Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Definisi

Hidrosefalus adalah akumulasi cairan serebro spinal dalam ventrikelserebral, ruang


subarachnoid atau ruang subdural (Suriadi dan Yuliani, 2001).
Hidrosefalus merupakan keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertmbahnya cairan
serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada
system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan – jaringan serebral selama produksi
CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya
cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan
ruang – ruang tempat mengalirnya liquor (Mualim, 2010)

1.1.2 Anatomi Fisiologi


Jika terdapat obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan subarachnoid,
ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis
ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang
tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun
ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi
itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut dan dapat juga selektif tergantung pada
kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak
kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial.
Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada
perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan
titik pelebaran pada ventrikel lateral dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk
khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow).
Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada
ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar
ruang dibawah tentorium. Klein dengan type hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran
cerebrum yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi
masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum ventrikjel cerebral
menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus
tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 – 8 jam dan ketiadaan
absorbsi total akan menyebabkankematian.
Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada
didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah
dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

1.1.3 Etiologi
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara
tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid.
akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering
terdapat pada bayi dan anak ialah:
1.1.2.1 Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau infeksi intrauterine
meliputi :
a. Stenosis aquaductus sylvi
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Syndrom Dandy-Walker
d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
1.1.2.2 Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis terlihat penebalan
jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi
adalah toksoplasmosis.
b. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. pada
anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian
terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan
ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
c. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis
leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjakdi akibat
organisasi dari darah itu sendiri.
1.1.4 Klasifikasi
1.1.4.1 Waktu Pembentukan
a. Hidrosefalus Congenital, yaitu Hidrosefalus yang dialami sejak dalamkandungan dan
berlanjut setelah dilahirkan
b. Hidrosefalus Akuisita, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah bayidilahirkan atau terjadi
karena faktor lain setelah bayi dilahirkan (Harsono,2006).
1.1.4.2 Proses Terbentuknya Hidrosefalus
a. Hidrosefalus Akut, yaitu Hidrosefalus yang tejadi secara mendadak yang diakibatkan oleh
gangguan absorbsi CSS (Cairan Serebrospinal)
b. Hidrosefalus Kronik, yaitu Hidrosefalus yang terjadi setelah cairanCSS mengalami
obstruksi beberapa minggu (Anonim,2007)
1.1.4.3 Sirkulasi Cairan Serebrospinal
a. Communicating, yaitu kondisi Hidrosefalus dimana CSS masih biaskeluar dari ventrikel
namun alirannya tersumbat setelah itu.
b. Non Communicating, yaitu kondis Hidrosefalus dimana sumbatanaliran CSS yang terjadi
disalah satu atau lebih jalur sempit yangmenghubungkan ventrikel-ventrikel otak
(Anonim, 2003).
1.1.4.4 Proses Penyakit
a. Acquired, yaitu Hidrosefalus yang disebabkan oleh infeksi yangmengenai otak dan
jaringan sekitarnya termasuk selaput pembungkusotak (meninges).
b. Ex-Vacuo, yaitu kerusakan otak yang disebabkan oleh stroke atau cederatraumatis yang
mungkin menyebabkan penyempitan jaringan otak atauathrophy (Anonim, 2003).
1.1.6 Manisfetasi klinis
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2 tahun, dan
anak diatas usia 2 tahun.
1.1.6.1 Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan pelebaran vena-vena
kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot sign yakni bunyi seperti
pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
f. bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan tulang supra orbita. Sclera
nampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti matahari yang akan terbenam
g. strabismus divergens
h. nystagmus
i. refleks pupil lambat
j. atropi N II oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
k. papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
1.1.6.2 Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
· Yang lebih menonjol disini ialah gejala-gejala peninggian tekanan intra kranial oleh
karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup

1.1.7 Komplikasi
1.1.7.1 Peningkatan tekanan intrakranial
1.1.7.2 Kerusakan otak
1.1.7.3 Infeksi:septikemia,endokarditis,infeksiluka,nefritis,meningitis,ventrikulitis,abses otak.
1.1.7.4 Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
1.1.7.5 Hematomi subdural, peritonitis,adses abdomen, perporasi organ dalam rongga
abdomen,fistula,hernia, dan ileus.
1.1.7.6 Kematian

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


1.1.8.1 Pemeriksaan fisik:
a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk melihat
pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal
b. Transiluminasi
Pemeriksaan darah:
c. Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
Pemeriksaan cairan serebrospinal:
d. Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis untuk
mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi sisa
Pemeriksaan radiologi:
e. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
f. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
g. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus mengevaluasi
struktur-struktur intraserebral lainnya

1.1.9 Pentalaksanaan Medis


1.1.9.1 Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan genetic,
penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar keluarga dekat. Proses
persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas fisiologik untuk menghindari trauma kepala
bayi. Tindakan pembedahan Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko
cedera kepala bayi sewaktu lahir.
1.1.9.2 Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dewngan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya tidak
memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis 25 – 50 mg/kg BB. Pada
keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan kortikosteroid dapat diberikan meskipun
hasilnya kurang memuaskan. Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa
pengobatan “pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
1.1.9.3 Pembedahan
Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan tempat absorbsi. Misalnya
Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS
kedalam rongga cranial yang disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian pada keluarga
mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan (misalnya : kateter “shunt” obat-
obatan darah) yang biasanya membutuhkan biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal dari ventrikel
otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pi8ntasan ventrikuloatrial atau
ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak menimbulkan raksi radang
atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit
terjadi pada 40-50%, terutama berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
1.1.9.4 Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a) mengurangi produksi CSS
b) Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi
c) Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.

