BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO, sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik,
mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau cacat.
Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis
(UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dikutip Prabowo Eko, 2014).
Menurut UU kesehatan jiwa no. 3 tahun 1996, kesehatan jiwa
adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual,
emosional secara optimal dari seseorang dan perkembangan ini berjalan
selaras dengan orang lain. Masalah kesehatan jiwa yang ringan berupa
masalah psikososial seperti kecemasan, psikosomatis dapat terjadi pada
depresi dan psikosis dapat terjadi jika orang yang mengalami masalah
psikososial tidak ditangani dengan baik. Selain itu, terjadinya perang,
konflik dan lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu
pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan
kesehatan pada manusia.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014
menunjukkan hampir 3/4 beban global penyakit neuropsikiatrik didapati
berpenghasilan rendah, menengah kebawah. WHO memperkirakan tidak
kurang dari 450 juta penderita mengalami gangguan mental, atau sekitar
10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25 % diperkirakan
akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu. Gangguan jiwa yang
mencapai 13 %, kemungkinan akan berkembang 25 % pada tahun 2030.
Menurut survei saat ini gangguanjiwa ditemukan sebanyak ditemukan
sebanyak 450 juta orang didunia terdiri 150 juta depresi, 90 juta gangguan
penggunaan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta
hampir 1 juta melakukanbunuh diri setiap tahun. Sementara otu, menurut
2
Direktur WHO wilayah Asia Tenggara, hampir satu per tiga dari penduduk
diwilayah ini pernah mengalami gangguan neuropsikiatri.
Masalah gangguan jiwa salah satunya adalah isolasi sosial. Isolasi
sosial adalah keadaan seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Yusuf, AH. Dkk.
2015). Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya (Damaiyanti, M dan Iskandar. 2014). Gangguan
hubungan sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi
akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkna
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam berhubungan
sosial. (Purwanto, Teguh. 2015).
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) di
indonesia prevalensi gangguan mental emosional yang di tunjukkan
dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia
15 tahun keatas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prefalensi gangguan
jiwa berat, seperti schizofrenia adalah 1,7/100 penduduk atau sekitar
400.000 orang (Sujono, Riyadi. 2013).
Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk indonesia
sebesar 6,0%. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental dengan
emosional tertinggi di indonesia adalah sulawesi tengah, sulawesi selatan,
jawa barat, di yogyakarta, dan nusa tenggara timur (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan hasil repitulasi data di rumah sakit RSKD DADI
MAKASSAR, terhitung jumlah pasien dengan gangguan Isolasi sosial
pada tahun 2010 sebanyak 12.914 orang pasien dan pada tahun 2011
jumlah pasien menurun menjadi 11.410 orang, sedangkan pada tahun 2012
jumlahnya meningkat menjadi 14.008 orang.
3
B. Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Isolasi Sosial
9
5. Rentang Respon
Saling ketergantungan
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapinya.
a. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
b. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
c. Kebersamaan (Mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal
dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
d. Saling Ketergantungan (Intedependen)
Independen merupakan kondisi saling ketergantungan antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
10
2. Respon Maladaptif
a. Kesepian
Merupakan kondisi di mana individu merasa sendiri dan terasing dari
lingkungannya.
b. Menarik Diri
Merupakan suatu keadaan di mana seseorang menemukan kesulitan
dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.
c. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya
diri atau kemampuannya untuk berfungsi secara sukses.
d. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu
yang menganggap orang lain sebagai objek. Individu tersebut tidak
dapat membina hubungan sosial secara mendalam.
e. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar dari pengalaman, tidak dapat diandalkan dan penilaian yang
buruk.
f. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap
egosentrik, pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.
(Damaiyanti, M & Iskandar, 2012).
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi
kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang menganca dirinya.
Kecemasan koping yang sering digunakan adalah Regrasi, Represi dan
Isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya
keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga, dan teman,
hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreatifitas untuk
11
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi :
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur kepada
pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam meaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri
seseorang.
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada
masa pubertas.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa kerumah sakit
biasanya akibat adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan
emosi.
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat kaintannya dengan faktor etiologi
yakni keturunan, endokrin, metabolisme, susunan saraf pusat dan
kelemahan ego.
d. Psikososial
1) Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan
anaknya 7 – 16 % skizofrenia, bila keduanya menderita 40 -
13
7) Persepsi
Tidak terdapat halusinasi atau waham.
8) Proses berpikir
Gangguan proses berpikir jarang ditemukan.
9) Kesadaran
Kesadara berubah, kemampuan mengadakan hubungan
serta pembatasan dengan dunia luar dan dengan dirinya
sendiri sudah terganggu pada taraf tidak sesuai dengan
kenyataan (secara kualitatif)
10) Memori
Tidak ditemukan gangguan yang spesifik, orientasi tempat,
waktu, dan orang.
11) Kemampuan Penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak
dalam suatu keadaan, selalu memberikan alasan, meskipun
alasannya tidak jelas atau tidak tepat.
12) Tilik Diri
Tidak ada yang khas.
f. Kebutuhan Sehari-hari
Pada permulaan, penderita kurang memperhatikan diri dan
keluarganya, makin mundur dalam pekerjaan akibat kemundurun
kemauan. Minat untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sangat
menurun dalam hal makan, BAB/BAK, mandi, berpakaian, dan
istirahat tidur. (Direja, Ade HS. 2012)
g. Data Fokus
Hubungan Sosial (menurut Damaiyanti, M dan Iskandar. 2012)
1) Orang yang paling berarti bagi Klien :...........................................
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat :...............
3) Hambatan berhubungan dengan orang lain :..................................
15
Objektif
Kurang spontan
Apatis (acuh terhadap
lingkungan).
Ekspresi wajah kurang berseri
Tidak merawat diri dan tidak
memperhatikan kebersihan diri
Tidak ada atau kurang
16
komunikasi verbal.
Mengisolasi diri
Tidak atau kurang sadar
terhadap lingkungan sekitarnya
Asupan makanan dan minuman
terganggu
Rentensi urine dan feses
Aktifitas menurun
Kurang berenergi atau
bertenaga
Rendah diri
Postur tubuh berubah,
misalnya sikap fetus atau janin
(khususnya pada posisi tidur).
j. Pohon Masalah
Effect
Perubahan Sensori Persepsi :Halusinasi →
Causa
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah →
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
17
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi
a. Tujuan
Tujuan umum TAKS, yaitu klien dapat meningkatkan hubungan sosial
dalam kelompok secara bertahap. Sementara, tujuan khususnya adalah :
1) Klien mampu memperkenalkan diri.
20