Anda di halaman 1dari 29

JOURNAL READING

“Kanker Endometrium”

Kepaniteraan Klinik Senior Departemen


Ilmu Kesehatan Obstetri & Ginekologi
RSU Royal Prima

Pembimbing:
Dr. dr. Mangatas Silaen, M.K.M, Sp.OG

Disusun Oleh:
Nur Hasanah 143307010020

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS)


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN OBSTETRI & GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
RUMAH SAKIT UMUM ROYAL PRIMA
MEDAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Journal Reading
“Kanker Endometrium”

OLEH:
Nur Hasanah 143307010020

Telah Dibacakan Tanggal :

Nilai :

Telah disetujui pada Tanggal


Oleh,

(Dr. dr. Mangatas Silaen, M.K.M, Sp.OG)


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan journal reading ini, sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Profesi Dokter di Stase Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Prima Indonesia.
Journal reading ini berjudul “Kanker Endometrium”. Dalam penyelesaian
penulisan journal ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dr. dr. Mangatas Silaen, M.K.M, Sp.OG selaku Dosen Pembimbing yang telah
menyediakan sarana dan prasarana bagi penulis serta meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan saran selama dari awal penulisan hingga selesainya
penulisan journal ini.
2. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua dan teman
penulis atas do’a, dukungan, semangat, serta kesediaan waktu dan tenaganya dalam
membantu menulis journal ini.
Penulis menyadari bahwa Journal Reading ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
membangun demi perbaikan dan penyempurnaan journal ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam penyelesaian journal ini. Semoga journal ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Medan, 14 Oktober 2019


Penulis,

Nur Hasanah

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... iiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 3
2.1. Kanker ........................................................................................................... 3
2.2. Rahim ............................................................................................................ 3
2.3. Kanker Endometrium .................................................................................. 4
2.4. Epidemiologi Kanker Endometrium ............ Error! Bookmark not defined.
2.5. Faktor Risiko Kanker Endometrim ........................................................... 5
2.6. Patogenesis Klinis Kanker Endometrium .................................................. 8
2.7. Patofisiologi Kanker Endometrium ............................................................ 9
2.8. Gejala dan Tanda Kanker Endometrium .... Error! Bookmark not defined.
2.9. Diagnosis dan Penentuan Stadium Kanker Endometrium .............. Error!
Bookmark not defined.0
2.10. Stadium Kanker Endometrium .................. Error! Bookmark not defined.1
2.11. Diagnosis Banding Kanker Endometrium . Error! Bookmark not defined.3
2.12. Terapi Kanker Endometrium ....................... Error! Bookmark not defined.
2.13. Pencegahan Kanker ..................................... Error! Bookmark not defined.5
BAB III KESIMPULAN ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 18
SOAL .......................................................................................................................... 19

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 FIGO (2009) Staging System for Endometrial Cancer…………………..12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara umum, tumor (Latin, tumor = pembengkakan) berarti benjolan yang dapat
disebabkan oleh beragam penyakit seperti neoplasma, infeksi, kelainan bawaan,
dsb. Secara khusus, tumor merupakan benjolan abnormal yang disebabkan oleh
neoplasma (Imam, 2013). Neoplasma (Yunani, neos = baru; plasein = bentukan)
ialah penyakit pertumbuhan sel yang ditandai oleh pembentukan dan proliferasi
sel-sel baru (neoplasia), menghasilkan sel baru dengan ciri neoplastik yakni
bentuk, sifat dan kinetikanya berbeda dengan sel asal yang normal. Selain itu sel
yang baru itu pertumbuhannya keluar dari sistem kendali tubuh (abnormal)
sehingga merusak bentuk dan atau fungsi organ yang terkena (Imam, 2013).

Kanker endometrium berasal dari endometrium, karena berasal dari korpus uteri,
juga disebut karsinoma korpus uteri. Dari keganasan ginekologik, karsinoma
endometrium menempati 20-30%, bersama karsinoma serviks uteri, karsinoma
ovarium merupakan 3 jenis keganasan ginekologik yang paling sering ditemukan
(Wan, 2016).

Karena kekhususan lokasi anatominya, kavum uteri dan vagina berhubungan


dengan dunia luar, gejala awal karsinoma endometrium seperti perdarahan
pervaginam dapat cepat menarik perhatian dokter maupun pasien, mudah
ditemukan dini. Umumnya kasus ketika ditegakkan diagnosis lesi masih terbatas
pada uterus, selain itu terdapat lapisan otot cukup tebal menyelimuti
endometrium sehingga tidak mudah menyebar, metastasis terjadi relatif lambat,
maka prognosis relatif baik, survival 5 tahun total antara 60-70% (Wan, 2016).

Menurut data World Health Cancer (WHO) tahun 2012, kanker endometrium
merupakan kanker peringkat keenam terbanyak yang diderita wanita Indonesia,
dengan insidens 6.475 kasus (4%). Di dunia, insidens kanker endometrium
menempati peringkat kelima tertinggi kanker pada wanita, yaitu sebanyak
319.605 kasus (4,8%). Walaupun kanker ini umumnya menyerang wanita usia
pasca menopause, tetapi ada juga sebagian kecil pasien (5-30%) yang didiagnosis
pada usia < 30 tahun. Jumlah kematian yang disebabkan oleh kanker
endometrium pada tahun 2011 adalah sebanyak 8.120 (Kartika, 2015).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker

Kanker atau tumor ganas adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk dari sel-
sel yang tumbuh terus menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan
jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh. Tumor ganas bersifat invasif (mampu
menyebar secara langsung atau metastasis), tumbuh dengan cepat dan berbatas tidak
tegas. Jaringan atau sel tumor ganas, secara histologi mempunyai lebih sedikit
kemiripan dengan sel atau jaringan induk dibandingkan dengan tumor jinak. Tumor
ganas tumbuh dan menginfiltrasi dan merusak jaringan di sekitarnya, dan
memungkinkan sel neoplastik menembus dinding pembuluh darah dan pembuluh limfe
(Yeni, 2008).

