Anda di halaman 1dari 16

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. D
Usia : 47 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S1 Teknik Pertambangan
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Pakelbaru Selatan No.35 Sorosutan, Yogyakarta

Preceptor : Dr. dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ Ko-asisten: Chandra Maulana Marka

I. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama

Diam dan aktivitas menurun (aktivitas dasar makan, mandi, sholat harus disuruh).

b. Riwayat Gangguan Sekarang

Alloanamnesis (Rabu, 11 Desember 2019 dengan Ibu kandung pasien)


Ibu pasien mengatakan sekitar tahun 2017 pasien lebih sering diam, aktivitas
menurun, ditanya tidak menjawab, duduk diam bisa berjam-jam hingga dipondokkan di
Puri Nirmala selama 3 hari kemudian membaik. Pada bulan april 2017 pasien berangkat
umroh dengan ibu kandung, tante, guru ngaji tetapi saat disana kegiatannya tidak terlalu
aktif lebih sering berdiam diri di penginapan. Setelah pulang umroh dibawa ke saudara
ipar guru ngaji di mojokerto karena aktivitas masih menurun. Selama 3 bulan tinggal
dirumah pak kyai, ibu pasien mengatakan disana pasien aktivitasnya diajarkan baca doa-
doa, sholat, jalan-jalan setelah subuh dan bermain bulutangkis setiap hari minggu. Ibu
pasien menjenguk 1-2 hari sekali karena saat itu ayah pasien sedang sakit stroke. Namun
pasien akhirnya dibawa pulang oleh ibu pasien karena pasien tidak mau makan dan
minum saat di mojokerto sehingga pasien masuk rumah sakit karena dehidrasi dan kadar
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

kolestrolnya tinggi. Setelah pulang dari mojokerto kondisinya tetap sama sering diam dan
harus disuruh untuk aktivitas. Pasien pernah pergi berjalan kaki keluar dari rumah ke
gedong kuning tidak bilang tetapi pulang lagi kerumah.

Ibu pasien mengatakan awal mula kejadian ini kemungkinan karena beberapa hal,
pada saat kuliah pasien ditinggal menikah oleh pacar dan sempat gagal dalam percintaan
beberapa kali. Dari orangtua didorong untuk mencari kerja dulu dan mencari jodoh harus
yang setara. Kemudian untuk masalah pekerjaan, pasien melamar pekerjaan di banyak
tempat dan tidak diterima. Pasien sempat bekerja di speedy sebagai marketing, ketika
bekerja disana pasien harus memenuhi target agar mendapatkan bonus. Setelah target
terpenuhi ternyata bonus tidak diberikan dan pasien akhirnya berhenti bekerja. Keluar
dari speedy pasien melamar pekerjaan ditempat lain namun tidak diterima. Ibu pasien
mengatakan pasien saat itulah pasien mengalami perubahan perilaku. Pasien diajak kerja
ke Kalimantan, kerja batubara namun tidak jadi ikut karena mempertimbangkan
perempuan yang dipacari, selain itu orangtua pasien kurang merestui hubungan pasien.

Obat sudah disiapkan dan dibungkus untuk 1 minggu namun pasien tidak rutin
minum obat karena tidak ada yang bisa mengingatkan untuk minum obat setiap saat pada
saat ibu pasien sakit.

c. Riwayat Gangguan Sebelumnya


a) Riwayat Gangguan Psikiatri
Pada tahun 2017, pasien lebih sering diam, ditanya tidak menjawab, aktivitas
menurun (harus disuruh), duduk diam berjam-jam hingga dipondokkan di Puri
Nirmala selama 3 hari kemudian membaik.
b) Riwayat Gangguan Medik
Pasien memiliki riwayat Paraparese inferior (Desember 2018) dengan HNP.
Hipertensi (-), DM (-), Asma (-)
c) Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Pasien meyangkal menggunakan minum-minuman keras dan obat-obatan yang tidak
diresepkan dokter.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