Penanganan hidrosefalus juga dapat dibagi menjadi :


1. Penanganan sementara
Terapi konservatif medikamentosa ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus
melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan
resorbsinya.
2. Penanganan alternatif ( selain shunting )
Misalnya : pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal
lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. saat ini cara
terbaik untuk malakukan perforasi dasar ventrikel dasar ventrikel III adalah dengan teknik
bedah endoskopik.
3. Operasi pemasangan “ pintas “ ( shunting )
Operasi pintas bertujuan mambuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas
drainase. pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. baisanya
cairan ceebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang ada hidrosefalus
komunikans ada yang didrain rongga subarakhnoid lumbar. Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap
kontaminasi infeksi dan pemantauan. kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang.
infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan
bahkan kematian.
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1.2.1.1 Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil,
kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
1.2.1.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
1. Anak dapat melihat keatas atau tidak.
2. Pembesaran kepala.
3. Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.
b. Palpasi
1. Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.
2. Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang,
keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata
1. Akomodasi.
2. Gerakan bola mata.
3. Luas lapang pandang
4. Konvergensi.
5. Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.
6. Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
1.2.1.3 Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
· Peningkatan sistole tekanan darah.
· Penurunan nadi / Bradicardia.
· Peningkatan frekwensi pernapasan.
1.2.1.4 Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan
banormal. ( Transsimulasi terang )
· Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “ (Mercewen’s Sign
· Opthalmoscopy : Edema Pupil.
· CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer.-
· Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


1.2.2.1 Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan
menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
1.2.2.2 Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan
melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
1.2.2.3 Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan
menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
1.2.2.4 Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) b.d ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan
melakukan perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
1.2.3 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC
1. Resiko cidera Setelah dilakukan kunjungan selama1. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan bahaya
3x diharapkan keluarga mampu yang tampak jelas, mengurangi potensial cedera akibat jatuh
menciptakan lingkungan kondusif ketika tidur misalnya menggunakan penyanggah tempat
dengan kriteria hasil: tidur, usahakan posisi tempat tidur rendah, gunakan
pencahayaan malam hari siapkan lampu panggil
 Keselamatan fisik dapat2. Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan pada anak
dipertahankan dan cara pencegahan untuk cidera.
 Adanya pelindung dan alat3. Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala aktifitas
bantu untuk klien klien yang membahayakan keselamatan.
4. Beri alat bantu misal:tongkat
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang Setelah dilakukan kunjungan selama
1. Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi protein.
dari kebutuhan tubuh 3x diharapkan keluarga mampu
2. Berikan klien makan dengan posisi semi fowler dan berikan
melakukan perawatan sederhana waktu yang cukup untuk menelan.
dirumah dengan kriteria hasil: 3. Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan terhindar
· Berat badan ideal dari bau – bauan yang tidak enak..
· Tidak muntah 4. Timbang berat badan bila mungkin.
· Tidak terjadi malnutrisi 5. Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
6. Berikan makanan ringan diantara waktu makan
7. Beri penjelasan pada keluarga tentang makanan yang baik
dikonsumsi anak
3. Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan selama1. Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan diri
3x diharapkan keluarga dapat2. Kaji tingkat fungsi fisik
menciptakan lingkungan kondusif3. Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam perawatan diri,
dengan kriteria hasil: identifikasi untuk modifikasi lingkungan
4. Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan diri
 Klien dapat melakukan5. Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri meliputi:mandi,
perawatan diri dengan mandiri toileting , berpakaian.
atau dibantu
 Klien bersih dan tidak bau

4. Perubahan fungsi keluarga b.d Setelah dilakukan kunjungan selama 1. Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita, prosedur,
situasi krisis ( anak dalam catat 3x diharapkan Keluarga menerima terapi dan prognosanya.
fisik ) keadaan anaknya, mampu menjelaskan2. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila
keadaan penderita dengan kriteria keluarga belum mengerti
hasil: 3. Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi
· Keluarga berpartisipasi dalam 4. Berikan kesempatan keluarga untuk bertanya.
merawat anaknya dan secra verbal
· keluarga dapat mengerti tentang
penyakit anaknya.
DAFTAR PUSTAKA

Mc Closky & Bulechek. (2002). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:Mosby.

Meidian, JM. (2002). “Nursing Outcomes Classification (NOC).United States of America:Mosby.

Mualim. 2010. Askep Hidrosefalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://mualimrezki.blogspot.com/2010/12/askep-hydrocephalus.html

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan BAyi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Price,Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakit,Jakarta;EGC.

Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Saharso. 2008. Hydrocephalus. Diakses pada tanggal 29 Agustus 2012


http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=0
61214-sykj201.htm

Vanneste JA. Diagnosis and management of normal-pressure hydrocephalus. J. Neurol, 2000 ; 247 : 5-14.

Anda mungkin juga menyukai