Tiga faktor penting dalam menentukan kecenderungan penyebaran tumor adalah


sifat tumor itu sendiri, daya tahan hospes dan kerentanan organ yang disebari sel-sel
tumor. Penyebaran tumor ganas dibagi mejadi dua, yaitu :

1. Penyebaran setempat, yaitu penjalaran sel-sel tumor dari tumor induk ke jaringan
sehat sekitarnya. Masa sel tumor berhubungan dengan tumor induknya.
2. Penyebaran jauh atau metastasis merupakan pelepasan sel-sel tumor dari tumor
induk yang kemudian diangkut oleh aliran darah atau cairan getah bening ke tempat
yang jauh, membentuk pertumbuhan baru yang disebut anak sebar. Masa tumor
anak sebar tidak berhubungan dengan masa tumor induk (Yeni, 2008).
2.2 Rahim

Rahim atau uterus merupakan jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis diantara
kandung kemih dan rectum. Berbentuk seperti buah peer dan gepeng, jika dalam
keadaan tidak hamil, panjangnya 7cm, lebar 5cm dan berdiameter 2,5cm. Uterus terdiri
dari 3 bagian yaitu korpus uteri (berbentuk segitiga), stroma serviks uteri (berbentuk

3
silinder) dan fundus uteri (bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba)
(Yeni, 2008).

Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan, yaitu (Yeni, 2008) :

1. Perimetrium (lapisan luar)


2. Myometrium (lapisan tengah)
3. Endometrium (lapisan dalam)

2.3 Kanker Endometrium


Kanker endometrium adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan dan
penyebaran yang tidak terkendali dari sel-sel yang tidak normal yang berasal dari
lapisan dinding dalam rahim (endometrium) biasanya terjadi akibat rangsangan
stimulasi hormon estrogen yang berlebihan yang tidak diimbangi oleh peningkatan
hormon progesteron (Yeni, 2008).

Kanker endometrium adalah suatu lesi yang menunjukkan tanda-tanda keganasan,


sudah terjadi invasi dari jaringan endometrium, invasi stroma yang ditandai dengan
hilangnya stroma, kelenjar yang saling berhimpit, infiltrasi kelenjar yang tidak
beraturan dan bentuk kapiler yang luas (Rizani, 2013).

2.4 Epidemiologi Kanker Endometrium


Kanker endometrium merupakan salah satu keganasan ginekologik yang paling
sering ditemukan. Diantara keganasan organ reproduksi wanita, insidennya dibawah
kanker serviks uteri atau kanker ovarium sehingga menempati urutan ke 2 atau ke 3.
Diseluruh dunia kasus baru kanker endometrium setiap tahun berjumlah 150.000.
perbandingan insiden di dunia, Amerika Utara, Eropa Utara memiliki insiden tertinggi,
kawasan Asia lebih rendah. Di Amerika Serikat, kasus baru kanker endometrium setiap
tahun adalah 38.000, meninggal 3.000. Proporsinya terhadap insiden keganasan organ
reproduksi di mancanegara berturut-turur adalah : Amerika Serikat 20-25%, Eropa 10-
15%, Jepang 3-8%, China 0,99-9,0%. RS. Kanker Universitas Zhongsan antara tahun
1964-1985. Telah menangani 1234 kasus karsinoma endometrium atau 10,91% dari

4
seluruh keganasan sistem reproduksi wanita dalam periode yang sama. Meskipun
karsinoma endometrium dapat timbul pada setiap usia, tapi pada dasarnya merupakan
penyakit wanita lansia, usia rata-rata kejadian adalah sekitar 55 tahun, 10 tahun lebih
lanjut dibanding kanker serviks. RS. Universitas Zhongsan menghimpun data dari 688
kasus, rata-rata usia timbul penyakit adalah 52,7 tahun. Yang berusia 50-59 tahun
adalah 52,5%. Dari 108 kasus di RS Xiehe Beijing rata-rata usia adalah 53,3 tahun,
yang berusia 50-64 tahun adalah 58,3%.

Dalam 20 tahun terakhir ini, literatur dalam dan luar negeri melaporkan insiden
kanker endometrium cenderung meningkat, ratio insiden kanker endometrium terhadap
kanker serviks uteri dari 1:5-10 di tahun 1950an naik menjadi 1:1-3. Penyebab
kenaiakan insiden kanker endometrium terutama disebabkan oleh beberapa faktor
berikut : peningkatan taraf hidup rakyat, usia harapan hidup manusia terus memanjang,
lebih banyak wanita memasuki usia risiko tinggi kanker endometrium; upaya besar-
besaran panapisan kanker serviks uteri dan keluarga berencana menyebabkan insiden
kanker serviks uteri menurun sedangkan kanker endometrium relatif meningkat.;
berkembangnya asuransi kesehatan membuat pasien terdiagnosis pada waktunya;
penggunaan meluas hormon estrogen eksogen menambah risiko timbulnya kanker
endometrium. Namun perlu dikemukanan bahwa hubungan penggunaan estrogen dan
risiko timbulnya kanker endometrium berkaitan dengan faktor dosis dan cara
penggunaan, rasionalitas, lama penggunaan, kandungan reseptor dalam sitoplasma
individual, dll (Wan, 2016).

