Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA

TENTANG : TITRASI

Disusun Oleh :

Nama : dr Agung Sulistiya Ariwibowo

PRODI KEDOKTERAN

0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Cairan tubuh / elektrolit adalah sangat penting untuk kelangsungan hidup /
homeostasis keseimbangan cairan tubh kita. Pada penderita / pasien yang mengalami
dehidrasi berat, ataupun luka bakar dan perdarahan yang mengakibatkan terjadinya
syok hipovolemik sangat membutuhkan segera pertolongan pemberian cairan elektrolit.
Seorang dokter profesional harus dapat dengan cepat menghitung kesetimbangan
cairan elektrolit tubuh pasien tersebut supaya dapat tertolong jiwa pasien tersebut,
sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup untuk menentukan kesetimbangan cairan
elektrolit tersebut. Dimana dalam kesetimbangan cairan elektrolit tersebut juga
meliputi keseimbangan asam basa maupun titrasi cairan elektrilit.
Dari kasus diatas hanya salah satu saja kasus yang berkaitan dengan dokter dan
pentingnya mengetahui tentang cairan elektrolit, karena masih banyak contoh kasus
lainnya yang berkaitan juga. Sebagai mahasiswa kedokteran dalam penerapan belajar
aktif, sangat diperlukan untuk menguasai hal cairan elektrolit terutama memngenai
kesetimbangan asam basa dan prinsip titrasi.. Supaya proses pembelajaran dalam
menmpuh pendidikan dokter berjalan lancar dan optimal.

B. Tujuan
1. Memahami keseimbangan asam basa
2. Memahami prinsip titrasi

1
BAB II
DASAR TEORI

A. Prinsip Titrasi Asam basa


Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan
menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi asam-basa adalah
titrasi yang melibatkan asam maupun basa sebagai titer (zat yang telah diketahui
konsentrasinya) maupun titrant (zat yang akan ditentukan kadarnya) dan berdasarkan
reaksi penetralan asam-basa. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa yang telah diketahui kadarnya, dan sebaliknya, kadar larutan basa dapat
diketahui dengan menggunakan larutan asam yang diketahui kadarnya.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai
titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi,
titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan
lain sebagainya. (disini hanya dibahas tentang titrasi asam basa)
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya
disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam “buret”. Baik titer maupun
titrant biasanya berupa larutan. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai
mencapai keadaan ekuivalen ( artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita
mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan
menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa
menghitung kadar titrant.

B. Cara Mengetahui Titik Ekuivalen

Pada titrasi larutan basa dengan larutan baku asam, atau sebaliknya , dasar
tujuannya adalah untuk menentukan banyaknya asam atau basa yang secara kimia tepat
ekivalen dengan banyaknya basa / aam yang terdapat dalam larutan.

2
Apabila kedua larutan tersebut, baik larutan asam maupun larutan basanya
masing –masing dari elektrolit kuat maka larutan garam akan menjadi netral dan pH
nya = 7 . tetapi apabila salah satu larutan asam atau basanya elektrolit lemah, maka
larutan garam menjadi terhirolisis dengan derajat hidrolisis (alfa) tertentu, sehingga
larutan garam tersebut pada titik ekuivalen akan sedikit bersifat basis (pH>7), atau
bersifat asam (pH<7). Dalam hal ini besarnya pH larutan garam yang terjadi pada titik
ekuivalen dapat dihitung dari tetapan ionisasi basa atau asam lemahnya, dan
konsentrasi garam dalam larutan tersebut.

Pada titrasi asam asetat (CH3COOH) dengan NaOH sebagai larutan baku akan
dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat.

CH3COOH + NaOH CH3COONa + H2O

Garam CH3COONa ini akan terhidrolisis dalam larutan sebagai berikut

CH3COONa + H2O CH3COOH + NaOH

Dapat dilihat bahwa hidrolisis adalah merupakan suatu reaksi setimbang. Pada
titrasi CH3COOH dan NaOH sebagian asam dan basanya tinggal dalam larutan. Pada
titik ekuivalen banyaknya asam asetat dan NaOH bebas sama. Oleh karena asam asetat
termasuk elektrolit lemah maka hanya terionisasi sebagian kecil, sehingga masih lebih
banyak yang tinggal sebagai CH3COOH . Basa bebasnya merupakan elektrolit kuat
yang hampir terionisasi sempurna, sehingga akan diperoleh sejumlah ion OH—dalam
larutan. Jadi akan berakhir pada pH>7.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa :

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,


kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.

