Anda di halaman 1dari 50

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Senam Hamil

Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi ibu

hamil. Oleh karena itu senam hamil memiliki prinsip gerakan khusus yang

disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Latihan pada senam hamil dirancang

khusus untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi keluhan

yang timbul selama kehamilan serta mempersiapkan fisik dan psikis ibu dalam

menghadapi persalinan. Tujuan dari program senam hamil adalah membantu

ibu hamil agar nyaman, aman dari sejak bayi dalam kandungan hingga lahir.

Senam hamil merupakan latihan relaksasi yang dilakukan oleh ibu yang

mengalami kehamilan sejak 23 minggu sampai dengan masa kelahiran dan

senam hamil ini merupakan salah satu kegiatan dalam pelayanan selama

kehamilan (prenatal care) (Manuaba. 2010).

Senam hamil adalah terapi latihan gerak yang diberikan kepada ibu

hamil untuk mempersiapkan dirinya, baik persiapan fisik maupun mental untuk

menghadapi dan mempersiapkan persalinan yang cepat, aman dan spontan

(Huliana. 2008). Senam hamil menurut Viscera (1995) merupakan salah satu

kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan (prenatal care) yang akan

memberikan suatu hasil produk kehamilan atau outcome persalinan yang lebih

baik, dibandingkan pada ibu hamil yang tidak melakukan senam hamil (Dewi

dan Sunarsih. 2011). Senam hamil memiliki


commit to user manfaat lain yaitu dapat membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

dalam proses persalinan karena selama senam hamil ibu dipersiapkan baik fisik

maupun mental menuju proses persalian yang lancar (Husin. 2013).

a. Tujuan senam hamil

1) Tujuan umum, yaitu: melalui senam hamil yang teratur dapat dijaga

kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses mekanisme

persalinan, mempertinggi kesehatan fisik dan psikis serta kepercayaan

pada diri sendiri dan penolong dalam menghadapi persalinan, dan

membimbing wanita menuju suatu persalinan yang fisiologis.

2) Tujuan khusus, yaitu: memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-

otot dinding perut, otot-otot dasar panggul, ligament dan jaringan yang

berperan dalam mekanisme persalinan, melonggarkan persendian yang

berhubungan dengan proses persalinan, membentuk sikap tubuh yang

prima, sehingga dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin

dan mengurangi sesak nafas, menguasai teknik pernafasan dalam

persalinan, dan dapat mengatur diri kepada ketenangan. Tujuan senam

hamil, yaitu: melatih ibu untuk beradaptasi lebih baik dengan

kehamilannya, melatih dan mempersiapkan ibu hamil untuk menghadapi

kelahiran bayinya, mencegah varises, yaitu pelebaran pembuluh darah

balik (vena) secara segmental yang tak jarang terjadi pada ibu hamil,

penguatan otot-otot dasar panggul dan tungkai, penguluran dan pelemasan

otot-otot dan ligament, meningkatkan sistem pernapasan, latihan

pernapasan, latihan mengejan, menambah gerakan sendi panggul,

relaksasi, mengurangi rasa waswas atau gelisah dan mencegah gangguan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

fisik yang diakibatkan oleh gangguan mental atau faktor psikologis

(Manuaba. 2010).

b. Syarat senam hamil

Menurut Anggraeni (2010), ada beberapa syarat yang harus

diperhatikan oleh ibu hamil sebelum mengikuti senam hamil, yaitu: telah

dilakukan pemeriksaan kesehatan dan kehamilan oleh dokter atau bidan,

latihan dilakukan setelah kehamilan mencapai lebih dari 23 minggu, latihan

dilakukan secara teratur dan disiplin, dalam batas kemampuan fisik ibu dan

sebaiknya latihan dilakukan di rumah sakit atau klinik bersalin dibawah

pimpinan instruktur senam hamil. Sedangkan menurut Canadian Society for

Exercise Physiology (CESP), prinsip pelasksanaan senam hamil yang aman

dikenal dengan istilah FITT, yaitu:

1) Frequency (F), senam hamil dilakukan 2-4 kali dalam seminggu.

2) Intensity (I), diukur dengan melihat denyut jantung ibu disesuaikan dengan

umur. Intensitas ini bisa juga diobservasi melalui “Talk Test”. Jika ibu

berbicara dengan nafas terengah-engah, maka intensitas senam harus

diturunkan.

3) Time (T), durasi senam hamil dimulai dari 15 menit, kemudian dinaikkan

2 menit perminggu hingga dipertahankan pada durasi 30 menit. Setiap

kegiatan senam disertai dengan pemanasan dan pendinginan masing-

masing 5-10 menit.

4) Type (T), pemilihan jenis gerakan harus berisiko minimal dan tidak

membahayakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

c. Kontraindikasi senam hamil

Menurut Anggraeni (2010), senam hamil dapat diikuti oleh semua wanita

yang hamil namun ada larangan atau kotraindikasinya, yaitu:

1) Absolut atau mutlak. Bila seorang wanita hamil mempunyai penyakit

jantung, penyakit paru, serviks inkompeten (serviks membuka), kehamilan

kembar, riwayat perdarahan pervaginam pada trimester II dan III, kelainan

letak plasenta seperti plasenta previa, pre eklamsi maupun hipertensi.

2) Relatif. Bila seorang ibu hamil menderita anemia berat, irama jantung

yang tidak teratur, penyakit paru bronkhitis yang kronis, riwayat penyakit

diabetes mellitus, obesitas, hipertensi, penyakit dengan riwayat operasi

tulang ortopedik dan perokok berat.

3) Segera menghentikan senam hamil. Bila terjadi gejala seperti perdarahan

pervaginam, rasa sesak sewaktu, sakit kepala, sakit dada, nyeri kelenjar

otot, gejala kelahiran prematur, penurunan gerakan bayi intrauterin.

d. Manfaat senam hamil

1) Memperkuat elastisitas otot. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas

otot-otot dinding perut, ligament, otot dasar panggul yang berhubungan

dengan proses persalinan.

2) Membentuk sikap tubuh. Dengan sikap tubuh yang baik selama bersalin

diharapkan dapat mengatasi keluhan umum pada wanita hamil (sakit

pinggang), mencegah letak bayi yang abnormal, juga dapat mengurangi

sesak napas akibat bertambah besarnya perut.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

3) Memperoleh relaksasi yang sempurna. Relaksasi yang sempurna

diperlukan selama kehamilan dan selama persalinan, selain mengatasi stres

baik yang timbul dari dalam maupun dari luar, juga untuk mengatasi nyeri

his serta dapat mempengaruhi relaksasi segmen bawah uterus yang

mempunyai peran penting dalam persalinan yang fisiologis.

4) Menjaga kesehatan dan meningkatkan fungsi kardiorespirasi. Dengan

menguasai teknik pernapasan diafragma, jika pernapasan diafragma yang

teratur dan berirama, diafragma menjadi kuat, sehingga membantu ibu pada

saat mengejan (Muhimah. 2010).

5) Senam Aerobik. Merupakan aktivitas senam berirama, berulang dan cukup

melelahkan, dan gerakan yang disarankan untuk ibu hamil adalah jalan-

jalan. Manfaat: meningkatkan kebutuhan oksigen dalam otot, merangsang

paru-paru dan jantung juga kegiatan otot dan sendi, meningkatkan

peredaran darah, meningkatkan kubagaran dan kekuatan otot, meredakan

sakit punggung dan sembelit, membakar kalori (membuat ibu dapat lebih

banyak makan makanan sehat), mengurangi keletihan, menjanjikan bentuk

tubuh yang baik setelah melahirkan.

6) Kalistenik. Latihan berupa gerakan-gerakan senam ringan berirama yang

dapat membugarkan dan mengembangkan otot-otot serta dapat

memperbaiki bentuk postur tubuh. Manfaatnya adalah meredakan sakit

punggung dan meningkatkan kesiapan fisik dan mental terutama

mempersiapkan tubuh dalam menghadapi persalinan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

7) Relaksasi. Merupakan latihan pernapasan dan pemusatan perhatian.

Latihan ini bisa dikombinasikan dengan latihan kalistenik. Manfaatnya

adalah menenangkan pikiran dan tubuh, membantu ibu menyimpan energi

untuk ibu siap menghadapi persalinan.

8) Kebugaran panggul (biasa disebut latihan kegel). Manfaat dari latihan ini

adalah menguatkan otot-otot vagina dan sekitarnya (perinial) sebagai

kesiapan untuk persalinan, mempersiapkan diri baik fisik maupun mental.

e. Gerakan senam hamil

Senam hamil bisa dilakukan dimana saja termasuk di rumah. Tetapi cara atau

tahapan harus disesuaikan dengan kondisi tubuh, umur kandungan dan sesuai

aturan yang sudah dianjurkan oleh instruktur (Manuaba. 2010).

1) Latihan I antara lain: (1) duduk relaks dan badan ditopang tangan di

belakang; (2) kaki diluruskan dengan sedikit terbuka; (3) gerakan latihan:

gerakan kaki kanan dan kiri ke depan dan ke belakang, putar persendian

kaki melingkar kedalam dan keluar, bila mungkin angkat bokong dengan

bantuan kedua tangan dan ujung telapak tangan, kembangkan dan

kempiskan otot dinding perut, kerutkan dan kendorkan otot dubur; (4)

lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 setiap gerakan.

2) Latihan II antara lain: (1) sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh

tangan dibelakang badan; (2) kedua tungkai bawah lurus dalam posisi

rapat; (3) bentuk latihan: tempatkan tungkai kanan di atas tungkai bawah

kiri silih berganti, kembangkan dan kempiskan otot dinding perut bagian

bawah, kerutkan dan kendurkan otot liang dubur; (4) lakukan gerakan ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

sedikitnya 8-10 kali: (5) tujuan latihan: melatih otot dasar panggul agar

dapat berfungsi optimal saat persalinan, meningkatkan peredaran darah ke

alat kelamin bagian dalam sehingga sirkulasi menuju plasenta makin

sempurna.

