Anda di halaman 1dari 9

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

3.1.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara umum lokasi penelitian berada di wilayah Kecamatan Kapuas


Tengah Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Dengan luas wilayah
2016 m2

WI

KABUPATEN KAPUAS
Lokasi penelitian secara administratif berada di desa Tapen Kecamatan
Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Untuk
mencapai lokasi tempat penelitian dapat di tempuh dengan cara, yaitu :

a. Dari Palangka Raya menuju desa Tapen dengan jarak tempuh 175.1 Km
melalui jalan daratdalam waktu tiga jam empat puluh menit menggunakan
kendaraan roda dua dengan kondisi jalan beraspal.
b. Kemudia dari desa Tapen menuju lokasi penelitian hanya berjarak ± 5
Km.
3.1.1. Sosio – Demografi

Penduduk di wilayah desa Tapen dan sekitarnya umumnya terdiri

dari suku Dayak Kapuas, Suku Banjar dan Jawa. Serta beberapa suku

lainnya yang merupakan pendatang, khususnya suku Jawa yang berdiam di

sana pada umumnya mengikuti program transmigrasi. Suku Dayak

Kapuas, sebagian dari mereka telah telah memeluk agam Kristen dan

Islam, sebagian lainnya masih memeluk agama asal yaitu Kaharingan.

Para pendatang ( suku Banjar, Jawa, dan lainnya ) umumnya beragama

islam. Kehidupan antar umat beragama terlihat baik begitu pula dengan

sarana peribadahan antar umat beragama telah tersedia. Mata pencaharian

penduduk setempat umunya berladang, berdagang, nelayan, dan sebagian

bekerja menjadi penambang emas rakyat.

3.1.2. Curah Hujan Keadaan Iklim Dan

Kabupaten Kapuas pada umumnya Termasuk daerah beriklim

tropis dan lembap dengan temperatur berkisar antara 21 – 23 derajat

Celcius dan maksimal mencapai 36 derajat Celcius. Intensitas penyinaran

matahari selalu tinggi dan sumber daya air yang cukup banyak sehingga

menyebabkan tingginya penguapan yang menimbulkan awan aktif/tebal.

1). Curah Hujan

Data curah hujan di Kabupaten kapuas disajikan pada tabel

3.1. Penentuan tipe curah hujan di daerah lokasi penelitian

didasarkan pada klasifikasi dari Schmidt-Ferguson (1951).


Tabel 3.1 Tipe Curah Hujan Di Kabupaten Kapuas Tahun 2018
(mm/bulan)
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)

Januari 340 17
Februari 290 13
Maret 334 17
April 274 15
Mei 335 11
Juni 180 10
Juli 116 9
Agustus 146 10
September 111 7
Oktober 229 12
November 360 17
Desember 318 17

Sumber : Stasiun Badan Meteorologi Dan Geofisika Bandara Tjilik Riwut

Jika di lihat banyaknya hari hujan yang terjadi dalam sebulan

sepanjang tahun 2017, dengan jumlah hari hujan rata – rata tertinggi terjadi

pada bulan November yaitu selama 17 hari dan rata – rata curah hujan

terendah terjadi pada bulan September yaitu sebanyak 111 mm/bulan.

Banyaknya curah hujan tertinggi terjadi selama bulan November yaitu 360

mm/bulan.

3.1.3. Flora dan Fauna

Jenis flora yang masih tumbuh tersisa didaerah penelitian antara lain :

 Meranti Ulin

 Karet

 Berbagai jenis perdu

 Dan semak belukar lainnya


Sedangkan jenis fauna yang dijumpai antara lain :

 Ular

 Biawak

 Kadal

 Berbagai jenis Burung

 Dan ikan kecil lainnya

3.2. Geologi Regional

Secara fisiografi daerah kecamatan Kapuas Tengah desa Tapen dan


sekitarya merupakan bagian dari sub cekungan Barito yang berbatasan dengan
cekungan Kutai, dimana pada bagian utara dan barat masing-masing dibatasi oleh
tinggian kuacing dan paparan sunda.

Kegiatan tektonik di desa Tapen dan sekitarnya telah di mulai sejak


Mezosoikum yang ditandai dengan munculnya batuan granit, granodiorit, diorite,
dan gabro dalam kompleks Busang. Pada awal eosen tengah terjadi kegiatan
gunung api yang menghasilkan batuan gunung api Nyaan. Pada kala Eosen akhir
di cekungan Barito, sejak olisen akhir hingga miosen awal terendapkan formasi
Berai, Montolat, Jangkang, Keramuan, Puruk Cahu yang diikuti oleh kegiatan
gunung api Malasan. Pada kala yang sama juga terjadi terobosan Sintang. Pada
kala Miosen akhir hingga Kuarter terjadi kegiatan gunung api Mantulang dan
Bondang.

3.2.1 Fisiografi

Wilayah desa Tapen dan sekitarnya biasa umumnya ditempati oleh


satuan morfologi perbukitan bergeombang rendah – sedang dan sebagian
kecil pendataran alluvial, terdiri dari :

1. Satuan perbukitan gelombang rendah – sedang

Satuan ini menempati lebih kurang 95 % dari wilayah


kecamatan Tapen. Umumnya dijumpai pada wilayah-wilayah di
ruas bagian tengah hingga hulu sungai-sungai yang mengalir di
wilayah ini. Litogi penyusun sebagian besar terdiri dari litogi
formasi Tanjung ( dibagian tengah ) dan batuan Pra Tersier (
kelompok Busang ) dibagian utara yang memperlihatkan
kenampakan perbukitan bergelombang sedang, sedangkan dibagian
selatan ditempati oleh litologi dari formasi Berai yang memberikan
kenampakan morfologi perbukitan bergelombang landai.