2.5 Faktor Risiko Kanker Endometrium


Faktor risiko penyakit kanker secara umum berhubungan dengan faktor genetik,
faktor karsinogen diantaranya yaitu zat kimia, radiasi, virus, hormon, faktor
perilaku/gaya hidup, diantaranya yaitu merokok, pola makan yang tidak sehat,
konsumsi alkohol dan kurang aktivitas fisik (Infodatin, 2015).

Melalui survei epidemiologi dan eksperimen serta penelitian klinis dianggap


etiologinya mungkin berkaitan dengan faktor berikut (Wan, 2016) :

5
Stimulasi berlebihan jangka panjang hormon estrogen

Stimulasi berkepanjangan hormon estrogen berlebihan dan timbulnya kanker


endometrium berhubungan erat, menjadi faktor risiko penting kanker endometrium.
Endometrium dibawah pengaruh berlebihan hormon estrogen dalam jangka panjang
dapat timbul hiperplasia hingga hiperplasia atipikal, yaitu lesi neoplastik intra-epitel
endometrium, akhirnya berubah menjadi keganasan. Beberapa faktor risiko penyebab
meningkatnya kadar hormon estrogen tubuh adalah :

1. Infertilitas atau partus sedikit


Penelitian membuktikan satu kehamilan aterm normal dapat membebaskan
endometrium dari pengaruh estrogen selama 1-3 tahun, pasien infertil tidak
memiliki efek ini, khususnya pada pasien infertil anovulatorius, karena tidak
memiliki antagonis estrogen, endometrium mendapat pengaruh terus menerus
dari estrogen mudah timbul hyperplasia dan perubahan keganasan. Oleh karena
itu infertilitas menjadi faktor risiko kanker endometrium. Selain itu, dengan
bertambahnya jumlah partus aterm, tingkat risiko menurun.
2. Menarke dini atau menopause tertunda
Menarke pada usia dini atau menopause tertunda membuat risiko kanker
endometrium relative meningkat. Ada data menunjukkan, menarke pada usia <
11 tahun memiliki risiko relatif kanker endometrium 3,9 kali lipat dibandingkan
menarke pada usia ≥ 15 tahun, usia menopause ≥ 52 tahun berisiko kanker
endometrium 2,5 kali lipat lebih tinggi dari yang ≤ 49 tahun. Ini disebabkan
beberapa tahun sebelum terjadi menarke dini dan beberapa tahun terakhir pada
wanita menopause tertunda umumnya mengalami haid anovulatorius, efek
estrogen dalam tubuh memanjang tanpa diregulasi oleh hormon progestin.
Pasien kanker endometrium memiliki usia menopause jelas lebih lambat dari
wanita normal. Menurut data, usia rata-rata menopause wanita normal
perkotaan adalah 47,8 tahun, wanita pedesaan 46,7 tahun sedangkan pada
pasien kanker endometrium adalah 50,3-52 tahun. Data dari RS. Kanker

6
Universitas Zhongshan menunjukkan pada pasien kanker endometrium, usia
menopause termuda 38 tahun, tertua 58 tahun, rata-rata 49,1 tahun.
3. Gangguan fungsi hipofisis
Disfungsi hipofisis tidak hanya dapat menyebabkan kelainan metabolisme, tapi
juga perubahan keganasan endometrium. Karena lobus anterior hipofisis
mensekresi berlebihan hormon pertumbuhan yang dapat menyebabkan diabetes
mellitus, timbul hiperglikemian dan obesitas, lalu timbul hipertensi. Fungsi
gonadotropik dari hipofisis juga dapat hiperaktif, sekresi FSH berlebih.
Ovarium kehilangan daya ovulasi, kekurangan antagonis dari progestin,
endometrium mengalami hiperplasia berkepanjangan, dapat menimbulkan
perubahan keganasan.
Obesitas merupakan faktor risiko penting timbulnya kanker endometrium. Jika
berat badan melebihi 15% dari berat badan normal, maka risiko kanker
endometrium meningkat 3 kali lipat. Penyebabnya adalah sel lemak memiliki
daya menyimpan dan sintesis estrogen, pada obesitas estrogen endogen
meningkat tanpa diimbangi progestin hingga timbul hiperplasia bahkan
keganasan endometrium.
4. Penyakit ovari feminisasi
Tumor stroma korda seksual ovari seperti tumor granular, tumor sel teka ovari
berkemampuan mensekresi estrogen, insiden kanker endometrium pada pasien
demikian dapat mencapai 10-27% . Selain itu, sindrom ovarium polikistik juga
berkaitan dengan anovulasi dan kelebihan estrogen, diantara pasien demikian
yang disertai kanker endometrium mencapai 25%.
5. Hormon estrogen eksogen
Ini merupakan masalah yang paling perlu mendapat perhatian dewasa ini dalam
hal timbulnya kanker endometrium. Sudah sejak 30 tahhun silam ada pendapat
bahwa terapi substitusi estrogen dapat meningkatkan insiden kanker
endometrium. Kini semakin banyak literatur mengemukakan pembuktian hal
ini. Pada pasien yang pernah memakai estrogen risiko kanker endometrium

