Anda di halaman 1dari 8

BAB I

BEBERAPA PENGERTIAN TENTANG BAHASA

Bahasa mempunyai dua aspek ---- Signifiant (fenomena fisiologik-fisik)

---- “ungkapan” Signifie (fenomena konseptual-

psikologik)

Tanpa adanya bahasa, setiap orang akan merasa kesulitan untuk menyampaikan pendapat,

gagasan, atau ide yang sedang mereka pikirkan. Bahasa juga merupakan alat komunikasi yang

paling baik dan sempurna dibanding alat-alat komunikasi lainnya.

Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara,

yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Tiap bentuk bahasa pertama-tama mempunyai fungsi

sebagai pendukung suatu gagasan. Pada suatu waktu kita berhadapan dengan bermacam-macam

ide yang harus diungkapkan. Kita harus memilih dua jalan, pertama kita mengungkapkan

gagasan-gagasan itu secara terpisah-pisah dalam kalimat-kalimat yang tersendiri (analitis) dan

kedua mempersatukannya dalam satu perpaduan (sintetis) >> metode tranformasi (proses

mengubah bentuk bahasa menjadi bentuk-bentuk lain, dari bentuk yang sederhana > kompleks,

atau sebaliknya)

Tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan dan sistem makna yang khusus, masing-masing

lepas terpisah dan tidak tergantung daripada yang lain. Kedua sistem tersebut dibatasi oleh

kerangka alam yang diterima dari alam sekitarnya. Yang bersifat khusus bagi setiap zaman dalam

sejarah, bagi setiap kelompok dalam masyarakat.

Jadi, bahasa Indonesia pun merupakan alat pergaulan, alat pengucapan, dan alat berpikir

dalam kebudayaan Indonesia modern. Bahasa Indonesia haruslah bisa menjadi bahasa yang

modern seperti halnya bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Jepang yang sepenuh-penuhnya
1
menjelmakan sikap dan pemandangan hidup manusia modern dalam kebudayaannya yang

dikuasai oleh nilai-nilai ilmu dan ekonomi yang melahirkan teknologi (cipta, karsa, dan karya).

Ada banyak pendapat mengenai pengertian bahasa. Salah satunya menyebutkan bahwa

bahasa adalah sebuah sistem. Dalam Kamus Lingusitik Edisi Keempat yang disusun oleh

Kridalaksana, mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh

para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

Kridalaksana juga memberikan pengertian yang lain yakni alat komunikasi verbal.

Bahasa Indonesia sendiri merupakan bahasa persatuan dan bahasa negara. Nama yang

tercantum pada bahasa ini diberikan oleh M. Tabrani, tokoh pemuda dan pelopor pers Indonesia,

dalam rapat pelaksanaan Kongres Pemuda I pada 2 Mei 1926 untuk menyanggah pendirian M.

Yamin yang mengusulkan nama Bahasa Melayu sebagai unsur Ikrar Pemuda.

Rumusan Ikrar Pemuda (Sumpah Pemuda) dengan perubahan Tabrani itu diterima dalam

sidang pleno Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928. Bahasa Indonesia menjadi bahasa

negara dalam UUD 1945 yang disahkan pada 18 Agustus 1945.

Ciri-ciri Bahasa

Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki

oleh manusia. Ini sejalan dengan ciri-ciri bahasa, yakni berupa lambang, unik walaupun

universal, arbitrer, konvensional, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.

Dikatakan berupa lambang, karena bahasa merupakan sebuah sistem, yang dibentuk oleh

sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa yang

dimaksud adalah lambang berupa bentuk bunyi, atau lazim disebut bunyi ujar atau bunyi bahasa.

Setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut makna atau konsep. Dikatakan

2
sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang memiliki pola secara tetap dan

dapat dimengerti.

Bagi seseorang yang telah mengerti bahasa Indonesia dengan baik, susunan “Ayah

membaca sebuah koran di depan rumah” dapat diterima dan dimengerti walaupun ada beberapa

bagian yang ditanggalkan. Beda halnya dengan susunan “Membaca ayah se majalah kamar di”,

susunan tersebut bukanlah sebuah kalimat bahasa Indonesia yang baik dan benar karena tidak

tersusun dengan baik dan benar.

Sebagai sebuah bahasa yang berupa sistem, bahasa memiliki sifat sistematis dan sistemis.