3) Latihan III antara lain: (1) sikap duduk dengan badan disangga kedua

tangan di belakang, tungkai dirapatkan; (2) tidur terlentang dengan kedua

kaki merapat; (3) bentuk latihan: pada sikap duduk, angkat tungkai bawah

silih berganti ke atas dengan tinggi semaksimal mungkin, angkat tungkai

bawah silih berganti kanan dan kiri dengan tinggi semaksimal mungkin; (4)

lakukan latihan ini sedikitnya 8-10 kali; (5) tujuan latihan: memperkuat

otot dinding perut sehingga dapat berfungsi saat persalinan, meningkatkan

sirkulasi darah menuju kelamin bawah, sehingga darah menuju janin dapat

ditingkatkan.

4) Latihan IV antara lain: (1) sikap duduk bersila dengan tegak; (2) tangan di

atas bahu sedangkan siku di samping badan; (3) bentuk latihan: lengan

diletakkan di depan dada, putar lengan ke atas dan ke samping, ke

belakang, dan selanjutnya ke depan tubuh (dada); (4) lakukan latihan ini

sedikitnya 8-10 kali; (5) tujuan latihan: melatih otot perut bagian atas,

meningkatkan kemampuan.

5) Latihan V antara lain: (1) sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu

sama lain; (2) badan agak relaks dan paha lemas; (3) kedua tangan di

persendian lutut; (3) bentuk latihan: tekan persendian lutut dengan berat

badan sebanyak 20 kali; (4) badan diturunkan ke depan semaksimal


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

mungkin; (5) tujuan latihan: melatih otot punggung agar berfungsi dengan

baik, melatih agar persendian tulang punggung tidak kaku.

6) Latiahan VI antara lain: (1) sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar; (2)

tangan di samping badan; (3) tungkai bawah ditekuk pada persendian lutut

dengan sudut tungkai bagian bawah sekitar 80-90 derajat; (3) bentuk

latihan: angkat badan dengan topangan pada ujung telapak kedua kaki dan

bahu, pertahankan selama mungkin di atas dan selanjutnya turunkan

perlahan-lahan; (4) tujuan latihan: melatih persendian tulang punggung

bagian atas, melatih otot perut dan otot tulang belakang.

7) Latihan VII antara lain: (1) sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar;

(2) badan seluruhnya relaks; (3) tangan dan tungkai bawah harus rileks; (4)

bentuk latihan: badan dilemaskan pada tempat tdur, tangan dan tungkai

bawah membujur lurus, pinggul diangkat ke kanan dan ke kiri sambil

melatih otot liang dubur, kembang kempiskan otot bagian bawah; (4)

lakukan latihan ini sedikitnya 10-15 kali; (5) tujuan latihan: melatih

persendian tulang punggung dan pinggul, meningkatkan peredaran darah

menuju janin melalui plasenta.

8) Latihan pernapasan antara lain: (1) sikap tubuh tidur terlentang di temapt

tidur yang datar; (2) kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah

ditekuk pada lutut dan santai; (3) satu tangan dilekatkan di atas perut; (4)

bentuk latihan: tarik napas perlahan dari hidung serta pertahankan dalam

paru beberapa saat, bersamaan dengan tarikan napas tersebut, tangan yang

berada di atas perut ikut serta diangkat mencapai kepala, keluarkan napas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

melalui perut secara perlahan, tangan yang diangkat ikut serta diturunkan;

(5) lakukan gerakan latihan ini sekitar 8-10 kali dengan tangan silih

berganti; (6) bentuk gerakan lain: tangan yang berada di atas perut

dibiarkan mengikuti gerakan saat melakukan tarikan dan saat

mengeluarkan napas, tangan tersebut seolah-olah memberikan pemberat

pada perut untuk memperkuat diafragma; (7) tujuan latihan: meningkatkan

penerimaan konsumsi oksigen ibu dan janin, menghilangkan rasa takut dan

tertekan, mengurangi nyeri saat kontraksi.

9) Latihan relaksasi. Latihan relaksasi dapat dilakukan bersamaan dengan

latihan otot tulang belakang, otot dinding perut dan otot liang dubur atau

sama relaksasi total. Teknik relaksasi antara lain: (1) sikap tubuh seperti

merangkak; (2) bersikap tenang dan relaks; (3) badan disangga pada

persendian bahu dan tulang paha; (3) bentuk latihan: tubuh disangga

persendian bahu dan tulang paha, lengkungkan dan kendurkan tulang

belakang, kembangkan dan kempiskan otot dinding perut, kerutkan dan

kendorkan otot liang dubur; (4) lakukan latihan ini 8-10 kali; (5) bentuk

latihan yang lain: tidur miring dengan kaki membujur, terlentang dengan

disangga bantal pada bagian bawah lutut, tidur terlentang dengan kaki

ditekuk, tidur miring dengan kaki ditekuk; (6) tujuan latihan kombinasi:

melatih dan melemaskan persendian pinggul dan persendian tulang paha,

melatih otot tulang belakang, otot dinding perut.

10) Latihan relaksasi dengan posisi duduk telungkup antara lain: (1) sikap

tubuh duduk menghadap sandaran kursi; (2) kedua tangan disandaran kursi;
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

(3) kepala diletakkan diatas tangan; (4) bentuk latihan: tarik napas dalam

dan perlahan hembuskan, dilakukan pada kala I (pertama); (5) tujuan

latihan: meningkatkan ketenangan, mengendalikan dan mengurangi rasa

nyeri, latihan ini dapat dilakukan pada kala I (masa pembukaan pada proses

persalinan) sehingga mengurangi nyeri.

11) Latihan menurunkan dan memasukkan kepala janin ke PAP (pintu atas

panggul). Pada primigravida kepala janin sudah turun dan masuk PAP pada

minggu ke 36, bila kepala janin belum masuk pintu atas panggul, terdapat

beberapa faktor antara lain: tali pusat pendek, terdapat lilitan tali pusat,

kelainan bentuk kepala janin, panggul ibu sempit atau sebab lainnya.

Dengan masuknya kepala janin ke pintu atas panggul terutama pada ibu

primigravida memberikan petunjuk bahwa tidak terdapat kesempitan

panggul. untuk mengusahakan agar kepala janin masuk pintu atas panggul,

dapat dilakukan latihan sebagai berikut: (1) sikap tubuh berdiri tegak dan

jongkok; (2) berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat tidur atau

kursi dan jongkok; (3) tahan beberapa saat sehingga tekanan pada Rahim

mencapai maksimal untuk memasukkan kepala janin ke pintu atas panggul;

(4) bentuk latihan lain: membersihkan lantai sambil bergerak sehingga

tahanan sekat rongga tubuh dan tulang belakang menyebabkan masuknya

kepala janin ke dalam pintu atas panggul.

12) Latihan koordinasi persalinan. Menurut Manuaba (2010) latihan

koordinasi persalinan mempunyai tiga tujuan, yaitu: (1) tubuh melengkung

menyebabkan dorongan maksimal sekat rongga tubuh terhadap rahim. Saat


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

mengejan, kontraksi otot dasar panggul mencapai hasil maksimal sebagai

pendorong janin dalam proses persalinan, dan persendian antara tulang

selangkang dan tulang tungging akan melebar sehingga meluaskan jalan

lahir; (2) napas dalam dan menahannya beberapa waktu untuk mengejan,

dapat mengurangi rasa sakit saat kontraksi, dan hasil kekuatan

mempercepat persalinan; (3) latihan koordinasi persalinan adalah untuk

membiasakan diri saat proses persalinan berlangsung. Urutan latihan

koordinasi persalinan adalah: sikap badan dan bahu diletakkan kearah dada

sampai menyentuhnya, tulang punggung dilengkungkan, pinggul ditarik ke

atas, paha ditarik kearah badan dengan jalan menarik persendian lutut

dengan tangan mencapai siku, badan melengkung sedemikian rupa

sehingga terjadi hasil akhir his untuk mengejan dan sambil tarik napas

dalam.

2. Konsep Yoga hamil

Yoga merupakan bentuk pengobatan fisik dan spiritual yang sudah

digunakan selama 5000 tahun yang lalu. Yoga berasal dari bahasa Sansekerta

“yug” yang berarti “penyatuan” dan bermakna “penyatuan dengan alam” atau

“penyatuan dengan sang pencipta”. Teknik yang digunakan pada saat Yoga

membawa keseimbangan pada aspek tubuh, pikiran dan kepribadian yang

berbeda sehingga penggunaannya penuh dengan energi, kekuatan dan kejelasan

tujuan hidup (Keegan, 2001 cit Handayani, 2010). Yoga merupakan suatu

teknik latihan untuk mengenal diri sehingga dapat menganalisis lebih lanjut

tentang pikiran dan tindakan yang sudah dilakukan. Latihan dilakukan melalui
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
17

sikap tubuh (asana), dan pernafasan (pranayama), dan teknik relaksasi

sehingga dapat mengembangkan kecerdasan intuisi alamiah dan membantu

pikiran agar dapat terpusat, dan pada akhirnya dapat membuat perubahan

berupa ketenangan pikiran dan terpusatnya perhatian. Yoga mencakup aspek

postur tubuh (asana), teknik pernapasan (pranayama), meditasi (dhyana),

nyanyian (mantra) dan ajaran kebijaksanaan (sutra) untuk mendorong

kesehatan dan relaksasi. Sebuah tinjauan sistematis yoga efektif untuk

mengurangi kecemasan, depresi, dan rasa sakit akut maupun kronis pada

populasi dewasa tanpa efek samping. Intervensi yoga meningkatkan kesehatan

psikologis (kecemasan, depresi, tertekan, stres) dan dapat meningkatkan

kualitas hidup (Rao et al. 2015).