7
bertambah 4-5 kali lipat, jika masa pemakaian melebihi 7 tahun, maka risiko
bertambah 14 kali lipat.
6. Obat antiestrogen
Tamoksifen sebagai sediaan antiestrogen telah luas digunakan pada terapi
penunjang pasca operasi kanker payudara, tapi belakangan ini sering kali
dilaporkan pasca penggunaan tamoksifen timbul kanker endometrium,
terutama bila masa penggunaaan melebihi 2 tahun, maka risikonya lebih besar
lagi. Sebabnya adalah tamoksifen merupakan sejenis hormon steroid sintetik,
memiliki efek dual yaitu antiestrogenik dan estrogenik, dapat merangsang
ovarium mensekresi estrogen dan menginduksi ovulasi sehingga meningkatkan
kadar estrogen plasma darah.
7. Faktor nutrisi
Kelebihan masukan protein hewani, lemak dan hidrat arang berbanding
langsung dengan kejadian kanker endometrium. Tapi mekanisme pengaruh ini
bersifat kompleks.
8. Faktor lainnya
Defek imunitas herediter, karsinomatosis multiple, riwayat iradiasi kavum
pelvis, dll. Dianggap sebagai berkaitan dengan timbulnya kanker endometrium.

2.6 Patogenesis Klinis Kanker Endometrium


Tumor ini memiliki dua bentuk dasar klinis, tipe I dan tipe II. Dua bentuk
karsinoma endometrium ini memperlihatkan gambaran-gambaran biologis, klinis dan
imunokimia molekuler yang berbeda yang menunjukkan dua jalur karsinogenesis.

Karsinoma tipe I umumnya berdiferensiasi baik hingga sedang dan mencakup 80%
hingga 85% dari semua kanker endometrium. Tipikal pasiennya adalah wanita
perimenopause dan postmenopause yang obesitas, hipertensi dan diabetes. Tumor
sering dikaitkan dengan hiperplasia, kondisi yang dihasilkan dari stimulasi estrogen
seperti anovulasi yang biasanya terjadi pada saat menopause atau pada wanita yang
lebih muda dengan penyakit ovarium polikistik (PCOS). Dalam spesimen histerektomi,

8
tumor derajat rendah ini umumnya menunjukkan invasi miometrium minimal,
meskipun invasi yang dalam dapat terjadi pada beberapa kasus. Prognosis umunya baik
dengan ketahanan hidup 5 tahun 80% atau lebih baik.

Neoplasma tipe II mewakili bentuk kanker endometrium yang sangat berbeda.


Mereka adalah neoplasma tingkat tinggi yang tampaknya tidak terkait dengan stimulasi
estrogen berkelanjutan. Tumor pada kelompok ini merupakan 15% hingga 20% dari
semua kanker endometrium. Kanker endometrium tipe II cenderung terjadi pada wanita
postmenstrual yang lebih tua, tidak berhubungan dengan hiperplasia dan sering terjadi
pada atrofi endometrium (Lora, 2016) (American Institute of Cancer Research, 2018).

2.7 Patofisiologi Kanker Endometrium


Adanya rangsang estrogen yang lama dan berlebihan tanpa ada yang menghambat
akan merangsang pertumbuhan endometrium menjadi hiperplastik dan dapat
berkembang menjadi karsinoma. Kelainan endometrium yang dapat berlanjut menjadi
adenokarsinoma adalah hiperplasia adenomatosa atipik yang sering disebut lesi
prekursor terjadinya adenokarsinoma (Rizani, 2013).

Rute penyebaran penyakitnya antara lain kanker endometrium dapat berinvasi


secara langsung pada jaringan sekitarnya melalui tubafalopi sel kanker masuk ke
rongga peritoneum, melalui aliran saluran getah bening ke kelenjar para-aorta, pelvis,
inguinal/femoral, dan melalui aliran pembuluh darah menyebar ke paru-paru, hepar,
otak dan tulang (Sarwono,2011).

2.8 Gejala dan Tanda Kanker Endometrium


Gejala yang paling sering dijumpai adalah perdarahan uterus abnormal yang berupa
metroragia atau perdarahan pasca menopause dan/atau keputihan (Sarwono, 2011).

Pasien kanker endometrium stadium dini dapat tak memiliki gejala jelas. Sejalan
progresi penyakit dapat timbul gejala berikut (Wan, 2016) :

 Perdarahan abnormal pervaginam

9
Manifestasi dapat berupa perdarahan pervaginam pasca menopause, kekacauan
siklus haid pada wanita usia reproduksi, masa haid memanjang, menoragia bahkan
perdarahan masif, dll.
 Sekresi abnormal pervaginam
Manifestasi berupa sekresi sanguineus atau seperti air, bila disertai infeksi dapat
timbul sekret purulen dan berbau busuk. Gejala ini timbul lebih awal dari
perdarahan pervaginam, umumnya pada pasien pasca menopause, sedangkan pada
pasien premenopause gejala ini jarang ditemukan.
 Nyeri
Pasien stadium dini tak nyeri atau hanya ringan dan terabaikan, dengan progresi
penyakit, dapat timbul nyeri tegang abdomen bawah atau nyeri intermiten..
 Manifestasi metastasis kanker
Bila tumor bermetastasis sistemik, seperti ke paru, hati, ginjal, otak, vagina segmen
bawah, dapat timbul gejala yang sesuai, seperti : batuk, batuk darah, nyeri area hati,
nyeri tulang, sakit kepala, muntah, dll.

2.9 Diagnosis dan Penentuan Stadium Kanker Endometrium


Sebagian besar kanker endometrium didiagnosis pada tahap awal karena
perdarahan uterus yang abnormal adalah gejala yang muncul pada 90% kasus.
Pertanyaan tentang strategi diagnostik terbaik pada pasien dengan perdarahan pasca
menopause masih tetap kontroversial. (N.Colombo dkk, 2013).

