Anda di halaman 1dari 2

Istilah perimenopause memang masih terasa awam di telinga, tetapi setiap wanita

pasti akan mengalaminya. Sebelum mencapai usia menopause, seorang wanita akan
mengalami beberapa perubahan fisik dan gejala hormonal, termasuk menstruasi yang
tidak teratur.
Perimenopause adalah masa di mana tubuh mulai bertransisi menuju menopause.
Masa ini bisa terjadi selama dua hingga delapan tahun, ditambah satu tahun di akhir
periode menuju menopause. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses
berhentinya masa reproduksi.
Pada periode ini, umumnya tingkat produksi hormon estrogen dan progesteron
berfluktuasi, naik dan turun tak beraturan. Siklus menstruasi pun bisa tiba-tiba
memanjang atau memendek. Biasanya, masa perimenopause ini terjadi di usia 40-an, tapi
banyak juga yang mengalami perubahan ini saat usianya masih di pertengahan 30-an.
Fase perimenopause ditandai dengan hilangnya fungsi generatif dari ovarium,
sehingga dalam pemenuhan hormon estrogen akan berkurang yang menyebabkan sistem
hormonal seluruh tubuh mengalami kemunduran. Produksi hormon yang berkurang
menyebabkan perubahan fisik, psikis serta mengakibatkan kumpulan gejala yang disebut
sindroma perimenopause. Penurunan produksi hormon ini menyebabkan wanita
mengalami kegelisahan, kegoncangan, bahkan bisa terjadi hal-hal yang merugikan
apabila tidak dipersiapkan dan diantisipasi dengan baik dan benar.
Menurut perhitungan ilmuan pada tahun 2030 mendatang diperkirakan jumlah
wanita didunia yang memasuki masa menopause akan mencapai 1,2 milyar orang. Yang
artinya sebanyak 1,2 milyar wanita akan memiliki usia 50 tahun. Sindrom perimenopause
dialami oleh banyak wanita hampir diseluruh dunia, sekitar 70-80% wanita eropa, 60% di
Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10 % di Jepang dan Indonesia.
Pada Simposium Nasional Perkumpulan Menapause Indonesia (PERMI) 21-22
April 2007 di Jakarta ditemukan bahwa profil perempuan Indonesia dan mempunyai lima
gejala utama yang dialami dalam menghadapi masa klimakterik seperti nyeri otot atau
sendi (77,7%). Rasa letih dan hilang energi (68.7%), kehilangan nafsu seksual (61,3%),
kerutan di kulit (60%), sulit konsentrasi dan hot flushes (29,5%). Wanita merasa tertekan
karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuaya.
Adanya sindrom premenopause tersebut akan dapat memperburuk quality of life (QOL)
wanita di masa klimakterium yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala depresi.
Kurang lebih 70% wanita usia peri dan pascamenopause mengalami keluhan
somato- vegetatif, keluhan psikis, urogenital, dan keluhan lainnya dengan derajat berat-
ringan yang berbeda- beda pada setiap individu. Keluhan vasomotor berupa perasaan
panas secara tiba-tiba di daerah muka yang diikut dengan adanya keringat malam serta
masalah pada persendian. Keluhan psikis berupa depresi, mudah lelah, cepat marah,
penurnan daya ingat dan konsentrasi. Adapun keluhan urogenital meliputi inkontinensia
urin, dispareuni, serta masalah seksual. Keluhan tersebut akan mencapai puncaknya pada
saat menjelang dan setelah menopause kemuadian berangsur-angsur berkurang seiring
dengan bartambahnya usia dan tecapainya keseimbangan hormon pada masa senium.
Sebuah studi menemukan bahwa keluhan dan gejala yang paling sering diderita
oleh wanita asia adalah masalah tulang dan persendian (somato- vegetatif), dimana 96%
wanita Vietnam dan 76% wanita Korea mengalaminya. Adapun wanita Indonesia, hanya
5% yang mengalami keluhan dan gejala hot flushes, sedangkan 93% mengalami keluhan
dan gejala tulang dan persendian.

Anda mungkin juga menyukai