2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses
titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi,
pada saat inilah titrasi kita hentikan.

3
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak
diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam
basa adalah indicator yang perbahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan
indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat
mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator
yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi
dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir
titrasi”.

Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator


ini akan berubah warna ketika titik ekivalen terjadi, dan pada saat itulah titrasi
dihentikan. Titik akhir titrasi yaitu pH pada saat indikator berubah warna dan saat itu
juga titrasi dihentikan. Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat digunakan indikator
Fenolftalein (trayek pH 8,3-10) karena kesalahannya paling kecil. Dalam titrasi ini titik
akhir pH>7 dan perubahan warna pada titik akhit titrasi adalah merah.

Untuk mengetahui kemolaran asam kuat (HCl) dapat diketahui setelah


mengetahui volum basa kuat (KOH) yang berkurang sampai titik akhir titrasi (reaksi
dihentikan). Pada saat titik ekivalen mol basa kuat akan sama dengan mol asam kuat,
sehingga kemolaran asam kuat dapat dicari.

C. Rumus Umum Titrasi :

Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:

mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa

Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka
rumus diatas dapat kita tulis sebagai:

NxV asam = NxV basa

Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:

4
nxMxV asam = nxVxM basa

keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)

5
BAB III
METODOLOGI
A. Alat Dan Bahan
1. Alat :
a. Labu takar (100, 250, 500)
b. Pipet Gondok 25 ml
c. Erlenmeyer 250 ml
3. Gelas piala (250, 500 ml)
4. Pipet tetes
5. Gelas pengaduk
6. Corong Gelas
7. Gelas arloji
8. Biuret
2. Bahan :
1. NaOH
2. C2H2O4 2H2O
3. Cuka pasar
4. Fenolftalein (PP), sebagai indikator PP

B. Cara Kerja
1. Standarisasi NaOH dengan C2H2O4. 2H2O
Menimbang 0,63 g C2H2O4. 2H2O, larutan dengan akuades dalam labu ukur 100 ml

Membuat 250 ml NaOH 0,1 N

Mengambil 25 ml larutan 2 dengan pipet gondok, masukkan kedalam erlemeyer lalu


tambahkan dengan 2 tetes indikator PP,

titrasi dengan larutan (1) hingga warna merah jambu hilang

Mengulangi percobaan 2X

Hitung Normalitas NaOH

6
2. Penetapan kadar CH3COOH dalam cuka pasar
Mengambil 4ml larutan cuka dengan pipet gondok

Masukkan kedalam labu takar 100 ml dan encerkan sampai batas

Ambil 25 ml larutan NaOH 0,1N dengan pipet gondok

Masukkan ke dalam erlemeyer lalu + 2 tetes indikator PP

Titrasi dengan larutan 1 hingga warna merah jambu hilang

Ulangi percobaan 2X

Hitung kadar Cuka

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

1. Standarisasi NaOH dengan C2H2O4 . 2H2O 0,1 N

NaOH Titran C2H2O4 . 2H2O 0,1 N Perhitungan Normalitas NaOH


yang yang dibutuhkan hingga
dititrasi terjadi perubahan warna
(ml) (ml)
V1 . N1 = V2 . N2
1. 23,8 ml
25 ml X N1 = 24,4 X 0,1
2. 25 ml
25 24,4 X 0,1
NNaOH 
25
23,8  25
X 
2
N = 0,0976 N
X = 24,4 ml

2. Penetapan kadar CH3COOH dalam cuka pasar

Kadar CH3COOH NaOH 0,0976 N Kadar CH3COOH hasil perhitungan


CH3COOH (ml) (ml)
pada
kemasan
Kadar CH3COOH dalam cuka pasar
1. 48,5 ml = 2,8548 % (b/v)

2. 49 ml

25 %
48,5  49
X 
2
X = 48,75 ml
3. Penetapan pH larutan CH3COOH 0,1 N

8
CH3COOH NaOH 0,1 N pH hasil perhitungan pH hasil pengukuran
0,1 N
0 ml 2,87 3,5
2 ml 3,79 4,25
3 ml 4,26 4,73
20 ml 5 ml 4,74 5,20
8 ml 5,69 6,09
2 ml 8,72 6,58
0,5 ml 13,99 7,27