d. Riwayat Kehidupan Pribadi


1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien lahir spontan cukup bulan dengan forceps di klinik dokter.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pasien diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, dilanjutkan susu formula, dan
MPASI. Hubungan antara ibu dan anak cukup dekat karena anak sepenuhnya diasuh
oleh ibu.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
- Pertumbuhan dan perkembangan tidak ada keterlambatan
- Prestasi di sekolah baik
- Kedua orang tua pasien tidak keras dalam mengajarkan aturan-aturan keluarga.
4. Riwayat masa remaja
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien merupakan anak yang cukup berprestasi saat
sekolah, selalu masuk 10 besar.
5. Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah S1 Jurusan pertambangan di UPN, cita-cita
menjadi dokter (Ayah pasien seorang dokter Sp.PD)
6. Riwayat pernikahan
Belum menikah
7. Pekerjaan
Marketing perusahaan jamu “NONI”
8. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam, sholat harus disuruh. Sebelum sakit rutin sholat dan mengaji.
9. Riwayat pelanggaran hukum
Tidak ada
10. Aktivitas sosial
Menurut ibu pasien, pasien lebih sering berada didalam rumah, kegiatan sehari – hari
hanya duduk dan sering tidur dilantai (pasien merasa aman ketika tidur dilantai
bukan dikasur). Masih bisa keluar sesekali untuk belanja ke supermarket, menyapu
teras dan sholat berjamaah saat subuh namun harus disuruh.
e. Riwayat Keluarga
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

Di keluarga pasien tidak terdapat keluarga yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.

H
T

Tn. 45 42 40
D th th th

Keterangan :
: Meninggal 2019 : Laki-laki
Stroke Porfiria

H : Riw. HT (+), Vertigo, Riw. URS 3x : Perempuan


T
f. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien sekarang tinggal dengan adik pertama pasien, rumah bersebelahan dengan rumah
yang ditinggali adik terakhir pasien bersama keluarganya beserta ibu pasien. Lingkungan
tempat tinggal terkesan cukup baik. Hubungan pasien dengan keluarga paling dekat
dengan ibu, dengan adik-adiknya kurang dekat. Ekonomi ditanggung oleh ibu dari uang
pensiunan.

II. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Laki-laki berusia 47 tahun, sesuai umur, kesan gizi pasien cukup, rawat diri baik,
penampilan baik dan berjalan normal.
b. Kesadaran
Compos mentis, secara kualitas tidak berubah.

c. Perilaku dan aktivitas psikomotor


- Pasien tampak duduk tenang saat diperiksa
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

- Aktivitas : hipoaktif
- Kerjasama : kooperatif
- Aktivitas psikomotor : katalepsi (pasien tidak bergerak dan cenderung
mempertahankan posisi tertentu)
d. Pembicaraan
 Kuantitas: Pasien berbicara cukup
 Kualitas: pasien dapat menjawab pertanyaan jika ditanya dan menjawab
pertanyaan dengan spontan, pasien berbicara dengan lambat dan nada rendah.
 Pembicaraan dapat dimengerti. dan menjawab sesuai dengan yang ditanyakan
saat wawancara
Tidak ada hendaya berbahasa.
e. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien hipoaktif, cukup kooperatif, kontak mata cukup. Pasien menjawab pertanyaan
namun sering melihat kearah depan. Pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan
dengan cukup baik namun hanya dengan beberapa kata.
B. Keadaan Afektif
a. Mood : Disforik
b. Afek : Datar (Tidak terdapat ekspresi)
c. Keserasian : Inappropriate
C. Gangguan Persepsi
Isi : Halusinasi auditori (Pasien mengatakan saat mendengar musik, ada suara seperti air
terjun yang mengejar dan akan mencekik dan membunuh), Ilusi (-)
D. Proses Pikir
a. Bentuk pikir : Non Realistik
b. Gangguan progress / Arus pikir
Remming (+) pasien berbicara dengan lambat dan nada rendah, Irrelevansi (-),
Inkohorensi (-), Asosiasi longgar (-), Tangential thinking (-), Flight of ideas (-)
c. Isi pikiran
Waham tidak dapat dinilai, Preokupasi (-)

E. Fungsi Intelektual / Kognitif


a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

• Taraf pendidikan : Pasien lulusan Sarjana Teknik Pertambangan UPN


• Pengetahuan Umum : Baik
b. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien baik
c. Orientasi
• Waktu : Baik, pasien mengetahui waktu wawancara dilakukan yaitu siang hari.
• Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada dirumahnya.
• Orang : Baik, pasien dapat mengenal ibu kandungnya.
• Situasi : Baik, pasien dapat mengatakan kondisi saat itu tidak ramai.
d. Daya Ingat
Tidak diperiksa
e. Kemampuan baca tulis: baik
f. Kemampuan visuospasial: baik
g. Berpikir abstrak: baik

F. Daya Nilai
Nilai realitas (-), Nilai social (-)

G. Insight/ Tilikan
Pasien tidak menyadari bahwa dirinya sedang mengalami masalah kejiwaan.
H. Taraf Dapat Dipercaya
-

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis
• KU : Baik, kesan gizi cukup
• Sensorium : Compos mentis
• Vital Sign
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : tidak dinilai
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

