Anda di halaman 1dari 7

a. Apa saja jenis-jenis fraktur?

(Rizka, Theo, Njol)

1. Dokter IGD melakukan imobilisasi dengan skin traction menggunakan beban 5

kg dan pemberian analgetik. Selanjutnya pasien akan dilakukan Partial Hip

Replacement. (Rizka, Theo, Njol)

a. Apa indikasi dilakukannya imobilisasi dengan skin traction dan partial

hip replacement?

Fraktur yang disertai dengan

 Cemas

 Gangguan pertukaran gas

 Gangguan mobilitas diatas tempat tidur

 Kerusakan mobilitas fisik

 Gangguan perawatan diri (mandi, makan, berpakaian dan toileting)

 Inefektif kebersihan jalan nafas

 Resiko konstipasi

 Kurang pengetahuan

 Nyeri akut

 Resiko gangguan integritas kulit

b. Bagaimana cara melakukan imobilisasi dengan skin traction?

Prinsip Traksi yang Efektif

 Contertraksi harus dipasang untuk memberikan trkasi yang efektif

 Traksi harus dipasang secara terus menerus

 Skleletal traksi tidak boleh di lepas kecuali ada kondisi yang

mengancam nyawa
 Beban tidak boleh dilepas kecuali ada program traksi intermitten

 Pasien harus dipertahankan dalam kondisi tubuh yang lurus di tengah

tempat tidur

 Tali penarik traksi tidak boleh terganggu

 Beban harus menggantung dengan bebas

Peralatan yang dibutuhkan untuk pemasangan skin traksi adalah :

 Tempat tidur yang dilengkapi dengan frame dan trapeze

 Beban

 Velcro strap atau strap lain

 Tali

 Boot with footplate

 Stocking antiemboli

 Pastikan semua peralatan traksi terpasang dengan baik di tempat tidur.

Periksa ulang pemasangannya di tempat tidur

R/ mengkaji pemasangan peralatan traksi di tempat tidur dan berat

meningkatkan keamanan

 Periksa apakah tali dapat bergerak bebas dan penarik harus bebas dari

linen

R/ mengecek tali dan penarik memastikan pembebanan yang maksimal

dan fungsi traksi yang optimal

 Posisikan pasien tidur terlentang dengan kaki tempat tidur agak

ditinggikan

R/ posisi pasien yang tepat mempertahankan fungsi counterbalance dan

meningkatkan kemanan
 Bersihkan area yang akan dipasang skin traksi, pasang stocking elestis

pada area yang akan dipasang

R/ Perawatan kulit yang baik akan mencegah kerusakan kulit.

Penggunaan stocking akan men cegah terjadinya edema dan kerusakan

neurovaskuler

 Pasang traksi pada kaki pasien (gambar 1)

R/ pemasangan yang baik memastikan tarikan yang baik

 Pasang beban dan pastikan menggantung bebas dan tidak menyentuh

lantai

R/ beban yang menggantung dengan bebas akan menghasilkan tarikan

yang adekuat.

Gambar pemasangan skin traksi dan memastikan beban terpasang dengan

bebas
 Pastikan posisi pasien di tengah tempat tidur yang memberikan posisi

ekstremitas yang terkena

R/ posisi yang tidak baik dapat memicu terjadinya komplikasi dan tarikan

yang tidak efektif

 Periksa berat dan sistem traksi. Beban harus menggantung dengan bebas,

tidak terkena lantai dan tempat tidur

R/ Pemeriksaan beban dan sistem traksi memastikan pemasangan yang

benar dan menurunkan resiko pasien mengalami cedera akibat

pemasangan traksi

 Lakukan ROM pada sendi yang tidak terlibat, kecuali kontraindikasi.