Sistematis yang dimaksud adalah bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak disusun

sembarangan atau acak. Sedangkan yang dimaksud dengan sistemis adalah sistem bahasa itu

bukan merupakan sebuah sistem tunggal melainkan terdiri dari sejumlah subsistem. Karena itulah

dalam bahasa Indonesia, baik bentuk kata maupun urutan kata sama-sama penting dan

kepentingan itu berimbang.

Inilah yang dikatakan bahasa memiliki sifat unik meskipun juga bersifat universal. Unik,

artinya memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki oleh bahasa yang lain dan universal

berarti memiliki ciri yang sama dengan apa yang ada pada bahasa yang lain.

Sistem bahasa yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan lambang dalam bentuk

bunyi, lazim dikatakan sebagai bunyi ujar atau bunyi bahasa. Setiap lambang bahasa

melambangkan sesuatu yang disebut konsep atau makna. Misalnya lambang bahasa yang

berbunyi [mata] melambangkan konsep atau makna ‘salah satu panca indera yang digunakan

untuk melihat’, lain halnya dengan [atam], [taam], [maat], atau [tama], bunyi-bunyi tersebut tidak

memiliki makna, maka tidak bisa disebut sebagai lambang.

3
Lambang bunyi bahasa itu bersifat arbitrer, artinya hubungan antara lambang dengan yang

dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang

tersebut memberikan konsep tertentu.

Secara konkret, [mata] digunakan untuk menyatakan ‘salah satu panca indera yang

digunakan untuk melihat’ tidak dapat dijelaskan mengapa lambang bunyinya demikian.

Seandainya hubungan itu bersifat wajib, tidak akan ada yang mengatakan <mripat> atau <eye>.

Selain itu juga bukti dari lambang bunyi bahasa bersifat arbiter adalah dengan adanya sebutan

untuk konsep besarnya tubuh yang lebih kecil dari ukuran normal yang di bahasa Indonesia

disebut [kurus], [langsing], [ramping], dan [kerempeng].

Namun, meski lambang-lambang bahasa itu bersifat arbitrer, bahasa juga bersifat

konvensional. Artinya, setiap penutur akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang

dilambangkannya. Menyebutkan [mata] maka akan menyatakan ‘salah satu panca indera yang

digunakan untuk melihat’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain.

Bahasa bersifat produktif, yang artinya dengan sejumlah unsur yang terbatas, namun

dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia susunan W.J.S. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih

23.000 kata, tapi dengan jumlah kata tersebut, kata-kata itu dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak

terbatas.

Sifat lain bahasa adalah bersifat dinamis, artinya bahasa tidak terlepas dari berbagai

kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada

tataran fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, dan leksikon. Contoh kasus ini adalah adanya

kosakata baru yang menjadikan kosakata lama tenggelam.

4
Bahasa pun memiliki sifat beragam, artinya walaupun sebuah bahasa mempunyai kaidah

atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen

yang memiliki latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi

beragam. Misalnya bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Surabaya tidak sama persis

dengan bahasa Jawa yang digunakan oleh masyarakat Jember, Banyuwangi, ataupun Yogyakarta.

Yang paling mendasar dari semua sifat bahasa, adalah bahasa itu memiliki sifat

manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat komunikasi verbal hanya dimiliki oleh manusia. Hewan

tidak memiliki bahasa, yang dimiliki oleh hewan hanyalah berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak

bersifat produktif dan tidak dinamis.

Hewan menguasai bahasa secara naluriah, manusia menguasai bahasa dengan cara belajar.

Tanpa belajar manusia tidak akan dapat berbahasa, hewan tidak memiliki kemampuan untuk

mempelajari bahasa manusia. Oleh karena itulah dikatakan bahwa bahasa bersifat manusiawi,

hanya dimiliki oleh manusia.

Fungsi Bahasa

Konsep bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran sudah menjadi sejarah

yang panjang jika menelusuri sejarah studi bahasa pada masa lalu.

Wardhaugh (1972:3-8) mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia

baik tertulis maupun lisan. Fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar, yang menurut Kinneavy

disebut expression, information, exploration, persuasion, dan entertainment (Michel, 1967:51).

Bagi sosiolinguistik, konsep bahwa bahasa adalah alat yang berfungsi untuk

menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab seperti dikemukakan oleh Fishman (1972)

bahwa yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when

5
and to what end’. Oleh karena itu, fungsi bahasa antara lain dapat dilihat dari sudut penutur,

pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.