Pemeriksaan patologi anatomi merupakan baku emas penentuan diagnosis kanker


endometrium. Namun, sebelum dilakukan pemeriksaan patologi anatomi, perlu
dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang mendukung
penentuan diagnosis. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik harus diperhatikan ukuran
dari uterus, keterlibatan dari leher rahim dan vagina, asites, dan pembesaran KGB
daerah pelvis atau inguinal.

Biopsi aspirasi endometrium merupakan langkah pertama yang dapat diterima


dalam mengevaluasi pasien dengan perdarahan uteri abnormal atau yang dicurigai

10
mengalami proses patologis pada endometriumnya. Akurasi diagnostik dari biopsi
endometrium yang dilakukan di poli rawat jalan adalah sebesar 90-98% jika
dibandingkan dengan hasil temuan dilatasi kuretasi (D&C) atau histerektomi. Jika
dicurigai adanya lesi mencurigakan dengan eksplorasi pelvis dan abdominal,
histerektomi radikal, salfingooforektomi bilateral dan diseksi KGB pelvis dan
paraaorta bilateral. Uterus diperiksa untuk menentukan ukuran tumor, kedalaman
invasi miometrium, stroma servikal dan ekstensi glandular. Semua KGB pelvis dan
paraaorta yang mencurigakan harus diperiksa patologinya (Kartika, 2015).

Sistem FIGO baru-baru ini mengalami revisi yang signifikan, yang memiliki
implikasi penting bagi ahli radiologi. Perubahan yang dimasukkan ke dalam sistem
FIGO 2009 mencakup penyederhanaan penyakit stadium I dan penghapusan invasi
mukosa serviks sebagai tahap yang berbeda. MRI sangat penting untuk penentuan
stadium kanker endometrium sebelum operasi karena secara akurat dapat
menggambarkan kedalaman invasi miometrium, yang merupakan faktor prognostik
morfologi yang paling penting dan berkolerasi dengan tingkat tumor, keberadaan
metastasis kelenjar getah bening dan kelangsungan hidup pasien secara keseluruhan
(Peter, 2012).

Penanda tumor (CA125) penanda serum hanya akan muncul dalam darah pasien
dengan keganasan yang sebenarnya; penanda tumor dan respons terhadap pengobatan.
Penanda serum akan digunakan untuk skrining populasi kesehatan dan kelompok
tertentu dengan faktor risiko yang lebih tinggi (Cenk, 2013).

2.10 Stadium Kanker Endometrium


Pasien yang tidak layak dioperasi ditetapkan stadiumnya dengan stadium klinik.
Stadium surgical pathologic (FIGO, 1988) harus memasukkan derajat histopatologik :

Stadium I : tumor terbatas pada korpus uteri


IA : tumor terbatas pada endometrium
IB : invasi < ½ ketebalan miometrium

11
IC : invasi > ½ ketebalan miometrium
Stadium II : tumor menginvasi serviks tapi tidak meluas ke luar uterus
IIA : keterlibatan kelenjar endoserviks saja
IIB : invasi pada stroma serviks
Stadium III : tumor menyebar lokal dan/atau regional serviks
IIIA : tumor menginvasi serosa dan/atau adneksa
IIIB : menginvasi ke vagina (secara langsung atau metastasis)
IIIC : metastasis ke kelenjar getah bening pelvis dan/atau para aorta
Stadium IV : tumor dengan metastasis jauh
IVA : tumor menginvasi mukosa kandung kemih dan/atau mukosa usus
IVB : metastasis jauh, termasuk kelenjar getah bening intra-abdominal
dan/atau inguinal

Derajat hitopatologik adenokarsinoma :

G1 : derajat diferensiasi adenokarsinoma adenomatosa baik (≤ 5% padat)


G2 : derajat diferensiasi adenokarsinoma adenomatosa dengan sebagian padat (≤ 5%-
50% padat)
G3 : sebagian besar padat atau seluruhnya karsinoma undifferentiated (>50% padat).

Table 2.1 FIGO (2009) Staging System for Endometrial Cancer


Stage Description

IA Tumor confined to uterus,


<50% myometrial invasion

IB Tumor confined to uterus,


≥50% myometrial invasion

II Cervical stromal invasion

IIIA Tumor invasion into serosa or


adnexa

IIIB Vaginal or parametrial


involvement

IIIC1 Pelvic node involvement

IIIC2 Paraaortic node involvement

12
IVA Tumor invasion into bladder
or bowel mucosa

IVB Distant metastases (including


abdominal metastases) or
inguinal lymph node
involvement

(Peter, 2012).
Diagnosis dibuat melalui biopsi endometrium atau kuretase diagnostik. Hasil
negatif dari biopsi endometrium pada kasus dengan keluhan simptomatis perlu
dilanjutkan dengan kuretase bertingkat dengan kawalan histeroskopi. Diagnosis pasti
dibuat dengan sampel histopatologik. Kuretase bertingkat diperlukan bila dicurigai
adanya infiltrasi ke endoserviks (Sarwono, 2011).

