas diawali dengan awitan menggigil, demam yang timbul dengan
cepat (39,5 ºC sampai 40,5 ºC)
2. Nyeri dada yang ditusuk-tusuk yang dicetuskan oleh bernafas dan batuk.
3. Takipnea (25 – 45 kali/menit) disertai dengan pernafasan mendengur,
pernafasan cuping hidung,
4. Nadi cepat dan bersambung
5. Bibir dan kuku sianosis
6. Sesak nafas
D. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif.
Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari
infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan
dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel
dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag
alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada
bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat
secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-
organisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat
menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan
anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan
pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi
akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke
saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.2
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen
menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan
organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau
bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran
droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh:
varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks )
dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/ viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons
inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi
leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan
eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto
toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan
dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini
menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang
terjadi pada bronkiolitis (Brunner and Suddarth, 2010)
E. PATHWAY (Brunner and Suddarth, 2010)
Jamur, bakteri,
Peningkatan
protozoa
suhu tubuh
Masuk ke alveoli
Konsolidasi Gangguan
jaringan paru pertukaran gas
Intoleransi
Pola napas tidak aktivitas
efektif
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan pneumonia adalah :
1. Efusi pleura
2. Hipoksemia
3. Pneumonia kronik
4. Bronkaltasis
5. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna/bagian paru-paru
yang diserang tidak mengandung udara dan kolaps).
6. Komplikasi sistemik (meningitis)
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang diperlukan untuk mendukung diagnosis pneumonia yaitu:
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses)
2. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
6. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkoskopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing
H. Penatalaksanaan
1. Medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
a. Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
b. Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus.
c. Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk infeksi pneumonia
mikroplasma.
d. Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
2. Keperawatan
a. Memberikan posisi nyaman untuk memaksimalkan venilasi
b. Menganjurkan tirah baring
c. Mengajarkan batuk efektif dan fisiotepai dada
d. Hidrasi
Bila ringat hidrasi secara oral, bila berat hidrasi secara parenteral
e. Memberikan dukungan dan mendampingi pasien dalam pengobatan
pasien
Terapeutik:
1. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
C. Evaluasi
Evaluasi dibuat dengan menggunakan format S (Subjektif) O (Objektif) A
(Assesment) P (Planing). Evaluasi dilakukan terhadap tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien. Kegiatan evaluasi dilakukan
supaya perawat dapat mengetahui intervensi apa saja yang perlu dilanjutkan pada
masalah keperawatan/ diagnosa yang muncul. Berikut evaluasi yang diharapkan
pada pasien dengan masalah keperawatan gangguan pertukaran gas :
S : pasien mengatakan sudah tidak sesak napas
O : pasien nampak lebih nyaman, tidak ada penggunaan otot bantu napas,
Kulit tidak pucat, tidak ada sianosis
TD, N, S, RR dalam rentang normal
A : masalah gangguan pertukaran gas teratasi
P : hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth, (2010), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed 8 Vol 3 ,
EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth Ed. 8. Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
Disusun Oleh :
PROBOLINGGO
2019
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : 14401.16.17023
Hari :
Tanggal :
Malang,.……………2020
Mengetahui,
Kepala Ruangan
LEMBAR KONSULTASI
NIM : 14401.16.17023