Yoga dalam kehamilan menggabungkan postur-postur khusus dan

teknik-teknik yang bermanfaat bagi ibu hamil dan membantu menghilangkan

ketidaknyamanan yang disebabkan oleh perubahan tubuh selama kehamilan.

Yoga adalah sebuah ilmu yang menjelaskan kaitan antara fisik, mental, dan

spiritual manusia untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh (Sindhu. 2009).

Yoga adalah cara untuk mempersiapkan persalinan karena teknik latihannya

menitikberatkan pada pengendalian otot, teknik pernapasan, relaksasi dan

ketenangan pikiran. Teknik relaksasi yang dapat dilakukan dengan cara

membayangkan sesuatu yang menyenangkan dapat membuat tubuh menjadi

relaks (Stoppard. 2008).

a. Indikasi dan kontraindikasi yoga hamil

1) Indikasi yoga hamil


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
18

Pada prinsipnya yoga aman dilakukan oleh semua wanita hamil dan dapat

dilakukan pada usia kehamilan 18 minggu, tidak memiliki riwayat

komplikasi selama kehamilan, tidak memiliki riwayat persalinan preterm,

dan BBLR. Pada wanita dengan riwayat abortus boleh melakukan yaoga

setelah usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau setelah dinyatakan

kehamilan baik (Husin. 2013).

2) Kontraindikasi yoga hamil

Walaupun yoga dianggap latihan yang aman namun terdapat beberapa

keadaan dimana wanita memerlukan persetujuan dari tenaga kesehatan,

seperti tekanan darah rendah, riwayat obstetrik buruk seperti perdarahan

dalam kehamilan, KPD (ketuban pecah dini), dan BBLR. Selain keadaan

tersebut yoga harus diberhentikan jika saat pelaksanaan ibu mengalami

keluhan, seperti: rasa pusing, mual dan muntah yang berkelanjutan,

gangguan pengelihatan, kram pada perut bagian bawah, pembengkakan

pada tangan dan kaki, tremor pada ekstremitas atas maupun bawah, jantung

berdebar-debar dan gerakan janin melemah (Husin. 2013).

b. Manfaat yoga hamil

Yoga pada kehamilan memfokuskan kenyamanan serta keamanan

dalam berlatih sehingga memberikan banyak manfaat (Krisnandi. 2010). Yoga

selama hamil dapat meringankan edema dan kram yang sering terjadi pada

bulan terakhir kehamilan, membantu posisi bayi dan pergerakan,

meningkatkan sistem pencernaan dan nafsu makan, meningkatkan energi dan

memperlambat metabolisme untuk memulihkan ketenangan dan fokus,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
19

mengurangi rasa mual, morning sickness dan suasana hati, meredakan

ketegangan di sekitar leher rahim dan jalan lahir yang berfokus pada

membuka pintu pelvis untuk mempermudah persalinan, membantu dalam

perawatan pasca kelahiran dengan mengembalikan uterus, perut dan dasar

panggul, mengurangi ketegangan, cemas, dan depresi selama kehamilan

maupun pada saat persalinan dan masa nifas, ketidaknyamanan payudara

(Stoppard. 2008; Amy. 2008; Siska. 2009; Sindhu. 2009; Wiadnyana. 2011).

Yoga pada kehamilan bermanfaat dalam menjaga kesehatan emosi dan

fisik. Ketika seorang wanita hamil melakukan latihan secara rutin (2-3 kali

setiap minggu selama kehamilan), dapat menjaga elastisitas dan kekuatan

ligament panggul, pinggul dan otot kaki sehingga mengurangi rasa nyeri yang

timbul saat persalinan serta memberikan ruang untuk jalan lahir,

meningkatkan kenyamanan ibu pada dua jam pasca salin dan mengurangi

risiko persalinan lama. Selain itu dapat meningkatkan berat badan lahir,

menurunkan kejadian prematuritas dan PJT (Husin, 2013).

Manfaat yoga bagi kehamilan dapat dikategorikan menjadi manfaat

fisik, mental dan spiritual sebagai berikut (Sindhu. 2009):

1) Manfaat fisik yoga hamil melalui postur tubuh yoga (asana): (1) melatih

postur tubuh yang baik, tegap dan kuat di sepanjang kehamilan; (2)

melancarkan aliran darah, memperlancar suplai oksigen, nutrisi dan

vitamin dari makanan ke janin; (3) menguatkan otot punggung,

membuatnya lebih kuat untuk menyangga beban kehamilan dan

menghindarkan dari cedera punggung atau sakit pinggang; (4) melatih otot
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
20

dasar panggul-perineum yang berfungsi sebagai otot kelahiran, agar kuat

menyangga beban kehamilan dan menyangga kandung kemih dan usus

besar. Semakin elastis otot dasar panggul, semakin mudah untuk menjalani

proses kelahiran dan semakin cepat pula proses pemulihan pasca

melahirkan; (5) membantu mengurangi ketidaknyamanan fisik selama

kehamilan, seperti morning sickness, sakit punggung, sakit pinggang, weak

bladder, heartburn, sembelit dan lain-lain.

2) Manfaat mental yoga hamil melalui teknik-teknik pernapasan yoga

(Pranayama), relaksasi, dan teknik-teknik pemusatan pikiran (Dharana):

(1) mengurangi kecemasan dan mempersiapkan mental sang ibu untuk

menghadapi persalinan; (3) menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga

untuk menenangkan diri dan memusatkan pikiran. Sebagai media self help

yang akan membantu saat dilanda kecemasan dan ketakutan, atau saat

perhatian bercerai berai; (4) menggunakan teknik-teknik pernapasan yoga

untuk beristirahat sejenak disaat jeda antara dua kontraksi, untuk

mengumpulkan kembali energi dan prana; (5) menggunakan teknik-teknik

relaksasi untuk menginduksi rasa nyaman dan relaks di sepanjang

kehamilan dan saat melahirkan, menjaga otot-otot tubuh tetap relaks saat

melahirkan.

3) Manfaat spiritual yoga hamil melalui teknik-teknik berkontemplasi dan

meditasi: (1) menggunakan teknik-teknik pemusatan pikiran dan meditasi

yang bermanfaat untuk berkomunikasi dengan sang buah hati dan

meningkatkan keterikatan/bonding dengannya; (2) meningkatkan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
21

ketenangan dan ketentraman batin selama menjalani kehamilan; (3)

memandang segala sesuatu secara apa adanya, membantu saat ketakutan

melanda dan meningkatkan kemampuan untuk tidak terkuasai oleh rasa

takut; (4) meningkatkan inner peace, penerimaan diri dan kepasrahan saat

melewati semua kesulitan dalam proses kehamilan dan kelahiran; (5)

meningkatkan kemampuan untuk merasa bahagia.

c. Teknik yoga untuk kehamilan

Menurut Sindhu (2009) menjelaskan ada banyak cara untuk

mempersiapkan kelahiran, diantaranya dengan berlatih yoga hamil di saat

kehamilan. Gerakan dalam yoga hamil disesuaikan tiap trimesternya:

1) Gerakan yoga untuk trimester I adalah sebagai berikut:

a) Postur restoratif yoga

Postur yoga restoratif merupakan posisi yang ideal untuk

mengistirahatkan tubuh dan sebagai posisi untuk berlatih teknik

pernapasan diafragma. Postur ini hanya dilakukan pada trimester I. Cara

melakukan postur restoratif adalah sebagai berikut: (1) menekuk lutut dan

mengganjal bagian bawah lutut dengan bantal, serta menyangga kepala

dan leher dengan bantal tipis; (2) meletakkan kedua lengan di samping

tubuh dengan dengan telapak tangan terbuka atau meletakkan telapak

tangan diatas perut; (3) bernapas dalam dan perlahan, lakukan selama

yang diinginkan; (4) Untuk menyudahi, perlahan berbalik miring ke

samping kanan dan kembali duduk.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
22

b) Seri peregangan kucing

Postur ini bermanfaat untuk menguatkan dan melenturkan otot

punggung, membuat kuat dan terbebas dari tekanan akibat pertumbuhan

janin, mengatasi sakit punggung, melatih otot dan sendi-sendi panggul

serta melancarkan aliran darah ke rahim. Teknik seri punggung kucing

sebagai berikut: (1) dalam posisi meja/merangkak. Letakkan kedua

telapak tangan dialas dan sejajar bahu, lutut dialas dan sejajar panggul.

Telapak tangan menempel flat pada alas, dan renggangkan jari-jari tangan

(2) menarik napas disertai merentangkan tangan kiri kedepan sejajar bahu

dan merentangkan kaki kanan ke belakang sejajar panggul, mata menatap

kedepan, bernapas perlahan sambil menahan posisi ini selama 15 detik;

(3) membuang napas, menekuk lutut dan siku dan pertemukan dibawah

tubuh, tubuh dilengkungkan dan bernapas perlahan; (4) menarik napas

serta kembali rentangkan lengan dan kaki; (5) membuang napas, kaki dan

tangan diturunkan kembali ke postur meja, kemudian lakukan dengan sisi

lainnya. Postur ini dilakukan sebanyak 5 putaran perlahan seiring napas.

c) Postur berdiri

Selama kehamilan gravitasi tubuh berubah, membiasakan diri

untuk berdiri dengan posisi yang benar dan melakukan postur berdiri

yoga sejak usia kehamilan dini akan menghindarkan dari berbagai

ketidaknyamanan pada akhir masa kehamilan. Postur yoga ini berguna

untuk menguatkan otot kaki dan dasar panggul, meningkatkan konsentrasi

dan memberikan keseimbangan secara fisik dan mental. Berikut cara


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
23

melakukan postur berdiri yaitu berdiri Vrksasana (postur keseimbangan

pohon): (1) berdiri dalam postur Tadasana (postur gunung); (2) letakkan

kedua tangan di pinggul, bebankan berat tubuh pada telapak kaki kiri.

