Anda di halaman 1dari 5

ABSES

Sinus-sinus maksilaris, etmodialis, frontalis, dan sfenotalis, semuanya dapat


menyebabkan reaksi radang yang dapat menimbulkan abses. Sebagian contoh,
frontalis dapat menyebabkan abses periorbita atau apeks orbita; sinus frontalis dapat
juga menyebabkan abses periobita disertai proptosis. Pasien harus di terapi secara
aktif dan agresif dengan mulainya pembentukan abses. Harus dilakukan insisi dan
drainase yang sesuai . Secara khusus, apeks orbita dapat terlihat bersama abses
sphenoid atau etmoid serta dapat terjadi kebutaan permanent. Jadi reaksi radang
harus di terapi dengan giat. Konsultan ahli mata dan/ atau ahli bedah saraf harus di
panggil bila ada kemungkinan terjadinya komplikasi.

ETIOLOGI
Biasanya di sebabkan oleh staphylococcus.

DIAGNOSIS
1. Anamnesis
- Pendengaran menurun (Tuli).

TERAPI
Abses
1. Insisi abses
2. Antibiotik : Penisilin Prokain 2 X 0,6-1,2 juta IU i.m / hari dan metronidazol X
250 – 500mg oral / sup / hari.
Perawatan bersama dengan bagian bedah syaraf
Drainase abses oleh bagian bedah syaraf
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
Pengumpulan data
Riwayat
a). Identitas Pasien
b). Riwayat adanya kelainan nyeri
c). Riwayat infeksi saluran nafas atas yang berulang
d). Riwayat alergi

Pengkajian Fisik
Nyeri telinga
Perasaan penuh dan penurunan pendengaran
Suhu Meningkat
Malaise
Pemeriksaan dengan otoskop tentang stadium
Pengkajian Psikososial
Nyeri otore berpengaruh pada interaksi
Aktifitas terbatas
Takut menghadapi tindakan pembedahan
Pemeriksaan Laboratorium
pemeriksaan Diagnostik
Tes Audiometri : AC menurun
X ray : terhadap kondisi patologi
Misal : Cholesteatoma, kekaburan mastoid
Pemeriksaan pendengaran
Tes suara bisikan
Tes garputala
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri sehubungan dengan proses peradangan
Gangguan sensori / presepsi sehubungan dengan kerusakan pada submandibularis
Intoleransi aktifitas sehubungan dengan nyeri
Ansietas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan
pencegahan kekambuhan
Isolasi sosial sehubungan dengan nyeri
Resiko tinggi trauma sehubungan dengan gangguan presepsi pendengaran
kurangnya pengetahuan mengenai pengobatan dan pencegahan kekambuhan

INTERVENSI KEPERAWATAN
Memberikan rasa nyaman
1. Mengurangi rasa nyreri
 Beri aspirin/analgesik sesuai instruki
 Kompres dingin di sekitar area
 Atur posisi
 Beri sedatif sesuai indikasi
Mencegah penyebaran infeksi
Observasi tanda – tanda infeksi lokal
Ajarkan klien tentang pengobatan
Amati penyebaran infeksi pada otak :
To, menggigil, kaku kuduk.
Monitor gangguan sesori
 Catat status pendengaran.
 Perhatikan droping wajah unilateral atau mati rasa karena perlukaan (injuri) saraf
wajah.
 Beritahu komplikasi yang mungkin terjadi dan bagaimana melaporkannya
 Tekankan hal – hal yang penting yang perlu di follow up,evaluasi pendengaran
Terapi medik
 Antibiotik
 Pengeluaran debris dan drainase pus untuk melindungi jaringan dari kerusakan :
miringotomy
Intervensi bedah
 Indikasi jika terjadi nyeri
DAFTAR PUSTAKA

- Arif Mansjoer dkk ; Kapita Selekta Kedokteran Jilid


2.Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
- Carpenito, Lynda Juall, 2000. Diagnosa Keperawatan,
Penerbit : EGC, Jakarta.
- Doengoes, Marlyn, et. Al 1999, Rencana Asuhan
Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai