Praktikum Kedokteran Asam Basa Titrasion
Praktikum Kedokteran Asam Basa Titrasion
TENTANG : TITRASI
Disusun Oleh :
PRODI KEDOKTERAN
0
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan
1. Memahami keseimbangan asam basa
2. Memahami prinsip titrasi
1
BAB II
DASAR TEORI
Pada titrasi larutan basa dengan larutan baku asam, atau sebaliknya , dasar
tujuannya adalah untuk menentukan banyaknya asam atau basa yang secara kimia tepat
ekivalen dengan banyaknya basa / aam yang terdapat dalam larutan.
2
Apabila kedua larutan tersebut, baik larutan asam maupun larutan basanya
masing –masing dari elektrolit kuat maka larutan garam akan menjadi netral dan pH
nya = 7 . tetapi apabila salah satu larutan asam atau basanya elektrolit lemah, maka
larutan garam menjadi terhirolisis dengan derajat hidrolisis (alfa) tertentu, sehingga
larutan garam tersebut pada titik ekuivalen akan sedikit bersifat basis (pH>7), atau
bersifat asam (pH<7). Dalam hal ini besarnya pH larutan garam yang terjadi pada titik
ekuivalen dapat dihitung dari tetapan ionisasi basa atau asam lemahnya, dan
konsentrasi garam dalam larutan tersebut.
Pada titrasi asam asetat (CH3COOH) dengan NaOH sebagai larutan baku akan
dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.
Dapat dilihat bahwa hidrolisis adalah merupakan suatu reaksi setimbang. Pada
titrasi CH3COOH dan NaOH sebagian asam dan basanya tinggal dalam larutan. Pada
titik ekuivalen banyaknya asam asetat dan NaOH bebas sama. Oleh karena asam asetat
termasuk elektrolit lemah maka hanya terionisasi sebagian kecil, sehingga masih lebih
banyak yang tinggal sebagai CH3COOH . Basa bebasnya merupakan elektrolit kuat
yang hampir terionisasi sempurna, sehingga akan diperoleh sejumlah ion OH—dalam
larutan. Jadi akan berakhir pada pH>7.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa :
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan.
3
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam
basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan
indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator
yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir
titrasi”.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
4
nxMxV asam = nxVxM basa
keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
5
BAB III
METODOLOGI
A. Alat Dan Bahan
1. Alat :
a. Labu takar (100, 250, 500)
b. Pipet Gondok 25 ml
c. Erlenmeyer 250 ml
3. Gelas piala (250, 500 ml)
4. Pipet tetes
5. Gelas pengaduk
6. Corong Gelas
7. Gelas arloji
8. Biuret
2. Bahan :
1. NaOH
2. C2H2O4 2H2O
3. Cuka pasar
4. Fenolftalein (PP), sebagai indikator PP
B. Cara Kerja
1. Standarisasi NaOH dengan C2H2O4. 2H2O
Menimbang 0,63 g C2H2O4. 2H2O, larutan dengan akuades dalam labu ukur 100 ml
Mengulangi percobaan 2X
6
2. Penetapan kadar CH3COOH dalam cuka pasar
Mengambil 4ml larutan cuka dengan pipet gondok
Ulangi percobaan 2X
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
2. 49 ml
25 %
48,5 49
X
2
X = 48,75 ml
3. Penetapan pH larutan CH3COOH 0,1 N
8
CH3COOH NaOH 0,1 N pH hasil perhitungan pH hasil pengukuran
0,1 N
0 ml 2,87 3,5
2 ml 3,79 4,25
3 ml 4,26 4,73
20 ml 5 ml 4,74 5,20
8 ml 5,69 6,09
2 ml 8,72 6,58
0,5 ml 13,99 7,27
B. Perhitungan
1. Standarisasi NaOH dengan C2H2O4 . 2H2O
1 Ek NaOH = 1 MOL
23,8 25
Volume rata-rata NaOH = = 24,4 ml
2
Dalam hal ini, berlaku rumus : V1 . N1 = V2 . N2
25 ml X N1 = 24,4 X 0,1
24,4 X 0,1
NNaOH
25
N = 0,0976 N
= 0,019032 N
Normalitas Asam asetat dalam cuka asli : 25 x 0,019032 N = 0,4758 N
9
0,4758 N CH3COOH = 0,4758 M CH3COOH = 0,4758 mol/L
Mr CH3COOH = (12+(1 X 3) + 12 + (16 X 2) + 1) = 60
Berat CH3COOH = 0,4758 x 60 =28,548 g (dalam 1000 ml cuka pasar )
Dalam 100 ml cuka pasar terdapat 100/1000 x 28,548 = 2,8548 g
Jadi kadar CH3COOH = 2,8548 g/100ml = 2,8548 % (b/v)
10
11
12
13
DAFTAR PUSTAKA
14
Michael Purba. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga
Tagged with: rumus titrasi, Stoikiometri Reaksi & Titrasi Asam Basa, titrasi
This news item was posted in Stoikiometri Reaksi & Titrasi Asam Basa category and has
24 Comments so far.
15
a. 0 ml + 2 ml = 2 ml
b. 2 ml + 3 ml = 5 ml
c. 5 ml + 5 ml = 10 ml
d. 10 ml + 8 ml = 18 ml
e. 18 ml + 2 ml = 20 ml
f. 20 ml + 1 ml = 21 ml
g. Pembahasan
BAB V
16
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada dasrnya bahan tertulis sangat membantu agar konsultasi lebih efektif, dan
disertai sering mempraktekkan. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, dengan
membudayakan konsultasi pembelajaran efekti, berarti kita menerapkan pola pikir
kurikulum berbasis kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki
seorang mahasiswa kedokteran adalah mutlak, sesuai standart tingkat / jenjang
pendidikannya.
Teman sekerja / belajan dan atau teman sejawat adalh juga merupakan nara
sumber yang baik untuk berkonsultasi. Etika dan kesopanan juga merupakan kunci
untuk kesuksesan dalam berkonsultasi.
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa lebih sering diterjunkan dalam
masyarakat atau instansi yang dapat membantu mahasiswa untuk melatih
bersosialisasi .
2. Latihan dan praktek (role play) berkonsultasi ke masyarakat
langsung diperlukan mahasiswa supaya lebih memahai etika dan kesopanan.
17