Angkat kaki kanan dari alas dan letakkan telapak kaki kanan pada paha

dalam kiri atau pada sisi dalam betis; (3) letakkan kedua tangan di depan

dada, dalam postur tangan Namaste Mudra (postur tangan berdoa). Tahan

dalam posisi ini selama 20-30 detik sambil berapas dalam; (4) perlahan

turunkan kaki dan lakukan dengan sisi lainnya.

d) Postur mengguatkan lengan

Otot punggung yang kuat dan lentur akan membantu menopang

janin yang semakin membesar dengan baik. Postur ini berguna untuk

menguatkan otot lengan, bahu, dan punggung, menghindarkan dari

bungkuk dan sakit punggung/pinggang serta melepaskan kepenatan dari

punggung. Salah satu posturnya adalah Setu Bandha Sarvangasana

(postur jembatan). Cara melakukan postur tersebut adalah: (1) berbaring

dengan kedua lutut ditekuk dan tumit ditarik sedekat meungkin ke arah

bokong. Renggangkan kedua lutut sejajar pinggul, dan tumit sejajar lutut.

Letakkan kedua lengan di samping tubuh dengan kedua tangan menempel

pada alas, meletakkan bantal atau alas di bawah pinggul agar lebih

nyaman; (2) tarik napas, angkat bokong dan punggung dari alas, dan

dekatkan dada ke dagu, jalin jari-jari tangan di bawah tubuh dan tekan

lengan ke alas. Tahan dalam posisi ini selama 3 detik sampai 1 menit

sambil bernapas perlahan dan dalam; (3) buang napas, perlahan turunkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
24

punggung pada alas; (4) gerakan penyeimbangan berguna untuk

menyeimbangkan kondisi otot dan melepaskan ketegangan dari pinggang,

yaitu dengan menekuk lutut ke arah dada (sambil meregangkan lutut

lebar) dan peluk kedua lutut. Ayun tubuh ke kiri dan kanan selama

beberapa kali.

e) Postur melenturkan dan menguatkan panggul

Otot dasar panggul (perineum) adalah otot yang saling terjalin

menyangga dasar panggul. Melakukan postur berikut ini secara lembut

akan melatih otot dasar panggul, menguatkan menopang perut dan organ

tubuh dalam seiring pertumbuhan janin, serta menghindarkan dari wasir

dan kandung kemih yang lemah pada akhir kehamilan. Berikut adalah

salah satu postur untuk melenturkan dan menguatkan panggul yaitu

postur duduk tumit menempel ke lutut: (1) duduk pada alas atau pada

ujung bantal dalam postur Sukhasana (postur duduk mudah); (2) lipat

kaki, letakkan tumit kanan diatas lutut kiri dan lutut kanan diatas tumit

kiri; (3) tarik napas, rentangkan kedua ke depan dan panjangkan tulang

punggung; (4) buang napas, tundukkan wajah sedekat mungkin ke alas

pada balok yoga atau tumpukan buku. Beristirahat dalam posisi ini

selama 30 detik sampai 1 menit sambil bernapas, jaga agar punggung

tidak membungkuk; (5) tarik napas, kembali duduk, lepaskan lipatan kaki

dan lakukan dengan sisi lainnya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25

2) Gerakan yoga untuk trimester II adalah sebagai berikut:

a) Postur restoratif

Postur beristirahat miring merupakan modifikasi Savasana yaitu

postur berbaring yoga klasik. Seiring dengan pertumbuhan janin posisi

terlentang akan tidak nyaman bagi ibu hamil karena beban rahim akan

semakin menekan ke tulang punggung bagian bawah dan menyebabkan

sakit punggung/pinggang. Rahim yang semakin membesar juga akan

mendorong organ pencernaan ke rongga dada hingga menyebabkan sesak

napas. Cara melakukan postur ini adalah sebagai berikut: (1) berbaring

miring ke samping kiri. Tekuk lutut kanan dan sangga lutut dengan

bantal. Biarkan kaki kiri dalam posisi lurus; (2) istirahatkan kepala dalam

posisi miring pada bantal lainnya. Letakkan tangan kanan di atas perut

dan siku kiri pada alas, lakukan posisi ini selama ibu merasa nyaman

disertai bernapas dalam.

b) Postur pahlawan

Postur ini bermanfaat untuk meningkatkan stamina dan daya tahan

tubuh, menguatkan otot jantung, melancarkan pencernaan, serta

menguatkan otot-otot tubuh pada kaki, paha, dasar panggul, lengan, bahu,

dan punggung. Salah satu postur pahlawan adalah postur Virabhadrasana

1 (postur pejuang kuat), cara melakukan postur tersebut adalah sebagai

berikut: (1) berdiri tegak dengan kedua kaki diregangkan lebih lebar

daripada bahu. Arahkan kaki kiri ke laur dan kaki kanan ke dalam

sehingga sejajar dengan kaki kiri. Arahkan tubuh sepenuhnya menghadap


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
26

ke kiri. Tempelkan kedua telapak tangan didepan dada; (2) tarik napas,

rentangkan kedua tangan ke atas; (3) buang napas, tekuk lutut kiri hingga

sejajar dengan tumit kiri. Mata menatap lurus ke depan. Tahan dalam

posisi ini selama 15-30 detik; (4) tarik napas, kembali luruskan kaki kiri.

Buang napas, tangan kembali pada pinggul. Lakukan dengan sisi lainnya.

c) Postur menguatkan lengan dan punggung

Vasishtasana (postur pesawat miring) adalah salah satu postur

yang bermanfaat untuk menguatkan lengan, kaki, punggung bagian atas,

dan tubuh bagian samping. Postur ini baik untuk meningkatkan stamina,

semangat dan menajamkan pikiran. Langkah-langkah melakukan postur

tersebut adalah: (1) dari postur merangkak. Luruskan kaki kanan ke

belakang dan tempelkan jari kanan pada alas. Buang napas, turunkan

tumit kiri ke arah dalam pada alas; (2) tarik napas, miringkan tubuh ke

kiri. Letakkan tangan kanan pada pinggul kanan dan jaga agar kedua bahu

sejajar; (3) tarik napas, rentangkan tangan kanan hingga sejajar dengan

bahu kanan. Mata menatap lurus ke depan atau mengadah menatap

punggung tangan kanan. Tahan dalam posisi ini selama 15-30 detik

sambil bernapas perlahan; (4) buang napas, perlahan turunkan tangan ke

alas, kembali pada postur merangkak. Lakukan dengan sisi lainnya.

d) Postur melenturkan dan menguatkan panggul

Bilikasana 3 (postur peregangan kucing variasi 3) merupakan

salah satu postur melenturkan dan menguatkan panggul yang bermanfaat

untuk menguatkan otot punggung bagian bawah dan melenturkan otot


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
27

panggul depan serta melepaskan ketegangan pada punggung. Cara

melakukan postur tersebut adalah sebagai berikut: (1) posisi postur

merangkak, letakkan kedua tangan di bawah bahu dengan jari-jari tangan

di regangkan. Letakkan kedua lutut di bawah pinggul, jaga agar tulang

punggung tidak membungkuk dan juga tidak melengkung; (2) angkat kaki

kanan dalam posisi menekuk 90 derajat, tarik napas luruskan kaki ke arah

atas, dorong dada ke depan, mata menatap ke depan atau ke atas, bernapas

perlahan sambil menahan posisi ini selama 15 detik; (3) buang napas,

tekuk lutut dan tarik lutut ke bawah tubuh. Bungkukkan punggung dan

tarik kening ke arah lutut. Tahan sambil bernapas normal selama 15 detik;

(4) perlahan turunkan lutut kembali ke postur merangkak. Lakukan

dengan sisi lainnya.

3) Gerakan yoga untuk trimester III sebagai berikut:

a) Postur restoratif-mudhasana (postur anak)

Postur Mudhasana bermanfaat untuk mengistirahatkan otot

punggung dan organ perut bagian dalam, meringankan mual, dan sakit

punggung, meredakan ketegangan serta mengembalikan rasa nyaman.

Pada trimester III janin akan semakin membebani tulang punggung

bawah ibu hamil. Postur Mudhasana adalah adalah salah satu postur

beristirahat yang dapat memindahkan beban dari punggung ibu hamil.

Postur ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: (1) duduk diatas tumit

dan meregangkan lutut sedikit lebih lebar hingga sejajar pinggul yang

berguna untuk mengakomodasi perut ibu hamil yang semakin membesar;


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
28

(2) membuang napas secara perlahan dan mencondongkan tubuh ke

depan dan mengistirahatkan kening diatas tumpuan kedua tangan (3)

memejamkan mata dan menarik napas secara dalam, melakukan posisi ini

selama yang diinginkan dan senyaman mungkin; (4) menarik napas dan

perlahan kembali duduk diatas tumit.

b) Postur berdiri-Utkatasana (postur kursi)

Postur yoga Utkasana dikenal juga sebagai postur dewi yang

bermanfaat untuk menguatkan sekaligus melenturkan otot-otot dasar

panggul, menguatkan kaki, dan membangkitkan rasa berani, antara lain:

(1) berdiri dengan kedua kaki diregangkan lebih lebar dari pinggul.