2.11 Diagnosis Banding Kanker Endometrium


Biopsi endometrium merupakan dasar bagi diagnosis kanker endometrium, bila
dilakukan kuretase diagnostik secara akurat pada waktunya, diagnosis umumnya
tidak sulit. Secara klinis penyakit ini harus dibedakan dari penyakit-penyakit
berikut ini :
(1) Hiperplasia atipikal endometrium : etiologi dan manifestasi penyakit ini
menyerupai kanker endometrium, tapi usia timbulnya penyakit ini lebih muda
dan reaksi terhadap terapi lebih baik, diagnosis pasti bergantung pada
pemeriksaan patologi endometrium.
(2) Kanker leher rahim (serviks) : kanker endometrium mengenai leher rahim
atau kanker endometrium bertangkai atau polipoid tumbuh dari kavum uteri
mencapai atau melewati leher rahim melalui ostium eksternal, tipe ini sangat
sulit dibedakan dari kanker primer endometrium preoperasi, harus berdasarkan
usia pasien, tipe patologi, ukuran uterus dan faktor lain sebagai rujukan
diagnosis pra operasi. Bila pasien adalah wanita usia lanjut, tipe patologi adalah
adenokarsinoma dan ukuran uterus agak membesar, maka kemungkinan
karsinoma endometrium lebih besar.
(3) Perdarahan uterus fungsional dan mioma uteri : gejala dan tanda fisik
memiliki kemiripan dengan kanker endometrium, tapi dengan pencitraan

13
seperti USG, CT Scan, MRI, dan biopsi endometrium dapat membantu
membedakannya (Wan, 2016).

2.12 Terapi Kanker Endometrium


Metode terapi karsinoma endometrium adalah operasi, radioterapi, kemoterapi,
dll. Metode yang paling sering digunakan adalah operasi dan radioterapi (Wan,2016).

Terapi pembedahan

Terapi bedah karsinoma endometrium terutama terdiri atas 3 teknik operasi berikut :

(1) Histerosalpingektomi total atau histerosalpingektomi diperluas : yaitu atas


dasar histerektomi total ditambah eksisi segmen atas vagina ≤ 2 cm, untuk
mencegah rekurensi vagina residual.
(2) Histerektomi ekstensif : operasi ini mengangkat termasuk : ligasi tinggi ligamen
infundibulum pelvis, eksisi semua jaringan parametrium di dalam ligamentum
latum, dekat dinding pelvis eksisi sebagian besar ligamentum teres, sebagian
ligamentum sakrouterina dan ligamentum kardinal serta tidak kurang dai 2 cm
segmen atas vagina.
(3) Histerektomi total ekstensif + eksisi limfatik iliopelvik bilateral/eksisi limfatik
para aorta abdominal atau biopsi.
Pemilihan ketiga teknik operasi diatas harus didasarkan pada stadium stadium
klinis tumor, jenis patologik, tingkat diferensiasi sel dan kondisi fisik pasien
secara individual. Tapi penentuan stadium karsinoma endometrium secara akurat
adalah secara operasi, harus mengangkat uterus terlebih dahulu untuk memastikan
kedalaman invasi ke otot uterus.

Raditerapi

Radioterapi dapat menjadi cara satu-satunya terapi kanker endometrium ataupun


sebagai terapi penunjang terapi bedah, kemoterapi dan terapi hormon. Tujuannya dapat
untuk kuratif, kadang kala hanya berefek mengurangi simtom, memperbaiki kualitas

14
kehidupan, memperpanjang usia, maka raditerapi merupakan cara yang paling penting.
Raditerapi dibagi atas :

(1) Radioterapi radikal


Terhadap pasien dengan hipertensi, diabetes mellitus, obesitas berat tidak dapat
dioperasi atau stadium lanjut yang sudah tidak bisa dieksisi lagi, dapat diraditerapi
dengan efek kuratif.

(2) Radioterapi kombinasi dengan operasi


a. Radioterapi preoperasi
Radioterapi preoperasi dapat mengurangi aktivitas sel tumor, menghindari
penyebaran metastasis sel kanker saat dioperasi akibat stimulasi operatif. Selain
itu radioterapi preoperasi dapat memperkecil volume tumor, meningkatkan
ketuntasan operasi, indikasinya : 1) pemeriksaan klinis menemukan volume
tumor terlalu besar hingga diperkirakan sulit dieksisi, 2) tumor menginvasi
serviks uteri atau segmen atas vagina dapat diberikan radioterapi intravaginal.
b. Radioterapi pasca operasi
Indikasinya : stadium operatif patologik IC keatas (mencakup stadium IC), atau
jenis patologik tingkat keganasan tinggi, belum dilakukan pengangkatan
limfatik.
Kemoterapi

Pengobatan dengan kemoterapi memberikan responsitas yang positif pada kanker


endometrium, tetapi tidak sebaik hasilnya seperti pada kanker ovarium. Pemberian
kemoterapi hanya ditujukan pada kasus dengan tidak lengkapnya deseksi kelenjar
getah bening para-aorta yang positif atau metastasis jauh (Sarwono, 2011).

2.13 Pencegahan Kanker


Secara umum kanker dapat dicegah dengan (CERDIK) :
 Cek kesehatan secara berkala
 Enyahkan asap rokok
 Rajin aktivitas fisik

15
 Diet sehat dengan kalori seimbang
 Istirahat yang cukup
 Kelola stress (Infodatin, 2015).

16
BAB III
KESIMPULAN

Kanker endometrium adalah suatu keadaan dimana terjadi pertumbuhan dan


penyebaran yang tidak terkendali dari sel-sel yang tidak normal yang berasal dari
lapisan dinding dalam rahim (endometrium) biasanya terjadi akibat rangsangan
stimulasi hormon estrogen yang berlebihan yang tidak diimbangi oleh peningkatan
hormon progesteron. Stimulasi berkepanjangan hormon estrogen berlebihan dan
timbulnya kanker endometrium berhubungan erat, menjadi faktor risiko penting kanker
endometrium. Gejala klinis kanker endometrium berupa perdarahan abnormal
pervaginam, sekresi abnormal pervaginam dan nyeri yang biasanya terjadi
pascamenopause. Pemeriksaan patologi anatomi merupakan baku emas penentuan
diagnosis kanker endometrium. Terapi utama pada kanker endometrium adalah
histerektomi atau histerektomia dan radioterapi.