Dari sisi penutur, bahasa berfungsi personal atau pribadi, atau biasa disebut fungsi emotif.

Maksudnya, si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya. Si penutur bukan

hanya mengungkapkan emosi lewat menyampaikan tuturannya, namun juga memperlihatkan

emosi saat menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini pihak pendengar juga dapat menduga

apakah penutur dalam keadaan bahagia, sedih, atau marah.

Dari sisi pendengar, bahasa berfungsi direktif atau mengatur tingkah laku pendengar, hal

ini biasa disebut fungsi retorikal, ada pula yang menyebutnya fungsi instrumental. Dalam hal ini,

bahasa tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu tetapi juga melakukan kegiatan

yang sesuai dengan yang diminta dan diinginkan oleh pembicara. Pada kasus ini, terjadi fungsi

fatik, atau interpersonal yang biasa disebut oleh Finnocchiaro, atau interactional yang biasa

disebut oleh Halliday, yaitu fungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan

bersahabat, atau soladaritas sosial.

Dari sisi topik ujaran, bahasa memiliki fungsi referensial. Istilah ini biasa disebut oleh

Finnochiaro. Sementara Halliday biasa menyebutnya dengan representational dan Jakobson

menyebutnya fungsi kognitif. Namun ada pula yang menyebutnya fungsi denotatif atau fungsi

informatif. Di bagian ini, bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek atau peristiwa

yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi referensial

inilah yang melahirkan paham tradisional, bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan

pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya.

Jika melihat dari sisi kode yang digunakan, bahasa memiliki fungsi metalingual atau

metalinguistik (Jakobson dan Finnochiarno, 1960-1974) yakni bahasa itu digunakan untuk
6
membicarakan bahasa itu sendiri. Dalam fungsinya di sini, bahasa itu digunakan untuk

menjelaskan bahasa. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa, bahwa kaidah-

kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa. Juga dalam kamus monolingual,

bahasa itu digunakan untuk menjelaskan arti bahasa (dalam hal ini kata) itu sendiri.

Dari sisi amanat yang akan disampaikan, bahasa memiliki fungsi imaginatif.

Sesungguhnya bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan,

baik yang sebenarnya ataupun hanya berupa imajinasi (khayalan atau rekaan). Fungsi imajinatif

ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng, lelucon) yang digunakan untuk kesenangan

penutur, maupun para pendengarnya.

Bahasa secara nyata telah menciptakan kegiatan yang disebut dengan komunikasi.

Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki dua aspek, yakni aspek linguistik dan nonlinguistik

atau paralinguistik. Kedua aspek tersebut saling bekerja sama dalam membangun komunikasi-

bahasa itu sendiri.

Aspek linguistik mencakup tataran fonologis, morfologis, dan sintaksis. Aspek

paralinguistik mencakup (1) kualitas ujaran; seperti falseto, dan lain sebagainya, (2) unsur supra

segmental; tekanan, intonasi, nada, (3) jarak dan gerak tubuh, (4) rabaan. Kedua aspek tersebut

berfungsi sebagai alat komunikasi, bekerjasama membentuk atau membangun situasi tertentu

dalam proses komunikasi.

Dengan adanya bahasa, terciptalah komunikasi sehingga memudahkan kita dalam

menyampaikan ide atau gagasan untuk disampaikan pada orang lain. Bayangkan saja jika tidak

ada bahasa, tidak akan ada komunikasi yang baik antarsesama.

Latihan 1

7
Ada pernyataan: “fungsi bahasa sebagaimana secara umum kita ketahui bahwa fungsi

bahasa dibagi menjadi 4 bagian, yaitu: bahasa sebagai alat ekspresi diri, bahasa sebagai alat

komunikasi, bahasa sebagai alat kontrol sosial, bahasa sebagai alat adaptasi dan integrasi diri.”

Diskusikan secara kelompok, dari sudut pandang Saudara sebagai mahasiswa Fakultas

Peternakan keempat fungsi itu pentingkah? Ambillah contoh kasus dan ilustrasikan dengan

bahasa Saudara? Buatlah gagasan-gagaan kelompok Saudara dengan media Power Point untuk

dapat ditayangkan di depan kelas!

Anda mungkin juga menyukai