Mengarahkan jari-jari kaki ke arah luar dan meletakkan kedua tangan

pada pinggul; (2) menarik napas, memanjangkn tulang punggung

kemudian membuang napas; (3) menekuk lutut hingga sejajar dengan

tumit, memastikan lutut tertarik keluar dan tulang ekor masuk; (4)

mencondongkan tubuh sedikit ke depan dan meletakkan kedua tangan

diatas paha; (5) mempertahankan posisi ini sambil bernapas secara

perlahan dan melakukannya selama ibu hamil merasa nyaman. Pada saat

mempertahankan posisi ibu bisa merentangkan tangan ke samping dan

menekuk siku; (6) menarik napas dan perlahan mengembalikan posisi

lutut menjadi lurus kemudian buang napas serta merapatkan kedua kaki

kembali; (7) postur ini dilakukan 2 kali.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
29

c) Postur melenturkan dan menguatkan panggul-postur berjongkok

Posisi berjongkok merupakan salah satu posisi yang ideal untuk

melahirkan karena akan memaksimalkan tekanan didalam panggul untuk

melahirkan bayi serta menjaga otot-otot dasar panggul agar tetap relaks

selama proses melahirkan. Postur berjongkok bermanfaat untuk

mengencangkan sekaligus melenturkan otot dasar panggul, meningkatkan

kelenturan lutut dan pinggul, melancarkan pencernaan, serta melancarkan

sirkulasi darah ke kaki. Berikut adalah teknik melakukan postur

berjongkok: (1) dari posisi berdiri, regangkan kedua kaki sedikit lebih

lebar daripada pinggul, dan mengarahkan jari kaki ke arah luar dan tumit

ke arah dalam; (2) menekuk lutut dan perlahan pinggul turun ke alas (atau

bangku pendek). Kemudian meletakkan kedua tangan pada alas didepan

tubuh atau diatas lutut. Mempertahankan posisi tulang ekor agar tetap

tertarik ke dalam. Mempertahankan posisi tulang ini sambil tetap

bernapas dalam selama 1 menit. Meletakkan tangan pada lutut, dan

menekan tangan seraya kembali berdiri.

3. Konsep Kecemasan

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau

takut mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal tidak mengerti

mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat

diidentifikasi sebagai stimulus kecemasan. Kecemasan merupakan alat

peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Videbeck,


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
30

2008). Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

tidak dapat dibenarkan yang disertai gejala fisiologis, sedangkan pada

gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (Direja, 2012).

Gangguan kecemasan disebabkan oleh situasi atau objek yang

sebenarnya tidak membahayakan yang mengkibatkan situasi atau objek tersebut

dihindari secara khusus atau dihadapi dengan perasaan terancam. Kecemasan

adalah keadaan yang menggambarkan suatu pengalaman subyektif mengenai

ketegangan mental, kesukaran dan tekanan yang menyertai suatu konflik atau

fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada hubungannya berbagai

perasaan (Stuart dan Sundeen, 2007). Menurut Ibrahim (2012) kecemasan dapat

muncul dalam beberapa bentuk, yaitu:

1) Gangguan obsesif kompulsif. Melakukan pertimbangan, kesan atau

rangsangan secara berulang kali dan dilakukan melalui elaborasi dan

seringkali membahayakan.

2) Gangguan stres pasca trauma. Gangguan ini terjadi secara berulang yang

disebabkan oleh kecemasan sebagai akibat peristiwa yang mengerikan yang

pernah dialaminya.

3) Gangguan panik. Serangan tidak dapat diduga muncul dalam bentuk

kecemasan akut, yang berlangsung dalam waktu 10 menit. Panik terjadi

dalam situasi keluarga atau hal lain misalnya keramaian atau situasi lainnya

dalam elevator (tangga berjalan).

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
31

a. Mekanisme adaptasi fisiologi kecemasan

Tanda pertama dari rasa takut, marah, frustasi, trauma atau penyakit

pada tubuh pertama diterima oleh syaraf sensoris yang disebut organ

sensoris seperti mata, telinga, lidah dan kulit yang terletak dibagian luar

tubuh. Tanda-tanda peringatan ini diteruskan oleh syaraf ke hipotalamus dan

korteks serebral. Hipotalamus mengontrol fungsi otomatis seperti pengaturan

suhu tubuh, keseimbangan cairan dan hormon yang berperan penting dalam

pemeliharaan hemoestasis tubuh. Korteks serebral terlibat dalam fungsi ini

untuk meningkatkan kesadaran seseorang terhadap kecemasan yang

dihadapinya agar individu dapat segera bereaksi terhadap kecemasan.

Kedua pusat dalam otak ini terlibat untuk mengadakan reaksi

adaptasi terhadap kecemasan baik secara fisiologis maupun psikologis.

Kombinasi kedua reaksi ini merupakan usaha tubuh untuk melindungi diri

terhadap kecemasan dengan cara mengeluarkan tenaga cadangan untuk

melindungi diri terhadap kecemasan dengan cara mengeluarkan tenaga

cadangan yang diperlukan dalam beradaptasi. Dalam tahap ini, semua sistem

organ dalam keadaan siaga dan siap untuk bertempur dan melarikan diri dari

kecemasan. Jantung bekerja lebih kencang untuk meningkatkan curah

jantung dan mengatur kadar oksigen serta gizi yang diperlukan untuk

mengeluarkan energi. Detak jantung bertambah cepat untuk meningkatkan

jumlah oksigen yang diperlukan. Pembuluh darah meningkatkan kontraksi

untuk membantu kerja peredaran darah. Otot-otot berkontraksi sehingga

kaki, tangan dan punggung siap untuk bertindak jika perlu untuk melindungi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
32

tubuh terhadap ancaman. Produksi keringat meningkat sebagai hasil

peningkatan suhu tubuh yang dikeluarkan melalui mulut. Hipotalamus

merangsang sistem endokrin yang mengontrol kerja kelenjar hipofisis.

Reaksi ini menyebabkan peningkatan produksi hormon yang mempengaruhi

sebagian besar organ tubuh (Ganong, 2005).

b. Teori kecemasan

Stuart dan Sundeen (2007) menjelaskan toeri penyebab kecemasan yaitu:

1) Teori psikoanalitik. Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi

antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan super ego

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikembangkan oleh norma

budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada

bahaya.

2) Teori interpersonal. Kecemasan timbul dari perasaan takut atau tidak

mampu untuk berhubungan secara interpersonal serta sebagai akibat

terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.

Kecemasan dihubungkan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.

3) Teori perilaku. Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala

sesuatu yang menganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku

adalah suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
33

khusus baik yang dilakukan secara sadar maupun tanpa sadar. Green

menempatkan akar perilaku dalam kelompok faktor, yaitu:

(1) Faktor pendorong (predisposing) adalah faktor pencetus timbulnya

perilaku, pikiran dan motivasi untuk berperilaku.

(2) Faktor pemungkin (enabling) adalah faktor yang memungkinkan

timbulnya perilaku sehingga motivasi atau pikiran menjadi kenyataan.

Termasuk didalamnya adalah lingkungan fisik dan sumber yang ada

di masyarakat.

(3) Faktor penguat (reinforcing) adalah faktor yang merupakan sumber

pembentukan perilaku yang berasal dari orang lain yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku, seperti misalnya keluarga, teman

dan guru.

4) Teori biologik. Dalam otak terdapat reseptor spesifik terhadap

benzodiazepine, dimana reseptor ini dapat mengatur timbulnya

kecemasan.

5) Kajian keluarga. Menunjukkan bahwa kecemasan merupakan hal yang

biasa ditemui dalam suatu keluarga.

6) Faktor presipitasi. Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat

diletakkan pada kehidupan manusia dalam memelihhara keseimbangan.

Pengalaman ansietas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan

hubungan interpersonal.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
34

c. Tingkat kecemasan

Stuart dan Sundeen (2007) menjelaskan klasifikasi tingkat kecemasan

dibedakan mejadi empat, yaitu:

1) Tingkat kecemasan ringan, ditandai dengan: (1) respon fisiologis seperti

ketegangan otot ringan, sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah

naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar; (2)

Respon kognitif seperti lapang pandang meluas, memotivasi untuk

belajar, kesadaran yang pasif pada lingkungan, mampu menerima

rangsangan yang komplek, konsentrasi pada masalah; (3) respon

perilaku dan emosional seperti tidak dapat duduk dengan tenang, suara

melemah, otot-otot wajah relaksasi, mampu melakukan

kemampuan/keterampilan permainan serta otomatis ada perasaan aman

dan nyaman.

2) Tingkat kecemasan sedang; (1) respon fisiologis seperti peningkatan

ketegangan dalam batas toleran, napas sering pendek, nadi dan tekanan

darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, dan

gelisah; (2) respon kognitif seperti lapang persepsi menyempit,

rangsangan luar otak tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang

menjadi perhatiannya; (3) respon perilaku dan emosional seperti

gerakan tersentak-sentak (meremas-remas tangan, bicara banyak dan

bicara lebih cepat, susah tidur, perasaan tidak aman.

3) Tingkat kecemasan berat; (1) respon fisiologis seperti napas pendek-

pendek, tekanan darah meningkat, diaphoresis, mulut kering, ingin


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
35

buang air kecil, hilang nafsu makan, perubahan sensori seperti

penurunan kemampuan mendengar, nyeri, pupil dilatasi, ketegangan

otot dan kaku, pengelihatan kabur; (2) respon kognitif seperti lapang

persepsi sangat menyempit, sulit memecahkan masalah, fokus pada satu

hal; (3) respon perilaku dan emosional seperti meremas tangan, jalan

bolak-balik, perasaan mual dan kecemasan mudah meningkat dengan

stimulus baru seperti suara. Bicara cepat atau mengalami blocking,

menyangkal, dan depresi, perasaan ancaman meningkat.