B. Status Internus
• Kepala : Normosefali, deformitas tidak ada.
• Mata :Edema palpebra tidak ada, sklera ikterik -/-, konjungtiva palpebra anemis -/-
• Hidung : Simetris, deformitas (-), deviasi (-), tidak ada sekret.
• Telinga : Simetris, bentuk dalam batas normal, menggantung, deformitas
(-), sekret (-), nyeri tekan tragus mastoid tidak ada
• Mulut : Bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa
lidah merah
• Leher : dalam batas normal, tiroid tidak membesar
• Thorax : Tidak terdapat skar, spider naevi (-), simetris kiri dan kanan
 Paru
I: Pernapasan statis-dinamis kiri = kanan.
P: Stemfremitus simetris kiri dan kanan
P: Sonor disemua lapang paru
A: Suara nafas vesikuler normal (+/+), wheezing (-/-), rhonki (-/-)
 Jantung
I: Iktus kordis tidak terlihat
P: Iktus kordis tidak teraba
P: Tidak dilakukan
A: Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
• Abdomen
I: Datar, tampak benjolan (-)
A: Bising usus (+)
P: Timpani (+) di seluruh regio abdomen
P: Nyeri tekan (-)
• Ektremitas Superior, inferior, dekstra, sinistra dalam batas normal

Status Neurologis
 Kepala dan Leher : dalam batas normal
 Tanda Meningeal : (-)
 Nervus kranialis : dalam batas normal
 Kekuatan Motorik :
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

 Refleks Fisiologis :

 Refleks Patologis :

 Gerakan Abnormal : (-)


 Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi Gerakan: (-)

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Telah diperiksa seorang laki-laki 47 tahun, suku Jawa, belum menikah, agama Islam,
pendidikan terakhir Sarjana Teknik Pertambangan UPN, anak pertama dari empat bersaudara.

Alloanamnesis didapatkan tahun 2017, pasien lebih sering diam, ditanya tidak menjawab,
aktivitas menurun (harus disuruh), duduk diam berjam-jam,

Pada pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki-laki, kesan sesuai usia, rawat diri
baik, hipoaktif, cukup kooperatif, mood disforik, afek datar, keserasian : innapropriate,
Gangguan persepsi : Halusinasi Auditorik, Bentuk pikir : non realistic, Progresi pikir :
Remming (+), Irrelevansi (-), Inkoherensi (-), Asosiasi Longgar (-), Tangensial (-), Flight of
idea (-). Isi pikiran : Preokupasi (-), Waham (tidak dapat dinilai). Insight Buruk.

Pemeriksaan fisik dan sensorik dalam batas normal.


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

V. FORMULASI DIAGNOSIS

Pada pasien ditemukan sindroma atau pola perilaku atau psikologis yang bermakna secara
klinis dan menimbulkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan
dan aktivitas sehari-hari pasien. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
suatu gangguan jiwa sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ III.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat demam tinggi
atau kejang yang terjadi sebelumnya ataupun kelainan organik.10,11 Hal ini dapat menjadi
dasar untuk menyingkirkan diagnosis gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat
psikoaktif (F.1).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dengan pasien. Pada pemeriksaan status mental
pasien didapatkan gangguan afek dan mood. Sedangkan, pada anamnesis mengenai riwayat
penyakit pasien, didapatkan gangguan isi pikir berupa waham-waham yang mendukung.
Keluhan pasien ini sudah berlangsung selama 1 bulan dan dapat memenuhi kriteria diagnosis
Depresi (F32) berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Pedoman
menurut PPDGJ – III

 Dalam PPDGJ III dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis episode depresif:
1. Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
2. Gejala lainnya:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang rasa rasa bersalah dan tidak berguna
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri sendiri atau bunuh diri;
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

3. Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa sekurang
kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
4. Kategori diagnosis episode depresif ringan, sedang, berat hanya digunakan untuk episode
depresif tunggal. Episode dpresif berikutnya harus diklasifikasi di bawah salah satu
diagnosis gangguan depreif berulang (F.33.-)

F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik


 Episode depresi berat yang memenuhi criteria menurut F32.2 tersebut diatas
 Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskian atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau menuduh, atau bau kotoran
atau daging membusuk.

Pada pasien ini didapatkan sindroma:


1. Sindrom psikotik/skizofrenia:
- Insight jelek
- Penurunan fungsi peran sehari – hari
Kriteria umum diagnosis skizofrenia:
* Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

(a) – Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitasnya berbeda, atau

– Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(Withdrawal) dan

– Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

(b) – Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar atau

– Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan


tertentu dari luar atau

– Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan khusus).

– Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

(c) Halusional Auditorik ;

– Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien

– Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara atau

– Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil misalnya perihal keyakinan agama atau politik
tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu
mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau dunia lain)

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

(a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif
yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,
atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.

(b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

(c) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

(d) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan
sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun


waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara
sosial.

Karena tidak satupun kriteria termasuk dalam skizofrenia paranoid, hebrefenik, dan
katatonik maka pasien ini masuk ke dalam skizofrenia tak terperinci.

Tabel 1. Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-IV)


Kriteria Diagnostik Untuk Gangguan Skizoafektif
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu
waktu.
Terdapat baik episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode
campuran dengan
gejala yang memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan: Episode depresif berat harus termasuk kriteria A1: mood
terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode mood ditemukan untuk
sebagian
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

bermakna dari lama total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya,
obat
yang disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
Sebutkan tipe:
Tipe bipolar: jika gangguan termasuk suatu episode manik atau campuran
(atau suatu manik
suatu episode campuran dan episode depresif berat)
Tipe depresif: jika gangguan hanya termasuk episode depresif berat.
Tabel dari DSM-IV, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. Ed. 4.

DSM-IV juga membantu klinisi untuk menentukan apakah pasien menderita gangguan
skizoafektif, tipe bipolar, atau gangguan skizoafektif, tipe depresif. Seorang pasien
diklasifikasikan menderita tipe bipolar jika episode yang ada adalah dari tipe manik atau suatu
episode campuran dan episode depresif berat. Selain itu, pasien diklasifikasikan menderita tipe
depresif.5
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup
sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan
gejala-gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit
skizofrenik yang sudah ada, atau di mana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara
bergantian dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam
kategori yang sesuai dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana
perasaan (mood) pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis
gangguan skizoafektif.

Tabel 2. Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III


 Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-
sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.


 Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.
 Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau
campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua
episode manik atau depresif (F30-F33)

VI. DIAGNOSIS BANDING

1. Gangguan Skizoafektif tipe Depresif


2. Episode depresif berat dengan gejala psikotik
3. Gangguan Skizofrenia Paranoid

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)

F.25.1 Gangguan Skizoafektif tipe Depresif

AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)

Tidak ada

AKSIS III (Kondisi Medik Umum)

Tidak ada

AKSIS IV (Stressor Psikososial)

Masalah pekerjaan

Masalah dengan “primary support group” (keluarga)

Masalah psikososial
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

AKSIS V (Fungsi Sosial)

• GAF 80-71 Beberapa gejala ringan dan menetap, diabilitas ringan dalam fungsi, secara
umum masih

VIII. PROGNOSIS

a. Faktor yang memberikan faktor baik : suami yang senantiasa mendukung pasien, tetangga
yang masih sering kerumah pasien untuk memberikan dukungan.
b. Faktor yang memberikan faktor buruk : pasien yang masih belum menyadari penyakitnya,
masih enggan melakukan kegiatan diluar rumah.
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam. Sehingga kesimpulan prognosis
pada pasien berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
• Quo Ad Vitam (hidup) : dubia ad bonam
• Quo Ad Functionam (fungsi): dubia ad bonam
• Quo Ad Sanationam (sembuh): dubia ad bonam

IX. TERAPI

• Farmakoterapi
• Risperidon 2x2 mg
• Alprazolam 1x1 mg
• Klozapin 1x25 mg
• Trihexyphenidyl 1 x 2 mg
• Psikoterapi & Edukasi
• Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif, psikoterapi reedukatif,
dan terapi kognitif-perilaku.
• Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens (pertahanan)
pasien terhadap stres.
• Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien terhadap
penyakitnya serta mengembangkan kemampuannya untuk menunjang penyembuhan
dirinya. Selain itu juga meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019

LONGCASE

kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan edukasi baik


terhadap pasien maupun keluarga.
• Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan konflik-konflik
nirsadar dengan usaha untuk mecapai perubahan struktur luas kepribadian.
• Edukasi
• Menyarankan kepada keluarga untuk pentingnya dukungan kepada pasien, jangan
membatasi aktivitas pasien secara wajar, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal
yang dapat meningkatkan stresor.
• Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk teratur minum obat dan kontrol selain
itu kembali menyibukkan diri seperti aktivitas lainnya, kembali melakukan hal-hal
yang menyenangkan, terbuka dalam perasaan, bila mungkin bisa kontrol ke
psikiater.

Yogyakarta, 15 Desember 2019

Dr. dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.KJ

Anda mungkin juga menyukai