B. Perhitungan
1. Standarisasi NaOH dengan C2H2O4 . 2H2O
1 Ek NaOH = 1 MOL
23,8  25
Volume rata-rata NaOH = = 24,4 ml
2
Dalam hal ini, berlaku rumus : V1 . N1 = V2 . N2
25 ml X N1 = 24,4 X 0,1
24,4 X 0,1
NNaOH 
25
N = 0,0976 N

Jadi besarnya Normalitas NaOH adalah 0,0976 N

2. Penetapan Kadar CH3COOH


Normalitas NaOH dari hasil titrasi adalah 0,0976 N. Pada penetapan kadar asam
asetat dalam cuka pasar, 4 ml cuka pasar diencerkan menjadi 100 ml. Sehingga cuka
mengalami 25 kali pengenceran.
48,5  49
Volume rata-rata cuka pasar = = 48,75 ml
2
Normalitas Asam Asetat dalam cuka hasil pengenceran = y N
V1 . N1 = V2 . N2
48,75 yN = 25 x 0,0976
25 x 0,0976
Y= 48,75

= 0,019032 N
Normalitas Asam asetat dalam cuka asli : 25 x 0,019032 N = 0,4758 N

9
0,4758 N CH3COOH = 0,4758 M CH3COOH = 0,4758 mol/L
Mr CH3COOH = (12+(1 X 3) + 12 + (16 X 2) + 1) = 60
Berat CH3COOH = 0,4758 x 60 =28,548 g (dalam 1000 ml cuka pasar )
Dalam 100 ml cuka pasar terdapat 100/1000 x 28,548 = 2,8548 g
Jadi kadar CH3COOH = 2,8548 g/100ml = 2,8548 % (b/v)

3. Penentuan ph larutan Kadar CH3COOH 0,1 N


Ph larutan CH3COOH 0,1 N setelah ditambah NaOH sebanyak :
1. 0 ml (sebelum mulai titrasi )
 H   Ka x HA  1,82 x10  5 x 0,1 = 1,35 x 10-3

pH = - log [H+] = - log 1,35 x 10-3 = 3-log 1,35 = 3- (0,13) = 2,87

10
11
12
13
DAFTAR PUSTAKA

Buku panduan skill lab blok 1 mahasiswa ukdw 2009

14
Michael Purba. 2007. Kimia untuk SMA Kelas XI Semester 2. Jakarta: Erlangga

Parning dan Horale. 2004. Kimia 2B. Jakarta: Yudhistira

Titrasi Asam Basa (online). (www.belajarkimia.com,)

Tagged with: rumus titrasi, Stoikiometri Reaksi & Titrasi Asam Basa, titrasi

This news item was posted in Stoikiometri Reaksi & Titrasi Asam Basa category and has
24 Comments so far.

15
a. 0 ml + 2 ml = 2 ml
b. 2 ml + 3 ml = 5 ml
c. 5 ml + 5 ml = 10 ml
d. 10 ml + 8 ml = 18 ml
e. 18 ml + 2 ml = 20 ml
f. 20 ml + 1 ml = 21 ml

g. Pembahasan

Dalam suatu proses konsultasi dimasyarakat seorang mahasiswa harus


mengetahui daerah masyarakat tersebut Kesopanan dan etiksa serta pengetahuan dan
skill dalam pengetahuan klinis mahasiswa juga menjadi kunsi keberhasilan proses
negoisasi dalam konsultasi tersebut.

BAB V

16
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada dasrnya bahan tertulis sangat membantu agar konsultasi lebih efektif, dan
disertai sering mempraktekkan. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, dengan
membudayakan konsultasi pembelajaran efekti, berarti kita menerapkan pola pikir
kurikulum berbasis kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan yang harus dimiliki
seorang mahasiswa kedokteran adalah mutlak, sesuai standart tingkat / jenjang
pendidikannya.
Teman sekerja / belajan dan atau teman sejawat adalh juga merupakan nara
sumber yang baik untuk berkonsultasi. Etika dan kesopanan juga merupakan kunci
untuk kesuksesan dalam berkonsultasi.

B. Saran
1. Diharapkan mahasiswa lebih sering diterjunkan dalam
masyarakat atau instansi yang dapat membantu mahasiswa untuk melatih
bersosialisasi .
2. Latihan dan praktek (role play) berkonsultasi ke masyarakat
langsung diperlukan mahasiswa supaya lebih memahai etika dan kesopanan.

17

Anda mungkin juga menyukai