4) Tingkat panik

Pada tahap ini individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan

tidak memberikan respon meskipun diberikan pengarahan dan tuntunan;

(1) respon fisiologis seperti napas pendek, pucat, dapat terjadi hipotensi,

berespon terhadap nyeri, bising dan stimulus eksternal menurun, rasa

tercekik dan palpitasi. Koordinasi motorik buruk, penurunan aliran

darah ke otot skeletal; (2) respon kognitif seperti lapang persepsi sangat

emosiona;, tidak terkontrol, gangguan berpikir secara logis, tidak

mampu memecahkan masalah; (3) respon perilaku dan emosional

seperti marah, takut dan segan, tingkah laku tidak seperti biasa seperti

menangis dan mengigit, suara menjadi lebih tinggi, lebih keras, bicara

cepat, kehilangan kendali dan kontrol diri.

d. Respon terhadap kecemasan

Stuart dan Sundeen (2007) menjelaskan respon individu terhadap

kecemasan meliputi respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
36

1) Respon fisiologis terhadap kecemasan antara lain: (1) kardiovaskuler

Responnya berupa palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat

atau menurun, rasa mau pingsan, dan denyut nadi menurun; (2)

pernapasan. responnya berupa napas cepat dan dangkal, napas pendek,

tekanan pada dada, pembengkakan pada tenggorokkan, sensasi tercekik

dan terengah-engah; (3) neuromuskuler responnya berupa reflex

meningkat reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, wajah

tegang, kelemahan umum, kaki goyang, dan gerakan yang janggal; (4)

gastrointestinal responnya berupa kehilangan nafsu makan, menolak

makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual dan diare; (5) traktus

urinarius responnya berupa sering berkemih, tidak dapat menahan BAK

(buang air kecil); (6) kulit responnya berupa wajah kemerahan,

berkeringat setempat (telapak tangan), gatal, rasa panas dan dingin pada

kulit, wajah pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.

2) Respon perilaku

Respon perilaku berupa gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara

cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cidera, menarik diri dari

hubungan interpersonal, menghalangi, dan menghindar dari masalah.

3) Kognitif

Responnya berupa konsentrasi terganggu dan pelupa, salah dalam

memberikan penilaian, hambatan berpikir, kreatifitas dan produktifitas

menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
37

kehilangan objektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran

visual, takut cidera atau kematian.

4) Afektif

Respon kecemasan pada afektif adalah mudah terganggu, tidak sabar,

gelisah, tegang, ketakutan, gugup, waspada, kengerian, kekhawatiran,

kecemasan, mati rasa, rasa bersalah dan malu. Menurut Suliswati (2005)

respon afektif klien akan mengekspresikan dalam bentk kebingungan

dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.

e. Faktor pencetus kecemasan dalam kehamilan

1) Faktor internal, individu dalam merespon terhadap kecemasan

ditentukan oleh: (1) umur. Menurut Prawirohardjo (2008), kehamilan

dan persalinan yang aman adalah usia 20-30 tahun, yaitu pada usia

reproduksi sehat. Soerang wanita yang umurnya kurang dari 20 tahun

mungkin sudah matang secara seksual, namun belum matang secara

emosional dan sosial. Usia ikut menentukan tingkat kecemasan, yaitu

kecemasan sering terjadi pada golongan usia muda. Menurut Hamilton

(2005) faktor umur yang muda lebih muda menderita stres dari pada

umur tua. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa usia muda (< 20

tahun) dikaitkan dengan tingkat kecemasan yang lebih tinggi (Arch,

2013), dan peneliti lain menemukan ada hubungan antara umur ibu dan

kecemasan kehamilan (Saisto et al, 2008); (2) pendidikan. Ibu hamil

dengan latar belakang pendidikan tinggi cenderung mengalami tingkat

kecemasan lebih rendah dibanding ibu hamil dengan latar belakang


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
38

pendidikan rendah (Robbins dan Dunkel, 2011). Penelitian yang

dilakukan oleh WHO, menyatakan bahwa tingkat pendidikan menengah

ke bawah cenderung mendapat kecemasan daripada tingkat pendidikan

menengah ke atas. Hal tersebut dikarenakan responden yang

berpendidikan menengah ke atas berpikir lebih objektif dan berwawasan

luas serta lebih mampu memikirkan penjelasan masalahnya (Michati

dalam Meiliya, 2000 cit Septiyaningsih, 2015); (3) status ekonomi dan

pekerjaan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan

kuantitas maupun kualitas kesehatan sehingga ada hubungan yang erat

antara pendapatan dengan keadaan kesehatan seseorang, pendapatan

seseorang yang baik tidak menjamin suatu kondisi yang selalu dapat

menunjang kebutuhan bagi keadaan kesehatan seseorang menjadi

memadai atau tercukupi (Supriadi, 2005). Menurut Husodo dalam

Sutantinah (2003), menyatakan bahwa pekerjaan juga berpengaruh

dalam menentukan stressor seseorang, dimana seseorang yang

mempunyai banyak aktivitas bekerja diluar rumah memungkinkan

mendapat pengaruh dari teman dan berbagi informasi serta pengalaman

orang lain. Hal tersebut dapat mempengaruhi cara pandang seseorang

dalam menerima stressor dan mengatasinya; (4) paritas. Ibu

multigravida memiliki tingkat kecemasan lebih rendah dibandingkan

ibu primigravida (Gurung et al, 2009). Pengalaman melahirkan

sebelumnya dapat menurunkan kecemasan dalam menjalani persalinan

berikutnya. Graviditas merupakan frekuensi kehamilan yang pernah ibu


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
39

alami (Bobak, 2004), bagi primigravida kehamilan yang dialaminya

merupakan pengalaman pertama kali, sehingga pada trimester III

dirasakan semakin mencemaskan karena sudah mendekati proses

persalinan. Ibu akan cenderung merasa cemas dengan kehamilannya,

merasa gelisah, dan takut menghadapi persalinan, mengingat

ketidaktahuan menjadi faktor penunjang terjadinya kecemasan.

Sedangkan ibu yang pernah hamil sebelumnya (multigravida),

kecemasan berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang

dialaminya; (5) Potensi stressor yaitu suatu peristiwa yang menyebabkn

perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa

mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya;

(6) maturasi (kematangan) yaitu kematangan kepribadian dari seorang

individu akan lebih sulit mengalami gangguan akibat stres, karena

mempunyai daya adaptasi yang besar terhadap stressor yang timbul; (7)

kondisi medis, (8) tipe kepribadian meliputi ciri-ciri individu yang

mudah mengalami gangguan stres yaitu tidak sabar, kompettitif,

ambisius ingin serba sempurna, merasa terburu waktu, sangat setia

(berlebihan terhadap pekerjaan), mudah tersinggung, otot-otot mudah

tegang; (9) jenis kelamin umumnya wanita lebih mudah mengalami

stres, tetapi usia harapan hidup wanita lebih tinggi dari pada pria; (10)

lingkungan yang dapat mempengaruhi cara berpikir individu tentang

diri sendiri maupun orang lain.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
40

2) Faktor eksternal

a) Ancaman terhadap integritas fisik. Merupakan ketidakmampuan

fisiologis atau penurunan kapasitas seseorang untuk melakukan

aktifitas sehari-hari, meliputi sumber eksternal bisa disebabkan oleh

infeksi virus atau bakteri, polusi, lingkungan, ancaman keselamatan,

injuri, sedangkan sumber internal merupakan kegagalan mekanisme

fisik seseorang seperti jantung, sistem imun, termoregulator

menurun, perubahan biologis normal seperti kehamilan (Stuart dan

Sundeen, 2007).

b) Ancaman terhadap self esteem. Merupakan suatu yang terjadi yang

dapat merusak identitas harapan diri dan integritas fungsi sosial,

meliputi sember eksternal, yaitu berbagai kehilangan seperti

kehilangan orang tua, teman dekat, perceraian, perubahan status

pekerjaan, pindah rumah, tekanan sosial, sedangkan sumber internal

yaitu kesulitan dalam berhubungan interpersonal didalam rumah,

ditempat kerja dan didalam masyarakat (Stuart dan Sundeen, 2007).

f. Pengukuran kecemasan

Menurut Hawari (2006) kecemasan dapat diukur dengan

menggunakan alat ukur yang disebut HARS (Hamilton Rating Scale for

Anxiety). Skala ini adalah pengukuran kecemasan yang didasarkan pada

munculnya simptom pada individu yang mengalami kecemasan. Menurut

skala HARS ada 14 simptom yang nampak pada individu yang mengalami

kecemasan. Setiap item yang diobservasi diberi 5 tingkatan skor antara 0


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
41

sampai dengan 4. Skala HARS pertama kali diperkenalkan oleh Max

Hamilton dan sekarang telah menjadi standar dalam pengukuran kecemasan

terutama pada penelitian trial clinic.

Skala HARS telah dibuktikan memiliki validitas dan reabilitas cukup

tinggi untuk melakukan pengukuran kecemasan pada penelitian trial clinic

yaitu 0,93 dan 0,97. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengukuran

kecemasan dengan menggunakan HARS akan diperoleh hasil yang valid

dan reliabel. Skala HARS penilian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi:

1) perasaan cemas firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung, 2) ketegangan merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah

terganggu dan lesu, 3) ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang

asing, bila tinggal sendiri dan takut pada binatang besar, 4) gangguan tidur:

sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas dan

bermimpi buruk, 5) gangguan kecerdasan: penurunan daya ingat, mudah

lupa dan sulit konsentrasi, 6) perasaan depresi: hilangnya minat,

berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, perasaan tidak menyenangkan

sepanjang hari, 7) gejala somatik: nyeri pada otot-otot dan kaku, gertakan

gigi, suara tidak stabil dan kedutan otot, 8) gejala sensorik: perasaan

ditusuk-tusuk, pengelihatan kabur, muka merah dan pucat serta merasa

lemah, 9) gejala kardiovaskuler: takikardi, nyeri di dada, denyut nadi

mengeras dan detak jantung hilang sekejap, 10) gejala pernapasan: rasa

tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas panjang, 11)

gejala gastrointestinal: sulit menelan, obstipasi, berat badan menurun, mual


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
42

dan muntah, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, perasaan panas

diperut, 12) gejala urogenital: sering kencing, tidak dapat menahan kencing,

aminore, ereksi lemah atau impotensi, 13) gejala autonomy: mulut kering,

mudah berkeringat, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit

kepala, 14) perilaku sewaktu wawancara: gelisah, jari-jari gemetar,

mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat dan

napas pendek dan cepat.