2. Satuan pendataran Alluvial

Satuan pendataran alluvial hanya menempati sebagian kecil


wilayah. Satuan ini dijumpai di sekitar wilayah bagian hilir dari
wilayah aliran-aliran sungai. Satuan ini ditempati oleh batuan
alluvial sungai.

3.2.2. Statigrafi Regional

Batuan-batuan yang tersingkap didaerah kecamatan Tapen dan


sekitarnya adalah batuan yang berumur Tersier ( Eosen Akhir – Miosen
Awal ) yang terendapkan pada cekungan Barito. Batuan – batuan tersebut
dari litologi yang berasal dari formasi Tanjung dan formasi Berai. Batuan
– batuan sedimen Tersier tersebut menutupi basement yang berumur Pra
Tersier (Mezosoikum).

1. Formasi Tanjung (Tet)

Pada bagian dari formasi ini adalah merupakan perselingan


antara batu pasir gampingan, batu pasir, batu lempung, batu lanau,
bersisipan batu gamping. Bagian atasnya merupakan perselingan
antara batu pasir kuarsa yang mengandung muskovit : batu lanau
kelabu, menyerpih, tebal rata – rata 75 cm, batu pasir hitam,
kompak, tebal rata – rata 75 cm dan bersisipan batu gamping sangat
kompak, berwarna coklat muda agak kekuningan, tebal rata – rata
75 cm, dan bersisipan batu gamping sangat kompak. Berwarna
coklat muda agak kekuningan tebal rata – rata 10 cm, mengandung
foraminifera besar setempat ditemukan sisipan batubara dengan
tebal mencapai 4 meter. Untuk formasi ini adalah Eosen dan
diendapkan dalam sistem pengendapan delta.

2. Formasi Berai

Formasi ini terdiri dari batu gamping, berwarna kuning –


putih, agak kecoklatan : umumya berlapis baik, berbutir halus
sangat kompak, mengandung foraminifera besar, foraminifera kecil
bentos, dan ganggang, bersisipan batu lempung, napal dan sedikit
batubara. Sebagian tersilatkan dan mengandung butiran limonit.
Formasi ini berumur oligosen Tengah – Oligosen Akhir dan
diendapkan pada lingkungan laut dangkal.

3. Formasi Montalat (Tomm)

Formasi ini terdiri dari batupasir karena agak keras.


Berbutir halus sampai sedang, berwarna kuning dan kelubu muda.
Tebal formasi ini di perkirakan 300 – 500 meter, sedangkan umur
dari formasi warukin masih belum dapat ditentukan secara pasti,
akan tetapi diduga formasi ini berumur Miosen Tengah sampai
Miosen Atas dilihat dari kemiripan dengan formasi Blaikpapan di
cekungan Kutai.
3.3. Alat dan Bahan

3.3.1. Alat Pengembalian Data Lapangan

Alat – alat yang digunakan dalam pelaksanaan pengambilan data


penelitian kerja praktek ini adalah :

a. Kamera digital
b. Meter ukur
c. ATK
3.3.2. Alat dan bahan pengolahan data
Alat dan bahan yang digunakan dalam pengolahan data penelitian
kerja praktek :
a. Buku tulis
b. Alat tulis
c. Laptop

3.4. Tata Laksana Penelitian


Langkah – langkah kerja yang dilakukan dalam penyusunan kerja praktek
ini meliputi ::
1) Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan kerja praktek,
mempelajari buku – buku literatur dan buku petunjukan maupun buku
panduan yang tersedia dan berkaitan dengan masalah yang diangkat.
2) Tahap Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian kerja praktek ini
mencakup data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer
dilakukan dengan cara survei langsung dilapangan dan wawancara
langsung dengan penambang emas. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari lapangan, penelitian data sekunder yaitu studi pustaka.
3) Tahap Pengolahan Data
Melakukan pengolahan data yang diperoleh dari lapangan
untuk melakukan pembahasan sehingga dapat mengetahui bagaimana
kegiatan usaha pertambangan emas dan teknik menambang emas
secara tradisional.
4) Tahapan penyusuna laporan
Hasil dari data keseluruhan yang diperoleh dari lapangan di
ulas kembali, dan rangkun dalam ke dalam laporan kerja praktek.
5) Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian kerja praktek ini
adalah metode deskriptif analitik yaitu suatu usaha untuk
menggambarkan bagaimana cara atau teknik menambang emas secara
tradisional di desa Tapen kecamatan Kapuas Tengah kabupaten
Kapuas.
6) Proses pengambilan data
Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data
pengamatan/observasi dan wawancara kepada pekerja yang sedang
melakukan aktivitas menambang.
Adapun teknik pengambilan data di jelaskan sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data dari buku, jurnl,
dan lainnya yang berhubungan dengan penambangan emas.
b. Pengamatan/observasi merupakan pengumpulan data yang
sistematis dari aktifitas penambangan, teknik, lokasi dan
keadaan lingkungan.
c. Wawancara yang di lakukan dengan pekerja penambang emas.
7) Teknik Analisa Data
Menganalisis dan memecahkan berbagai persoalan dari
informasi dan data-data dari narasumber, yang kemudian di rangkum
beberapa tahapan dari permasalahan, pembahasan, hingga hasil akhir.

Anda mungkin juga menyukai