17
DAFTAR PUSTAKA

American Institute for Cancer Research. 2013 revised 2018. Diet, Nutrition, Physical
Activity and Endometrial Cancer

Beddy, Peter., et al. 2012. FIGO Staging System for Endometrial Cancer : Added
Benefits of MR Imaging. Department of Radiology

Colombo, N., et al. 2013. Endometrial Cancer: ESMO Clinical Pratice Guidelines for
Diagnosis, Treatment and Follow up. Vol. 33-38. Endorsed by the Japanese Society of
Medical Oncology (JSMO)

Hendrick, Lora. 2016. Molecular Genetics of Endometrial Carcinoma. Springer


Publisher

Yasa, Cenk., et al. 2013. The Value of Tumor Markers in Endometrial Carcinoma:
Review of Literature. Gynecology and Obstetric Departement, Istanbul Medical
School, Istanbul University: Turkey

Amran, Rizani. 2013. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI KURETASE


ENDOMETRIUM DAN SIKATAN ENDOMETRIUM PADA WANITA USIA
LEBIH DARI 40 TAHUN DENGAN PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL.
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Universitas Sriwijaya RSUP. dr. Moh.
Hoesin : Palembang

Erida, Kartika., Ramli Irwan. 2014. TATALAKSANA RADIOTERAPI KANKER


ENDOMETRIUM DENGAN FOKUS PADA STADIUM DINI. Radioterapi &
Onkologi Indonesia. FKUI: Jakarta

Infodatin. Situasi Penyakit Kanker di Indonesia. 2015

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo : Jakarta

Samila, Yeni. 2008. KAJIAN EPIDEMIOLOGI KETAHANAN HIDUP 2 DAN 5


TAHUN PENDERITA KANKER ENDOMETRIUM PENGARUH STADIUM
RSKD JAKARTA 1994-2006. FKUI: Jakarta

18
SOAL

1. Wanita, 22 tahun datang dengan keluhan nyeri perut hebat saat menstruasi. Nyeri
berkurang dengan pemberian obat nyeri, riwayat keluhan yang sama pada keluarga
(+) yaitu pada ibu pasien. Ibu pasien juga pernah menjalani operasi dan ditemukan
adanya jaringan endometrium pada miometrium. Dokter menduga pasien juga
mengalami penyakit yang sama. Apa diagnosis pada pasien ini ?
a. Leiomioma
b. Mioma uteri
c. Kista coklat
d. Adenomiosis
e. Hiperplasia endometrium
2. Wanita berusia 28 tahun datang dengan keluhan tidak mendapatkan mens sejak 6
bulan ini dan pasien juga belum memiliki anak sejak pernikahannya 1 tahun yang
lalu. Pasien sering mengalami nyeri kepala hebat yang semakin lama semakin
memberat. Dokter melakukan pemeriksaan MRI dan mendapatkan adanya tumor
di daerah hipofisis. Apa hasil pemeriksaan yang mungkin terjadi pada pasien ini ?
a. Kelebihan hormon FSH
b. Kelebihan hormon LH
c. Peningkatan hormon kortisol
d. Hiperprolactinemia
e. Hipoprolactinemia
3. Ny. Ayu datang bersama suami ke praktek dokter karena belum mempunyai anak
setelah menikah selama 5 tahun. Pasien juga sering mengalami menstruasi yang
tidak teratur, hirsutism, acne, dan alopecia. Diagnosis pada kasus diatas adalah ?
a. Endometriosis
b. Endometritis
c. PCOS
d. Mioma uteri
e. Kista ovarium

19
4. Perempuan 35 tahun P4A2 datang dengan keluhan nyeri perut bawah sejak 1 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan demam dan bau dari jalan lahir. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan suhu 39,8 oC, nyeri tekan perut bawah (+), lokia
purulen berbau (+), uterus tegang dan subinvolusi. Diagnosis pasien adalah ?
a. Abses pelvis
b. Abses perineum
c. Endometritis
d. Adneksitis
e. Selulitis luka insisi
5. Seorang wanita berusia 38 tahun datang dengan keluhan menstruasi yang banyak
dan tidak teratur serta terasa nyeri. Pada pemeriksaan fisik ditemukan massa pada
abdomen setinggi umur kehamilan 14-18 minggu. Pemeriksaan penunjang
ditemukan adanya gambaran snow like pattern. Diagnosis yang mendukung kasus
ini adalah ?
a. Tumor ovarium
b. Mola hidatidosa
c. Ca ovarium
d. Mioma uteri
e. Ca endometrium
6. Seorang perempuan berusia 69 tahun datang dengan keluhan terasa tidak nyaman
diperut bagian bawah. Keluhan disertai benjolan yang keluar dari kemaluannya.
Dari anamnesis diketahui pasien menikah usia 15 tahun. Pasien mempunyai 8 orang
anak dan lahir pervaginam. Pekerjaannya sebagai tukang jamu gendong. Tanda
vital dalam batas normal. Organ apakah yang mengalami prolaps ?
a. Uterus
b. Ovarium
c. Tuba fallopi
d. Serviks
e. vagina