4. Konsep Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan (graviditas) yaitu dimulai dengan konsepsi dan berakhir

dengan permulaan persalinan (Mochtar, 2011). Kehamilan merupakan

pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsep dan

berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2010). Kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta

perubahan sosial didalam keluarga (Prawirohardjo, 2010).

Kehamilan dibagi menjadi tiga periode, yaitu trimester I (minggu 1-

14 minggu) merupakan risiko tinggi terjadinya keguguran (kematian alami

embrio atau janin), trimester II (minggu 14-28) perkembangan janin dapat

dimonitor dan didiagnosa, sedangkan pada trimester III (minggu 28-40)

menandakan awal viabilitas, yang berarti janin dapat tetap hidup bila terjadi

kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan (Winkjosastro, 2010).


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
43

b. Perubahan fisiologis pada ibu hamil

Perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan, yaitu (Bobak 2004):

1) Vagina dan vulva

Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan.

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak

lebih merah dan kebiru-biruan (tanda Chadwicks). Pada bulan terakhir

kehamilan, cairan vagina mulai meningkat dan lebih kental.

2) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai

persiapan memberikan Air Susu Ibu (ASI) pada laktasi. Perkembangan

payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan

yaitu estrogen, progesteron dan somatomammotropin.

3) Sirkulasi darah

Setelah kehamilan diatas 30 minggu, terdapat kecenderungan

peningkatan tekanan darah, sama halnya dengan pembuluh darah yang

lain, vena tungkai juga mengalami distensi, karena terjadi obstruksi

aliran balik vena akibat tingginya tekanan darah vena yang kembali dari

uterus dan akibat mekanik dari uterus pada vena cava. Keadaan ini

menyebabkan varises pada vena tungkai dan kadang-kadang pada vena

vulva pada wanita yang rentan.

4) Sistem respirasi

Usia kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil akan merasa susah

bernapas karena bayi yang berada dibawah diafragma menekan paru-


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
44

paru ibu. Namun, setelah kepala bayi turun ke rongga panggul biasanya

2-3 minggu sebelum persalinan, ibu akan merasa lega dan lebih mudah

bernapas. Selain itu juga rasa terbakar didada (heartburn) biasanya akan

ikut hilang, karena tekanan bagian tubuh bayi di bawah iga ibu sudah

berkurang.

5) Sistem pencernaan

Pengaruh estrogen menyebabkan pengeluaran asam lambung meningkat

yang dapat menyebabkan pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi),

daerah lambung terasa panas, morning sickness, dan mual muntah.

Peningkatan progesteron menyebabkan kehilangan tonus otot dan

penurunan peristaltik (konstipasi) yang menyebabkan absorpsi air di

usus besar meningkat.

6) Sistem perkemihan

Akhir kehamilan biasanya muncul keluhan urinary frequency, yaitu

peningkatan sensitivitas kandung kemih karena pembesaran uterus yang

menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih walaupun

kandung kemih hanya berisi sedikit urin.

c. Perubahan psikologis pada ibu hamil

Perubahan psikososial pada kehamilan terjadi respon terhadap

gangguan fisiologis yang terjadi dan terhadap peningkatan tanggung jawab

yang berhubungan dengan kehadiran individu baru yang belum mampu

mandiri. Trimester III merupakan klimaks kegembiraan emosi menanti

kelahiran bayi. Sekitar bulan ke-8 terdapat periode tidak semangat dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
45

depresi, ketika bayi membesar dan ketidaknyamanan bertambah sehingga

menyebabkan calon ibu mudah lelah dan tergantung pada pasangan atau

orang lain di sekitarnya. Calon ibu lebih menjadi introspektif dan mulai

banyak memikirkan dan mencemaskan persalinan, kelahiran, dan bayinya.

Kecemasan menghadapi persalinan membuat ibu mulai protektif terhadap

bayi yang sedang berkembang dan mencoba menghindari hal-hal yang

dapat melukai kesejahteraannya (Hamilton 1995 cit Astria, 2009).

Ibu hamil trimester III mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit

dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Ibu mulai

merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian

khusus yang diterima selama hamil. Dua minggu sebelum melahirkan,

sebagian besar wanita mulai mengalami perasaan senang, jika tidak

berkembang masalah maka kegembiraan ini terbawa sampai proses

persalinan, suatu periode dengan stres yang tinggi. Reaksi calon ibu

terhadap persalinan ini secara umum tergantung pada persiapan dan

persepsinya terhadap kejadian ini (Hamilton 1995 cit Astria, 2009).

Kecemasan tersebut merangsang otak terutama korteks cerebri, amigdala

dan hipokampus. Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui

perubahan fisiologis perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya

gejala atau mekanisme coping sebagai upaya melawan kecemasan (Kaplan

dan Sadock, 1998). Hipotalamus bereaksi melalui dua jalur yaitu Hipofisis

Pituitary Adrenal (HPA) yang kemudian merangsang korteks adrenal untuk

mengeluarkan hormone kortisol sedangkan jalur Sympathetic Adrenal


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
46

Medullary (SAM) yang kemudian merangsang medulla adrenal untuk

mengeluarkan hormone katekolamin (Djohan, 2006 dan Rachmawati,

2005).

d. Kecemasan pada kehamilan

1) Trimester I. pada sebagian wanita, reaksi psikologi dan emosional

pertama adalah kecemasan, ketakutan, dan kepanikan. Dimana

kecemasan akibat dari adaptasi terhadap perubahan habitus tubuhnya,

rahim yang mulai membesar, perubahan pada payudara dapat memicu

kecemasan pada ibu hamil (Mochtar, 2011).

2) Trimester II. Pergerakan janin yaitu persepsi ibu hamil tentang

pergerakan janin yang terjadi antara minggu ke 16-20. Pergerakan janin

ini mendorong gambaran mental ibu tentang kepercayaan adanya jenis

kelamin pada janin, kepercayaan ini pada umumnya dapat menjadi

penyebab kecemasan.

3) Trimester III. Tiga bulan terakhir kecemasan mulai meningkat akibat

persepsi persalinan yang menghasilkan rasa sakit dan risiko pada status

kesehatan dan semakin meningkat sampai persalinan tiba.

e. Akibat kecemasan dalam kehamilan. Kecemasan memiliki dampak ke ibu

dan juga janin sebagaimana diungkapkan Johan (2008) dan Mona (2012),

yaitu: meningkatnya risiko aborsi, meningkatnya risiko lahir prematur, berat

badan bayi lahir rendah, cacat pada janin, keterlambatan pertumbuhan janin,

depresi post partum dan gangguan mental pada anak.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
47

f. Metode untuk mengurangi kecemasan dalam kehamilan. Ryan (2013)

mengidentifikasi metode untuk mengurangi kecemasan menjadi dua, yaitu

farmakologikal (obat-obatan) dan non farmakologikal (mind-body

interventions) seperti penambahan pengetahuan (psychoeducation), self

awereness dengan cara hypnosis, tai-chi, senam hamil, yoga, meditasi dan

relaksasi.

g. Persiapan pra persalinan

1) Persiapan mental

Ibu akan mengalami berbagai konflik emosi pada minggu-minggu

akhir kehamilan. Ibu akan mudah tersinggung dan capek saat menunggu

melahirkan, sedangkan dilain pihak ibu akan menikmati saat-saat

terkahir kebebasan tanpa harus diganggu kewajiban sebagai ibu

(Ilmiasih, 2010). Depresi pra persalinan biasanya disebabkan oleh

perubahan tubuh dan ketidaknyamanan, serta akibat kecemasan menanti

persalinan. Depresi semacam ini biasanya terjadi tiba-tiba dan mudah

hilang, sehingga tentunya akan sangat membantu apabila si ibu

menceritakan pada pasangannya, dokter, atau orang lain. Ibu hamil

dengan janin letak sungsang untuk mengatasi rasa cemas tersebut selain

menceritakan kepada pasangannya, konsultasi dengan tim medis mereka

juga mencari tahu dengan membaca atau bertanya kepada ibu yang

mempunyai pengalaman yang sama.

Sesaat sebelum persalinan dimulai si ibu akan diliputi perasaan

tegang karena takut, gembira, atau keduanya. Menghadapi kondisi


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
48

seperti ini yang perlu dilakukan adalah menenangkan diri atau

melakukan kegiatan yang dapat membantu ibu untuk menenangkan diri,

misalnya membersihkan ruangan, memasak, membaca dan lain-lain

yang dapat mengurangi ketegangan saat persalinan (Ilmiasih, 2010).

2) Persiapan fisik

Persiapan fisik yang dapat dilakukan oleh ibu hamil dalam

menunggu persalinan saat persalinan diantaranya adalah melakukan

senam hamil ataupun yoga hamil yang dapat dimulai awal kehamilan

sampai saat persalinan atau melakukan latihan fisik yang dapat

memperkuat dasar panggul, tungkai dan telapak kaki, otot-otot perut dan

menjaga sikap tubuh. Latihan tersebut akan berguna pada saat

persalinan bahkan seandainya dilakukan bedah Caesar (Neil 2001 cit

Ilmiasih, 2010).

3) Persiapan finansial

Persiapan finansial menjadi masalah yang sangat penting jika

pada kehamilan terjadi suatu masalah yang tak terduga misalnya

sungsang, sehingga persalinan harus dengan operasi, untuk mengatasi

permasalahan ini maka pasangan atau keluarga menjadi komponen yang

diharapkan oleh calon ibu untuk membantu mengatasi kondisi ini.