Ajarkan dan dorong pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam tiap 2 jam

R/ ROM berfungsi menjaga fungsi sendi. Batuk dan nafas dalam

mengurangi resiko komplikasi respirasi akibat dari imobilisasi

 Tinggikan penghalang sisi tempat tidur. Posisikan tempat tidur pada

ukuran paling rendah tetapi beban masih tetap menggantung dengan

bebas

R/ meninggikan penghalang samping tempat tidur dapat meningkatkan

keamanan pasien. Pengaturan tempat tidur yang sesuai memastikan

efektifitas penggunaan traksi tanpa menyebabkan cidera pada pasien

 Lepas sarung tangan dan alat pelindung diri. Cuci tangan

R/ melepas alat pelindung diri dengan baik dapat menurunkan transmisi

infeksi dan bahan yang terkontaminasi. Cuci tangan mencegah

penyebaran mikroorganisme
Gambar penempatan pasien terpasang skin traksi

c. Bagaimana cara melakukan partial hip replacement?

Bedah penggantian pinggul parsial adalah suatu prosedur di mana setengah

dari sendi pinggul diganti dengan sendi prostetik atau buatan, terutama

pada bagian sendi bola femur (kepala femoral). Prosedur yang juga dikenal

dengan nama hemiartroplasti pinggul ini, berbeda dengan bedah

penggantian pinggul total, di mana penggantian dilakukan pada sendi bola

maupun soketnya.

Penggantian pinggul parsial, memakan waktu 60 hingga 90 menit, bertujuan

melepaskan sendi bola femur yang retak, mengikis ujung sendi yang retak, dan

memasangkan satu potongan sendi prostetik.

Setelah membuat sayatan pada bagian depan atau di sisi samping pinggul, dokter

bedah akan menjauhkan otot dan tendon dari sendi untuk menjangkau soket pinggul

dan sendi bola femur.


Kemudian, dokter bedah dengan alat khusus akan mengangkat bagian kepala dan

leher sendi bola femur, sebelum mempersiapkan batang femoral untuk pemasangan

sendi bola prostetik atau buatan.

Setelah sendi bola buatan berhasil dipasangkan, sendi akan dihubungkan kembali.

Jaringan di sekitarnya, seperti otot dan tendon, akan dikembali ke posisi normal dan

sayatan akan ditutup dengan jahitan.

Prosedur ini biasanya dilakukan dengan bius regional atau total. Pasca bedah pasien

akan diberikan obat nyeri melalui infus. Selain itu, pasien juga mendapatkan obat

lainnya segera setelah bedah untuk mencegah infeksi. Bantal akan diletakkan di antara

kaki untuk menjaga pinggul pada posisi yang benar. Kateter urin dipasangkan untuk

membantu pasien buang air kecil tanpa harus bergerak atau bangun dari tempat tidur.

Stocking penekan juga dipakai pasien untuk mengurangi risiko penggumpalan darah

pada kaki.

Masa pemulihan dari prosedur bedah penggantian pinggul parsial bergantung, apakah

pasien mengikuti instruksi pasca bedah dengan baik. Ada tindakan pencegahan yang

perlu diikuti pasca bedah agar komplikasi tidak timbul, di antaranya perawatan luka

yang tepat, pola makan sehat, dan pergerakan sendi yang benar. Selain itu, pasien

perlu menjalani rehabilitasi penggantian sendi parsial untuk menguatkan kaki dan

mengembalikan pergerakan pinggul seperti semula untuk meminimalisir risiko cedera

di masa yang akan datang.

Rehabilitasinya meliputi mengajarkan pasien cara duduk, berdiri, mengenakan

pakaian, mandi, naik tangga, dan menggunakan toilet yang aman. Pasien mungkin
membutuhkan alat bantu berjalan seperti kruk untuk beberapa minggu awal pasca

bedah.

Lamanya masa pemulihan berkisar antara tiga hingga enam minggu, di mana

setelahnya pasien dapat menjalankan aktivitas dengan normal. Namun, pada pasien

berusia lanjut masa pemulihan dapat memakan waktu lebih dari enam bulan.

d. Apa saja kemungkinan obat analgetik yang bisa diberikan pada kasus

ini? (Njol, Mandy, Oca)

Anda mungkin juga menyukai