20
7. Seorang wanita berusia 30 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri perut
yang berulang disertai rasa nyeri pada panggul. Keluhan telah dirasakan sejak 5
tahun yang lalu, terutama pada saat menstruasi. Hasil pemeriksaan tanda vital
dalam batas normal. Pada pemeriksaan ginekologik bimanual pada panggul tidak
ditemukan kelainan. Hasil lab darah, tinja, urinalisis dan pap smear tidak ada
kelainan. Apakah diagnosis yang paling mungkin ?
a. Endometritis
b. Endometriosis
c. Adenomiosis
d. Leiomioma
e. Salfingitis
8. Wanita usia 30 tahun, datang dengan keluhan terdapat benjolan pada kemaluan
sejak beberapa bulan terakhir. Pasien memiliki siklus menstruasi yang teratur,
namun terdapat keluhan mengenai perdarahan menstuasi yang makin banyak, nyeri
(+). Dari pemeriksaan didapatkan bahwa pasien bekerja sebagai seorang sekretaris,
belum menikah dan belum pernah melahirkan. Dari PF didapatkan massa yang
menekan hymen. Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah ?
a. Prolaps uteri
b. Mioma geburt
c. Kista gartner
d. Kista bartolin
e. Kista ovarium
9. Wanita 60 tahun, P4A0 mengeluhkan keluar benjolan dari jalan lahir sejak 2 bulan
yang lalu. Pasien merasa benjolan keluar saat BAK dan BAB. Pemeriksaan fisik
umum normal. Pemeriksaan genitalia tampak portio maju ke depan vagina.
Pemeriksaan VT normal. Tes valsava (+). Diagnosis yang mungkin pada pasien ini
adalah ?
a. Prolaps uteri
b. Ca cerviks
c. Ca uterus

21
d. Inversion uteri
e. Subinvolusio uterus
10. Seorang wanita usia 40 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar
benjolan dari kemaluan. Sebelumnya gejal seperti ini sudah pernah dirasakan dan
benjolan dapat dimasukkan. Saat ini dilakukan histerektomi kemudian dilakukan
pemeriksaan PA. Didapatkan gambaran mikroskopik epitel berlapis gepeng dan
dibawahnya terdapat endoserviks yang melebar. Apa diagnosis pasien tersebut ?
a. Prolaps uteri
b. Mioma geburt
c. Hemorrhoid
d. Kista bartolin
e. Torsi uteri
11. Seorang wanita berusia 35 tahun datang dengan keluhan menstruasi tidak teratur.
Keluhan juga disertai sulit tidur, perut kembung, wajah yang tiba-tiba meemerah
dan nyeri saat berhubungan intim. Sebagai dokter terapi apa yang anda berikan ?
a. Terapi hormonal
b. Terapi hormonal, vitamin dan mineral
c. Mengatakan bahwa hal ini wajar pada setiap wanita dan berlangsung fisiologis
(edukasi)
d. Terapi vitamin dan mineral saja
e. Terapi hormonal, vitamin, mineral dan psikologis
12. Ny. Lili usia 55 tahun datang ke RS dengan keluhan perut membesar sejak 2 tahun..
gangguan haid sudah dirasakan sejak 5 tahun lalu. Pasien mengeluh setiap haid bisa
ganti pembalut hingga 8x/hari. Haid berlangsung selama 10 hari. Pada pemeriksaan
didapatkan massa pada kanan uterus berbatas tegas. Pemeriksaan lanjutan yang
tepat dilakukan adalah ?
a. Kolposkopi
b. USG
c. Beta HCG
d. CT-Scan

22
e. X-ray
13. Ny. Angeline 32 tahun dataang dengan keluhan nyeri pada perut hilang timbul sejak
3 bulan. Pada pemeriksaan ginekologi ditemukan massa ukuran 8cmx5cmx5cm
dikedua adnexa bilateral. Nyeri goyang portio (-). Pemeriksaan USG ditemukan
massa irregular berisi cairan keruh berbintik-bintik. Diagnosis yang tepat adalah ?
a. Endometriosis
b. Kista ovarium adenoserosa
c. Kista ovarium adenomusin
d. Koriokarsinoma
e. Teratoma ovarium
14. Ny. Ria 33 tahun datang ke RS dengan keluhan perdarahan pervaginam. Keluhan
diawali dengan pasien tidak haid selama 1 bulan dan pada saat ini pasien haid lebih
dari 15 hari disertai dengan nyeri hebat pada perut bawah, lemas dan berkunang-
kunang. Pasien sering menngeluh nyeri hebat saat haid sudah sejak lama dan haid
tidak teratur sejak remaja. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD: 100/700 mmHg,
nadi 100x/menit, RR: 20x/menit , suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan ginekologi
didapatkan perdarahan pervaginam. Pemeriksaan baku emas apa yang tepat
dilakukan untuk kasus diatas ?
a. Biopsi endometrium
b. USG lower abdomen
c. USG transvaginal
d. Laparoskopi diagnostik
e. PAP smear
15. Ny. J 35 tahun P2A0 perdarahan 2 minggu, setiap hari ganti 5-6 pembalut.
Dismenore (+). Pemeriksaan fisik didapatkan tampak anemis. TD 120/70, Nadi 92
x/menit. Teraba massa di abdomen batas tegas setinggi 1 jari bawah pusat, mobile,
padat. nyeri (-). VT: fluksus (+), portio tertutup licin. Corpus uteri antefleksi
sebesar 18-20 minggu. Lab: Hb 7,6 g/dl. Plano (-). Kemungkinan diagnosis untuk
pasien ini adalah ?
a. Ca cerviks

23
b. Ca endometrium
c. Polips cerviks
d. Mioma uteri
e. Geburt mioma

24

Anda mungkin juga menyukai