B. Penelitian yang relevan

Wagey (2011), Judul senam hamil meningkatkan antioksidan enzimatik,

kekuatan otot panggul, kualitas jasmani dan menurunkan kerusakan oksidatif pada

wanita hamil. Tujuan penelitian mengetahui perubahan reaksi oksidatif pada


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
49

kehamilan mulai umur kehamilan 20 minggu, akibat perlakuan senam hamil

dihubungkan dengan hasil perubahan biomarker proses stres oksidatif dan lauaran

klinis berupa kekuatan otot-otot panggul dan kualitas jasmani. Rancangan

penelitian menggunakan randomized pretest-posttest control group design dengan

teknik pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan kriteria

inklusi wanita hamil umur kehamilan ≥ 20 minggu, umur 20-29 tahun, Hb ≥ 11

gr%, primigravida dan bersedia menjadi responden. Analisis data menggunakan

uji Mann Whitney. Hasil penelitian adalah terjadi peningkatan kadar antioksidan

enzimatik superxido dismutase (SOD), gluthathion peroxidase (GSGPx), dan

catalase (CAT) lebih tinggi secara signifikan masing-masing sebesar 1,36

mg/gHb; 1,14 IU/gHb dan 0,97 IU/gHb, pada kelompok perlakuan dibandingkan

dengan kelompok kontrol dengan nilai p < 0,05. Luaran klinis berupa kekuatan

otot-otot panggul dan kualitas jasmani juga ditemukan lebih baik pada kelompok

perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Aulia dan Hindun (2010). Pengaruh Senam Hamil Terhadap Proses

Persalinan Normal Di Klinik YK Madira Palembang. Tujuan penelitian adalah

untuk mengetahui pengaruh senam hamil terhadap proses persalinan. Rancangan

penelitian menggunakan case control dengan teknik sampel menggunakan random

sampling terdiri dari 66 ibu dengan persalinan normal dan 66 ibu persalinan tidak

normal. Hasil penelitian terdapat pengaruh yang bermakna antara senam hamil

dengan proses persalinan, ada hubungan yang signifikan antara APGAR skor berat

badan bayi lahir antara ibu yang senam hamil dan tidak senam hamil. Kesimpulan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
50

ada pengaruh senam hamil terhadap proses persalinan Klinik YK Madira

Palembang.

Ratnaningrum (2014). Pengaruh Senam Hamil Terhadap Denyut Jantung

Janin di Wilayah Kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten Semarang. Tujuan

penelitian mengetahui pengaruh senam hamil terhadap denyut jantung janin pada

ibu hamil. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan

rancangan non equivalent control design. Teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Analisis data menggunakan chi

square. Hasil penelitian pada kelompok intervensi denyut jantung janin yang baik

88,2% dan kurang baik 11,8%, sedangkan pada kelompok kontrol denyut jantung

yang baik 29,4% dan kurang baik 70,6% sehingga dapat di simpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara senam hamil terhadap denyut jantung

janin pada ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sumowono Kabupaten

Semarang.

Field et al (2014). Tai Chi/Yoga Reduces Prenatal Depression, Anxiety

And Sleep Disturbances. Tujuan penelitian mengeksplorasi efek dari tai chi/yoga

tehadap depresi, kecemasan dan gangguan tidur. Desain penelitian menggunakan

Randomized Control Trial dengan kriteria inklusi: memenuhi kriteria diagnostik

untuk depresi pada Structured Clinical Interview Depression (SCID),

primigravida, tidak ada komplikasi kehamilan, usia 18-37 tahun, tidak

menggunakan obat-obatan. Analisis data menggunakan Annova. Hasil penelitian

adalah yoga memberikan efek positif bagi ibu hamil dalam mengurangi stres dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
51

rasa sakit pada masa kehamilan. Pada kelompok tai chi/yoga stress menurun 32%

dan meningkat 7% pada kelompok kontrol. Kesimpulan yoga memiliki efek lebih

positif untuk ibu hamil dalam mengurangi stress, kecemasan dan gangguan tidur

pada ibu hamil.

Field et al (2012). Yoga and Massage Therapy Reduce Prenatal

Depression and Prematury. Tujuan penelitian menganalisis efektivitas yoga dan

terapi pijat dalam mengurangi depresi kehamilan dan prematuritas. Desian

penelitian menggunakan Randomized Control Trial, sampel penelitian 84 wanita

hamil yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu usia > 18 tahun, primigravida, tidak

ada komplikasi kehamilan, diagnosis depresi berdasarkan SCID (Structured

Clinical Interview For Depression). Sedangkan untuk kriteria ekslusi, yaitu

penyakit medis (diabetes, HIV), umur > 35 tahun, penggunaan obat-obatan dan

penyakit kejiwaan lainnya (misalnya, gangguan bipolar). Analisis data

menggunakan Annova. Hasil penelitian, menunjukkan peningkatan secara

signifikan lebih besar untuk kedua kelompok yaitu yoga dan terapi pijat bila

dibandingkan dengan kelompok kontrol dalam mengurangi depresi kehamilan dan

prematuritas. Adapun hasil penelitian sebagai berikut: 1) depresi ( F =

82.40, p <0.001); 2 kecemasan ( F= 26.23, p <0.001); 3) kemarahan (F=

14.59, p<0.001); 4) nyeri ( F = 39.06, p <0.001); 5) nyeri kaki ( F = 19.77, p >

0,001); dan 6) peningkatan nilai hubungan ( F = 7.88, p <0,001), usia kehamilan

preterm ( F = 18.83, p <0.001); dan 2) berat lahir yang lebih besar (F =

31.52, p <0.001) untuk kelompok yoga dan kelompok terapi pijat. Kesimpulan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
52

yoga dan terapi pijat secara signifikan lebih baik bila dibandingkan dengan

kelompok kontrol yang diberikan perawatan standar.

Hariyanto (2015), dengan judul pengaruh senam yoga terhadap tingkat

kecemasan ibu hamil trimester III di praktik bidan mandiri Kabupaten Boyolali.

Tujuan penelitian mengetahui pengaruh senam yoga terhadap tingkat kecemasan

ibu hamil trimester III, jenis penelitian menggunakan retrospektive experimental

dengan desain pretest-postest control group dengan jumlah sampel 30 ibu hamil

dengan kehamilan lebih dari 32 minggu, menggunakan teknik sampel, yaitu total

sampling. Hasil penelitian, yaitu terdapat pengaruh senam yoga terhadap tingkat

kecemasan ibu hamil trimester III di praktik bidan mandiri Kabupaten Boyolali.

Rusmita (2011), dengan judul pengaruh senam yoga selama kehamilan

terhadap kesiapan fisik dan psikologis dalam menghadapi persalinan pada ibu

hamil trimester III di RSIA Limijati Bandung. Tujuan penelitian mempelajari

pengaruh senam hamil yoga selama kehamilan terhadap kesiapan fisik dan

psikologis dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil trimester III. Desain

penelitian kohort retrospective study dengan teknik sampel purposive sampling,

jumlah sampel 96 sampel. Menggunakan analisis data chi square. Hasil penelitian

senam yoga dapat memperkuat asuhan keperawatan ibu hamil dalam

mempersiapkan fisik dan psikologis dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil

trimester III.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
53

C. Kerangka Teori

Senam hamil Yoga hamil

Kekuatan fisik Relaksasi tubuh Ketenangan tubuh


dan fleksibilitas dan pikiran Kesadaran diri
dan pikiran

Meningkatkan
kenyamanan
ibu hamil
Faktor eksternal: Faktor internal: potensi
Ancaman terhadap stressor, maturasi,
integritas fisik Kecemasan pendidikan, ekonomi,
Ancaman terhadap self fisik, tipe kepribadian,
esteem lingkungan dan situasi,
usia
1. Menurunkan kelahiran prematur
2. Menurunkan nyeri persalinan
3. Serviks mudah membuka saat
persalinan
4. Meningkatkan berat badan janin

Gambar 2.1. Kerangka Teori


Keterangan: kecemasan pada ibu adalah suatu keadaan emosional yang tidak

menyenangkan, yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang

menegangkan serta tidak diinginkan, yang dialami oleh ibu hamil. Kecemasan

tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ancaman integritas diri dan

ancaman sistem diri, serta faktor internal seperti potensi stressor, maturasi,

pendidikan, ekonomi, fisik, tipe kepribadian, lingkungan dan situasi dan usia.

Anjuran pada ibu hamil untuk mengikuti senam hamil dan yoga hamil dapat

berdampak positif dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu dalam menghadapi

persalinan. Senam hamil dan yoga hamil memberikan manfaat untuk ibu hamil,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
54

yaitu kekuatan fisik dan fleksibilitas, relaksasi tubuh dan pikiran, ketenangan

tubuh dan pikiran, dan kesadaran diri sehingga dapat memberikan kenyamanan ibu

selama kehamilan maupun proses persalinan. Berkurangnya kecemasan pada ibu

dapat menurunkan kelahiran prematur, menurunkan nyeri persalinan, serviks

mudah membuka saat persalinan dan meningkatkan berat badan janin.

D. Kerangka Konsep

Faktor eksternal: Faktor internal: potensi


Ancaman terhadap stressor, maturasi,
integritas fisik Ibu hamil dengan
pendidikan, ekonomi,
Ancaman terhadap kecemasan
fisik, tipe kepribadian,
self esteem lingkungan dan situasi,

Sympathetic Adrenal
Medullary (SAM) 
katekolamin
Hipofisis Pituitary Adrenal
(HPA)  kortisol

Senam hamil Kontrol Yoga hamil

Kecemasan Kecemasan Kecemasan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

1. Senam hamil dapat menurunkan kecemasan menghadapi persalinan.

2. Yoga hamil dapat menurunkan kecemasan menghadapi persalinan.

3. Tidak terdapat perbedaan efektivitas antara senam hamil dan yoga hamil dalam

menurunkan kecemasan menghadapi persalinan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
55

commit to user

Anda mungkin juga menyukai